Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TENTANG ERA REFORMASI

OLEH :

NATALIA SENSIANA MELENG

NPM : 20301099

ROMBEL : D

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

PROGRAM STUDI SARJANA AGRONOMI

TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ERA REFORMASI”.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan, hal ini karena terbatasnya kemampuan penulis, baik dalam
pengumpulan materi tentang “Era Reformasi” maupun dari pengetahuan dan pengalaman.
Oleh kerena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun, penulis terima dengan
senang hati .

Penulis sangat berharap semoga tugas sederhana ini dapat berguna bagi pengetahuan
kami sendiri maupun para pembaca.

Ruteng, September 2020

PENULIS

DAFTAR ISI
ii
Halaman Judul.................................................................................................i
Kata Pengantar................................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................3
A. Pengertian Reformasi ........................................................................3
B. Faktor Penyebab Peristiwa Reformasi ..............................................3
C. Kronologi Peristiwa Reformasi ..........................................................9
D. Tokoh – Tokoh Reformasi ................................................................11
E. Kebijakan – Kebijakan pada Masa Reformasi ..................................14
BAB III PENUTUP.......................................................................................18
A. Kesimpulan........................................................................................18
B. Saran.................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan


kehidupan  bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara
konstitusional. Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi,
hukum, sosial, dan budaya yang lebih baik, demokratis berdasarkan prinsip
kebebasan, persamaan, dan persaudaraan.

Masalah kemiskinan, meskipun program Pemerintah untuk menangani


masalah ini sudah cukup banyak yang terealisasikan seperti BLT (Bantuan Langsung
Tunai) dan BOS (Bantuan Oprasional Sekolah), namun ternyata itu masih belum
mampu menurunkan angka kemiskinan yang signifikan. Badan Pusat Statistik (BPS)
mengumumkan, hasil survei pada Maret 2009, jumlah orang miskin di Indonesia
sebanyak 32,53 juta jiwa atau 14,15 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
Hasil ini memang menunjukan penduduk miskin berkurang 2,43 juta jiwa
dibandingkan dengan (hasil survei) Maret 2008 yang mencapai 34,96 juta jiwa atau
15,42 persen (dari total populasi). Namun tetap saja 14,15 persen itu bukanlah angka
yang kecil buat Negara seperti Indonesia.

Pada era reformasi sekarang ini, media massa berkembang sangat pesat,tidak
seperti pada masa orde baru, perkembangan media massa pada saat itu tidak bebas
dalam perannya untuk menyuarakan kepentingan public. Media yang mengancam
kekuasan Negara mengalami bayang-bayang akan adanya pembredelan dan
pengensoran.

Sejak era Reformasi, pers atau media massa di Indonesia dapat bernafas lega
dalam alam kebebasan. Gerakan reformasi politik, ekonomi dan sosial ditandai
dengan runtuhnya kekuasaan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto
pada tanggal 21 Mei 1998. Selama 32 tahun, rezim Orde Baru telah “memanfaatkan”
pers atau media massa sebagai alat perjuangan politiknya. Pers telah dipakai sebagai
alat propaganda pembangunan ekonomi yang menjadi jargon utama dari rezim Orde
Baru. Kritik hubungan negara dan media dikemukakan Edward S.Herman dan
1
Chomsky yang memandang media sebagai mesin propaganda yang mengolah
persetujuan bagi tatanan sosial politik yang berlaku.

B. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui bagaimana era reformasi di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Reformasi

Kata reformasi berasal dari kata Inggris reform yang artinya perbaikan
atau pembaharuan. Hakikatnya, reformasi merupakan bagian dari
dinamika masyarakat, dalam arti bahwa perkembangan akan menyebabkan
tuntutan terhadap pembaharuan dan perubahan untuk menyesuaikan diri
dengan tuntutan perkembangan tersebut.  Reformasi juga bermakna
sebagai suatu perubahan tanpa merusak (to change without destroying)
atau perubahan dengan memelihara (to change while  preserving). Dalam
hal ini, proses reformasi bukanlah proses perubahan yang radikal dan
berlangsung dalam jangka wkatu singkat, tetapi merupakan proses
perubahan yang terencana dan bertahap.

