Anda di halaman 1dari 18

Rangkuman Materi Kuliah

MODAL DASAR DAN AKTOR PENGGERAK PERKEMBANGAN


KOPERASI BERBASIS ORANGE EKONOMI
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Ekonomi Orange, Koperasi dan UMKM (EKU 203)
Dosen Pengampu : Drs. I Ketut Sutrisna, M.Si.

Oleh Kelompok 8 :
Ida Ayu Tantri Suta Nandini (2007511188)
I Dewa Gede Gema Andika Sukma (2007511193)
Krisdayanti Samosir (2007511196)
Ni Kadek Dwi Yuli Yastini Dewi (2007511197)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat memenuhi tugas RMK sederhana ini dengan
baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam tugas RMK ini kami membahas tentang
“Modal Dasar dan Aktor Penggerak Perkembangan Koperasi Berbasis Orange Ekonomi”.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan RMK Ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan RMK ini masih banyak kekurangan, untuk
itu kritik dan saran serta dukungan kami butuhkan demi kesempurnaan tugas RMK. Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Denpasar, 17 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... i


Daftar Isi.............................................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II Pembahasan ............................................................................................................ 3
2.1 Apa saja jenis-jenis koperasi? .......................................................................................... 3
2.2 Bagaimana cara pendirian koperasi? ................................................................................ 6
2.3 Bagaimana struktur intern dan ekstern organisasi koperasi? ............................................. 9
2.4 Bagaimana Triple Co dan hambatan dalam pengembangan koperasi? ............................ 10
2.5 Bagaimana pengawasan dalam koperasi?....................................................................... 13
BAB III Penutup ............................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka .................................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-
orang atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota
menurut peraturan yang ada, dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan suatu
usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.1 Dalam
persaingan global sekarang ini, koperasi juga harus mengemban misi negara yang sangat berat,
yaitu sebagai sakaguru perekonomian nasional, atau tiangnya perekonomian nasional, atau
dasar ekonomi nasional. Dalam Pasal 3 UU No 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
menyebutkan bahwa tujuan koperasi di Indonesia adalah: “Memajukan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.”
Di Indonesia, koperasi mempunyai beberapa jenis, salah satunya adalah koperasi simpan
pinjam atau koperasi kredit. Tujuan dari koperasi simpan pinjam adalah meniadakan praktek
rentenir. Pengertian reantenir adalah pinjaman dengan bunga yang sangat tinggi. Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) seyogyanya tidak mengenakan bunga tinggi kepada anggotanya. Namun
demikian KSP juga tidak harus memberikan bunga yang sangat rendah sehingga KSP tidak
bisa membiayai kehidupannya sendiri. Anggota harus sadar bahwa pembayaran bunga
pinjaman kepada KSP juga digunakan untuk kesejahteraan mereka dan juga demi kesehatan
KSP.2 Koperasi juga memerlukan modal sebagai pembiyaan dari usahanya, besar kecilnya
nilai modal yang ada pada koperasi menentukan besar kecilnya lapangan usaha yang dijalankan
koperasi tersebut. Mengenai modal dalam koperasi diatur dalam Pasal 66 Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 tentang Pengkoperasian.
Dapat disimpulkan bahwa koperasi Indonesia dapat bergerak disegala kehidupan ekonomi
dan berperan utama dalam kehidupan ekonomi rakyat.3 Kegiatan Usaha Koperasi Simpan
Pinjam diatur dalam Pasal 19 PP No. 9 Tahun 1995, yakni :
1. menghimpun simpanan koperasi berjangka dan tabungan koperasi dari anggota dan
calon anggotanya, koperasi lain dan atau anggotanya;
2. memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggotanya, koperasi lain dan atau
anggotanya.
Dalam koperasi simpan pinjam, terdapat simpanan berjangka yang dapat dilakukan oleh
calon anggota dengan melunasi simpanan pokok terlebih dahulu. Simpanan berjangka dapat
diambil kembali oleh calon anggota koperasi pada waktu yang telah ditentukan saat perjanjian
dengan koperasi. Pasal 1 angka 5 PP No. 9 Tahun 1995 menjelaskan bahwa : “Simpanan
Berjangka adalah simpanan pada koperasi yang penyetorannya dilakukan sekali dan
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan
dengan koperasi yang bersangkutan.”

