Anda di halaman 1dari 10

IKHTISAR CUACA HARIAN

Senin, 11 Oktober 2021

KONDISI CUACA 24 JAM TERAKHIR

• Catatan Hujan Harian Indonesia


1 Stasiun Meteorologi Sultan Thaha 86.7 mm
2 Stasiun Klimatologi Bengkulu 76.4 mm
3 Stasiun Meteorologi Minangkabau 74.0 mm
4 Stasiun Meteorologi Fatmawati Soekarno 65.2 mm
5 Stasiun Meteorologi Hang Nadim 55.7 mm
6 Stasiun Geofisika Kepahiang 33.0 mm
7 Stasiun Meteorologi Enarotali 28.7 mm
8 Stasiun Klimatologi Bogor 28.0 mm
9 Stasiun Meteorologi Maritim Belawan 24.4 mm
10 Stasiun Geofisika Padang Panjang 23.0 mm
11 Atang Sanjaya Bogor 22.0 mm
12 Stasiun Meteorologi Sepinggan 21.5 mm
13 Stasiun Geofisika Nganjuk 21.0 mm
14 Stasiun Meteorologi H. Asan 20.7 mm

Berdasarkan pantauan citra satelit, distribusi awan konvektif signifikan selama 24 jam terakhir terdapat di
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Kep. Riau, Kalimantan Utara, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.
• Catatan Hujan Harian Jabodetabek
1 Stasiun Klimatologi Bogor 28.0 mm
2 ATANG SANJAYA BOGOR 22.0 mm
3 ARG Ciganjur 4.4 mm
4 Stageof Tangerang 3.1 mm
5 Krukut Hulu 2.0 mm
6 AWS Gunung Geulis 0.2 mm
7 Stamet Curug 0.2 mm
8 Pasar Minggu 0.1 mm

• Kejadian Bencana Akibat Cuaca Ekstrem

1 Hujan Lebat • Kab. Sigi, Sulawesi Tengah (Sumber : www.antaranews.com)

Hujan Lebat dan • Kab. Bojonegoro, Jawa Timur (Sumber : www.beritabojonegoro.com)


2
Angin Kencang • Kab. Pangandaran, Jawa Barat (Sumber : www.jabar.tribunnews.com)
ANALISA TERKINI

Kondisi Global

+9.7, signifikan, menunjukkan adanya pergerakan uap air basah dari Samudra Pasifik
Indeks SOI Timur ke Pasifik Barat yang mampu meningkatkan aktivitas konvektif di wilayah
Indonesia terutama di Indonesia bagian timur.

Indeks NINO 3.4 -0.43, tidak signifikan.

-0.49, signifikan, menunjukkan adanya suplai uap air dari wilayah Samudra Hindia ke
Indeks DMI wilayah Indonesia bagian barat sehingga aktivitas pembentukan awan di wilayah
Indonesia bagian barat signifikan.

Kondisi Regional (1)


Pada tanggal 9 Oktober 2021 berada pada kuadran 5 (Maritime Continent) yang
berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia. Dari
Madden Jullian model filter spasial MJO, gangguan fenomena MJO terpantau di wilayah Teluk Benggala,
Oscillation (MJO) Laut China, Laut Sulu, Filipina, Samudra Pasifik timur Filipina, Laut Andaman, Samudra
Hindia utara Aceh dan Laut Natuna Utara yang mampu meningkatkan aktivitas konvektif
di wilayah tersebut.

Gelombang Ekuator yang terjadi di Indonesia, yakni:


a. Gelombang Rossby Ekuator yang berpropagasi ke arah barat mencakup wilayah
Teluk Benggala, Laut China Selatan, Laut Sulu, Filipina, Samudra Pasifik timur
Filipina, Samudera Hindia Barat Laut Aceh dan Samudera Pasifik utara Halmahera
hingga Papua yang berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan
hujan di wilayah tersebut.
b. Gelombang Kelvin yang berpropagasi ke arah timur mencakup wilayah Kalimantan
Barat bagian utara, Kalimantan Utara, dan Laut Sulawesi yang berpotensi
menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
Gelombang c. Gelombang dengan Low Frequency yang cenderung persisten terpantau di wilayah
Ekuator Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, Kep. Bangka Belitung, Laut Jawa, Pulau Jawa,
Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Selat Karimata, Pulau Kalimantan,
Pulau Sulawesi, Maluku Utara, Maluku, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Flores,
Laut Banda, Papua Barat, Papua bagian selatan, Laut Arafuru, Samudra Hindia barat
Lampung hingga selatan NTT, Laut Andaman dan Laut China Selatan.
d. Kombinasi antara MJO, gelombang Kelvin, gelombang Rossby Ekuator, dan
gelombang tipe Low Frequency pada wilayah dan periode yang sama yakni di
wilayah Laut Andaman, Laut China Selatan, Laut Sulu, Filipina, Samudra Pasifik
timur Filipina, Nusa Tenggara Timur, Laut Arafuru dan Samudera Pasifik utara
Halmahera hingga Papua bagian selatan yang mampu meningkatkan aktivitas
konvektif di wilayah tersebut.