Kata reform menurut  Oxford Advanded Learners Dictionary (1978)


adalah “make become better by removing or putting right what is bed or
wrong”.  Rumusan tersebut menggambarkan bahwa pada dasarnya
reformasi adalah  mengubah atau membuat sesuatu menjadi lebih baik dari
sesuatu yang sudah ada.

Reformasi merupakan suatu perubahan tatanan perikehidupan lama


menjadi perikehidupan baru yang lebih baik. Terjadinya peristiwa
reformasi merupakan hal yang sudah dirunggu-tunggu oleh seluruh bangsa
Indonesia mengingat banyak penderitaan yang sudah mereka alami selama
berada dibawah keotoriteran seorang Soeharto. Peristiwa reformasi ini
diwujudkan dengan mengundurkan dirinya Soeharto dari jabatan sebagai
presiden Republik Indonesia.

B. Faktor Penyebab Peristiwa Reformasi

Banyak hal yang mendorong terjadinya peristiwa reformasi,yaitu


terjadinya berbagai macam krisis. Terutama ketidakadilan dalam bidang
politik, ekonomi dan hukum. Tekad Orde Baru pa da awal kemunculannya

3
pada tahun 1966 adalah akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setelah Orde Baru memegang
tumpuk kekuasaan dalam mengendalikan pemerintahan, muncul suatu
keinginan untuk terus menerus mempertahankan kekuasaannya atau status
quo. Hal ini menimbulkan akses-akses negatif, yaitu semakin jauh dari
tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya penyelewengan
dan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang
terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan pada pemerintahan masa orde
baru.

1. Krisis Politik
Permasalahan politik muncul karena demokrasi yang tidak
dilaksanakan dengan semestinya, sehingga terdapat kesan bahwa
kedaulatan berada di tangan pihak/kelompok tertentu bahkan lebih
banyak dipegang oleh kelompok penguasa. Segala kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah orde baru selalu dengan alasan dalam kerangka
pelaksanaan demokrasi Pancasila,namun yang sebenarnya terjadi
adalah dalam rangka mempertahankan kekuasaan penguasanya
(Soeharto). Padahal dalam UUD 1945 Pasal 2 telah disebutkan bahwa
“kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
MPR”. Pada dasarnya secara hokum kedaulatan rakyat tersebut
dilakukan oleh MPR sebagai wakil-wakil rakyat, namun faktanya
angora MPR sudah diatur dan di rekayasa,sehingga sebagian besar
anggota MPR diangkat berdasarkan ikatan kekeluargaan (nepotisme).
Keadaan ini mendorong munculnya rasa tidak percaya dari
masyarakat terhadap wakil-wakil mereka tersebut (MPR & DPR).
Ketidakpercayaan tersebutlah yang mendorong munculnya gerakan
reformasi. Selain itu,pada masa orde baru pemerintah juga tidak
berhasil membangun kehidupan politik yang terbuka ,demokratis,jujur
dan adil. Pemerintah bersikap tertutup.otoriter dan personal.
Masyarakat yang memnerikan kritik terhadap pemerintah akan
dianggap anti pemerintah,menghina kepala Negara, dan anti pancasila.
Akibatnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis tidak
4
terwujud. Golkar yang menjadi partai besar pada masa itu doperalat
oleh pemerintah orde baru untuk mengamankan kehendak penguasa.
Kehidupan politik pada masa orde baru memang bersifat
represif, yaitu adanya tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap
pihak oposisi atau orang-orang yang berpikir kritis,dimana cirri-ciri
kehidupan politik yang represif diantaranya adalah :

 Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah


dituduh sebagai tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan
Republik Indonesia).

 Pelaksanaan Lima Paket UU Politik yang melahirkan demokrasi


semu atau demokrasi rekayasa

 Terjadinya KKN yang merajalela dan masyarakat tidak memiliki


kebebasan untuk mengontrolnya.

 Pelaksanaan dwi fungsi ABRI yang memasung kebebasan setiap


warga Negara sipil untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintah

 Terciptanya masa kekuasaan presiden yang tak terbatas. Mekipun


Soeharto terpilih menjadi presiden melalui sidang Umum MPR
namun pemilihan tersebut merupakan hasil rekayasa dan tidak
demokratis.