1
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis koperasi?
2. Bagaimana cara pendirian koperasi?
3. Bagaimana struktur intern dan ekstern organisasi koperasi?
4. Bagaimana Triple Co dan hambatan dalam pengembangan koperasi?
5. Bagaimana pengawasan dalam koperasi?
1.3.Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas Ekonomi Orange, Koperasi dan UMKM
2. Untuk menambah pengetahuan mengenai Koperasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Koperasi


Adapun Jenis-jenis koperasi menurut UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian terdiri
dari:

1. Koperasi Konsumen

Koperasi Konsumen menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang penyediaan


barang kebutuhan Anggota dan non-Anggota. Koperasi konsumen berperan dalam
mempertinggi daya beli sehingga pendapatan riil anggota meningkat. Pada koperasi ini,
anggota memiliki identitas sebagai pemilik (owner) dan sebagai pelanggan (customer). Adapun
fungsi pokok koperasi konsumen adalah menyelenggarakan :

1. Pembelian atau pengadaan barang/jasa kebutuhan anggota yang dilakukan secara


efisien, seperti membeli dalam jumlah yang lebih besar.
2. Inovasi pengadaan, seperti sumber dana kredit dengan bunga yang lebih rendah,
diantaranya pemanfaatan dana bergulir, pembelian dengan diskon, pembelian dengan
kredit.

2. Koperasi Produsen

Koperasi Produsen menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang pengadaan sarana,


pemasaran, dan faktor produksi serta pemasaran produksi yang dihasilkan Anggota kepada
Anggota dan non-Anggota. Anggota koperasi ini adalah pemilik (owner) dan pengguna
pelayanan (user), dimana anggota koperasi produsen mengolah bahan baku/input menjadi
barang jadi/output, sehingga menghasilkan barang yang dapat diperjualbelikan, memperoleh
sejumlah keuntungan dengan transaksi dan memanfaatkan kesempatan pasar yang dapat
diperjualbelikan, dan memanfaatkan kesempatan pasar yang ada. Koperasi produsen berperan
dalam pengadaan bahan baku, input, atau sarana produksi yang menunjang ekonomi anggota
sehingga anggota merasakan manfaat keberadaan koperasi karena mampu meningkatkan
produktivitas usaha anggota dan pendapatannya. Koperasi ini menjalankan beberapa fungsi, di
antarannya :

1. Pembelian ataupun pengadaan bahan baku yang diperlukan anggota


2. Pemasaran hasil produksi (output) yang dihasilkan dari usaha anggota
3. Proses produksi bersama atau pemanfaatan sarana produksi secara bersama
4. Menanggung risiko bersama atau menyediakan kantor pemasaran bersama

3. Koperasi Jasa

Koperasi Jasa menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan jasa non-simpan pinjam yang
diperlukan oleh Anggota dan non-Anggota. Identitas anggota pada koperasi ini adalah pemilik
dan nasabah konsumen jasa dan/atau produsen jasa. Dalam status anggota sebagai konsumen

3
jasa, maka koperasi yang didirikan adalah koperasi pengadaan jasa. Sedangkan dalam status
anggota sebagai produsen jasa, maka koperasi yang didirikan adalah koperasi produsen jasa
atau koperasi pemasaran jasa. Sebagai koperasi pemasaran, koperasi melaksanakan fungsi
memasarkan jasa hasil produksi anggota. Dalam praktik dikenal pula penjenisan koperasi atas
dasar cakupan pengelolaan bisnis (usaha), yaitu jenis koperasi Single Purpose (satu usaha)
dan Multi Purpose (banyak usaha). Koperasi dengan satu kegiatan usaha, misalnya Koperasi
Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Produsen Susu, Koperasi tahu tempe (Primkopti), Koperasi
Bank Perkreditan Rakyat dan sebagainya. Sedangkan koperasi dengan lebih dari satu kegiatan
usaha, sering disebut sebagai koperasi serba usaha. Jenis koperasi ini misalnya Koperasi
Pemasaran, dimana koperasi melaksanakan pemasaran produk barang dan jasa.

4. Koperasi Pemasaran

Koperasi Pemasaran menyelenggarakan kegiatan usaha memasarkan produk yang dihasilkan


Anggota dan non-Anggota. Koperasi pemasaran seringkali disebut koperasi penjualan.
Identitas anggota sebagai pemilik (owner) dan penjual (seller) atau pemasar. Koperasi
pemasaran mempunyai fungsi menampung produk barang maupun jasa yang dihasilkan
anggota untuk selanjutnya memasarkannya kepada konsumen. Anggota berkedudukan sebagai
pemasok barang atau jasa kepada koperasinya. Dengan demikian bagi anggota, koperasi
merupakan bagian terdepan dalam pemasaran barang ataupun jasa anggota produsen. Sukses
fungsi pemasaran ini mendukung tingkat kepastian usaha bagi anggota untuk tetap dapat
berproduksi.

5. Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi Simpan Pinjam menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha yang
melayani Anggota. Koperasi ini sering kali juga disejajarkan dengan nama koperasi kredit,
koperasi ini menyelenggarakan layanan tabungan dan sekaligus memberikan kredit bagi
anggotanya. Layanan ini menempatkan koperasi sebagai pelayanan anggota untuk memenuhi
kebutuhan keuangan bagi anggota sehingga menjadi lebih baik dan lebih maju. Dalam koperasi
ini anggotanya memiliki kedudukan identitas ganda sebagai pemilik (owner) dan nasabah
(customers). Dalam kedudukan sebagai nasabah, anggota melaksanakan kegiatan menabung
dan meminjam dalam bentuk kredit kepada koperasi.

Sumber modal bagi koperasi berasal dari tabungan anggota koperasi dalam bentuk simpanan
wajib, simpanan sukarela dan deposito. Penghimpunan dana dari anggota akan disalurkan oleh
koperasi dalam bentuk pinjaman atau kredit kepada anggota dan calon anggota, dengan cara
pinjam (KSP) dan atau Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Koperasi. Pada koperasi simpan
pinjam ini adapun kegiatan yang dilakukan yaitu:

1. Menghimpun dana dari Anggota;


2. Memberikan pinjaman kepada Anggota; dan
3. Menempatkan dana pada koperasi simpan pinjam sekundernya.

Selain itu menurut PP No. 60 Tahun 1959 Tentang Perkembangan Gerakan Koperasi, terdapat
jenis koperasi yang ditekankan pada lapangan usaha dan/atau tempat tinggal para anggota
sesuatu koperasi yang dibagi menjadi berikut:

4
Koperasi Desa

Koperasi desa ini dimana anggota-anggotanya terdiri dari penduduk desa yang mempunyai
kepentingan yang sama, pada dasarnya koperasi ini menjalankan aneka bentuk usaha.

Koperasi Pertanian

Koperasi pertanian ini dimana anggota-anggotanya terdiri dari petani pemilik tanah,
pemarodian buruh tani yang kepentingan dan mata pencahariannya langsung berhubung
dengan usaha pertanian yang bersangkutan; koperasi ini menjalankan usaha-usaha yang ada
sangkut-pautnya secara langsung dengan usaha pertanian yang bersangkutan mulai dari
produksi, pengolahan sampai pada pembelian atau penjualan bersama hasil usaha pertanian
yang bersangkutan.

Koperasi Peternakan

Koperasi peternakan ini dimana anggota-anggotanya terdiri dari pengusaha-pengusaha serta


buruh peternakan yang kepentingan dan mata pencahariannya langsung berhubungan dengan
usaha peternakan. Koperasi ini menjalankan usaha-usaha yang ada sangkut-pautnya secara
langsung dengan usaha peternakan mulai dari pemeliharaan sampai pada pembelian atau
penjualan bersama ternak atau hasil peternakan.

Koperasi Perikanan

Koperasi perikanan ini dimana anggota-anggotanya terdiri dari pengusaha-pengusaha pemilik


alat perikanan, buruh/nelayan yang kepentingan dan mata pencahariannya langsung
berhubungan dengan usaha perikanan. Koperasi ini menjalankan usaha-usaha yang ada
sangkut-pautnya secara langsung dengan usaha perikanan mulai dari produksi, pengolahan
sampai pada pembelian atau penjualan bersama hasil-hasil usaha perikanan yang bersangkutan.

Koperasi Kerajinan/Industri

Koperasi kerajianan/industri ini dimana alat produksi dan buruh kerajinan/industri yang
kepentingan dan mata pencahariannya langsung berhubungan dengan usaha kerajinan/industri
yang bersangkutan. Koperasi ini menjalankan usaha-usaha yang ada sangkut-pautnya secara
langsung dengan usaha kerajinan/industri yang bersangkutan mulai dari produksi sampai pada
pembelian/penjualan bersama hasil-hasil usaha kerajinan/industri yang bersangkutan.

Koperasi Simpanan Pinjam

Koperasi simpan pinjam ini dimana anggota-anggotanya terdiri dari setiap orang yang
mempunyai kepentingan langsung dalam lapangan perkreditan. Koperasi ini menjalankan
usaha khusus dalam lapangan perkreditan yang menggiatkan anggota-anggotanya serta
masyarakat untuk menyimpan secara teratur dan memberi pinjaman kepada anggota-
anggotanya untuk tujuan yang bermanfaat dengan pemungutan uang-jasa serendah mungkin.

