Anda di halaman 1dari 5

1

PENANGANAN JENAZAH Tujuan dari manajemen korban meninggal itu


sendiri ada 2
KORBAN BENCANA
1. Identifikasi
(Minggu 14)
Identifikasi merupakan hak asasi setiap
manusia, banyak langkah yang ditempuh
Manajemen korban meninggal pada kondisi
dalam identifikasi pada setiap jenazah.
normal dan bencana sangatlah berbeda,
2. Investigasi
untuk itu perlu dibuat alur yang jelas
Investigasi dilakukan untuk mengetahui
sehingga korban meninggal dapat segera
sebab sebab kematian dan untuk
dilakukan proses identifikasi untuk
dilakukan langkah langkah preventif,
mengetahui siapa korban tersebut.
termasuk antisipasi pada kemungkinan
Masalah yang sering muncul pada saat
kejadian pada waktu berikutnya yang
kondisi bencana ada 3 hal penting :
mungkin akan terjadi.
1. Korban meninggal dalam jumlah yang
besar Dalam menangani korban meninggal tentu
2. Kesulitan transportasi pada daerah sangat berbeda dengan menangani korban
tersebut (darat, laut, udara) yang masih hidup, untuk korban meninggal
3. Membutuhkan koordinasi dengan perlu dilakukan prosedur sebagai berikut
department lainnya Meninjau lokasi kematian
Tahap pertama adalah meninjau lokasi
Hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan kematian, langkah awal yang harus dilakukan
jenazah korban bencana. . adalah memasang police border line (garis
• Harapan yang tinggi dari keluarga kuning polisi), setelah dipastikan lokasi sudah
korban “steril” maka mulai dilakukan evakuasi,
• Waktu yang singkat untuk mengatasi
kemudian dari semua korban yang
korban mati
dievakuasi dilakukan labeling atau pemberian
• Takanan dari masyarakat dan
pemerintah identitas sementara

Pendekatan masyarakat pada korban Mengumpulkan data post mortem


meninggal Tahap kedua mencari data post mortum,
1. Tidak hanya identifikasi data post mortum adalah data hasil
2. Kesehatan mental untuk korban hidup pemriksaan forensic yang dilihat dan
3. Dampak untuk menanggulangi ditemukan paa jenazah korban. Langkahnya
masalah kesehatan yang lain yaitu dengan membaringkan jenazah di meja
4. Hukum (warisan, kepemilikan barang kemudian diperiksa dari ujung rambut sampai
dll) ujung kaki, dan dari luar ke dalam ( dari
5. Penilaian terhadap dampak bencana pakaian terluar sampai organ dalam dengan
melakukan pembedahan apabila diperlukan
Mengapa korban meninggal tetap harus atau disebut juga autopsy)
dilakukan manajemen? Data yang diambil meliputi,

Pencarian Korban. 1. Foto


Tindakan yang pertama yang harus 2. Catatan pemerkisaan
dilakukan adalah pencarian dan penemuan 3. Sidik jari
4. Foto rontgen
penemuan korban. Dalam upaya ini pasti
5. Odontology forensik (pemeriksaan
akan banyak orang yang terlibat, secara
gigi)
umum akan melibatkan Pemerintah, Militer 6. Sampel DNA
dan relawan / masyarakat awan. Bahkan
dengan kecanggiha tehnologi akan dibantu Mengumpulkan data ante mortem
dengan berbagai peralatan bahkan binatang Tahap ketiga dengan cara
pelacak. mengumpulan data ante mortem dilakukan di
Sementara disudut yang lain akan terjadi department forensic, data ante mortem
kemungkinan tidak adanya koordinasi, Waktu adalah data yang penting dari korban
pecarian yang singkat dan terkadang sebelum kejadian atau pada waktu korban
situasinya sulit dikontrol. Sehngga perlu masih hidup. Langkahnya dengan cara
adanya koordinasi dalam pengorganisasi membuka informasi tentang orang hilang
sistem pencarian, memetakan tempat terlebih dahulu, kemudian dari data orang
pencarian, Pelebelan mayat dan Pengiriman orang hilang tersebut maka dilakuakan
mayat

