Abstrak. Sumber pendapatan negara terbesar berasal dari sektor perpajakan dan pemerintah Indonesia terus berusaha untuk
meningkatkan langkah optimalisasi penerimaan pajak demi memaksimalkan penerimaan atas sektor ini. Namun sampai saat ini
banyak warga negara yang masih menganggap pajak sebagai suatu beban. Perusahaan atau badan usaha juga masih menganggap
pajak sebagai beban yang akan mengurangi laba bersihnya. Wajib pajak akan cenderung mencari cara untuk memperkecil pajak
yang harus dibayar, salah satunya dengan pratek tax avoidance. Praktek tax avoidance merupakan hal yang tidak melanggar
hukum (legal), namun disisi lain tax avoidance tidak diinginkan oleh pemerintah karena akan mengurangi pendapatan bagi negara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh profitabilitas, leverage, proporsi komisaris independen,
kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan terhadap tax avoidance. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2014-2018. Pemilihan sampel menggunakan metode non
probability sampling dengan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi, serta pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh antara profitabilitas dan proporsi dewan komisaris independen terhadap
tax avoidance, sementara variabel leverage, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan tidak menunjukkan pengaruh pada
tax avoidance.
Kata kunci: Leverage; Kepemilikan Institusional; Komisaris Independen; Profitabilitas; Tax Avoidance; Ukuran Perusahaan
Abstract. The biggest source of state income comes from taxes. So the Indonesian government continues to strive to improve tax
revenue optimization measures to maximize revenue from the tax sector. But until now many citizens still consider tax as a
burden. The company or entity still considers tax as an expense that will reduce the company's net profit. Taxpayers will tend to
look for ways to reduce the tax they pay, both legally and illegally, one of which is the practice of tax avoidance Tax avoidance is
a complex and unique problem because on one hand tax avoidance does not violate the law, on the other hand tax avoidance is
not wanted by the government because it reduces income for the country. The purpose of this study is to analyze the effect of
profitability, leverage, the proportion of independent commissioners, institutional ownership, and company size, on tax avoidance.
The population of this research is the entire manufacturing company registered in indonesia stock exchange (BEI ) 2014-2018
during the period.A method of sampling nonprobability using methods with techniques of sampling purposive sampling .The
technique of analysis of data using the test is the classic normality, multikolinieritas, heteroskedastisitas test, and autokorelasi
test. Testing the hypothesis of the use of regression analysis double. The results of the study show that there is an influence
between profitability and the proportion of independent commissioners on tax avoidance, while the variable leverage, institutional
ownership and firm size do not show an influence on tax avoidance.
Keyword: Firm Size; Independent Commissioners; Leverage; Profitability; the Institutional Ownership; and, Tax Avoidance
pratek tax avoidance atau penghindaran pajak (Sartika, Rachmithasari (2015), Wijayanti (2017), Windarni et al
2012). (2018) menemukan bahwa proporsi dewan komisaris
Apabila dilihat dari sisi wajib pajak, selama wajib berpengaruh negatif terhadap tax avoidance artinya
pajak pribadi ataupun badan memiliki cara dalam semakin baik pengawasan komisaris independen
meminimalkan pajak dan belum ada peraturan yang pasti terhadap suatu perusahaan, maka praktik tax avoidance
tentang pelanggaran pajak, maka hal yang dilakukan pada perusahaan itu dapat semakin berkurang.
sah-sah saja atau legal. Sedangkan dari pihak pemerintah Sementara menurut Sunarsih and Oktaviani, (2016),
yaitu peraturan yang ada dalam hal pembayaran Winata (2014), Marfirah dan SyamBZ, (2016), Putranti
perpajakan diharapkan tidak disalahgunakan dengan cara dan Setiawanta (2015) menemukan bahwa komisaris
penghindaran perpajakan atau dengan meminimalkan independen berpengaruh positif terhadap tax avoidance.
pajak perusahaan demi memperoleh keuntungan. Sifat Artinya semakin baik pengawasan yang dilakukan
tax avoidance yang sah menurut hukum membuat komisaris independen terhadap suatu perusahaan, maka
pemerintah tidak dapat menjatuhkan sanksi bahkan praktik tax avoidance pada perusahaan itu dapat semakin
ketika ada indikasi skema tax avoidance akan dilakukan meningkat.
oleh perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Nursari et al,
Berdasarkan penelitian terdahulu seperti (2017), Muhammad Fajar (2018), Agustina and Aris,
Darmawan and Sukartha (2014), Dewi, (2017), Rinaldi (2016), Azizah Zahirah (2017), Pohan (2019) mengenai
and Cheisviyanny (2015) profitabilitas merupakan salah hubungan kepemilikan institusional dan tax avoidance
satu faktor yang dapat mempengaruhi dalam melakukan menunjukkan berpengaruh positif.. Sedangkan penelitian
praktek penghindaran pajak. Salah satu pengukuran menurut Putranti dan Setiawanta (2015), Merslythalia
profitabilitas yang sering digunakan yaitu dengan dan Lasmana (2016), Bahri et al. (2015), Sihaloho dan
menggunakan Return On Asset (ROA). Pratomo (2015), Alviyani and Surya (2016) menyatakan
Selain profitabilitas, leverage juga dapat bahwa kepemilikan insitiusional berpengaruh negatif
diprediksi sebagai faktor yang mempengaruhi tax terhadap tax avoidance.
avoidance. Leverage merupakan tingkat hutang yang Faktor lainnya yang juga menjadi faktor penentu
digunakan perusahaan dalam melakukan pembiayaan. dalam penghindaran pajak adalah ukuran perusahaan.
