Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) MANAJEMEN NYERI

NON-FARMAKOLOGI

OLEH
Elisasmitha Dasilva ( 9103020020)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2021
Analisa Situasi
Berdasarkan hasil survey di desa Sita kecamatan Rana Mese, 30% warga disana banyak yang
mengeluh sering mengalami nyeri dengan berbagai faktor, ada yang karena bawaan penyakit ada
pula yang disebabkan oleh aktivitas yang berat .25% dari 30% warga yang sering mengalami
nyeri berjenis kelamin laki - laki dan 12% dari 30% berjenis kelamin perempuan. Rata - rata
warga di desa sita mengalami nyeri dan untuk mengatasinya selalu bergantung pada obat seperti
paracetamol ,asamefenamat dan naproxen . Tingkat pendidikan warga di desa tersebut yaitu
SD ( Sekolah Dasar ), SMP ( Sekolah Menengah Pertama ) dan 20% warga disana tidak
berpendidikan sederajat. Saat kunjungan ke desa Sita ternyata warga lebih sering mengonsumsi
makanan yang mengandung banyak garam dan pengawet ,sering mengonsumsi ikan asin ,
mengonsumsi alkohol ,naik turun gunung dengan membawa beban yang melebihi kapasitas
tubuh serta sering mandi malam . Karena kurangnya penegetahuan dari warga desa setempat
mengenai cara mengatasi nyeri tampa harus bergantung pada obat-obatan maka dari itu saya
akan melakukan sebuah penyuluhan tentang ‘Manajemen Nyeri Non Farmakologi’

FAKTOR PREDISPOSISI
Dalam proses survey ketika ditanya mengenai pengertian nyeri, ternyata terdapat
beberapa dari mereka yang masih belum mengetahui apa itu nyeri dan penyebabnya dan ada
pula beberapa dari mereka yang sudah mengetahui tentang nyeri tetapi tidak mengetahui
tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi/menyembuhkan tampa harus bergantung
terhadap obat-obatan. Warga disana yang sering mengalami nyeri mengatakan sering mengeluh
susah untuk mengontrol makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh dikomsumsi ketika
nyerinya kambu dan aktivitas apa yang harus dibatasi . Warga selama ini juga seringkali
menggunakan obat - obat alami untuk mengurangi rasa sakit akibat nyeri khusunya pada bagian
badan yang mengalami nyeri seperti menggunakan tanaman cengkeh,jahe,cabe payung dan
bawang putih.
Kebiasaan mereka ketika gejala nyeri itu muncul atau ketika merasa badan kurang enak,
mereka hanya melakukan tindakan seperti mengkompres menggunakan dedaunan pada bagian
yang terasa tidak enak / bengkak, serta memberikan ramuan - ramuan tradisionl seperti jahe dll.
Mereka mengatakan ketika kondisi mereka tidak enak ataupun lebih memburuk mereka tidak
pernah pergi ke pelayanan kesehatan dengan alasan tempat pelayanan yang jauh , kurangnya
fasilitas untuk pergi kesana, jalanan yang rusak dan masalah ekonomi yang menyebabkan
kekurangan biaya pengobatan.

FAKTOR ENABLING
Banyak warga di Desa Sita yang memiliki pekerjaan sebagai pembuat Moke ( bahan
pembuatan minuman keras ) Oleh sebab itu masyarakat di desa sita sering mengonsumsi
minuman keras , pasar tradisonal yang jauh dari kampung juga mengakibatkan para ibu-ibu
selalu menyediakan lauk ikan asin yang dibawah dari kota.sebagian dari mereka juga sering naik
turun gunung untuk berburu binatang buas dan mengakut kayu bakar sehingga sering mengalami
nyeri pada bagian leher dan persendian kaki.

FAKTOR REINFORCING
Para warga Desa Sita Kecamatan Rana Mese sangat mengharapkan untuk diadakannya
penyuluhan tentang Manajemen Nyeri Nonfarmakologi agar mereka bisa menambah
pengetahuan mereka dalam mengatasi nyeri yang dialami dan mereka juga dapat melaksanakan
pola hidup sehat sehingga mereka dapat merawat diri dengan baik dan benar serta dapat
melakukan atau memperaktekan tidakan yang telah diberitahukan oleh perawat.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) MANAJEMEN NYERI

Topik : Manajemen Nyeri


Sub Topik : Manajemen Nyeri Non-farmakologi
Sasaran : Warga Desa Sita
Tempat : ZOOM (daring)
Media; PPT
Hari / Tanggal : Rabu kamis 2 september 2021
waktu ; 30 Menit (08;00 - 08;30)