5
Koperasi Konsumsi

Koperasi konsumsi ini dimana anggota-anggotanya terdiri dari setiap orang yang mempunyai
kepentingan yang langsung dalam lapangan konsumsi. Koperasi ini menjalankan usaha-usaha
yang berhubungan dengan kesejahteraan anggota-anggotanya.

2.2 TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI

I. DASAR HUKUM
1. UU. No. 25 Tahun 1992, tentang Perkoperasian
2. PP No. 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan tata cara Pengesahan Akta Pendirian dan
Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.
3. InpresRI. Nomor 18 Tahun 1998, tentang peningkatan Pembinaan dan pengembangan
Perkoperasian.
4. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI. Nomor 98/Kep/M.KUKM/IX/2004
tanggal 26 Oktober 2004 tentang Notaris sebagai pembuat Akta Koperasi.
5. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 123/Kep/M.KUKM/X/2004
tanggal 26 Oktober 204 tentang penyelenggaraan tugas Pembantuan dalam rangka
Pengesahan Akta Pendirian, PAD dan Pembubaran Koperasi pada Provinsi dan
Kab/Kota.

II. TAHAP PERTAMA


PENYULUHAN PERKOPERASIAN
1. Pengertian Perkoperasian, manfaat dan Usaha koperasi.
2. Hak dan Kewajiban Pengurus, Pengawas dan Anggota.
3. Tugas dan kewajiban pendiri, anggota dan pengurus sebelum dan sesudah Koperasi
Berbadan Hukum.
4. Tatacara persiapan Rapat Pembentukan Koperasi.
5. Inventarisasi calon anggota Koperasi yang memiliki tujuan dan kepentingan ekonomi
yang sama.

III. TAHAP KEDUA


RAPAT PEMBENTUKAN KOPERASI

6
1. Dihadiri oleh sekurang-kurangnya 20 orang untuk Koperasi Primer dan 3 Koperasi
untuk Koperasi Sekunder.
2. Dipimpin oleh pendiri atau kuasa pendiri.
3. Pendiri wajib mengundang Pejabat dari Dinas Koperasi dan UMKM untuk memberikan
petunjuk seperlunya.
4. yang dibahas dalam rapat : (a) Keanggotaan (b) Usaha (c) Permodalan (d)
Kepengurusan (e) Anggararan Dasar (f) Pengawas (g) Hal Lainya.
5. Membuatan berita acara rapat Pembentukan.
6. Akta Pendirian/Angaran Dasar dibuat oleh Notaris yang ditunjuk.

IV. TAHAP KETIGA


PENGELOLAAN PRA KOPERASI
1. Koperasi yang belum berbadan Hukum disebut Pra Koperasi.
2. Pengelolaan Pra Koperasi dimaksudkan untuk memantapkan aspek kelembagaan,
Administrasi organisasi dan akutansi Koperasi peningkatan kinerja usaha dan aspek
permodalan.
3. Pengelolaan Pra Koperasi diharapkan dalam waktu 3-6 bulan.

V. TAHAP KEEMPAT
PENGAJUAN PERMOHONAN BADAN HUKUM
1. Para Pendiri atau Kuasa pendiri mengajukan permohonan pengesahan akta
pendirian/badan hukum Koperasi sesuai persyaratan yang ditentukan kepada Dinas
operasi dan UMKM setempat.
2. Bagi Koperasi yang beranggotakan/berdomisili di satu Kab/Kota maka pengjuan
pengesahan akta pendirian/badan hukum Koperasi pada Dinas/Kantor Koperasi dan
Kab/Kota setepat.
3. Bagi koperasi yang beranggotakan/berdomisili lebih dari satu Kab/Kota/Lintas
Kabupaten/Kota maka pengajuan pengesahan akta pendirian/badan hukum Koperasi
pada Dinas koperasi dan UKM Provinsi Bali.
4. Bagi Koperasi yang beranggotakan/berdomisili lebih dari satu Provinsi/Lintas Provinsi
maka pengajuan pengesahan akta pendirian/badan hukum Koperasi pada Deputi
Kelembagaan Koperasi dan UKM Kantor Kementerian Koperasi dan UKM RI di
Jakarta.

VI. TAHAP KELIMA

7
VERIFIKASI/PENINJAUAN
Peninjauan kelokasi Koperasi yang mengajukan permohonan Badan Hukum bertujuan untuk
mengetahui :
1. Kelayakan Usaha Koperasi.
2. Keberadaan tempat usaha dan status kepemilikanya.
3. Pelaksanaan tugas pengurus dan pengawas.
4. Kelengkapan Administrasi Keuangan dan Permodalan.
5. Perkembangan keanggotaan dan usaha.
6. Kelengkapan Administrasi organisasi Koperasi.
7. Potensi pengembangan usaha Koperasi.