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang
mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh dimiliki oleh suatu perusahaan. Ukuran perusahaan
hutang dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi merupakan suatu skala dimana besar kecilnya
kewajibannya dengan ekuitas yang dimiliki. Beberapa perusahaan yang dapat diklasifikasikan dalam berbagai
peneliti seperti Zahirah (2017), Agusti, (2013), Nursari, cara, seperti log total aktiva, log total penjualan dan
et al (2017), Wijayanti and Budi N, (2017), menemukan kapitalisasi pasar (Handayani dan Wulandari, 2014).
bahwa leverage berpengaruh positif terhadap tax Perusahaan besar cenderung memiliki sumber
avoidance, sementara itu beberapa peneliti lain daya yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil
menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif dalam melakukan pengelolaan pajak. Laba yang besar
terhadap tax avoidance seperti pada penelitian Dewi, dan stabil yang dimiliki perusahaan berukuran besar
(2017), Rinaldi and Cheisviyanny (2015), Dharma, I. M. cenderung mendorong perusahaan untuk melakukan
S., (2016), Sukartha (2015). kegiatan penghindaran pajak. Hal tersebut sesuai dengan
Menurut Zarkasyi, M. (2008) terdapat empat penelitian yang dilakukan oleh Surbakti, (2012),
mekanisme corporate Governance, di antaranya: Dewinta dan Setiawan (2016), Dharma, (2016) serta
komisaris independen, kepemilikan institusional, Siregar Rifka (2016) yang menyatakan bahwa ukuran
kualitas audit, dan dewan direksi. Pada penelitian ini perusahaan berpengaruh positif pada penghindaran
penulis memfokuskan untuk menggunakan 2 mekanisme pajak. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
penelitian yang ada didalam corporate governance yaitu Puspitasari, (2014), Nurlaily (2017), Dewi (2017),
proporsi dewan komisaris independen dan kepemilikan Kurniasih dan Ratna Sari, (2013) yang menyatakan
institusional, hal ini dikarenakan proporsi dewan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada tax
komisaris independen dan kepemilikan institusional avoidance.
mengambil peran yang cukup besar dalam aktivitas- Persoalan tax avoidance merupakan persoalan
aktivitas perusahaan sehingga sangat berpengaruh yang rumit dan unik karena disatu sisi tax avoidance
terhadap kebijakan dalam pengambilan keputusan tidak melanggar hukum (legal), namun disisi lain tax
perusahaan yang kemudian akan berpengaruh besar avoidance tidak diinginkan oleh pemerintah karena
terhadap kebijakan pajak agresif suatu perusahaan. mengurangi pendapatan bagi negara. Berdasarkan
Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa permasalahan diatas, dikaitkan dengan hasil penelitian
komisaris independen memiliki hasil yang tidak sebelumnya dengan teori yang ada dan dengan belum
konsisten, seperti pada penelitian Maharani dan konsistenya hasil penelitian yang terdahulu, maka
Suardana (2014), Sandy dan Lukviarman (2015), penulis terdorong melakukan pengujian kembali untuk
377
Novita Sari et al, Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2014-2018
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tax manufaktur sebagian besar dengan perpajakan.
avoidance. Hasil dari pengujian nantinya diharapkan Perusahaan manufaktur merupakan penyumbang
dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang penerimaan pajak negara terbesar selain industri
pengaruh profitabilitas, leverage, corporate governance perdagangan, keuangan dan pertanian. Sepanjang 2018,
dan ukuran perusahaan terhadap tax avoidance. penerimaan pajak dari sektor manufaktur ini tercatat
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian tumbuh 17,1 persen. Industri pengolahan terus menjadi
sebelumnya, yang membedakan penelitian ini dengan kontributor tertinggi terhadap penerimaan PPh
penelitian sebelumnya adalah pada tahun penelitian dan nonmigas, di mana tahun ini mencapai 31,8 persen.