Gerakan reformasi menuntut terjadinya perombakan /reformasi


total disegala bidang termasuk keanggotaan MPR,DPR yang menurut
masyarakat sarat dengan unsure KKN. Gerakan reformasi juga
menuntut agar dilakukan pembaharuan terhadap lima paket undang -
undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, yaitu
diantaranya :
 UU No 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum
 UU No 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas, dan
Wewenang DPR/MPR
 UU No 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya
 UU No 5 Tahun 1985 tentang Referendum

5
 UU No 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa
Kondisi dan situasi politik di Indonesia semakin memburuk
setelah terjadinya peristiwa kelabu pada tanggal 27 Juli 1996. Peristiwa
ini muncul sebagai akibat terjadinya pertikaian di dalam internal Partai
Demokrasi Indonesia. Krisis politik sebagai salah satu factor
pendorong reformasi bukan hanya menyangkut masalah internal PDI
saja namun masyarakat menuntut adanya reformasi baik didalam
kehidupan masyarakat maupun pemerintah Indonesia. Pada masa itu
sikap pemerintah akan sangat keras terhadap siapapun yang berani
memberikan kritik maupun menentang terhadap kebijakan pemerintah.
Selain itu masyarakat juga menuntut adanya pembatasan masa jabatan
presiden.

2. Krisis hukum

Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru


tidak terbatas pada bidang politik. Dalam bidang hukum pun,
pemerintah melakukan intervensi. Artinya, kekuasaan peradilan harus
dilaksanakan untuk melayani kepentingan para penguasa dan bukan
untuk melayani masyarakat dengan penuh keadilan. Bahkan, hukum
sering dijadikan alat pembenaran para penguasa.

Kenyataan itu bertentangan dengan ketentuan pasa 24 UUD


1945 yang menyatakan bahwa”kehakiman memiliki kekuasaan yang
merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah (eksekutif)”. Dengan
adanya ketidakadilan-ketidakadilan di bidang hokum tersebut
mendorong masyarakat untuk menuntut adanya reformasi. Mahasiswa
sebagai salah satu motor penggerak adanya reformasi juga melakukan
tuntutan dalam bidang hokum agar dapat menddudukkan masalah-
masalah hokum pada kedudukan atau posisi yang sesungguhnya.

3. Krisis ekonomi

6
Dengan adanya krisis yang melanda Negara-negara Asia
Tenggara pada bulan Juli 1996 ternyata juga mempengaruhi kondisi
perekonomian Indonesia. Indonesia belum mampu menghadapi krisis
global yang melanda dunia. Krisis ekonomi Indonesia diawali dengan
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Pada
tanggal 1 Agustus 1997, nilai tukar rupiah turun dari Rp 2,575.00
menjadi Rp 2,603.00per dollar Amerika Serikat. Pada bulan Desember
1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turun menjadi
Rp 5,000.00 per dollar. Bahkan, pada bulan Maret 1998, nilai
tukarrupiah terus melemah dan mencapai titik terendah, yaitu Rp
16,000.00 per dollar.

Ketika nilai tukar rupiah semakin melemah maka


pertumnbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0% dan berakibat pada
iklim bisnis yang semakin lesu. Akibatnya banyak perusahaan ditutup
yang berimbas pada naiknya jumlah pengangguran dan naiknya tingkat
kemiskinan. Selain itu,daya beli menjadi rendah dan sulit mencari
bahan-bahan kebutuhan pokok.