A. Latar Belakang
Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan
kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan
beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan.Nyeri sangat mengganggu dan
menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun. Perawat
menghabiskan lebih banyak waktunya bersama klien yangmengalami nyeri dibanding
tenaga profesional perawatan kesehatan lainnya .Perawat mempunyai kesempatan untuk
menghilangkan nyeri dan efeknya yang membahayakan.
Peran pemberi perawat primer adalah untuk mengidentifikasi dan mengobati
penyebab nyeri dan meresepkan obat-obatan untuk menghilangkan nyeri. Manajemen
nyeri merupakan suatu proses atau tindakan keperawatan yang dilakukan baik secara
kolaboratif ataupun secara individu pada pasien untuk mengurangi nyeri serta
mengendalikan rasa nyeri yang di rasa oleh pasien. Manajemen nyeri penting dilakukan
dan paling tidak harus mendapat perhatian dari petugas perawat atau petugas kesehatan
lainnya , untuk mengurangi keluhan nyeri pada pasien. Pengendalian nyeri pada
pasien.dapat dilakukan secara individu dengan cara mengajarkan teknik distraksi dan
relaksasi berupa nafas dalam dan teknik pengalihan perhatian guna mengurangi resiko
nyeri pada klien
Faktor penyebab nyeri biasanya muncul karena luka post operasi yang masih
basah atau matur dan belum lepas dari 2 x 24 jam sebagai ukuran pantauan untuk
mengkaji status nyeri. Nyeri juga ditimbulkan karena gerak atau mobilisasi Untuk
mencegah atau mengontrol nyeri perlu perhatian atau monitoring dan evaluasi serta kaji
status nyeri pasien. Pada dasarnya pelayanankesehatan dari suatu tim terpadu yang terdiri
dari dokter, perawat, fisioterapis,ataupun tenaga kesehatan lainnya diperlukan agar terapi
yang dilakukan pada pasien berjalan dan dilakukan secara optimal oleh penderita atau
pasien itu sendiri. Manajemen nyeri bertujuan untuk membantu pasien dalam mengontrol
nyeri ataupun memanajemen nyeri secara optimal, mengurangi resiko lanjut dari efek
samping nyeri tersebut, yang pada akhirnya pasien mampu mengontrol ataupun nyeri
yang dirasa tersebut hilang muncul.Kurangnya pengetahuan pasien untuk menanggulangi
atau untuk mangatasi atau mengontrol nyeri.Hal ini perlu diperhatikan agar nyeri pasien
sedini mungkin dapat di kontrol atau diatasi untuk penyembuhan yang seoptimal
mungkin.
A. Tujuan
1. Tujuan instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama ± 30 menit, diharapkan
masyarakat dapat memahami tentang manajemen nyeri non farmakologi dan bisa
mempraktekan secara mandiri dirumah untuk mengurangi nyeri yang dirasakan .
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan,
pasien diharapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian nyeri.
b. Menyebutkan klasifikasi nyeri
c. Menyebutkan tanda dan gejala nyeri.
d. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
e. Menyebutkan cara-cara untuk mengatasi nyeri secara non farmakologi
B. Metode
Metode yang digunakan ialah menggunakan metode Ceramah, demonstrasi dan
diskusi/tanya jawab.
C. Media
Media yang digunakan yakni PPT
D. Materi Penyuluhan Secara Garis Besar
1. Pengertian Nyeri
2. Klasifikasi Nyeri
3. Tanda dan Gejala Nyeri
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri
5. Cara-cara Mengatasi Nyeri Non Farmakologi
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara lisan dengan memberikan pertanyaan :
1. Apa pengertian dari nyeri?
2. Sebutkan klasifikasi nyeri!
3. Sebutkan tanda dan gejala nyeri!
4. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri!
5. Sebutkan cara-cara mengatasi nyeri secara non farmakologi
a. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan dari evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan yang disesuaikan denhan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi,
2012). Kriteria:
a) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
b) Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan fisiologis dan tingkah
laku pasien
c) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan untuk diambil tindakan
selanjutnya
d) Evaluasi melibatkan pasien dan tim kesehatan lain
e) Evaluasi dilakukan dengan standar praktik keperawatan
Komponen dalam evaluasi (Nursalam, 2013), yaitu:
a. Kognitif, pengetahuan klien tentang penyakit dan tindakan
b. Afektif, sikap klien terhadap tindakan yang dilakukan
c. Psikomotor, tindakan atau perilaku klien dalam upaya penyembuhan
d. Perubahan biologis (tanda vital, sistem, dan imunologis)
Keputusan dalam evaluasi (Nursalam, 2013)
a. Masalah teratasi
b. Masalah tidak teratasi, harus dilakukan pengkajian dan perencanaan tindakan ulang
c. Masalah teratasi sebagian, perlu modifikasi dari rencana tindakan
d. Timbul masalah baru
b. Evaluasi Struktur
1. Struktur pengorganisasian sesual dengan yang direncanakan
2. Setting tempat sesuai dengan yang direncanakan
3. Tempat dan media sesual dengan yang direncanakan
c. Evaluasi Proses
1. Peran dan tugas mahasiswa sesual dengan perencanaan
2. Waktu sesuai dengan yang direncana (sesuai kontrak waktu)
3. Selama proses berlangsung diharapkan audiens dapat mengikuti seluruh
kegiatan penyuluhan/tidak ada yang meninggalkan ruangan (googlemeet)
4. Selama kegiatan berlangsung diharapkan audiens berperan aktif
d. Evaluasi Hasil
1. Sebanyak 75% peserta yang hadir mampu menyebutkan pengertian
kebahagiaan dengan bahasa sendiri
2. Sebanyak 75% peserta yang hadir mampu menyebutkan manfaat kebahagian
bagi kesehatan
3. Sebanyak 75% peserta yang hadir mampu menyebutkan cara mendapatkan
kebahagi
PROSES PELAKSANAAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Kesehatan
1. Pembukaan (5 a. Mengucapkan salam a. Masyarakat membalas
Menit) b. Memperkenalkan diri dan salam
asal b. Masyarakat menerima
c. Menjelaskan Tujuan kehadiran mahasiswa
d. Mengkaji Tingkat (Zoom) dengan baik
pengetahuan c. Masyarakat berpartisipasi
e. Kontrak waktu dalam diskusi awal
2. 2. Inti (15 Menit) a. Menjelaskan pengertian a. Masyarakat
Nyeri dan Menyebutkan mendengarkan dan
Faktorfaktor yang dapat memperhatikan dengan
mempengaruhi reaksi nyeri baik dan mampu
b. Menyebutkan cara mengatasi mendemostrasi kembali
Nyeri
c. Melakukan Teknik Relaksasi
Nafas dalam
3. 3. Penutup (10 a. Memberikan kesempatan a. Masyarakat mengajukan
Menit) bertanya pertanyaan
b. Menjawab pertanyaan b. perawat mampu untuk
Peserta menjawab
c. Mengajukan pertanyaan c. Perawatmampu menjawab
d. Mengevalusi penyuluhan / menjelaskan kembali
kesehatan d. Masyarakat membalas
e. Menyampaikan salam salam
penutup