Siswanto, SPd, S.Kep, Ns, M.Kes


Anggota Team Siaga Bencana 2020
2

pengumpulan data dari pihak keluarga yang bekerja tapi seberapa akurat" mereka
berupa dalam menetukan identifikasi yang tepat.”
1. Data keluarga (foto sebelum Penyimpanan :
meninggal .ciri fisik, baju yang dipakai,
dsb)
2. Property yang biasa dia gunakan (anting, Terkadang jenazah tidak dikenali
kalung, gelang, cincin, baju)
keluarga, atau rekonsiliasi belum
menemukan hasil, sehingga jenazah harus
Membandingkan data post mortem dan
menunggu proses tersebut. Sehingga
ante mortem
pemulangan kepada fihak keluarga tidak bisa
Tahap keempat yaitu pengumpulan
/ dilakukan secepatnya. Dalam proses
dari data antemortem dan post mortem
menunggu tersebut banyak yang menjadi
kemudian dilakukan rekonsiliasi atau
bahan pertimbangan .
dibandingkan dan membuat kesimpulan
tentang identitas jenazah dari data yang ada. • Tidak mungkin menyimpan mayat
Primer : lama tanpa penyimpanan yang baik.
1. Sidik jari • Penyimpanan , mayat darurat.
2. Profil gigi • Di lantai
3. DNA • Halamam tempat ibadah.
Sekunder • Lapangan terbuka.
• Atau dimanapun yang paling
1. Visual (Keluarga korban untuk melihat /
memungkinkan
mengenali / identifikasi korban ) . kadang
kita harus memperhatikan adanya : • Pada korban banyak, pilihannya
 Tidak menyenangkan kondisinya. lemari pendingin atau kuburan masal
 Kurang bermartabat, situasi yang
terjadi. Lemari pendingin.
 Tidak teratur proses identifiasinya.
 Mimpi buruk yang terjadi pada
anggota kelurga.
2. Fotografi
3. Property
4. Medik anthropology
Apabila ditemukan minimal 1 data
primer yang cocok berarti dapat disimpulkan
hasilnya valid.

Mengembalikan kepada keluarga


Pada tahap yang terakhir, Setelah
ditentukan identitas jenazah dan sudah dapat
dipastikan dari hasil penccocokan
antemortum dan post mrtumnya, maka Dalam sebuah rumah sakit
dilakukan pemulangan jenazah dengan diharuskan adanya kamar mayat atau tempat
tahapan, penyimpanan mayat sementara yang
1. Pemulihan bentuk tubuh jenasah atau bertujuan untuk penempatan jenazah
disebut care and recontruction to best sementara hingga keluarga membawa
cosmetic yaitu dengan memperbaiki jenazah tersebut pulang untuk dikuburkan.
kondisi pasien agar lebih baik saat dilihat Kamar mayat atau tempat penyimpanan
oleh keluarga, hal ini biasanya dilakukan mayat sementara juga digunakan untuk
dengan menjahit bagian tubuh yang menunggu identifikasi maupun pemindahan
sobek, mengembalikan bentuk wajah, untuk otopsi. Namun di jaman yang sudah
dan menyatukan bagian bagian tubuh modern ini, kamar mayat atau tempat
yang terpisah menjadi satu bagian yang penyimpanan mayat yang memiliki pendingin,
utuh) lazim digunakan untuk menunda
2. Mengurus medicolegal dan adminstrasi dekomposisi.
yang dapat berupa sertifikat kematian Dekomposisi sendiri ialah pembusukan yang
dan isuransi. dilakukan oleh bakteri dan jamur.
“ Indicator keberhasilan dalam identifkasi Pembusukan pada jenazah terjadi akibat
"bukan seberapa cepat tim forensic dapat proses degradasi jaringan karena autolisis
dan kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam
Siswanto, SPd, S.Kep, Ns, M.Kes
Anggota Team Siaga Bencana 2020
3

setelah kematian. Akibat proses tersebut,


rambut mudah dicabut, wajah membengkak,
bola mata melotot, kelopak mata
membengkak dan lidah terjulur. Pembusukan
lebih mudah terjadi pada udara terbuka dan
suhu lingkungan yang hangat/panas serta
kelembaban tinggi. Inilah sebabnya
diperlukan tempat penyimpanan mayat.
Ada dua jenis kamar dingin penyimpanan
mayat:
 Suhu positif
Badan disimpan antara 2°C (36°F) dan 4°C Container / Pendingin jenazah / Refrigeration.
(39°F). Sementara ini biasanya digunakan
untuk menjaga tubuh sampai beberapa
minggu, tidak mencegah pembusukan, yang
terus pada tingkat lebih lambat dari pada
suhu kamar.
 Suhu negatif
Badan disimpan di antara -10°C (14°F) dan
-50°C (-58°F). Biasanya digunakan di institut
forensik, terutama ketika tubuh belum
Pada setiap container pendingin ini bisa
diidentifikasi. Pada suhu tubuh ini benar- menampung jenasah 20-30 atau bahkan
benar beku dan dekomposisi sangat jauh lebih.
berkurang.
Bisa kita bayagkan apabila kejadian Pengurusan jenasah Kurban Bencana,
kecelakaan atau bencana yang banyak menurut ustat (Islami ).
membawa korban. .
Rak Jenazah yang ada di kamar mayat. BENCANA alam gempa bumi dan tsunami
dansebagainya menyebabkan banyak nyawa
melayang. Korban-korban berjatuhan dan
perlu ditangani dengan segera.
Kondisi yang darurat membuat pengurusan
jenazah terpaksa dilakukan tidak seperti
biasa layaknya kondisi normal. Namun,
pengurusan jenazah tetap dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan (misal syariat
Islam), hanya saja tata pelaksanaannya
yang berbeda.
"Pada dasarnya, dalam situasi normal, mayat
Pada / selama minggu pertama . wajib dimandikan, dikafani, disalatkan, dan
dikuburkan, sesuai ketentuan syari’at. Dalam
situasi darurat di mana pengurusan
(penanganan) jenazah tidak mungkin
memenuhi ketentuan syari’at seperti di atas,
maka cara pengurusan jenazah dilakukan
dengan tata cara tertentu," -- Ustaz Fauzan.
Jenazah boleh tidak dimandikan dan
langsung di kuburkan. Pakaian yang melekat
pada mayat atau kantong mayat dapat
menjadi kafan bagi jenazah sekalipun
terkena najis.
"Mayat boleh disalati sesudah dikuburkan
walaupun dari jarak jauh (shalat ghaib).
Dalam keadaan darurat, menguburkan
jenazah korban wajib segera dikuburkan.
Jenazah boleh dikuburkan secara massal
dalam jumlah yang tidak terbatas, baik dalam
satu atau beberapa liang kubur dan tidak
harus dihadapkan ke arah kiblat," imbuh
Ustaz Fauzan.