VII. TAHAP KEENAM


PENYERAHAN AKTA PENDIRIAN/BADAN HUKUM KOPERASI
1. Pengesahan akta pendirian/badan hukum Koperasi oleh Gubernur/Bupati/Pejabat yang
ditunjuk paling lama 3 bulan tehitung sejak diterima permohonan secara lengkap dan
benar.
2. Penyerahan akta pendirian/badan hukum dilaksanakan oleh Pejabat/Petugas dihadapan
pengurus, pengawas dan anggota Koperasi agar bisa diberikan penjelasan seperlunya.

KELENGKAPAN PERMOHONAN PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN/BADAN


HUKUM KOPERASI.

I.KELENGKAPAN POKOK
1. Surat Permohonan pendiri ( asli bermaterai Rp. 6.000,- )
2. Akta Pendirian dan anggaran dasar rangkap 3 ( tga ) ( asli bermaterai Rp. 6.000,- ) yang
dibuat Notaris.
3. Berita acara rapat pembentukan.
4. Suratbukti penyetoran modal sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok :
a. Untuk USP. Koperasi Primer minimal Rp. 15.000.000,-
b. Untuk KSP. Primer minimal Rp. 15.000.000,-
c. Untuk KSP. Sekunder minimal Rp. 50.000.000,-
d. Untuk USP, Sekunder minimal Rp. 50.000.000,-

8
5 .Rencana awal kegiatan usaha Koperasi ( bagi USP/KSP rencana 3 tahun dan RAPBK )
6. Suratkuasa mengurus badan hukum ( asli bermaterai Rp. 6.000,- )

II. KELENGKAPAN TAMBAHAN


1. Daftar hadir rapat pembentukan Koperasi.
2. Neraca awal dan Neraca terakhir.
3. Susunan Pengurus dan Pengawas.
4. Daftar riwayat hidup khusus pengelola KSP dan USP.
5. Daftar sarana kerja.
6. Daftar Buku administrasi oraganisasi dan usaha.
7. Suratperjanjian surat kerja antara pengurus Koperasi dengan
Pengelola/Menager/Direksi ( USP )
8. Daftar riwayat hidup pengurus serta dibubuhi pas foto yang bersangkutan.
9. foto kopy KTP. Pengurus dan anggota.
10. Daftar nama pendiri Koperasi.
11. Hasil peninjauan langsung oleh pejabat Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah ( setelah pemohonan masuk )

2.3 Struktur Intern dan Ekstern Organisasi Koperasi


Koperasi memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan struktur perusahaan ataupun
organisasi lainnya. Dimana dalam penyusunan struktur koperasi seluruhnya didasarkan pada
amanat Undang-undang (UU) No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, Anggaran Dana dan
Anggaran Rumah Tangga Koperasi dan hasil keputusan rapat.
Dalam UU No. 25 Tahun 1992 dijelaskan bahwa perangkat organisasi koperasi terdiri dari
Rapat Anggota (RA), pengurus dan pengawas, dan bila diperlukan pengurus dapat mengangkat
pengelola (manager atau karyawan) yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha.
Semua organisasi tersebut memiliki tugas dan perannya masing-masing dalam sebuah struktur
koperasi.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai organisasi, Koperasi harus memiliki perangkat
(struktur) yang jelas. Dimana, struktur koperasi dibagi menjadi struktur internal koperasi dan
struktur eksternal koperasi.
Struktur Internal Koperasi
Struktur internal koperasi merupakan struktur pelaksana kegiatan atau tugas di dalam sebuah
lembaga koperasi, yang meliputi rapat anggota, pengurus koperasi, dan pengawas koperasi.

