LANDASAN TEORI
Pengertian aqidah akhlak terdiri dari dua kata yaitu aqidah dan akhlak
a. Aqidah
Aqidah berasal dari kata aqoid , bentuk jamak dari kata yaitu
Aqidah menurut syara. ialah : iman yang kokoh terhadap segala sesuatu
yang disebut dalam Al-Qur.an dan Hadits shahih yang berhubungan dengan tiga
segala pekerjaan-Nya.
3) Alam kebangkitan;
a) Alam rohani, membahas alam yang tidak dapat dilihat oleh mata.
1
Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta, Hidayat Karya Agung,
1973, hal.275
13
14
Aqidah adalah suatu hal yang pokok dalam ajaran Islam, karena itu
merupakan suatu kewajiban untuk selalu berpegang teguh kepada aqidah yang
benar. Aqidah mempunyai posisi dasar yang diibaratkan sebuah bangunan yang
mempunyai pondasi yang kokoh maka bangunan itu akan berdiri tegak.
ahli diantaranya :
pada jiwa seorang muslim, maka tertanamlah dalam jiwanya rasa bahwa hanya
Allah sajalah yang paling berkuasa, segala wujud yang ada ini hanyalah makhluk
belaka.3
rukunnya yang enam. Berarti menurut pengertian ini iman yaitu keyakinan atau
Yasin terdiri dari tiga unsur: a. Pengikraran dengan lisan, b. Pembenaran dengan
2
Ibid, hal.115
3
Al-Ghazali, Khulul Al Islam, Kwait : Dar Al-Bayan, 1970, hal.117
4
Abdullah Azzam, Akidah Landasan Pokok Membina Umat, Jakarta :
Gema Insani Press, 1993, Cet. Ke-4, hal.17
15
Hal tersebut sesuai dengan ucapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, beliau
mengatakan iman ialah ucapan dengan lidah, berhubungan dengan hati, dan
Dari pengertian di atas diketahui bahwa iman terdiri dari ucapan (lidah,
pembenaran hati) dan amal perbuatan. Dan tidak ada iman tanpa amal perbuatan.
Artinya :
Dan barang siapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan
beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil
(terhadapnya) dan tidak pula akan pengurangan haknya.. (QS. Thoha :112)
Keimanan dan kepercayaan akan timbul karena adanya dalil aqli, artinya
sesuatu yang dapat diterima oleh akal yang sehat, misalnya melihat bintang,
manusia, angin, hujan, dan seluruh isi alam menjadi dalil yang kuat bahwa alam
Keimanan juga dapat tumbuh dengan adanya dalil naqli yang menyeru
manusia untuk beriman kepada keesaan Allah SWT. dan faktor hidayah
Artinya:
Sesungguhnya engkau tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang
engkau kasihi. Tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya. (QS. Al-Qasas: 56).
16
Iman akan selalu bertambah dengan adanya ketaatan dan akan selalu
menanamkan kalimat tauhid La ilaha illa al-Allah (tiada Tuhan selain Allah).
pula tentang keimanan. Keimanan kepada wujud dan keesaan Allah menjadi
prinsip pokok dalam agama Islam. Tanpa beriman orang tidak dianggap
beragama.
b. Akhlaq
Akhlak dilihat dari segi bahasa adalah berasal dari bahasa Arab, jamak
dari kata Khuluk yang artinya perangai atau tabiat.6 Namun kata
5
Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta, PT. Grafindo Persada,
1994, cet. Ke-2, hal.98
6
Humaidi Tatapangsara, Pengantar Kuliah Akhlak, Surabaya: PT Bina
Ilmu, 1982, Cet. Ke-2, hal.7
7
Mas.ari, Anwar, Akhlak Al-Qur.an, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990, hal.1
17
pekerti, watak, kesusilaan yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap
Dalam konsepnya akhlak adalah suatu sikap mental (halun lin-nafs) yang
mendorong untuk berbuat tanpa pikir dan pertimbangan. Keadaan atau sikap jiwa
ini terbagi dua : ada yang berasal dari watak (tempramen) dan ada yang berasal
Akhlak dalam konsepsi Al Ghazali tidak hanya terbatas pada apa yang
dikenal dengan teori menengah dalam keutamaan seperti yang disebut oleh
Aristoteles, dan pada sejumlah sifat keutamaan yang bersifat pribadi, tapi juga
masyarakat. Semua sifat ini bekerja dalam suatu kerangka umum yang mengarah
kepada suatu sasaran dan tujuan yang telah ditentukan. Akhlak menurut Al
dan shalat.