Kondisi moneter Indonesia mengalami keterpurukan yaitu


dengan dilikuidasikannya sejumlah bank pada akhir tahun 1997.
Sementara itu untuk membantu bank bank yang bermasalah,
pemerintah membentuk Penyehatan Perbankan Nasional (KLBI).
Namun usaha yang dilakukan pemerintah ini tidak memberikan hasil
karena pinjaman bank-bank bermasalah tersebut semakin bertambah
besar dan tidak dapat dikembalikan begitu saja.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan


dari berbagai kondisi, seperti:

a. Hutang luar negeri Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab


terjadinya krisis ekonomi. Meskipun, hutang itu bukan sepenuhnya
hutang Negara (hutang swasta), tetapi sangat besar pengaruhnya
terhadap upaya-upaya untuk mengatasi krisis ekonomi. Utang yang
menjadi tanggungan Negara hingga 6 Februari 1998 mencapai 63,462

7
miliar dollar AS,sedangkan hutang swasta mencapai 73,962 miliar
dollar AS. Akibat dari hutang tersebut maka kepercayaan luar negeri
terhadap Indonesia semakin menipis.keadaan seperti ini juga
dipengaruhi oleh keadaan perbankan Indonesia yang dianggap tidak
sehat karena adanya kolusi dan korupsi serta tingginya kredit macet.
b. Industrialisasi
Pemerintah Orde Baru ingin menjadikan negara RI sebagai Negara
industri. Keinginan itu tidak sesuai dengan kondisi nyata masyarakat
Indonesia. Masyarakat Indonesia merupakan sebuah masyarakat
agraris dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah (rata-rata).
c. Pemerintahan Sentralistik
Pemerintahan Orde Baru sangat sentralistik sifatnya sehingga semua
kebijakan ditentukan dari Jakarta. Oleh karena itu, peranan pemerintah
pusat sangat menentukan dan pemerintah daerah hanya sebagai
kepanjangan tangan pemerintah pusat. Pelaksanaan poitik sentralistik
ini terlihat dari sebagian besar kekayaan di daerah-daerah diangkut ke
pusat. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan pemerintah dan rakyat di
daerah terhadap pemerintah pusat.
Krisis moneter tidak hanya menimbulakan kesulitan keuangan
Negara tetapi juga telah menghancurkan keuangan nasional. Mamasuki
tahun anggaran 1998/1999 krisis moneter mempengaruhi aktivitas
ekonomi lainnya. Kondidsi perekonomian semakin memburuk karena
pada akhir 1997 persediaan sembako di pasaran mulai menipis. Hal ini
mengakibatkan harga-harga barang naik secara tidak terkendali.
Kelaparan dan kekurangan makanan mulai melanda masyarakat.
Untuk mengatasi kesulitan moneter,pemerintah meminta
bantuan IMF. Namun kucuran dana daii IMF yang sangat diharapkan
oleh pemerintah belum terrealisasi walaupun pada tanggal 15 Januari
1998 Indonesia telah ,menandatangani 50 butir kesepakatan (letter of
intent atau LOL) dengan IMF. Beban kehidupan masyarakat pun
semakin berat ketika pada tanggal 12 Mei 1998 pemerintah
mengumumkan kenaikan ongkos angkutan dan BBM. Dengan itu,

8
barang kebutuhan ikut naik dan masyarakat semakin sulit memenuhi
kebutuhan hidup.

4. Krisis kepercayaan

Dengan adanya krisis ekonomi.politik dan hokum


mengakibatkan adanya krisis kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah. Masyarakat menjadi hilang kepercayaan kepada
pemerintah. Dengan adanya berbagai penderitaan ekonomi dan politik
yang dialami masyarakat mendorong terjadinya perilaku negative dan
anarkhis. Beban yang semakin berat serta tidak adanya kepastian kapan
berakhirnya penederitaan yang mereka alami mengakibatkan
masyarakat frustasi dan semakin membuat masyarakat tidak percaya
kepada pemerintah. Ketidakpuasan ini ditunjukkan dengan melakukan
demonstrasi besar-besaran yang banyak berakhir pada kerusuhan yang
memakan banyak korban di beberapa daerah.

C. Kronologi Peristiwa Reformasi

Secara garis besar, kronologi gerakan reformasi dapat dipaparkan sebagai


berikut:

a) Keberanian Amin Rais membongkar kebobrokan sistem


pengelolaan PT. Freeport.

b) Peristiwa 27 Juli 1996 (KUDATULI) yaitu penyerbuan kantor PDI


yang ditempati Megawati oleh PDI pro-Suryadi.

c) Terpilihnya kembali Bpk Soeharto sebagai presiden pada bulan


Maret 1998.

d) Sidang Umum MPR (Maret 1998) memilih Suharto dan B.J.