F. Materi Penyuluhan
a. Pengertian Nyeri
1. Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaanyang
bisa menimbulkan ketegangan (Alimul, 2006)
2. Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat
terjadinyarangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan
diikutioleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional (Alimul, 2006).
b. Klasifikasi Nyeri
1. Nyeri akut (kurang dari tiga bulan )
Nyeri akut berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional
,dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlansung kurang dari tiga bulan .Nyeri akut biasanya terjadi secara tiba- tiba
dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik.
2. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau menetap sepanjang suatu periode
waktu. Nyeri kronik merupakan nyeri yang dirasakan selama lebih dari 3 bulan.
Berikut adalah gambar skala nyeri ;

c. Karakteristik nyeri (Metode PQRST)


1. Faktor pencetus
(P : Provocate) Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus
nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi
bagianbagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai adanya
nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien dan
menanyakan perasaan-perasaan apa yang dapat mencetus nyeri.
2. Kualitas
(Q : Quality) Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang
diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan
kalimatkalimat tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih,
perih, tertusuk, dan lain-lain, dimana tiap klien mungkin berbeda-beda dalam
melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
3. Lokasi
(R : Region) Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien
untuk menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh
klien. Untuk melokalisasikan nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta
klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini
akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar).
4. Keparahan
(S : Severe) Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan
karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk
menggambarkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau
berat.