Dengan anomali +10C – +40C yang dapat meningkatkan potensi penguapan (penambahan
Suhu Muka massa uap air) yaitu di Selat Malaka, Samudra Hindia barat Sumatera, Selat Karimata,
Laut/Sea Surface Laut Natuna, Selat Sunda, Laut Jawa, Samudra Hindia selatan Jawa - NTB, Selat Madura,
Temperature Laut Bali, Laut Flores, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Teluk Bone, Teluk Tomini, Laut
(SST) Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Laut Arafuru, Laut Halmahera, Teluk Cendrawasih dan
Samudra Pasifik utara Papua.
Kondisi Regional (2)

Yaitu +18.7. Berdasarkan data medan angin horizontal pada lapisan 925 – 850 mb
Indeks menunjukkan tidak adanya aliran massa udara dari benua Asia menuju Indonesia. Oleh
Seruakan Dingin karenanya, seruakan dingin yang menjadi indikator peningkatan dampak monsun
(Cold Surge) dingin Asia di Indonesia tidak signifikan memberikan dampak terhadap kondisi cuaca
di wilayah di Indonesia.

Terpantau di Laut Filipina sebelah timur Filipina dengan kecepatan angin maksimum
mencapai 50 knot dan tekanan 980 hPa yang bergerak ke arah barat barat laut serta
diprediksi intensitasnya persisten dalam 24 jam ke depan. Sistem ini membentuk
Siklon Tropis
daerah pertemuan angin (konfluensi) di sekitar Laut Cina Selatan dan Laut Sulawesi.
“KOMPASU”
Kondisi ini dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan serta peningkatan
kecepatan angin dan tinggi gelombang di perairan sekitar wilayah siklon tropis tropis
tersebut.

Daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) terpantau


memanjang dari Bengkulu hingga Jambi, dari Bangka Belitung hingga Selat Karimata, di
Daerah
Kalimantan Tengah, di Sulawesi Tengah, dan memanjang di Papua bagian tengah.
Konvergensi
Kondisi ini dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah
konvergensi tersebut.

Kondisi Lokal / Mikro

− Labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di wilayah Aceh,
Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Riau, Kep. Riau, Sumsel, Lampung, Bangka Belitung, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tengah. Sulawesi Utara, Gorontalo, Papua Barat, Papua.

− Intrusi udara kering terpantau melintasi wilayah perairan selatan Jawa Timur, Bali hingga selat Makassar
bagian selatan yang menyebabkan daerah di depan intrusi menjadi lebih lembab yakni di wilayah
Kalimantan.
\\\
− Pemantauan Debu Vulkanik dari Citra Satelit Himawari tanggal 11 Oktober 2021 Pukul 07.00 WIB pada
wilayah :
− NIL
PROGNOSIS

Hasil analisis kondisi iklim global menunjukkan nilai SOI yang signifikan sebesar +9.7 yang
mengindikasikan adanya suplai uap air sebagai sumber energi untuk pembentukan awan hujan yang
1 cukup besar, terutama di Indonesia bagian timur. Nilai IOD signifikan sebesar -0.49 yang
mengindikasikan adanya suplai uap air untuk aktivitas pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia
bagian barat.

Hasil analisis kondisi regional tanggal 11 Oktober 2021:


1) Dari analisis OLR, MJO, dan aktivitas gelombang ekuator menunjukkan kecenderungan
peningkatan aktivitas konvektif di perairan utara Aceh, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian utara
dan timur, Sulawesi bagian utara dan tengah, Maluku dan Papua.
2) Dari pola sirkulasi siklonik dan pertemuan/perlambatan kecepatan angin (konvergensi)
menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan pertumbuhan awan hujan di pesisir barat
2 Sumatera, Kep. Bangka Belitung, Kep. Riau, Kalimantan bagian tengah dan timur, Sulawesi bagian
tengah, Papua Barat, dan Papua.
3) Hasil analisis kondisi lokal/mikro menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan aktivitas
konvektif akibat kondisi labilitas yang kuat di wilayah Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi,
Riau, Kep. Riau, Sumsel, Lampung, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah.
Sulawesi Utara, Gorontalo, Papua Barat, Papua.
PRAKIRAAN 3 HARI KE DEPAN

Dasar Prakiraan
1. Pada Oktober dasarian I - III 2021 umumnya diprakirakan curah hujan berada di kriteria rendah hingga
menengah (0 – 150 mm/dasarian). Wilayah yang diprakirakan mengalami hujan kategori tinggi (> 150
mm/dasarian) pada Oktober dasarian II meliputi Sumatera Selatan bagian barat, sebagian Jawa Tengah
bagian selatan, sebagian Papua Barat dan Papua bagian tengah. Pada Oktober dasarian III meliputi Aceh
bagian barat, Sumatera Utara bagian barat, Sumatera Barat bagian barat, Jambi bagian barat, sebagian
Bengkulu, Kalimantan Barat bagian utara, Papua Barat bagian tengah dan Papua bagian tengah.

2. Berdasarkan model filter spasial MJO pada tanggal 12 – 13 Oktober 2021, gangguan fenomena MJO
terpantau aktif di wilayah Teluk Benggala, Laut China, Laut Sulu, Filipina, Samudra Pasifik timur Filipina,
Laut Andaman, Samudra Hindia utara Aceh dan Laut Natuna Utara yang mampu meningkatkan aktivitas
konvektif di wilayah tersebut.

3. Gelombang Ekuator yang terjadi di Indonesia, yakni:


a. Gelombang Rossby Ekuator yang berpropagasi ke arah barat mencakup wilayah Teluk Benggala, Laut
China Selatan, Laut Sulu, Filipina, Samudra Pasifik timur Filipina, Samudera Hindia Barat Laut Aceh,
Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur, Laut Arafuru, Papua bagian selatan dan Samudera Pasifik
utara Halmahera yang berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah
tersebut.
b. Gelombang Kelvin yang berpropagasi ke arah timur mencakup wilayah Samudera Hindia utara Aceh
dan Laut Sulawesi yang berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah
tersebut.
c. Gelombang dengan Low Frequency yang cenderung persisten diprediksikan akan masih terpantau di
wilayah Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, Lampung, Kep. Bangka Belitung, Laut
Jawa, Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, Selat Karimata, pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Maluku Utara,
Maluku, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Flores, Laut Banda, Laut Andaman, Laut China Selatan,
Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua Barat, Papua Barat, Papua bagian selatan dan Laut
Arafuru.
d. Kombinasi antara MJO, gelombang Kelvin, gelombang Rossby Ekuator, dan gelombang tipe Low
Frequency pada wilayah dan periode yang sama yakni di Laut Andaman, Laut China Selatan, Laut Sulu,
Filipina, Samudra Pasifik timur Filipina, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, Laut Arafuru dan Samudera Pasifik utara
Halmahera hingga Papua bagian selatan yang mampu meningkatkan aktivitas konvektif di wilayah
tersebut.

4. Sirkulasi tertutup (eddy) terpantau di barat Sumatera Barat yang membentuk daerah konvergensi
memanjang dari Bengkulu hingga Sumatera Barat. Sirkulasi siklonik lainnya terpantau di Australia bagian
utara. Daerah Konvergensi lainnya terpantau memanjang dari Kep. Bangka Belitung hingga Kep. Riau, dari
Kalimantan Timur hingga Kalimantan Utara, di Sulawesi bagian Tengah, dan memanjang di Papua bagian
tengah. Kondisi ini dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah sirkulasi dan di
sepanjang daerah konvergensi tersebut.

5. Labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di wilayah Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Riau, Kep. Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, jawa Barat,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.