9
Rapat Anggota, merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Agenda rapat
mencakup beragam masalah terkait pertanggungjawaban pengurus, evaluasi kinerja, dan
rencana ke depan. Pengambilan keputusan rapat diupayakan dengan cara musyawarah untuk
mencapai mufakat.
Apabila dalam pengambilan keputusan mengalami kendala, maka pengambilan keputusan
tersebut akan dilakukan dengan suara terbanyak atau voting. Hasil keputisan rapat ini bersifat
mengikat untuk seluruh anggota koperasi, termasuk di dalamnya pengurus.
Pengurus Koperasi, merupakan orang-orang yang mengelola koperasi dan dipilih oleh semua
anggota koperasi saat rapat anggota.Persyaratan dan masa jabatan pengurus akan diatur dalam
anggaran dasar (AD) koperasi dan masa jabatannya paling lama 5 tahun. Jika masa jabatan
telah habis, maka pengurus lama dapat dipilih kembali.
Adapun tugas dari pengurus adalah mengelola koperasi dan usahanya, mengajukan rencana
kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, menyelenggarakan
rapat anggota, melaporkan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas, dan
memelihara daftar buku anggota dan pengurus.
Pengawas Koperasi, merupakan orang yang mengawasi kinerja koperasi dan dipilih saat rapat
anggota. Dimana, tugas pengawas adalah melakukan pengawasan (audit) terhadap pelaksanaan
kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi, dan membuat laporan tertulis tentang hasil
pengawasannya.
Struktur Eksternal Koperasi
Struktur eksternal koperasi adalah struktur koperasi berdasarkan jenjang koperasi itu sendiri,
yang di dalamnya meliputi koperasi induk, koperasi gabungan, koperasi pusat, koperasi primer,
dan anggota koperasi primer sendiri.
Koperasi induk atau induk koperasi, adalah koperasi yang minimum anggotanya terdiri atas 3
koperasi gabungan yang berkedudukan di ibukota negara.
Koperasi gabungan, merupakan koperasi yang minimum anggotanya terdiri atas 3 koperasi
pusat dan berkedudukan di ibukota provinsi.
Koperasi pusat, merupakan koperasi yang beranggotan minimal 5 koperasi primer dan
berkedudukan di ibukota kabupaten.
Koperasi primer, merupakan koperasi yang minimal anggotanya memiliki 20 anggota
perseorangan yang bergabung dengan tujuan yang sama.
Koperasi sekunder, merupakan koperasi yang terdiri dari gabungan badan-badan koperasi serta
memiliki cakupan daerah kerja yang luas dibandingkan dengan kondisi primer.
2.4 Triple Co dan Hambatan dalam Pengembangan Koperasi
Pasal 33 ayat (1) UUD NRI 1945 mengandung pengertian sistem ekonomi yaitu sistem
ekonomi (perekonomian) yang disusun sebagai usaha bersama (bukan usaha perorangan), dan
usaha bersama itu harus berdasar atas asas kekeluargaan. Ada empat perkataan kunci pada ayat
(1) Pasal 33 UUD 1945 ini : Perekonomian, disusun, usaha bersama, dan asas kekeluargaan.
Apa yang dimaksud dengan perekonomian tentulah bukan hanya usaha koperasi saja, tetapi

10
meliputi usaha-usaha non koperasi seperti PT, Firma, CV, dll. Dari sinilah muncul konsepsi
Triple-Co (prinsip co-ownership/ pemilikan bersama, co-determination/penentuan atau
keputusan bersama, dan co-responsibility/ tanggung jawab bersama) sebagai wujud
kebersamaan. Disusun artinya tidak dibiarkan tersusun sendiri oleh mekanisme pasar bebas
atau pun kehendak dan selera pasar. Secara imperatif negara menyusun, negara mendesain
(lebih dari sekedar mengintervensi). Wujud ketersusunan jelas, yaitu tersusun sebagai usaha
bersama (sebagai mutual endeavour) berdasar mutualisme atau kepentingan bersama. Dalam
usaha bersama itu berlaku asas kekeluargaan (brotherhood) yang bukan kindship atau
kekerabatan), kegotongroyongan kooperatif. Dengan demikian Pasal 33 UUD 1945 menolak
pasar bebas (laissez-faire) yang mengemban paham liberalisme dan individualisme.
Saat ini masalah yang masih di hadapi koperasi dan bisa menghambat perkembangan koperasi
di Indonesia menjadi problematika. Pengelolaan koperasi yang kurang efektif, baik dari segi
manajemen maupun keuangan menjadi salah satu kendala berkembangnya koperasi.
Berikut adalah beberapa kendala pokok yang dihadapi oleh koperasi di Indonesia :
• Kurang berkembangnya koperasi juga berkaitan sekali dengan kondisi modal keuangan
badan usaha tersebut. Kendala modal itu bisa jadi karena kurang adanya dukungan modal yang
kuat dan dalam atau bahkan sebaliknya terlalu tergantungnya modal dan sumber koperasi itu
sendiri. Jadi untuk keluar dari masalah tersebut harus dilakukan melalui terobosan structural,
maksudnya dilakukannya restrukturasi dalam penguasaan factor produksi, khususnya
permodalan.
• Banyak anggota, pengurus maupun pengelola koperasi kurang bisa mendukung jalannya
koperasi. Dengan kondisi seperti ini maka koperasi berjalan dengan tidak profesional dalam
artian tidak dijalankan sesuai dengan kaidah sebagimana usaha lainnya.
Dari sisi keanggotaan, sering kali pendirian koperasi itu didasarkan pada dorongan yang
dipaksakan oleh pemerintah. Akibatnya pendirian koperasi didasarkan bukan dari bawah
melainkan dari atas. Pengurus yang dipilih dalam rapat anggota seringkali dipilih berdasarkan
status sosial dalam masyarakat itu sendiri. Dengan demikian pengelolaan koperasi dijalankan
dengan kurang adanya control yang ketat dari para anggotanya.
Pengelola ynag ditunjuk oleh pengurus seringkali diambil dari kalangan yang kurang
profesional. Sering kali pengelola yang diambil bukan dari yang berpengalaman baik dari sisi
akademis maupun penerapan dalam wirausaha.
• Manajemen koperasi harus diarahkan pada orientasi strategik dan gerakan koperasi harus
memiliki manusia-manusia yang mampu menghimpun dan memobilisasikan berbagai sumber
daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang usaha. Oleh karena itu koperasi harus teliti
dalam memilih pengurus maupun pengelola agar badan usaha yang didirikan akan berkembang
dengan baik.
Ketidak profesionalan manajemen koperasi banyak terjadi di koperasi koperasi yang anggota
dan pengurusnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah. contohnya banyak terjadi pada
KUD yang nota bene di daerah terpencil. Banyak sekali KUD yang bangkrut karena
manajemenya kurang profesional baik itu dalam sistem kelola usahanya, dari segi sumberdaya
manusianya maupun finansialnya. Banyak terjadi KUD yang hanya menjadi tempat bagi
pengurusnya yang korupsi akan dana bantuan dari pemerintah yang banyak mengucur.