5. Durasi
(T : Time) Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan,
durasi, dan rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan: “Kapan nyeri mulai
dirasakan?”, “Sudah berapa lama nyeri dirasakan?”, “Apakah nyeri yang
d. Tanda dan Gejala Nyeri
1. Suara.
a) Menarik/ menghembuskMenangis
b) Merintih
c) an nafas
2. Ekspresi Wajah
a) Meringis
b) Menggigt lidah
c) Mengatupkan gigi
d) Tertutup rapat/membuka mata atau mulut
e) Menggigit bibir
3. Pergerakan Tubuh
a) Kegelisahan
b) Mondar-mandir
c) Gerakan menggosok atau berirama
d) Gergerak melindungi tubuh
e) Otot tegang
4. Interaksi Sosial
a) Menghindari percakapan dan kontak sosial
b) Berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri
c) Disorientasi waktu
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri.
1. Usia
Usia merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri
khususnya anak-anak dan lansia. Pada kognitif tidak mampu mengingat
penjelasantentang nyeri atau mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang
dapatterjadi di berbagai situasi. Nyeri bukan merupakan bagian dari proses
penuaan yang tidak dapat dihindari, karena lansia telah hidup lebih lama mereka
kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kondisi patologis yangmenyertai
nyeri. Kemampuan klien lansia untuk menginterpretasikan nyeri dapat mengalami
komplikasi dengan keadaan berbagai penyakit disertaigejala samar-samar yang
mungkin mengenai bagian tubuh yang sama.
2. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
berespon terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subjek
penelitian yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi toleransi terhadap nyeri
dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik padasetiap
individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin.
3. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Ada perbedaan makna dan sikap yang dikaitkan dengan nyeri dikaitkan
dengan nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri dari
segi makna budaya akan membantu perawat dalam merancang asuhan
keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami nyeri.
4. Makna Nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman
nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu akan
mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut
memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan dan tantangan. Misalnya seorang
wanita yang bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda dengan seorang wanita
yang mengalami nyeri akibat cedera karena pukulan pasangannya
5. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan atau distraksi dihubungkan dengan respon nyeri
yang menurun. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat terapkan di
berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri seperti relaksasi,teknik imajinasi
terbimbing dan massage. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien
pada stimulus yang lain, maka perawaat menempatkan nyeri pada kesadaran yang
perifer
6. Ansietas
Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan perasaaan ansietas. Individu yang sehat secara emosional biasanya
lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat dari pada individu yang
memiliki status emosional yang kurang stabil. Klien yang mengalami cedera atau
menderita penyakit kritis, sering kali mengalami kesulitan mengontrol lingkungan
dan perawatan diri dapat menimbulkan tingkat ansietas yang tinggih. Nyeri yang
tidak kunjung hilang sering kali menyebabkan psikosis dan gangguan
kepribadian.
7. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri rasa kelelahan menyebabkan
sensasinyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.
Apabilakeletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan dapat
terasalebh berat. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami
suatu periode tidur yang lelap dibanding pada akhir hari yang melelahkan
8. Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu
tersebutakan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan
datang.Apabila seorang klien tidak pernah mengalami nyeri maka persepsi
pertama nyeri dapat mengganggu koping terhadap nyeri.
9. Gaya koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat merasa
kesepian. Apabila klien mengalami nyeri di keadaan perawatan kesehatan,seperti
di rumah sakit klien merasa tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Halyang sering
terjadi adalah klien merasa kehilangan kontrol terhadap lingkungan atau
kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwa peristiwa yang terjadi.
Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian maupun
keseluruhan/total.

10. Dukungan keluarga dan sosial


Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran
orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.Individu
dari kelompok sosial budaya yang berbeda memiliki harapan yang berbeda
tentang orang tempat mereka menumpahkan keluhan tentang nyeri.
f. Cara-cara Mengatasi Nyeri Secara Nonfarmakologi
1. Distraksi adalah teknik untuk mengalihkan perhatian terhadap hal-hal lain
sehinggah lupa terhadap nyeri yang dirasakan. Contoh :
a. Membayangkan hal- hal yang menarik dan indah
b. Membaca buku, Koran sesuai dengan keinginan
c. Menonton TVd.Medengarkan musik, radio, dll
2. Kompres Es dan Panas
a. Es; Menurunkan prostagladin sensitivitas reseptor nyeri kuat dan menghambat
inflamasi
b. Panas; melancarkan aliran darah sehingga nyeri agak berkurang
c. Es : menurunkan prostaglandin, sensitivitas reseptor nyeri
kuat,menghambat inflamasi
3. Relaksasi
Teknik relaksasi memberi individu control diri ketika terjadi rasa
tidaknyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri Sejumlah teknik
relaksasi dapat dilakukan untuk mengendalikan rasa nyeri ibu dengan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom .Tahapan relaksasi
nafas dalam adalah sebagai berikut
a. Ciptakan lingkungan yang tenang
b. Usahakan tetap rileks dan tenang
c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan
udaramelalui hitungan 1,2,3\
d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil
merasakanekstrimitas atas dan bawah rileks
e. Anjurkan bernafas dengan irama normal
f. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahang.
g. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileksh.
h. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejami.
i. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
j. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang

.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A., A,. A. (2009). Pengantar kebutuhan dasar manusia 1. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, P.,A & Perry, A.,G. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep,proses,dan
praktik (edisi 4) Jakarta : EGC. Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2010). Buku ajar keperawatan
medikal-bedah Brunner & Suddarth (Edisi 8). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai