M DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERSARAFAN “ STROKE ”
DI RUANG BAJI DAKKA
RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
OLEH :
LPT.13201913
LAPORAN PENDAHULUAN
stroke ringan. Gejala TIA Cuma berlangsung singkat dan akan menghilang dalam 24
jam.
B. Etiologi
a. Tingginya Tekanan Darah
Penyebab paling umum terjadinya stroke adalah tingginya tekanan darah, atau dalam
dunia medis disebut hipertensi, jika memiliki tekanan darah lebih dari 140/90.
b. Kebiasaan Merokok
Memiliki kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko terkena stroke. Pasalnya,
nikotin yang terkandung di dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah. Selain
itu, asap rokok juga dapat menyebabkan lemak di arteri leher utama menumpuk, darah
menjadi lebih kental, dan lebih rentan membeku.
c. Mengidap Penyakit Jantung
Penyakit jantung dan stroke memang bisa dibilang memiliki hubungan yang erat.
Orang yang mengidap penyakit ini lebih rentan terserang stroke, dibanding yang
tidak. Hal ini tak terlepas dari fungsi jantung yang sangat vital, yaitu memompa darah
ke seluruh tubuh. Berbagai gangguan pada jantung yang dimaksud dalam hal ini
termasuk fibrilasi atrium, kerusakan katup jantung, detak jantung yang tidak teratur,
dan arteri yang tersumbat karena timbunan lemak.
d. Genetik
Faktor ini cukup berpengaruh pada risiko stroke seseorang. Artinya, jika memiliki
anggota keluarga dengan riwayat stroke, risiko untuk bisa mengalami kondisi serupa
akan meningkat.
e. Obesitas
Peluang untuk terkena stroke dapat meningkat pada orang yang kelebihan berat
badan, baik pria maupun wanita, akibat peradangan jaringan tubuh akibat lemak
berlebih. Kondisi ini dapat memicu masalah aliran darah dan peningkatan resiko
penyumbatan darah.
f. Kolesterol Tinggi yang Tak Terkontrol
Kolesterol yang kadarnya terlalu tinggi akan membentuk lapisan pada dinding-
dinding pembuluh darah. Akibatnya, pembuluh darah menjadi sempit, sehingga sel-
sel darah pun menjadi sulit mengalir ke seluruh tubuh. Jika aliran darah terhambat,
risiko penyakit berbahaya seperti stroke pun meningkat.
g. Mengidap Diabetes
48
Diabetes bisa dibilang penyebab tidak langsung terjadinya stroke. Hal ini karena
orang yang mengidap penyakit ini biasanya lebih rentan mengalami tekanan darah
tinggi dan cenderung obesitas. Kedua kondisi itu dapat meningkatkan risiko stroke.
Terlebih, diabetes dapat membuat pembuluh darah menjadi rusak, sehingga stroke
jadi lebih mungkin terjadi.
h. Usia
Meski bukan faktor penentu utama (karena siapapun bisa mengalami stroke), usia
nyatanya dapat meningkatkan risiko. Secara umum, peluang seseorang untuk
terserang stroke akan meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah berusia
lebih dari 55 tahun.
C. Patofisiologi
Tahap Awal stroke hemorhagic, berawal dari pembuluh darah otak yang pecah, dan darah
mengucur deras keluar dari dalam pembuluh darah.
Penyebab pecahnya pembuluh darah :
1. Karena tekanan darah yang terlalu tinggi
2. Karena aktifitas yang terlalu berat sehingga tekanan darah di otak menjadi meningkat dan
akhirnya dinding pembuluh darah yang telah rapuh tidak bisa menahannya dan
3. Kombinasi dari keduanya.Gejala yang dirasakan oleh penderitanya hanyalah rasa pusing
biasa dan merasa kepalanya sangat berat saja dan kadang tidak menimbulkan gejala sama
sekali.
Lama-kelamaan akhirnya darah yang mengisi otak ini semakin banyak.Sebagai akibat
dengan adanya cairan baru di dalam kepala, maka volume cairan di dalam darah secara
langsung akan meningkat begitu pula tekanan didalam otak. Akhirnya darah yang masih saja
mengalir itu mulai menekan bagian-bagian otak.Jika yang tertekan oleh otak adalah area
motorik otak kanan, maka pasien akan menderita kelumpuhan tangan dan kaki sebelah kiri,
begitu pula sebaliknya, jika bagian otak yang tertekan adalah area motorik otak kiri, maka
pasien akan menderita kelumpuhan tangan dan kaki sebelah kanan. Jika perdarahan tersebut
49
terjadi di dekat pusat kesadaran maka pasien tersebut dapat mengalami penurunan kesadaran.
jika perdarahan tidak atau gagal ditangani, maka darah akan semakin banyak dan akibatnya
bisa menekan pusat kesadaran dan pusat pernafasan sehingga pasien mengalami henti nafas,
dan jika ini terjadi,maka kemungkinan terburuk adalah kematian bagi pasien tersebut.