pengukuran tax avoidance, dimana pada peneltian Selanjutnya, diikuti sektor perdagangan 19,3 persen, jasa
sebelumnya menggunakan Cash ETR, sementara alat keuangan 14,0 persen, dan pertanian 1,7 persen
ukur tax avoidance yang penulis gunakan adalah Book (kemenperin.go.id). Selain itu perusahaan manufaktur
Tax Different (BTD). BTD merupakan proksi yang beberapa kali masuk sebagai wajib pajak yang
menggambarkan selisih antara laba akuntansi dengan difokuskan dalam daftar pemeriksaan Direktorat
laba fiskal. Keunggulan BTD dibandingkan Jenderal Pajak, karena berdasarkan survei pada tahun
menggunakan alat ukur lain adalah BTD 2012 terdapat 4000 perusahaan perusahaan penanaman
memperlihatkan bagaimana perusahaan akan berusaha modal asing yang melaporkan pajaknya namun tidak
melaporkan laba akuntansi yang tinggi untuk memiliki besaran pajak yang terhutang karena
kepentingan pemegang saham, namun melakukan mengalami kerugian selama tujuh (7) tahun berturut-
strategi agar laba kena pajak menjadi rendah. BTD dapat turut dan perusahaan tersebut bergerak dibidang
menggambarkan strategi penghindaran pajak jangka manufaktur (Prakosa, 2014)
panjang dan jangka pendek (Rego and Wilson, 2011).
Melalui penelitian ini diharapkan masyarakat dapat METODE
mengetahui bahwa penghindaran pajak (tax avoidance) Jenis Penelitian
merupakan salah satu cara yang dapat merugikan Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.
pendapatan negara. Dimana pajak merupakan sumber Data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian
pendapatan negara, sehingga jika wajib pajak banyak dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan
melakukan praktek tax avoidance, maka hal tersebut kemudian diinterpretasikan.
akan berdampak pada penurunan kesejahteraan Penelitian ini menggunakan data panel, Dimana
masyarakat itu sendiri. data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
Penelitian ini juga berguna untuk memberikan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar
gambaran yang lebih luas tentang pola perkembangan di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018. Berdasarkan
perusahaan-perusahaan yang melakukan penghindaran sumber datanya, data yang digunakan dalam penelitian
pajak, khususnya untuk perusahaan manufaktur. ini adalah data sekunder. Dalam penelitian ini data
Pemilihan perusahaan manufaktur didasari atas diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia
pertimbangan bahwa aktivitas usaha perusahaan periode 2014-2018.
378
Novita Sari et al, Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2014-2018
5 Kepemilikan Kepemilikan institusional merupakan lembaga yang memiliki Jumlah saham dimiliki insitusi/
institusional (X4) kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukan jumlah saham beredar
termasuk investasi saham di dalam suatu perusahaan
(Cahyono et al., 2016).
6 Ukuran Ukuran perusahaan merupakan suatu pengklasifikasian SIZE = Ln (Total Asset)
Perusahaan (X5) sebuah perusahaan berdasarkan jumlah aset yang
dimilikinya.Aset dinilai memiliki tingkat kestabilan yang
cukup berkesinambungan (Kurniasih and Ratna Sari, 2013).
Tabel 2 menunjukkan hasil dari uji statistik yang berarti nilai ROA pada beberapa sampel
deskriptif terhadap perusahaan sampel selama tahun perusaahaan paling banyak adalah 26%, dengan nilai
2014-2018 dengan nilai N (jumlah sampel) sebesar 192. rata-rata sebesar 0,0729. Sedangkan standar deviasi
Dari analisis di atas, maka dapat disimpulkan deskriptif memiliki nilai sebesar 0,04993 yang berarti bahwa
masing-masing variabel adalah sebagai berikut: ukuran penyebaran data dari variabel ROA sebesar
1. Tax avoidance (TA) memiliki nilai minimum sebesar 0,04993 dari 192 sampel yang digunakan
0,001 dari 192 sampel yang digunakan. Nilai 3. Leverage memiliki nilai minimum sebesar 0,08 yang
maksimum tax avoidance sebesar 0,061 yang berarti berarti tingkat leverage pada beberapa sampel
nilai tertinggi terjadinya praktek tax avoidance pada perusaahaan paling sedikit adalah 8%. Nilai
beberapa sampel perusahaan adalah 6,1%, dengan maksimum sebesar 1,95 yang berarti nilai leverage
nilai rata-rata terjadinya praktek tax avoidance pada beberapa sampel perusaahaan paling banyak
sebesar 2,3%. Sedangkan standar deviasi memiliki adalah 195%, dengan nilai rata-rata sebesar 0,6674.
nilai sebesar 0,01522 yang berarti bahwa ukuran Sedangkan standar deviasi memiliki nilai sebesar
penyebaran data dari variabel tax avoidance adalah 0,44250 yang berarti bahwa ukuran penyebaran data
sebesar 0,01522 dari 192 sampel yang digunakan. dari variabel leverage sebesar 0,44250 dari 192
Standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-rata sampel yang digunakan.
menunjukkan kecilnya simpangan data variabel tax 4. Komisaris independen memiliki nilai minimum
avoidance selama periode pengamatan. sebesar 0,20 dan nilai maksimum komisaris
2. ROA memiliki nilai minimum sebesar 0,001 berarti independen sebesar 0,60 yang berarti jumlah
beberapa sampel perusahaan memiliki ROA paling komisaris independen yang paling sedikit dari
sedikit sebesar 0,001. Nilai maksimum sebesar 0,26 beberapa sampel perusahaan ada 2 sementara yang
379
Novita Sari et al, Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2014-2018
terbanyak dari beberapa sampel perusahaan adalah 6, Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat bahwa grafik
dengan nilai rata-rata komisaris independen pada plot berada disekitar garis dan tidak menjauhi dari garis
sampel perusahaan sebesar 0,3748. Sedangkan diagonal. Dengan demikian kesimpulan bahwa data yang
standar deviasi memiliki nilai sebsesar 0,06619 yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan terdistribusi
berarti bahwa ukuran penyebaran data dari variabel normal dan bisa dilakukan penelitian lebih lanjut.
komisaris independen adalah sebesar 0,06619 dari
192 sampel yang digunakan. Table 3. Normality Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov
5. Kepemilikan institusional memiliki nilai minimum Test
sebesar 0,09 yang berarti tingkat kepemilikan Unstandardized
institusional pada beberapa sampel perusaahaan Residual
paling sedikit adalah 9%. Nilai maksimum N 192
kepemilikan institusional sebesar 0,963 yang berarti Normal Mean .0000000
tingkat kepemilikan institusional beberapa sampel Parametersa,b Std. Deviation .00932452
perusahaan paling tinggi adalah sebesar 96,3%, Absolute .098
Most Extreme
Positive .075
dengan nilai rata-rata kepemilikan institusional Differences
Negative -.098
sampel perusahaan sebesar 0,6711. Sedangkan Kolmogorov-Smirnov Z 1.352
standar deviasi memiliki nilai sebesar 0,20905 yang Asymp. Sig. (2-tailed) .052
berarti bahwa ukuran penyebaran data dari variabel a. Test distribution is Normal.
kepemilikan institusional sebesar 0,20905 dari 192 b. Calculated from data.
sampel yang digunakan. Sumber: Data diolah
6. Size memiliki nilai minimum sebesar 11,80 dan nilai
maksimum sebesar 20,59, dengan nilai rata-rata Pada tabel 3 menunjukkan pengujian normalitas
sebesar 14,8159. Sedangkan standar deviasi memiliki dengan menggunakan statistik Kolmogrov-Smirnov.
nilai sebesar 1,81157 yang berarti bahwa ukuran Apabila nilai signifikansi > 0,05 berarti data residual
penyebaran data dari variabel size sebesar 1,81157 berdistribusi normal, sedangkan apabila nilai signifikansi
dari 192 sampel yang digunakan. Standar deviasi < 0,05 berarti data residual tidak berdistribusi normal
yang leih besar dari nilai rata-rata menunjukkan (Ghozali, 2013). Berdasarkan hasil uji normalitas maka
besarnya simpangan data variabel size selama periode dapat disimpulkan bahwa data penelitian yang
pengamatan. digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hal
ini ditunjukkan dengan nilai Sig (2-tailed) sebesar 0,052
Uji Asumsi Klasik lebih besar dari tingkat signifikansi sebesar 0,05.
Uji Normalitas
Uji normalitas memiliki tujuan untuk melihat Uji Multikolinieritas
kenormalan distribusi dalam model regresi pada Uji multikolinieritas ini bertujuan untuk
variabel pengganggu atau variabel residual. Uji mengetahui apakah ada atau tidaknya korelasi antar
normalitas penting untuk dilakukan karena jika asumsi variabel independen dalam model regresi. Cara umum
klasik dihilangkan, maka uji statistik menjadi tidak yang digunakan oleh peneliti untuk uji multikolinieritas
valid. Dalam penelitian ini uji normalitas dapat dilihat adalah dengan melihat nilai Tolerance dan VIF
melalui penyebaran data yang ada pada sumbu diagonal (Variance Inflation Factor). Model regresi seharusnya
dari grafik dan juga pada besaran nilai Kolmogrov- tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Nilai
Smirnov. yang dijadikan acuan untuk menunjukkan tidak adanya
masalah multikolinieritas adalah nilai Tolerance> 0.10
atau nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.
Nilai Tolerance dan VIF yang dihasilkan dalam Tabel 5. Hasil Uji gletjer
Coefficientsa
tabel 4 menunjukkan bahwa variabel bebas dalam model
Model Unstandardized Standardized T Sig.