6. Intrusi Udara Kering terpantau melintasi wilayah perairan selatan Sumatera dan perairan selatan Banten
yang menyebabkan wilayah di depan intrusi cenderung menjadi lebih lembab meliputi wilayah Sumatera
bagian selatan, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung.
Potensi Hujan dari Citra Satelit Himawari
Tanggal 11 Oktober 2021 pukul 10.00 WIB

Prakiraan angin lapisan 3000 feet


tanggal 12 Oktober 2021
POTENSI HUJAN EKSTREM BERDASARKAN PETA PRAKIRAAN HUJAN
PROBABILISTIK DAN ENSEMBLE 3 HARI KE DEPAN
11 Oktober 2021
Probabilistik >60% untuk potensi hujan lebat >50mm terdapat di wilayah Sulawesi Tengah.

12 Oktober 2021

Probabilistik >60% untuk potensi hujan lebat >50mm terdapat di wilayah : NIL.

13 Oktober 2021

Probabilistik >60% untuk potensi hujan lebat >50mm di wilayah Sumatera Selatan.
PRAKIRAAN CUACA INDONESIA 3 HARI KE DEPAN

Hari Ini Senin, 11 Oktober 2021


Potensi Hujan Lebat Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
(>50 mm/hari) Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Papua.
Potensi Angin Kencang Bengkulu, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah dan
(>45 km/jam) Sulawesi Utara.
Potensi Banjir Bengkulu, Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah dan Papua.
Kep. Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten,
Potensi Hujan Disertai Jawa Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara,
Kilat/Petir Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,
Maluku dan Papua Barat.
Potensi Kebakaran Hutan Nusa Tenggara Timur.

Esok Hari Selasa, 12 Oktober 2021

Potensi Hujan Lebat Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat
(>50 mm/hari) dan Papua.
Potensi Angin Kencang
Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Utara.
(>45 km/jam)
Potensi Banjir Bengkulu, Jambi dan Sumatera Selatan.

Potensi Hujan Disertai Kep. Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI
Kilat/Petir Jakarta, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Maluku.
Potensi Kebakaran Hutan Nusa Tenggara Timur.

Lusa Rabu, 13 Oktober 2021

Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat,


Potensi Hujan Lebat
Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat
(>50 mm/hari)
dan Papua.
Potensi Angin Kencang
Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Barat.
(>45 km/jam)
Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur
Potensi Banjir
dan Papua.
Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI
Potensi Hujan Disertai
Jakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah,
Kilat/Petir
Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat dan Papua.
Potensi Kebakaran Hutan Nusa Tenggara Timur.
PRAKIRAAN CUACA JAKARTA (TANGGAL 11 – 13 OKTOBER 2021)
11 Oktober 2021
Pagi Siang Malam Dini hari
(07.00 - 13.00) (13.00 – 19.00) (19.00 – 01.00) (01.00 – 07.00)
• Cerah berawan • Berawan • Berawan • Cerah berawan
• Hujan ringan di • Hujan ringan di
Jakbar, Jaksel dan Jaksel dan Jaktim
Jaktim

12 Oktober 2021
Pagi Siang Malam Dini hari
(07.00 - 13.00) (13.00 – 19.00) (19.00 – 01.00) (01.00 – 07.00)
• Cerah berawan • Berawan • Berawan • Cerah berawan
• Hujan ringan di • Hujan ringan di
Jaksel dan Jaktim Jaksel

13 Oktober 2021
Pagi Siang Malam Dini hari
(07.00 - 13.00) (13.00 – 19.00) (19.00 – 01.00) (01.00 – 07.00)
• Cerah berawan • Cerah berawan • Berawan • Cerah berawan
• Hujan ringan di
Jaksel

PERINGATAN DINI (TANGGAL 11 – 13 OKTOBER 2021)

Waspada hujan lebat (>50mm/hari) di wilayah : Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat
dan Papua.

REMARKS

1. Secara umum terdapat peningkatan curah hujan tiga hari ke depan yang dapat menyebabkan bencana
hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, dan longsor yaitu di wilayah Sumatera Barat, Jambi,
Bengkulu, Sumatera Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan Papua.
2. Hujan dengan intensitas lebat di wilayah perairan berpotensi terjadi di sekitar wilayah perairan barat dan
utara Aceh, barat Sumatera Utara – Bengkulu, Samudera Hindia barat Sumatera Barat – Bengkulu, Selat
Makassar, Laut Sulawesi dan Teluk Cendrawasih.

Anda mungkin juga menyukai