11
Selain itu terdapat beberapa hal yang menyebabkan sulitnya perkembangan koperasi di
Indonesia antara lain :
1. Image koperasi sebagai ekonomi kelas dua masih tertanam dalam benak orang – orang
Indonesia sehingga, menjadi sedikit penghambat dalam pengembangan koperasi menjadi unit
ekonomi yang lebih besar ,maju dan punya daya saing dengan perusahaan-perusahaan besar.
2. Perkembangan koperasi di Indonesia yang dimulai dari atas (bottom up) tetapi dari atas (top
down), artinya koperasi berkembang di indonesia bukan dari kesadaran masyarakat, tetapi
muncul dari dukungan pemerintah yang disosialisasikan ke bawah. Berbeda dengan yang di
luar negeri, koperasi terbentuk karena adanya kesadaran masyarakat untuk saling membantu
memenuhi kebutuhan dan mensejahterakan yang merupakan tujuan koperasi itu sendiri,
sehingga pemerintah tinggal menjadi pendukung dan pelindung saja. Di Indonesia, pemerintah
bekerja double selain mendukung juga harus mensosialisasikanya dulu ke bawah sehingga
rakyat menjadi mengerti akan manfaat dan tujuan dari koperasi.
3. Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini disebabkan sosialisasi yang belum
optimal. Masyarakat yang menjadi anggota hanya sebatas tahu koperasi itu hanya untuk
melayani konsumen seperti biasa, baik untuk barang konsumsi atau pinjaman. Artinya
masyarakat belum tahu esensi dari koperasi itu sendiri, baik dari sistem permodalan maupun
sistem kepemilikanya. Mereka belum tahu betul bahwa dalam koperasi konsumen juga berarti
pemilik, dan mereka berhak berpartisipasi menyumbang saran demi kemajuan koperasi
miliknya serta berhak mengawasi kinerja pengurus. Keadaan seperti ini tentu sangat rentan
terhadap penyelewengan dana oleh pengurus, karena tanpa partisipasi anggota tidak ada
kontrol dari anggota nya sendiri terhadap pengurus.
4. Manajemen koperasi yang belum profesional, ini banyak terjadi di koperasi koperasi yang
anggota dan pengurusnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
5. Pemerintah terlalu memanjakan koperasi, ini juga menjadi alasan kuat mengapa koperasi
Indonesia tidak maju maju. Koperasi banyak dibantu pemerintah lewat dana dana segar tanpa
ada pengawasan terhadap bantuan tersebut. Sifat bantuanya pun tidak wajib dikembalikan.
Tentu saja ini menjadi bantuan yang tidak mendidik, koperasi menjadi ”manja” dan tidak
mandiri hanya menunggu bantuan selanjutnya dari pemerintah. Selain merugikan pemerintah
bantuan seperti ini pula akan menjadikan koperasi tidak bisa bersaing karena terus terusan
menjadi benalu negara. Seharusnya pemerintah mengucurkan bantuan dengan sistem
pengawasan nya yang baik, walaupun dananya bentuknya hibah yang tidak perlu dikembalikan.
Dengan demikian akan membantu koperasi menjadi lebih profesional, mandiri dan mampu
bersaing.
6. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebutuhannya untuk memperbaiki diri,
meningkatkan kesejahteraanya, atau mengembangkan diri secara mandiri. Padahal Kesadaran
ini adalah pondasi utama bagi pendirian koperasi sebagai motivasi.
7. Kurangnya pengembangan kerjasama antar usaha koperasi.
Itulah penyebab-penyebab kenapa perkembangan koperasi di Indonesia belum maksimal.
Tetapi analisis masalah tadi bukan lah yang utama, justru yang utama jika ingin koperasi maju
adalah sebagai generasi penerus bangsa di masa depan tentunya kita harus berperan aktif dalam