Habibie sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI untuk masa
jabatan 1998-2003. Presiden Suharto membentuk dan melantik
Kabinet Pembangunan VII.

e) Pada bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai
bergerak menggelar demonstrasi dan aksi keprihatinan yang
9
menuntut penurunan harga barang-barang kebutuhan (sembako),
penghapusan KKN, dan mundurnya Suharto dari kursi
kepresidenan.

f) Pada tanggal 12 Mei 1998, dalam aksi unjuk rasa mahasiswa


Universitas Trisakti Jakarta telah terjadi bentrokan dengan aparat
keamanan yang menyebabkan empat orang mahasiswa (Elang
Mulia Lesmana, Hery Hartanto, Hafidhin A. Royan, dan
Hendriawan Sie) tertembak hingga tewas dan puluhan mahasiswa
lainnya mengalami luka-luka. Kematian empat mahasiswa tersebut
mengobarkan semangat para mahasiswa dan kalangan kampus
untuk menggelar demonstrasi secara besar-besaran.

g) Pada tanggal 13-14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi


kerusuhan massal dan  penjarahan sehingga kegiatan masyarakat
mengalami kelumpuhan. Dalam peristiwa itu,  puluhan toko
dibakar dan isinya dijarah, bahkan ratusan orang mati terbakar.

h) Pada tanggal 19 Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai


perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya berhasil menduduki
gedung MPR/DPR.

i) Pada saat yang bersamaan, tidak kurang dari satu juta manusia
berkumpul di alun-alun utara Keraton Yogyakarta untuk
menghadiri pisowanan agung, guna mendengarkan maklumat dari
Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam VII.

j) Pada tanggal 19 Mei 1998, Harmoko sebagai pimpinan MPR/DPR


mengeluarkan pernyataan berisi ‘anjuran agar Presiden Suharto
mengundurkan diri’.

k) Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Suharto mengundang tokoh-


tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat untuk dimintai
pertimbangan dalam rangka membentuk Dewan Reformasi yang
akan diketuai oleh Presiden Suharto.

10
l) Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 di Istana Negara, Presiden
Suharto meletakkan  jabatannya sebagai Presiden RI di hadapan
Ketua dan beberapa anggota Mahkamah Agung. Berdasarkan pasal
8 UUD 1945, kemudian Suharto menyerahkan jabatannya kepada
Wakil Presiden B.J. Habibie sebagai Presiden RI.Pada waktu itu
juga B.J. Habibie dilantik menjadi Presiden RI oleh Ketua MA.

D. Tokoh – Tokoh Reformasi

Terdapat nama-nama yang mencuat seiring terjadinya peristiwa


reformasi, dimana mereka dianggap sebagai pahlawan proklamasi yang
kedua oleh masyarakat. Mereka adalah BJ Habibie, Abdurrahman Wahid
(Gus Dur), Megawati Soekarno Putri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Mereka dianggap sebagai pahlawan yang akan membawa masyarakat
kearah kehidupan yang leih baik dalam tatanan Indonesia yang baru.
Namun kenyataannya banyk sekali penyimpangan yang terjadi.

BJ Habibie
Masa pemerintahan Habibie ditandai dengan dimulainya kerjasama
dengan Dana Moneter Internasional untuk membantu dalam proses
pemulihan ekonomi. Selain itu, Habibie juga melonggarkan pengawasan
terhadap media massa dan kebebasan berekspresi. Kejadian penting dalam
masa pemerintahan Habibie adalah keputusannya untuk mengizinkan
Timor Timur untuk mengadakan referendum yang berakhir dengan
berpisahnya wilayah tersebut dari Indonesia pada Oktober 1999.
Keputusan tersebut terbukti tidak populer di mata masyarakat sehingga
hingga kini pun masa pemerintahan Habibie sering dianggap sebagai salah
satu masa kelam dalam sejarah Indonesia.