dengan sesamanya.
ucapan Al Ghazali yang dikutip oleh Abudin Nata dalam bukunya : bahwa
kepribadian itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan dan
pembiasaan. Jadi kedua pengertian di atas yaitu aqidah. dan akhlak dapat
diketahui bahwa keduanya mempunyai hubungan yang erat, karena aqidah atau
iman dan akhlak berada dalam hati. Dengan demikian tidak salah kalau pada
18
sekolah tingkat Tsanawiyah kedua bidang bahasan ini dijadikan satu mata
perbuatan baik atau buruk, yang dengannya diharapkan tumbuh suatu keyakinan
ajaran agama.
Mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati dan mengimani Allah SWT. dan merealisasikannya dalam
perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan
dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam
bidang keagamaan, pendidikan ini juga diarahkan pada peneguhan aqidah
di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan
penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan
bangsa.8
akhlak dengan mata pelajaran lainnya merupakan satu kesatuan yang tak dapat
demikian bahwa tuntutan mata pelajaran aqidah akhlak agak berbeda dengan yang
lain, sebab materinya bukan saja untuk diketahui, dihayati dan dihafal, melainkan
8
Depag RI, Kurikulum 2004, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama
Islam Jakarta, hal.21-22
19
terhadap hal-hal yang harus diimani sehingga keyakinan itu tercermin dalam
sikap dan tingkah lakunya sehari-hari agar menjadi manusia yang beriman
mengamalkan akhlak yang baik dan meninggalkan akhlak yang buruk dalam
Islam.
vertical yang bersifat ilahiyah dan sasaran horizontal yang bersifat sosiologis. Dari
dua sasaran tadi berkembanglah menjadi berbagai aspek hubungan. Ada hubungan
manusia dengan Tuhan melalui ibadah, ada hubungan manusia dengan manusia
20
penjagaan diri dan ada hubungan manusia dengan binatang atau makhluk Allah
lainnya melalui pelestarian. Maka ruang lingkup pelajaran aqidah akhlakpun tidak
Secara garis besar, mata pelajaran aqidah akhlak berisi materi pokok
sebagai berikut :
aqidah yang meliputi: keimanan kepada Allah (sifat wajib, mustahil dan jaiz
membiasakan berakhlak yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, serta
luas, maupun makhluk hidup selain manusia, yaitu binatang dan tumbuhan.
Materi pokok atau ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak satu persatu
sebagai berikut :
pertama yang harus ditanamkan terhadap siswa yang menjadi dasar Aqidah Islam,
agar mereka meyakini keagungan dan ke-Esaan Allah sebagai Tuhan yang
kehidupan sehari-hari. Dalam kurikulum 2004 materi yang terdapat dalam ruang
lingkup ini meliputi Aqidah Islam yaitu: rukun iman yang terdiri dari beberapa
aspek: keimanan kepada Allah (sifat wajib, mustahil dan jaiz Allah), keimanan
larangan-Nya.
dari bentuk hubungannya dengan Allah, dengan maksud agar mereka kelak
mampu menjadi manusia yang taat kepada Allah, dan mampu pula berhubungan
dengan sesama manusia secara baik dan hidup berdampingan secara wajar. Hal ini
perlu ditanamkan kepada siswa karena manusia adalah makhluk sosial yang setiap
terpuji yang terdiri atas khauf, taubat, tawadlu., ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif,
percaya diri, tekad yang kuat, ta.aruf, ta.awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil,
amanah, menepati janji, dan bermusyawarah. Aspek akhlak tercela meliputi kufur,
22
syirik, munafik, namimah, dan ghibah. Dengan materi yang demikian siswa
Manusia disamping taat kepada Allah, mampu bergaul sesama manusia dengan
hubungan timbal balik yang saling membutuhkan satu dengan yang lain. Timbal
beribadah kepada Allah. Ajaran ini dimaksudkan agar siswa dapat menambah rasa
Ketiga hal atau materi pokok di atas merupakan hal penting dalam
sejahtera, penuh kebahagiaan dan sarat dengan keseimbangan materi dan rohani.