12
pengembangan koperasi di negeri ini. Salah satunya melalui keikutsertaan dalam koperasi,
mempelajari dan mengetahui tentang perkoperasian secara lebih mendalam.

2.5 Pengawasan Koperasi


Pengawas koperasi merupakan bagian dari perangkat atau struktur koperasi disamping rapat
anggota dan pengurus koperasi di Indonesia. Hal tersebut tercantum dalam pasal 21, UU
Nomor 25 Tahun 19912 Tentang Perkoperasian Indonesia.
Pembahasan dalam info singkat koperasi artikel ini ditujukan pada tugas dan wewenang
pengawas koperasi sebagaimana tertuang dalam pasal 38-39 UU Nomor 25 1992 Tentang
Perkoperasian Indonesia.
Pasal 38 ayat (1) menyatakan bahwa pengawas dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam
rapat anggota. Selanjutnya pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota (ayat 2).
Jelaslah bagi kita bahwa pengawas koperasi tidak bertanggung jawab kepada pengurus
melainkan kepada rapat anggota.
Tugas dan wewenang pengawas koperasi sebagaimana diatur dalam pasal 39, secara umum,
pengawas koperasi bertugas mengawasi manajemen koperasi dan membuat laporan tahunan.
Secara rinci tugas dan wewenang pengawas koperasi adalah:

• Tugas pengawas koperasi


1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi;
2. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.
3. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota pengawas ditetapkan dalam
anggaran dasar.
• Wewenang pengawas koperasi
1. Meneliti catatan yang ada pada Koperasi
2. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan
3. Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha selalu dengan semangat tidak
memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga masing- masing sanggup menjalankna
kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka
terhadap organisasi. Perkoperasian dikenal lima jenis koperasi, yaitu: Koperasi Produsen,
Koperasi Konsumen, Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Pemasaran, Koperasi Jasa. Pendirian
koperasi meliputi 6 tahap, yaitu: Penyuluhan Perkoperasian, Rapat Pembentukan Koperasi,
Pengelolaan Pra Koperasi, Pengajuan Permohonan Badan Hukum, Verifikasi/Peninjauan, &
Penyerahan Akta Pendirian/Badan hukum Koperasi. Adapun hambatan dalam pengembangan
koperasi yakni: sumber daya manusia (sdm), konflik kepentingan dari sisi konsep koperasi,
keuangan, rendahnya etos kerja personal dalam koperasi, kurang bisa mengoptimalkan
penggunaan teknologi informasi.

14
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses melalui
http://eprints.ums.ac.id/62705/2/BAB%20I.pdf pada Minggu, 17 Oktober 2021
Kelas Pintar. 2020. Diakses melalui https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/struktur-
internal-dan-eksternal-koperasi-7233/ pada Minggu, 17 Oktober 2021
https://diskopumkmtkt.banglikab.go.id/index.php/baca-berita/200/Tata-Cara-Pendirian-
Koperasi.html
Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung. 2016. Diakses melalui PRINSIP-
PRINSIP_KONSTITUSIONALITAS_KOPERASI_BERDAS.pdf pada Minggu, 17 Oktober
2021
Ahmadmuhajirs. 2015. Diakses melalui
https://rw09arenjaya.wordpress.com/2013/09/17/mengapa-koperasi-di-indonesia-sulit-
berkembang/ pada Minggu, 17 Oktober 2021

15

Anda mungkin juga menyukai