regresi tidak saling berkolerasi. Pada variabel ROA Coefficients Coefficients
dapat dilihat nilai Tolerance sebesar 0,730 yang berarti > B Std. Error Beta
0,10 dan nilai VIF sebesar 1,370 yang berarti < 10. Pada (Constant) ,010 ,005 2,069 ,040
ROA ,031 ,012 ,226 2,694 ,080
variabel leverage dapat dilihat nilai Tolerance sebesar LEV ,002 ,001 ,109 1,337 ,183
1
0,778 yang berarti > 0,10 dan nilai VIF sebesar 1,286 PDKI -,002 ,008 -,015 -,206 ,837
KI -,003 ,002 -,105 -1,407 ,161
yang berarti < 10.Pada variabel komisaris independen SIZE ,000 ,000 -,067 -,879 ,381
dapat dilihat nilai Tolerance sebesar 0,937 yang berarti > Sumber: Data diolah
0,10 dan nilai VIF sebesar 1,067 yang berarti < 10. Pada
variabel kepemilikan institusional dapat dilihat nilai Berdasarkan hasil uji gletjer pada tabel 5, dapat
Tolerance sebesar 0,931 yang berarti > 0,10 dan nilai diketahui bahwa nilai signifikansi kelima variabel
VIF sebesar 1,075 yang berarti < 10. Pada variabel size independen berada diatas 0,05. Dengan demikian dapat
dapat dilihat nilai Tolerance sebesar 0,893 yang berarti > disimpulkan bahwa tidak terjadinya gejala
0,10 dan nilai VIF sebesar 1,120 yang berarti < 10. heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi regresi layak digunkan.
antara sesama variabel bebas yang terdapat di dalam
model regresi dan tidak terdapat multikolinearitas Uji Autokolerasi
diantara sesama variabel bebas di dalam model Uji ini muncul karena observasi yang berurutan
regresinya. sepanjang waktu berkaitan satu sama lain (Ghozali,
2013). Jika tidak terjadi autokolerasi nilai Durbin
Uji Heteroskedastisitas Watson (DW) pada perhitungan sampel harus >dU dan
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya <4-dU. Hasil uji Autokorelasi dapat dilihat pada tabel
heteroskedastisitas dengan melihat hasil output SPSS
berikut:
melalui grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel
terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya Tabel 6. Uji Autokorelasi
SRESID Model Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 0,00945 1,991
Sumber: Data diolah
381
Novita Sari et al, Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2014-2018
signifikansi dan beta LEV menggambarkan bahwa Jadi perusahaan yang memiliki profitabilitas
hasil hipotesis kedua dari pengujian leverage tinggi, berarti semakin tinggi pula pajak yang harus
terhadap tax avoidance tidak berpengaruh, sementara dibayarkan. Beban pajak yang tinggi tersebut akan
pada pengembangan hipotesis menyatakan bahwa menurunkan laba perusahaan, sehingga perusahaan akan
leverage berpengaruh positif terhadap tax avoidance, berusaha melakukan penghindaran pajak untuk
sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa H2 ditolak menurunkan jumlah pajak yang harus dibayarnya (Zahra,
c. Hipotesis 3 2017). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Berdasarkan tabel 14 dapat disimpulkan hasil Darmawan dan Sukartha (2014), Dewi (2017),
pengujian signifikansi menunjukkan terdapat nilai Subagiastraa et al (2016), Kurniasih dan Ratna Sari
signifikansi PDKI sebesar 0,022 (0,022< 0,05), (2013), Ayu et al., (2016) Rinaldi and Cheisviyanny
dengan nilai beta sebesar 0,107 Nilai signifikansi dan (2015).
beta dari PDKI menggambarkan bahwa dewan Hasil temuan penelitian ini mendukung teori
komisaris independen berpengaruh positif terhadap keagenan, karena adanya teori keagenan akan memacu
tax avoidance, hasil pengujian sama dengan para agent untuk meningkatkan laba perusahaan. Ketika
pengembangan hipotesis sehingga dapat disimpulkan laba yang diperoleh membesar, maka jumlah pajak
bahwa H3 diterima. penghasilan akan meningkat sesuai dengan peningkatan
d. Hipotesis 4 laba perusahaan. Agent dalam teori keagenan akan
Berdasarkan tabel 14 dapat disimpulkan hasil berusaha mengelola beban pajaknya agar tidak
pengujian signifikansi menunjukkan terdapat nilai mengurangi kompensasi kinerja agent sebagai akibat
signifikansi KI sebesar 0,137 (0,137 > 0,05), dengan dari berkurangnya laba perusahaan oleh beban pajak.
nilai beta sebesar 0,069. Nilai signifikansi dan beta agent akan memaksimalkan pengelolaan aset internal
menggambarkan bahwa kepemilikan institusional yang dimilikinya agar mendapatkan kompensasi kinerja
tidak berpengaruh terhadap tax avoidance, sementara dari principal dan insentif yang dapat mengurangi beban
pada pengembangan hipotesis menyatakan pajak (Darmawan and Sukartha, 2014).