Sehingga terciptalah lingkungan yang bersih dari caci maki dan perbuatan jelek
1. Membangkitkan.
2. Mengatur.
3. Mendorong.
4. Mengendalikan.11
Adapun kata “moral“ menurut bahasa berasal dari dua kata yaitu
“moral“ diambil dari kata “mores“ bahasa latin yang artinya adat
kebiasaan, dalam bahasa Indonesia disebut susila dalam agama islam
disebut perilaku.12
9
Dendy Sugono dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, hal.. 122
10
Bappenkar, Pola Pembinaan Generasi Muda, Jatim, t. p. t. h.1975
hal. 1
11
Ibid, hal 2
12
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Bulan Bintang, Jakarta, 1981,
hal.512.
24
menjelaskan bahwa :
Dasar dan tujuan sangat erat hubungannya, karena dasar adalah sebagai
tempat berpijak untuk mencapai sasaran atau sesuatu yang dituju, dan tujuan
Religius, Yang dimaksud dengan dasar religius dalam pembahasan ini adalah
dasar pembinaan moral (perilaku) yang bersumber dari ajaran Al-Quran dan
13
W.J.S. Purwadarminta, Op. Cit. Hal.654.
14
Prof. Dr. Zakiah Daradjad, Peranan Agama dalam Kesehatan
Mental, Bulan Bintang, Jakarta, 1973, hal. 13
15
Humaidi Tatapanggarsa, Pengantar Ilmu Perilaku, Bina Ilmu,
Surabaya, 1989, hal. 13.
25
sebagai titik tolak dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini Prof. Dr. Zakiah
16
Zakiah Daradjad, Loc Cit, hal. 13
17
Ibid, hal. 137
26
a) Penanaman Agama
perintah (Amr) dan larangan (Nahi), serta kebolehan (Ibahah). Hal ini berarti
jika manusia memahami dengan baik, kemudian mau mengamalkan sejauh isi
ajaran agama tersebut, maka partilah mereka menjadi umat yang baik dengan
kata lain mereka tidak akan merugi atau menyinggung perasaan orang lain
karena nilai-nilai moral yang tegas, tidak berubah karena keadaan dan tempat.
18
Prof. Dr. Zakiyah Darajat, Op Cit, hal. 14
27
Jadi jelas bahwa agama adalah merupakan unsur yang paling dibutuhkan
Seperti yang dikatakan Prof. Dr. Zakiyah Darajat diatas tadi, bahwa
dalam pembinaan moral itu ada segi yang harus diperhatikan, yaitu :
tindakan moral, karena pengertian tentang moral belum tentu menjamin akan
tindakan moral.
19
Ibid, hal. 71
20
Ibid, hal. 16
28
sejak kecil, sesuai dengan kemampuan dan usianya. Karena setiap anak lahir
belum mengerti mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus
dilakukan dan mana yang harus dijauhi. Dan belum tahu batas-batas dan
Maka dalam hal ini yang memegang peranan utama dalam menanamkan
kebiasaan-kebiasaan anak adalah orang tua mereka karena anak dalam hidupnya
itu lebih banyak di lingkungan keluarga. Sehingga apa yang dilakukan oleh orang
pembiasaan moral mereka. Misalnya si Ibu atau Ayah yang selalu terbiasa
memperlakukan anak dengan kasar, acuh tak acuh, maka perlakuan anak yang
sedemikian itu akan mempengaruhi perkembangan dan sifat anak, mislanya akan
tumbuh rasa tidak senang tersebut menjadikan sifat kasar, keras, dan acuh tak
untuk mengembangkan bakat dan potensi yang ada, sehingga dapat memberikan
kegembiraan dan kepuasan bagi yang mempunyai bakat dan potensi itu.