Abdurrahman Wahid (Gus Dur)


Pada pemilu yang diselenggarakan pada 1999 partai PDI-P
pimpinan Megawati Soekarnoputri berhasil meraih suara terbanyak

11
(sekitar 35%). Tetapi karena jabatan presiden masih dipilih oleh MPR saat
itu, Megawati tidak secara langsung menjadi presiden. Abdurrahman
Wahid, pemimpin PKB, partai dengan suara terbanyak kedua saat itu,
terpilih kemudian sebagai presiden Indonesia ke-4.

Megawati sendiri dipilih Gus Dur sebagai wakil presiden. Masa


pemerintahan Abdurrahman Wahid diwarnai dengan gerakan-gerakan
separatisme yang makin berkembang di Aceh, Maluku dan Papua. Selain
itu, banyak kebijakan Abdurrahman Wahid yang ditentang oleh
MPR/DPR. Beberapa catatan penting pada masa pemerintahan Gus Dur
diantaranya adalah : Tingginya jadwal kunjungan keluar negeri tanpa
memberikan nilai lebih untuk negeri ini, Meningkatnya secara tajam
pembabatan hutan di negeri ini, yang dampaknya dapat kita rasasakan
akhir-akhir ini, dan Impotennya fungsi ABRI dan nyaris tergantikan oleh
pasukan khusus yang dibuat oleh Gus Dur dengan nama Pagar Nusa,
dimana keberadaan “pasukan khusus” ini sering menimbulkan keresahan
dimasyarakat.

Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran berkumpul di Gedung


MPR dan meminta Gus Dur untuk mengundurkan diri dengan tuduhan
korupsi. Di bawah tekanan yang besar, Abdurrahman Wahid lalu
mengumumkan pemindahan kekuasaan kepada wakil presiden Megawati
Soekarnoputri. Melalui Sidang Istimewa MPR pada 23 Juli 2001,
Megawati secara resmi diumumkan menjadi presiden Indonesia yang ke 5.

Megawati Soekarno Puteri


Megawati dilantik di tengah harapan akan membawa perubahan
kepada Indonesia karena merupakan putri presiden pertama Indonesia,
Soekarno. Meski ekonomi Indonesia mengalami banyak perbaikan, seperti
nilai mata tukar rupiah yang lebih stabil, namun Indonesia pada masa
pemerintahannya tetap tidak menunjukkan perubahan yang berarti dalam
bidang-bidang lain.
Selain itu juga terdapat beberapa catatan penting pada masa
pemerintahan Megawati yang tentunya masi teringat dengan jelas di

12
pikiran seluruh rakyat Indonesia. Diantaranya adalah : Terlalu masuknya
Taufik Kiemas dalam urusan kenegaraan menjadikan Republik ini seakan
dipimpin oleh dua Presiden. Hal ini Nampak dari tidak adanya ketegasan
Megawati dalam setiap keputusan yang diambilnya selaku Presiden RI.
Dalam kepemimpinan Megawati inilah juga asset-aset Negara yang
penting serta vital banyak terjual kepihak asing. Diantaranya adalah Blok
Cepu. Sebuah keputusan yang sangat merugikan negeri ini.
Popularitas Megawati yang awalnya tinggi di mata masyarakat
Indonesia, menurun seiring dengan waktu. Hal ini ditambah dengan
sikapnya yang jarang berkomunikasi dengan masyarakat sehingga
mungkin membuatnya dianggap sebagai pemimpin yang 'dingin'.
Megawati menyatakan pemerintahannya berhasil dalam memulihkan
ekonomi Indonesia, dan pada 2004, maju ke Pemilu 2004 dengan harapan
untuk mempertahankan kekuasaannya sebagai seorang Presiden Republik
Indonesia.
Susilo Bambang Yudhoyono

Pada tahun 2004, Indonesia menyelenggarakan pemilu presiden


secara langsung pertamanya. Ujian berat dihadapi Megawati untuk
membuktikan bahwa dirinya masih bisa diterima mayoritas penduduk
Indonesia. Dalam kampanye, seorang calon dari partai baru bernama Partai
Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, muncul sebagai saingan yang
hebat baginya. Partai Demokrat yang sebelumnya kurang dikenal, menarik
perhatian masyarakat dengan pimpinannya, Yudhoyono, yang karismatik
dan menjanjikan perubahan kepada Indonesia. Karisma Yudhoyono
berhasil menarik hati mayoritas pemilih dan Demokrat memenangkan
pemilu legislatif pada awal 2004, yang diikuti kemenangan Yudhoyono
pada pemilihan presiden.