Siswanto, SPd, S.Kep, Ns, M.Kes


Anggota Team Siaga Bencana 2020
4

Penguburan secara massal tersebut boleh YANG PERLU DIPERHATIKAN :


dilakukan tanpa memisahkan jenazah laki- • Tidak menyenangkan
laki dan perempuan. Selain itu, jenazah pun • Kurang bermartabat
boleh langsung dikuburkan di tempat jenazah • Tidak teratur
ditemukan. Wallahu a'lam bisshowab • Mimpi buruk
Body Recovery
Demikian secara singkat semoga dapat • Tindakan yg pertama : pencarian,
memberikan gambaran / bantuan kepada penemuan
peserta. • Banyak orang terlibat
• Tidak ada koordinasi
THE MANAGEMENT OF THE DEAD AND • Waktu singkat
THE MISSING IN DISASTERS • Sulit dikontrol
Search and recovery
Hambatan. • Mengorganisasi sistem pencarian
• Harapan yang tinggi dari keluarga • Memetakan tempat pencarian
korban • Pelebelan mayat
• Waktu yang singkat untuk mengatasi • Pengiriman mayat
korban mati
• Takanan dari masyarakat dan MANAJEMAN KORBAN MATI
pemerintah • Sulit membuat sistem perawatan
mayat paska bencana
Pendekatan masyarakat pd korban • Seharusnya menjadi bagian dr
meninggal konsep siaga bencana
1. Tidak hanya identifikasi • Peralatan terlambat ke lokasi
2. Kesehatan mental untuk korban hidup
3. Dampak untuk menanggulangi Body search and recovery
masalah kesehatan yang lain • PELAKSANA
4. Hukum (warisan, kepemilikan brg dll) – Pemerintah
5. Penilaian thp dampak bencana – Militer
– Relawan
Pemerintah :
Dukungan dari insitusi sendiri Suggestions for identification
Pencarian • Fotho dan dokumentasi
identifikasi Ciri-ciri pribadi + Visual identifikasi
Penyimpanan dan perawatan yang memungkinkan
Hubungan dgn keluarga • PENYIMPANAN + Pemeriksaan
pemakaman forensik yang memungkinkan

Topik Yang Umum / utama Identifikasi :


• Usaha untuk inditifikasi korban Finger print.
• Perawatan korban mati Pengumpulan spesimaent Data DNA :
• Memperlakukan mayat dan kelurga Femur , gigi, Iga
dgn baik
• Politik Setting in the temporary morgues
• Masalah kesehatan masyarakat
• Holding area
– On the floor
Identifikasi korban – In the pavilion of temples
 Fotho dan dokumentasi Ciri-ciri
pribadi Penyimpanan dan perawatan
 Visual identifikasi yang
memungkinkan Storage and preservation of bodies :
 Visual identifikasi yang refrigerator, cool containers or trailers.
memungkinkan
 Penyimpanan • Temporary burial : Masing-masing
Penyimpanan , mayat darurat. mayat ditandai dan dicocokan dengan
• Di lantai data identifikasi yang ada
• Halamam tempat ibadah
Identifikasi Visual: Penyimpanan :
• Keluarga korban untuk • Tidak mungkin menyimpan mayat
melihat/identifikasi korban
lama tanpa penyimpanan yang baik.

Siswanto, SPd, S.Kep, Ns, M.Kes


Anggota Team Siaga Bencana 2020
5

Penyimpanan mayat darurat.


• Di lantai
• Halamam tempat ibadah.
• Pada korban banyak pilihannya lemari
pendingin atau kuburan masal

Siswanto, SPd, S.Kep, Ns, M.Kes


Anggota Team Siaga Bencana 2020

Anda mungkin juga menyukai