Dan tentu saja semua kegiatan baik yang tidak keluar dari batas-
dan terpimpin dengan baik dan rapi, akan menolong dalam pembinaan mental
diatas sesuai dengan konteks ajaran agama Islam. Karena Islam itu sendiri
21
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al
Ma’arif, Bandung, 1989, hal. 76
22
Prof. DR. Zakiyah Darajat, Op Cit, hal. 73
30
norma-norma kebijakan dan jauh dari kejahatan. Begitu juga semua lingkup
kehidupan senantiasa diatas moral islami sehingga Islam berkuasa penuh atas
semua urusan kehidupan manusia. Sedangkan hawa nafsu dan Vested interest
dengan teori Konvergensi yang dipelopori oleh William Stern dan disitir oleh
Faktor Internal
Faktor Eksternal
23
HM, Arifin, Op Cit, hal. 142
24
Moh. Kasiran, Ilmu Jiwa Perkembangan, Usaha Nasional,
Surabaya, 1983, hal. 27 - 28
31
Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri anak, faktor ini
dalam Islam disebut juga Gharizah (pembawaan sejak lahir), faktor ini juga
Faktor Eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri anak, faktor
1. Lingkungan Keluarga
utama dan pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama kali mendapatkan
didikan dan bimbingan. Dan dikatakan sebagai lingkungan utama karena sebagian
besar kehidupan anak adalah dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling
banyak di terima oleh anak adalah dalam keluarga. Untuk itu tugas utama dari
berikut :
25
Zakiyah Darajat, Op Cit, hal. 71
32
Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari orang tuanya dan
apa yang dikatakan oleh J.J. Rousseau dalam bukunya yang mengatakan :
sejak kecil.27
Dengan demikian bagi kira yang beragama Islam yang menurut Allah
dilakukan dengan cara memberika suri tauladan yang baik yang sesuai
dengan ajaran agama Islam, cara ini akan lebih memudahkan baik bagi anak
agama.
2. Lingkungan Sekolah
Islam dalam bidang pengajaran yang tidak dapat dilakukan secara sempurna
dalam rumah dan masjid. Bagi umat Islam lembaga pendidikan yang dapat
26
Amir Daien Indrakusuma, Op Cit, hal. 109
27
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,
Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal. 86
33
Islam. Hal ini akan terwujud jika terdapat keserasian antara rumah dan
kepada bagi pertumbuhan dan perkembangan mental dan moral peserta didik.
kecerdasan. Dengan kata lain supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi
anak, dimana pertumbuhan mental, sosial dan segala aspek kepribadian dapat
3. Lingkungan Masyarakat
taat dan patuh menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan keluarga, anggota
diharapkan menjadi anggota masyarakat yang baik pula sebagai warga deswa,
perkembangan perilaku anak, pengaruh tersebut bisa saja bersifat positif ataupun
bersifat negatif, hal ini sesuai dengan ungkapan Ki Hajar Dewantara yang di nukil
dari masyarakat ini ada yang bersifat positif terhadap pendidikan anak, tetapi
Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari Kiamat, dan qadha dan qadar Allah
kepada-Nya.
Akhlak itu adalah kebiasaan atau sikap yang mendalam dalam jiwa dari
faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia dan pada kebolehannya untuk
kebiasaan atau sikap yang mendalam dalam jiwa. Biarpun ia sudah sampai
ketingkat ia masih tetap bisa berubah, bertukar, berkembang, dan berpindah dari
28
Amir Daien Indrakusuma, Op Cit, hal. 114
35
suatu keadaan kepada keadaan yang lain, melalui pendidikan, bimbingan, latihan
dan riyadah akhlak dan spiritual, atau melalui ilham dan bisikan pada jiwa yang
kedua-duanya datang dari Allah tanpa daya dan usaha dari seseorang.
Perilaku disiplin siswa sangat dipengaruhi oleh faktor baik dari dalam
maupun dari dalam diri individu, faktor dari dalam seperti generasi, yang dibawa
anak sejak lahir dan biasanya diwariskan dari orang tuanya. Sedangkan faktor dari