E. Kebijakan – Kebijakan pada Masa Reformasi

Kebijakan Pada Masa Pemerintahan BJ. Habibie

13
Kebijakan yang diambil pada masa pemeintahan BJ Habibie diantaranya
adalah :

a. Kebijakan dalam bidang politik dan hukum


Reformasi dalam bidang politik berhasil mengganti lima paket undang-
undang masa Orde Baru dengan tiga undang-undang politik yang lebih
demokratis. Undang undang tersebu adalah :
1. UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik.
2. UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.
3. UU No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan DPR/MPR
b. Membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan
Pada tanggal 22 Mei 1998 Habibie membentuk cabinet baru yang
dinamai Kabinet Reformasi Pembangunan. Kabinet itu terdiri atas 16
orang menteri dan para menteri tersebut diambil daari unsure unsure
militer (ABRI),Golkar,PPP dan PDI.
c. Mengatasi masalah dwifungsi ABRI
Setelah dilaksanakannya reformasi, peran ABRI di Perwakilan Rakyat
DPR mulai dikurangi secara bertahap yaitu dari 75 orang menjadi 38
orang. Langkah lain yang ditempuh adalah pemisahan angkatan yang
semula terdiri atas Angkatan darat, laut, udara serta kepolisian.
Kemudian Polri berubah menjadi Kepolisian Negara dan istilah ABRI
pun berubah menjadi TNI yang terdiri atas angkatan darat, laut dan
udara. Mulai tanggal 15 Mei 1999.
d. Mengadakan Sidang Istimewa.
Sidang Istimewa yang dilaksanakan 10-13 November 1998 diharapkan
MPR benar-benar menyurahkan aspirasi masyarakat dengan
perdebatan yang lebih terbuka dan dapat menampung aspirasi
masyarakat. Hasil rapat tersebut menghasilkan 12 ketetapan.

e. Kebijakan dalam bidang ekonomi

Untuk memperbaiki perekonomian yang terpuruk, terutama dalam


sektor perbankan, pemerintah membentuk Badan Penyehatan

14
Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya pemerintah mengeluarkan
UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Selain itu, yang dilakukan Habibie adalah
merekapitulasi perbankan, merekonstruksi perekonoian Indonesia,
melikuidasi bank bank yang bermasalah, menaikkan nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat hingga dibawah Rp 10.000, dan
mengimplementasikan reformasi yang diisyaratkan IMF.

f. Kebijakan menyampaikan pendapat dan pers

Kebebasan menyampaikan pendapat terlihat dari munculnya partai-


partai politik dari berbagai golongan dan ideologi. Masyarakat bisa
menyampaikan kritik secara terbuka kepada pemerintah. Di samping
kebebasan dalam menyatakan pendapat, kebebasan juga diberikan
kepada pers. Reformasi dalam pers dilakukan dengan cara
menyederhanakan permohonan Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP).

g. Pelaksanaan pemilu

Pada masa pemerintahan Habibie, berhasil diselenggarakan pemilu


multipartai yang damai dan pemilihan presiden yang demokratis.
Pemilu tersebut diikuti oleh 48 partai politik.

Kebijakan Pada Masa Pemerintahan Abdur Rahman Wahid

a. Meneruskan kehidupan yang lebih demokratis seperti pemerintahan


selanjutnya.
Diantaranya dengan memberikan kebebasan berpendapat
dikalangan masyarakat minoritas, kebebasan beragama,
memperbolehkan kembali budaya Tiong Hoa.

b. Merestrukturisasi lembaga pemerintahan


Dilakukan dengan menghapus departemen yang dianggap tidak
efisien diantaranya adalah menghilangkan departemen penerangan

15
dan social untuk emngurangi pengeluaran anggaran, membentuk
Dewan Keamanan Ekonomi Nasional