Pathway
Hipertensi Gangguan Jantung Diabetes Mellitus Obesitas Merokok
Vasokontriksi Kontraksi Visikositas Kolesterol
Pembuluh Darah Jantung Jantung
Curah Jantung Gangguan Aliran Darah
Arterosklerosis
Penurunan Fungsi
Fungsi N.X Dan N.IX Kerusakan MotorikDanMusculoskeletal
Proses Menelan Neurocerebrospinal
Tidak Efektif N.VII dan N.IX
Disfogia (kesulitan menelan) Control Otot Facial/Oral
Anoreksia Menjadi Lemah
Defisit Nutrisi Ketidakmampuan Bicara
Gangguan
D. Manifestasi Klinis Mobilitas Fisik
Ada tiga gejala utama stroke yang mudah untuk dikenali, yaitu:
1. Salah satu sisi wajah akan terlihat menurun dan tidak mampu tersenyum karena mulut
atau mata terkulai.
2. Tidak mampu mengangkat salah satu lengannya karena terasa lemas atau mati rasa.
Tidak hanya lengan, tungkai yang satu sisi dengan lengan tersebut juga mengalami
kelemahan.
3. Ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara sama sekali meskipun
penderita terlihat sadar.
Beberapa gejala dan tanda stroke lainnya, yaitu:
1. Mual dan muntah.
2. Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan pusing
berputar (vertigo).
3. Penurunan kesadaran.
4. Sulit menelan (disfagia), sehingga mengakibatkan tersedak.
5. Gangguan pada keseimbangan dan koordinasi.
Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda
E. Pemeriksaan Penunjang
51
1. Angiografi serebral
Membantu menunjukkan penyebab stroke secara spesifik, misalnya
pertahanan atau sumbatan arteri.
2. Skan Tomografi Komputer (Computer Tomography Scan/CT-Scan)
Mengetahui adamya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral,
dan tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang
mengandung darah menunjukan adanya perdarahan subarakhnoid dan
perdarahan intrakranial. Kadar protein total meningkat, beberapa kasus
trombosis disertai proses inflamasi.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).
F. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan klien pada fase awal serangan 42-72 jam pertama :
1. Mempertahankan klien cukup oksigen
2. Membersihkan lendir dari jalan nafas klien
3. Memonitor/pantau fungsi nafas klien
4. Tanda – tanda vital usahakan stabil
5. Bedrest
6. Mengkaji tingkat kesadaran klien
7. Melakukan penilaian kemampuan menelan
Penatalaksanaan klien stroke setelah melewati masa kritis :
1. Tata ruang : meletakkan benda-benda yang klien butuhkan didekatnya
2. Meletakkan pasien pada posisi kepala ditinggikan 15-30º
3. Mengatur posisi tempat tidur datar
b. Penatalaksaan Medis
52
G. KOMPLIKASI
1. Edema otak
Salah satu komplikasi stroke yang mungkin terjadi adalah edema atau penumpukan
cairan yang menyebabkan otak menjadi bengkak.
2. Pneumonia
Biasanya, stroke menyebabkan kesulitan menelan makanan atau minuman yang
dikonsumsi. Makanan tersebut justru masuk ke dalam tenggorokan atau saluran
pernapasan. Kondisi ini lah yang menjadi penyebab pasien stroke mengalami
pneumonia yang kemudian menjadi kesulitan saat bernapas.
3. Infeksi saluran kencing
Pasien stroke juga sangat rentan mengalami infeksi saluran kencing karena
menurunnya kerja sistem imun, disfungsi kandung kemih, dan meningkatnya
penggunaan kateter urine.
4. Kejang
5. Penggumpalan darah
6. Gangguan bicara
7. Depresi
8. Sakit kepala kronis
53
9. Kelumpuhan
Stroke juga bisa menjadi penyebab kelumpuhan atau paraplegia, baik pada salah satu
bagian tubuh, atau seluruhnya. Umumnya, kondisi ini menyerang area wajah, lengan,
dan juga kaki
10. Gangguan penglihatan
11. Ulkus dekubitus
Kondisi yang juga dikenal sebagai bedsore ini merupakan komplikasi lain yang
mungkin dialami oleh penderita stroke. Bedsore adalah masalah kulit atau
cedemumnya, pasien stroke yang mengalami kelumpuhan menghabiskan waktu
terlalu lama untuk berbaring karena mengalami kelumpuhan hingga menyebabkannya
mengalami kondisi ini.
