Anda di halaman 1dari 3

Dari skema klasifikasi di atas, hanya dua angka yang dilaporkan pada isi pembahasan,

angka lainnya tidak dijelaskan. Kedua tokoh yang dikutip dalam pernyataannya itu

menuduh Presiden Jokowi gagal menyampaikan misi dan visi Nawacita kepada para

menteri yang ditunjuk. Asas Nawacita dimaksudkan hanya sebagai representasi kinerja

Jokowi sebagai presiden dan tidak menyebutkan peran JK sebagai wakil presiden.

Memang dalam judul pembahasan tersebut terdapat kalimat evaluasi untuk kabinet

kerja JokowiJK. Ketiadaan penyebutan peran wakil presiden ketimbang kewenangan

mengangkat menteri merupakan hak prerogatif presiden. Hal tersebut juga diutarakan

oleh sosok yang pernyataannya diliput oleh highlightnews.co. Oleh karena itu,

rekomendasi yang diberikan lebih ditekankan kepada presiden sebagai evaluator para

menterinya. Selain kronik peristiwa, surat kabar online, khususnya yang berbasis di

daerah, juga menyajikan ulasan pengamat dalam bentuk artikel. Salah satunya

diposting di atjehpost.co. Situs berita ini memuat surat terbuka dari aktivis gerakan

mahasiswa Muslim KAMMI Aceh. Surat terbuka yang mewakili aspirasi para

mahasiswa, dengan tajam membahas sosok Presiden Jokowi yang dinilai tidak mampu

mewujudkan konsep nawacita yang digagasnya sendiri. Selain presiden, para menteri

juga mendapat penilaian yang sama. Presiden dinilai tidak mampu memenuhi harapan

rakyat Indonesia dalam 100 hari kiprahnya dalam mewujudkan konsep Nawacita, yaitu

Indonesia yang berdaulat, merdeka, dan berwajah rupawan. Penilaian ini karena

sejumlah 4.444 keputusan presiden tidak sesuai dengan konsep nawacita. Keputusan

tersebut antara lain, pertama, kenaikan harga BBM akibat kerugian negara yang besar

akibat subsidi BBM. Memang, ketika keputusan itu dibuat, harga minyak dunia sedang

jatuh. Akibat kenaikan tersebut, berdampak langsung pada kenaikan harga kebutuhan
pokok. Fakta yang mengecewakan bagi para aktivis adalah ketika pengunjuk rasa

menentang kenaikan harga BBM, Jokowi hanya berkomentar "bukan urusan saya".

Dalam skema penulis, Presiden memiliki perilaku yang berbeda dari konsep skema

Nawacita yang dirumuskannya. Penulis memaparkan sejumlah argumen yang

memperkuat penilaiannya. Pertama, perilaku presiden yang tidak sesuai dengan skema

kognitif Nawacita adalah liberalisasi harga BBM oleh pemerintah. Liberalisasi diyakini

menyebabkan SPBU asing masuk ke dalam negeri, yang berdampak pada SPBU lokal.

SPBU lokal terancam kehilangan pelanggan karena pelepasan harga BBM di pasar

dunia cenderung menguntungkan SPBU asing. Hal ini tidak sesuai dengan aspek

kemandirian dalam Nawacita. Penetapan harga BBM yang mengikuti harga pasar,

namun tidak diikuti dengan pengendalian harga kebutuhan pokok, justru akan memicu

ketidakpastian ekonomi. Sebagai contoh penurunan harga BBM beberapa waktu lalu,

tidak berdampak pada penurunan biaya transportasi umum dan harga kebutuhan

pokok. Selain kenaikan BBM, ada pula kenaikan harga elpiji. Kedua, adalah

perpanjangan kontrak karya PT Freeport Indonesia, yang semula berakhir pada 2021,

menjadi tahun 2041. Hal ini juga bertentangan dengan skema kognitif nawacita, yaitu

Indonesia yang berdaulat. Hal ini menunjukan kuatnya intervensi asing terhadap

Indonesia. Ketiga, keputusan Jokowi untuk mereformasi penegakan hukum. Dimulai

dengan keputusan pengangkatan jaksa agung partai politik koalisi Jokowi. Kemudian,

contoh kasus yang tidak kehilangan sorotan publik adalah kontroversi BG dan

penangkapan BW. Kasus ini menimbulkan kericuhan antara dua institusi, yakni KPK

dan kepolisian. Kasus ini dikatakan sengaja dibuat, untuk melemahkan KPK dalam

pemberantasan korupsi di Indonesia. Padahal jokowi pernah berjanji untuk menguatkan


KPK. Dan ini juga bertentanggan dengan skema kognitif nawacita. Keempat, keputusan

Jokowi mengenai pengangkatan menteri pada kabinetnya. Jokowi dinilai tidak menepati

janji perampingan kabinet dan tidak akan ada transaksi politik dalam penentuan

menteri. Kenyataanya jumlah menteri dan menteri korrdinator sama dengan masa

pemerintahan SBY, kemudian pembagian kursi menteri dengan partai pengusung jelas

terlihat. Hal ini berakibat pada kinerja kabinet kerja yang tidak maksimal. Berdasarkan

kenyataan yang telah dipaparkan, penulis merepresentasikan bahwa nawacita masih

menjadi harapan. Penulis kemudian mengajukan skema kognitif, tuntutannya untuk

mewujudkan nawacita, yaitu menurunkan harga, membatalkan liberaliasi harga BBM,

menasionalisasi aset penting negara, tegas dalam reformasi hukum, dan mengganti

menteri yang tidak memenuhi kompetensi nawacita.

Anda mungkin juga menyukai