kepemilikan insttusional berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance, sehingga dapat dirumuskan Pengaruh Leverage Terhadap Tax avoidance
bahwa bahwa H4 ditolak. Berdasarkan dari pengujian yang dilakukan pada
e. Hipotesis 5 hipotesis kedua (H2) diketahui bahwa hasil hipotesis
Berdasarkan tabel 14 dapat disimpulkan hasil kedua tidak berpengaruh terhadap tax avoidance,
pengujian signifikansi menunjukkan terdapat nilai sehingga dapat dirumuskan bahwa H2 ditolak. Artinya
signifikansi SIZE sebesar 0,365 (0,365 > 0,05), semakin tinggi leverage tidak akan mempengaruhi
dengan nilai beta sebesar -0,043. Nilai signifikansi aktivitas tax avoidance di perusahaan. Hal itu
dan beta menggambarkan bahwa ukuran perusahaan disebabkan karena semakin tinggi tingkat utang suatu
tidak berpengaruh terhadap tax avoidance, sementara perusahaan, maka pihak manajemen akan lebih
pada pengembangan hipotesis menyatakan bahwa konservatif dalam melakukan pelaporan keuangan atau
ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap tax operasional perusahaan. Pihak manajemen akan lebih
avoidance, sehingga dapat dirumuskan bahwa berhati-hati dan tidak akan mengambil resiko yang
bahwa H5 ditolak. tinggi untuk melakukan aktivitas penghindaran pajak
guna menekan beban pajaknya. Apabila hutang
Pembahasan digunakan dalam jumlah yang besar maka dapat
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Tax avoidance menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena harus
Berdasarkan dari pengujian yang dilakukan membayar bunga yang semakin besar (Indriyani, 2017).
hipotesis pertama diterima, jadi dapat disimpulkan Selain itu leverage tidak terbukti secara signifikan
bahwa profitabilitas memang berpengaruh positif mempengaruhi penghindaran pajak yang dilakukan
terhadap tax avoidance. perusahaan. Hal ini dikarenakan kebanyakan perusahaan
Profitabilitas merupakan faktor penting untuk yang menjadi sampel memiliki nilai hutang jangka
pengenaan pajak penghasilan bagi perusahaan, karena panjang yang kecil sehingga hasil peneliti menyatakan
profitabilitas merupakan indikator perusahaan dalam bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap
pencapaian laba perusahaan. Data dalam penelitian ini penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan
menunjukkan rata-rata laba perusahaan cukup besar manufaktur tahun 2014-2018. Dengan demikian hasil
yaitu 7,6 % sehingga membayar pajak besar pula. penelitian ini tidak sebagaimana mestinya, dimana
Perusahaan yang memiliki profit tinggi mengindikasikan peneliti tidak menemukan perusahaan dengan tingkat
kecenderungan perusahaan melakukan penghindaran leverage yang tinggi memiliki beban bunga yang tinggi
pajak semakin tinggi yang diukur dari semakin kecilnya serta resiko penurunan laba yang signifikan, sehingga
BTD. jika banyak menggunakan hutang dari pihak luar
perusahaan, maka laba perusahaan menjadi tidak optimal
383
Novita Sari et al, Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2014-2018
dan akan berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil sehingga dapat dirumuskan bahwa H4 ditolak. Artinya
penelitian ini juga sejalan dengan Darmawan dan bahwa besar kecilnya kepemilikan institusional tidak
Sukartha (2014), Ayu et al., (2016), dan Moses (2017). membuat praktik tax avoidance yang dilakukan oleh
perusahaan tersebut dapat dihindari. Kepemilikan
Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Tax institusional harusnya mampu memainkan peranan
avoidance penting untuk mengawasi, mendisiplinkan dan
Berdasarkan dari pengujian yang dilakukan pada mempengaruhi manajer sehingga, dapat memaksa
hipotesis ketiga (H3) diketahui bahwa hasil hipotesis manajemen untuk menghindari perilaku mementingkan
ketiga berpengaruh terhadap tax avoidance, sehingga kepentingannya sendiri. Akan tetapi, terkonsentrasinya
dapat dirumuskan bahwa H3 diterima. struktur kepemilikan belum mampu memberikan kontrol
Positifnya hasil pada hipotesis ketiga dikarenakan yang baik terhadap tindakan manajemen atas sikap
kinerja komisaris independen yang seharusnya dapat memenuhi kepentingannya sendiri (Isnanta, 2008).
mengurangi angka penghindaran pajak didalam Menurut Fadhilah (2014) dengan ada atau tidaknya
perusahaan tidak berjalan dengan efektif. Hasil temuan kepemilikan institusional kemungkinan dilakukannya tax
penelitian ini tidak mendukung agency theory, karena avoidance akan tetap terjadi. Selain itu, karena pemilik
berdasarkan agency theory menurut Meckling (1976) institusional kurang peduli dengan citra perusahaan.
terdapat pemisahan antara pemilik dengan pengelola, Sehingga apapun keputusan manajemen asalkan hal itu
akan tetapi hasil penelitian menunjukkan peranan pendiri bisa memaksimalkan kesejahteraan mereka maka akan
perusahaan sangat dominan dalam menentukan didukung. Meskipun keputusan tersebut adalah
kebijakan perusahaan. Menurut Agoes dan Ardana melakukan tax avoidance.