Kebijakan Pada Masa Pemerintahan Megawati Soekarno Putri

a. Memilih dan menetapkan


Dilakukan dengan meningkatkan kerukunan antr elemen bangsa
dan menjaga persatuan dan kesatuan. Namun usaha ini terganggu
dengan terjadinya Peristiwa Bom Bali yang mengakibatkan
turunnya kepercayaan internasional.
b. Membangun tatanan politik yang baru
Diwujudkan dengan dikeluarkannya UU tentang Pemilu, susunan
dan kedudukan MPR/DPR dan pemilihan presiden dan wakil
presiden.
c. Menjaga keutuhan NKRI
Menindak setiap usaha yang mengancam keutuhan NKRI seperti
kasus ceh, Ambon, Papua, dan Poso. Hal tersebut diberi perhatian
karena mengingat telah lepasnya Timor Timor dari RI.
d. Melanjutkan Amandemen 1945
Dilakukan agar lebih sesuai dengan dinamika dan perubahan
zaman.
e. Meluruskan otonomi daerah
Keluarnya UU tentang otonomi daerah menimbulkan penafsiran
yang berbeda tentang pelaksanaan otonomi daerah sehingga
pelurusan dilakukan denganpembinaan terhadap daerah.

Kebijakan Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

a. Anggaran pendidikan ditingkatkan menjadi 20% dari keseluruhan


APBN
16
b. Konversi minyak tanah ke gas.
c. Memberikan BLT (Bantuan Langsung Tunai)
d. Pembayaran utang secara bertahap terhadap badan PBB
e. Buy Back saham BUMN
f. Pelayanan UKM (Usaha Kecil Menengah) bagi rakyat kecil
g. Subsidi BBM
h. Memudahkan prosedur bagi inverstor asing untuk berinvestasi di
Indonesia
i. Meningkatkan sector pariwisata dengan mencanangkan Visit
Indonesia 2008
j. Pemberian bibit unggul terhadap petani
k. Pemberantasan korupsi melalui KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi)

BAB III

PENUTUP

17
A. Kesimpulan

Reformasi merupakan suatu perubahan tatanan perikehidupan


lama menjadi perikehidupan baru yang lebih baik. Factor penyebab
terjadinya peristiwa Reformasi adalah karena adanya Krisis Politik,
Ekonomi, Hukum dan Kepercayaan. Terjadiny peristiwa reformasi
karena didorong oleh beberapa krisis tadi mendorong aksi mahasiswa
menuntut reformasi demi kehidupan yang lbih baik mengingat akan
banyaknya penderitaan yang sudah dialami oleh rakyat. Tokoh-tokoh
yang namanuya mencuat sebagai tokoh Reformasi diantaranya adalah
BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, dan
Susilo Bambang Yudhoyono. Tokoh tokoh tersebut dianggap akan
memperjuangkan kesejahteraan rakyat,rakyat banyak menggantngkan
nasib kepada tokoh-tokoh tersebut. Namun pada kenyataannya
sebagian besar dari mereka hanya menjadikan momen kekuasaan
mereka sebagai jembatan emas menuju jabatan RI-1
(Presiden,Penguasa). Kebanyakan dari mereka tidak terlalu banyak
merubah nasib rakyat dilihat dari masih banyaknya masalah yang
terjadi pada masa mereka. Terdapat beberapa kebijakan yang dibuat
pada masa Reformasi,mulai dari masa pemerintahan Habibie hingga
Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyelesaikan beberapa masalah
dalam boding politik, hokum, ekonomi, dan social.

B. Saran

Dalam pembahasan teori tentang Era Reformasi, diharapkan


mahasiswa mampu memahami, mengetahui , dan menjelaskan tentang
konsep teori Era Reformasi beserta pengaplikasiannya dalam dunia
pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

18
https://repository.unikom.ac.id/id/eprint/64707

https://www.academia.edu/9618230/Makalah_Latar_Belakang_Lahirnya_Ref
ormasi_Indonesia

http://eprints.ums.ac.id/25652/2/BAB_I.pdf

https://www.scribd.com/doc/78921963/Makalah-Era-Reformasi

19

Anda mungkin juga menyukai