12. Tegang pada otot
1. Pengkajian
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
54
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan.
Respons-respons tersebut merupakan reaksi terhadap masalah kesehatan dan
proses kehidupan yang dialami klien. Masalah kesehatan dan proses kehidupan
mengacu kepada respons klien terhadap kondisi yang terjadi selama rentang
kehidupannya dimulai dari fase pembuahan hingga menjelang ajal dan meninggal
yang membutuhkan diagnosis keperawatan dan dapat diatasi atau diubah dengan
intervensi keperawatan. (PPNI.2016)
Teori Diagnosa Menurut buku SDKI :
a. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot
b. Gangguan komunikasi verbal b/d penurunan sirkulasi serebral
c. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan
d. Risiko perfusi serebral tidak efektif d/d infark jaringan otak
55
2. Intervensi Keperawatan
Table 2.1: intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan
selama 3 x 24 jam maka
Status nutrisi membaik
dengan Kiteria Hasil:
a. kekuatan otot menelan
meningkat 5
b. porsi makanan yang
dihabiskan meningkat 5
c. frekuensi makan membaik
5
d. nafsu makan membaik 5
4 Risiko perfusi A. luaran utama A. Intervensi uama
serebral tidak Perfusi serebral 1. manajemen peningkatan
efektif d/d infark Setelah dilakukan tekanan intracranial
jaringan otak Intervensi keperawatan 2. pemantauan tekanan
selama 3 x 24 jam maka intrakranial
Perfusi serebral meningkat
dengan Kiteria Hasil:
a. tingkat kesadaran
meningkat 5
b. sakit kepala menurun
c. kesadaran membaik 5
3. Implementasi
Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perawat harus mengetahui bahaya-bahaya
fisik dan perlindungan pada lansia, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur
tindakan, pemahaman tentang hak hak dari lansia dan memahami tingkat
perkembangan lansia. Pelaksanaan tindakan keperawatan diarahkan untuk
mengoptimalkan kondisi agar lansia mampu mandiri dan produktif. (Windi asmi
saputri, 2018)
4. Evaluasi
57
OLEH
LPT. 13201913
59
2021/2022
FORMAT PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN
a. Biodata
a. Nama : Tn.M
b. Usia : 65 Tahun
c. Jenis Kelamin : laki - laki
d. Tempat Tanggal Lahir : Lompo,15 oktober 1956
e. Pendidikan : SD
f. Alamat : Dusun Lompo, Desa Sengeng Palie
g. Agama : Islam
h. Pekerjaan : Petani
i. Status Pernikahan : Sudah menikah
j. Diagnose medis : Stroke Hemoragik
k. Tanggal masuk : 16 Oktober 2021
l. Tanggal pengkajian : 17 Oktober 2021
b. Biodata penanggung jawab
a. Nama : Ny.H
b. Usia : 50
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : IRT
e. Alamat : Lompo, Desa Sengeng Palie
f. Hubungan dengan klien : Istri klien
c. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Kelemahan sebagian tubuh/ektremitas atas dan bawah sebelah kanan
60
G1 X X X X
x x x x
G2
x 507 x
? x 65 x
25 24
Keterangan :
X : Meninggal : klien
61
GI : Kakek dan nenek dari ayah dan ibu sudah meninggal karena faktor usia
GII : Ayah dan ibu klien sudah meninggal tanpa diketahui penyebabnya
GIII : Klien anak ketiga dari Empat bersaudara sedangkan istri klien anak kedua
dari tiga bersaudara, klien tidak memiliki dua anak laki-laki, dan klien
tinggal dengan isrinya dirumah nya
d. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum klien
Penampilan dihubungkan dengan usia : Sesuai
Ekspresi wajah, bicara : Tegang , Tidak bisa/tidak merespon
B. Tanda-Tanda Vital
Vital Sign
Tekanan darah : 190/100 Mmhg
Pernapasan : 26 kali/menit
Suhu : 37 ‘c
Nadi : 97 kali/menit
Antropometri
Berat Badan : 74 kg
Tinggi Badan : 150 cm
C. Sistem Respirasi
Hidung : Hidung simetris;tampak menggunakan alat bantu
Pernapasan,tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa,
Irama pernafasan tidak teratur
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid; tidak ada tumor;
tidak ada nyeri tekan ataupun massa
Dada : Bentuk dada normal chest; tidak ada massa; tidak ada
nyeri tekan.
D. Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva anemis, terpasamg infus dilengan kiri, akral hangat, CRT < 3
62
E. Sistem Gastrointrstinal
Mulut dan tenggorokan: Kemampuan menelan kurang; tidak ada
pembengkakan,bibir kering,mulut tampak bersih.
tidak ada pendarahan gusi; tidak ada lesi.
Abdomen : Simetris; tidak ada nyeri pada ulu hati; tidak ada nyeri
tekan; tidak ada ulkus; tidak ada benjolan atau massa.
Anus : Tidak ada melena; tidak ada hemoroid; dan
tidak ada pendarahan rektum.
F. Sistem Penginderaan
Mata : Konjungtiva anemis; tidak ada nyeri tekan;reflek
terhadap cahaya +/+
Telinga : Bentuk telinga normal; simetris;klien tidak mengalami
gangguan pendengaran
G. Sistem Integumen
Rambut : Tekstur rambut baik; Tampak bersih; terdapat
canities (uban).
Kulit : Warna kulit sawo matang; tidak ada sianosis; tidak ada
ruam; tidak ada ikterus.
H. Sistem Muskuloskeletal
Kepala : bentuk kepala lonjong
Vertebra : bentuk normal
Pelvis : normal
Lutut : tidak terdapat pembengkakan
Kaki : ekstremitas bawah kanan dan kiri tampak lengkap,kaki
kanan mengalami kelemahan
Tangan : Ekstremitas atas tangan kanan mengalami kelemahan
Gerakan : ekstremitas atas dan bawah kanan tidak dapat digerakkan
63
I. Sistem Endoktrin
Tidak intoleran terhadap panas atau dingin; tidak terdapat goiter; tidak terdapat
polifagia; tidak terdapat polidipsia; tidak terdapat poliuria.
J. Sistem Perkemihan
Klien tampak menggunakan kateter, kondisi kateter baik, output 500cc, klien
terpasang kateter karena mengalami penurunan kesadaran.
K. Sistem saraf
GCS : 5 :E2M2V1 : sopor
Pemeriksaan saraf kranial
I. Nervus olfaktorius : saraf sensori untuk penciuman
Penciuman : kemampuan penciuman tidak dapat dikaji karena
kesadaran menurun
II. Nervus optikus : saraf sensori
Tajam penglihatan dan lapang pandang : visus dan lapang pandang
tidak dapat diperiksa karena kesadaran menurun
III. Nervus okulomotorius
Pupil : diameter pupil 2 mm sama kiri dan kanan, bentuk bulat, reflek
terhadap cahaya +/+
IV. Nervus trochlearis
Gerakan mata ke lateral : bola mata tidak dapat bergerak kebawah dan
kemedial
V. Nervus trigeminus : sensorik dan motorik
Membuka mulut : pasien hanya sedikit menggerak-gerakkan
rahang,klien sedikit membuka mulut
VI. Nervus abdusen
Mengontrol pergerakan mata : bola mata tidak bisa diputarkan dan
tidak bisa menggerak-gerakkan konjungtiva karena kesadaran pasien
menurun
VII. Nervus fasialis : sensorik dan motoric
Pasien tidak bisa tersenyum, mengangkat alis mata, tidak dapat
memperlihatkan gigi dan bersiul karena kesadaran menurun
VIII. Nervus festibulokoklear : pendengaran
64
e. Aktivitas sehari-hari
No Jenis Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi
Selera makan Baik Baik
Frekuensi makan 3× sehari 3 × sehari
Makanan yang disukai Sayuran hijau Sayur hijau
Makanan pantangan Makanan tinggi Makanan tinggi
garam gula dan garam
2 Cairan
Jenis minuman yang dikonsumsi Air Air mineral
Frekuensi minum dalam 24 jam 5× sehari 4-5× sehari
Kebutuhan cairan dalam 24 jam 2000-2500 cc 2500-3000 cc
3 Eliminasi
Buang Air Kecil
Tempat pembuangan WC
Frekuensi 4× sehari kateter
65
f. Test Diagnostik
Laboratorium
g. Therapy medik
Cairan Infus RL
Terpasang O2 9L/m
Citicolin
Mecobalamin
Kalnex
Manitol
DATA FOKUS
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan oto dan massa otot d/d rentang
gerak (ROM) menurun
2. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas d/d dyspnea
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif b/d infark jaringan otak dan hipertensi d/d klien
tampak mengalami penurunan kesadaran
68
INTERVENSI KEPERAWATAN