(2014) kendala yang cukup menghambat kinerja Selain itu menurut Winning (2018) keberadan
komisaris independen karena sebagian komisaris struktur kepemilikan institusional tersebut
independen masih lemah dalam kompetensi dan mengindikasikan adanya tekanan dari pihak institusional
integritasnya. Hal ini terjadi karena pengangkatan kepada manajemen perusahaan untuk melakukan
komisaris independen sebagian hanya didasarkan atas kebijakan pajak agresif untuk memaksimalkan perolehan
penghargaan semata, adanya hubungan keluarga (family) laba untuk investor institusional. Perusahaan memiliki
atau kenalan dekat (nepotisme). Karena seharusnya tanggung jawab kepada pemegang saham, maka pemilik
komisaris independen adalah anggota dewan komisaris instusional memiliki insentif untuk memastikan bahwa
yang diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari pihak manajemen perusahaan membuat keputusan yang akan
yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Pada
anggota direksi dan/atau anggota dewan komisaris pengungkapan suka rela menemukan bahwa perusahaan
lainnya (Tunggal, 2009). Oleh karena itu seharusnya dengan kepemilikan institusional yang lebih besar lebih
persyaratan untuk dapat diangkat sebagai komisaris memungkinkan untuk mengeluarkan, meramalkan dan
independen sangat ketat, antara lain memiliki integritas memperkirakan sesuatu lebih spesifik, akurat dan
dan kompetensi yang memadai agar dapat menunjang optimis (Khurana, I. K., 2009).
kinerja komisaris independen dalam pengawasan. Selain Hasil temuan penelitian ini tidak mendukung
integritas dan kompetensi, komisaris independen juga agency theory, karena berdasarkan agency theory
harus bersifat transparan dan bertanggung jawab baik menurut Meckling (1976) terdapat pemisahan antara
terhadap pemegang saham maupun kepada pemangku pemilik dengan pengelola, akan tetapi hasil penelitian
kepentigan (stakeholder) lainnya, yakni masyarakat dan menunjukkan peranan pendiri perusahaan sangat
lingkungan. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian dominan dalam menentukan kebijakan perusahaan.
Winata (2014) yang menyatakan bahwa positifnya hasil Kepemilikan institusional yang bertindak sebagai pihak
hipotesis ini menunjukkan bahwa para pemilik yang memonitor perusahaan belum tentu mampu
perusahaan juga menginginkan pembayaran pajak yang memberikan kontrol yang baik terhadap tindakan
kecil sehingga manfaat yang diterima oleh perusahaan manajemen atas oportunistiknya dalam melakukan
ataupun pemilik perusahaan juga akan semakin besar, praktik tax avoidance. Hal ini dapat disebabkan oleh
tidak menutup kemungkinan bahwa manfaat yang kualitas sumber daya dari pemilik institusional yang
didapat dari praktek tax avoidance ini dapat masih kurang. Pemegang saham institusi tidak
dimanfaatkan perusahaan untuk membayar kewajiban menjalankan wewenangnya dengan benar dalam
diluar pajak perusahaan. mengawasi serta mengontrol keputusan yang diambil
oleh manajer sehingga tax avoidance tetap terjadi. Jadi
Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Tax dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional
Avoidance sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk memonitor
Berdasarkan dari pengujian yang dilakukan pada dan mengontrol pihak manajemen yang sudah diberi hak
hipotesis keempat (H4) diketahui bahwa hasil hipotesis untuk membuat kebijakan yang memaksimalkan
keempat tidak berpengaruh terhadap tax avoidance, kesejahteraan pemilik, ditambah lagi kepemilikan
384
Novita Sari et al, Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2014-2018
institusional yang kurang peduli dengan citra pengembangan hipotesis pada H2 dikarenakan
perusahaan, maka keberadaan kepemilikan institusioanal semakin tinggi nilai dari rasio leverage, berarti
tidak dapat menekan penghindaran pajak yang dilakukan semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak
oleh perusahaan. ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin
tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Tax tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan
Avoidance memberikan pengaruh berkurang nya beban pajak
Berdasarkan dari pengujian yang dilakukan pada perusahaan. Semakin tinggi nilai utang perusahaan
hipotesis kelima (H5) diketahui bahwa hasil hipotesis maka nilai CETR perusahaan akan semakin rendah
kelima tidak berpengaruh terhadap tax avoidance, (Lanis dan Richardson, 2011).
sehingga dapat dirumuskan bahwa H5 ditolak. c. Hasil uji hipotesis ketiga menggambarkan bahwa
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang komisaris independen berpengaruh positif terhadap
dilakukan oleh Dewi, dan Jati (2014), Agustina dan Aris, tax avoidance. Ini berarti keberadaan dewan
(2016) serta Merslythalia dan Lasmana (2016) yang komisaris independen efektif dalam usaha mencegah
memiliki hasil penelitian yang sama yaitu ukuran tindakan penghindaran pajak.
perusahaan tidak berpengaruh pada penghindaran pajak. d. Hasil hipotesis keempat menggambarkan bahwa
Sementara itu penelitian ini tidak mendukung teori kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap
keagenan, dimana menurut Jansen dan Mackling (1976) tax avoidance. Hasil hipotesis keempat berbeda
teori keagenan menyatakan bahwa perusahaan besar dengan pengembangan hipotesis keempat yang
memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada menyebutkan bahwa kepemilikan institusional
perusahaan kecil, namun hasil penelitian menyatakan memiliki pengaruh negatif terhadap tax avoidance,
bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap maka (H4) ditolak. Menurut Fadhilah (2014) hasil
penghindaran pajak, artinya baik perusahaan besar hipotesis keempat yang tidak berpengaruh ini
maupun perusahaan kecil tidak mempengaruhi dalam dikarenakan pemilik institusional kurang peduli
melakukan praktek tax avoidance (Wijayanti 2017). Hal dengan citra perusahaan. Sehingga apapun
tersebut dikarenakan perusahaan besar ataupun keputusan manajemen asalkan hal itu bisa
perusahaan kecil sama-sama patuh untuk tidak memaksimalkan kesejahteraan mereka maka akan
melanggar ketentuan perpajakan yang berlaku. didukung. Meskipun keputusan tersebut adalah
Perusahaan tidak ingin mengambil resiko untuk melakukan tax avoidance.
direpotkan dengan proses pemeriksaan atau dikenakan e. Hasil hipotesis kelima menggambarkan bahwa
sanksi yang dapat menyebabkan citra perusahaan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax
berdampak buruk dalam jangka panjang. Pengawasan avoidance. Hasil hipotesis kelima berbeda dengan
yang dilakukan oleh pihak fiskus tidak hanya pada pengembangan hipotesisnya yang menyebutkan
perusahaan besar tetapi perusahaan kecil juga dapat bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
menarik perhatian fiskus agar mengikuti ketentuan terhadap tax avoidance, maka (H5) ditolak. Hasil
perpajakan yang berlaku dan dikenakan pajak yang tersebut tidak sejalan dengan pendapat bahwa
sesuai dengan peraturan yang berlaku. perusahaan yang besar akan melaporkan kondisinya
secara lebih akurat, sehingga manajer yang
SIMPULAN memimpin perusahaan yang lebih besar akan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil memiliki kesempatan yang lebih kecil dalam
pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka memanipulasi laba dibandingkan dengan manajer di
diperoleh kesimpulan yaitu: perusahaan kecil Nasution dan Setiawan (2007)
a. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap tax
avoidance. Perusahaan yang mampu mengelola DAFTAR PUSTAKA
asetnya dengan baik akan memperoleh keuntungan Agusti, W. Y. (2014) ‘Pengaruh Profitabilitas, Leverage,
dari insentif pajak dan kelonggaran pajak lainnya dan Corporate Governance Terhadap Tax
sehingga perusahaan tersebut akan terlihat untuk Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan
melakukan tax avoidance. Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-
b. Hasil uji hipotesis kedua menggambarkan bahwa 2012)’, Jurnal Akuntansi, 2(3), pp. 1–32.
leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap tax Agustina, T. N. and Aris, M. A. (2017) ‘Tax Avoidance :
avoidance. Hasil ini berbeda dengan pengembangan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Studi
hipotesis kedua yang menyebutkan bahwa leverage Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
berpengaruh positif terhadap tax avoidance, Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015)’,
sehingga dirumuskan bahwa bahwa H2 ditolak. Seminar Nasional dan The 4th Call for Syariah
Menurut Kurniasih and Ratna Sari (2013) Paper, pp. 295–307. Available at:
perbedaaan hasil hipotesis pada H2 dengan https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/92
385
Novita Sari et al, Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2014-2018
386
Novita Sari et al, Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2014-2018
Institusi, Rasio Tobin Q, Akrual Pilihan, Tarif Avoidance’, Etikonomi, 15(2), pp. 85–96. doi:
Efektif Pajak, Dan Biaya Pajak Ditunda Terhadap 10.15408/etk.v15i2.3541.
Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Publik’, Surbakti, T. A. V. (2012) ‘Pengaruh Karakteristik
Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi, Dan Perusahaan dan Reformasi Perpajakan Terhadap
Keuangan Publik, 4(2), p. 113. doi: Penghindaran Pajak di Perusahaan Industri
10.25105/jipak.v4i2.4464. Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Prakosa, B. K. (2014) ‘Pengaruh Profitabilitas, Indonesia Tahun 2008-2010’, Tesis, p. Universitas
Kepemilikan Keluarga dan Corporate Governance Indonesia. Depok. Available at:
Terhadap Penghindaran Pajak Di Indonesia’, http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20298969-S-
Simposium Nasional Akuntansi XVII. Theresa Adelina Victoria Surbakti.pdf.
Rachmithasari, A. F. (2015) ‘Pengaruh Return on Wijayanti, W. K. and Budi N, A. B. (2017) ‘Faktor-
Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Faktor Yang Mempengaruhi Total Penerimaan
Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal Pada Tax Pajak Negara dan Efektifitas Peraturan
Avoidance (Perusahaan Manufaktur yang Perpajakan’, Media Ekonomi, 18(1), pp. 27–40.
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011- doi: 10.25105/me.v18i1.53.
2013)’. Wijayanti, Y. C. and Merkusiwati, N. K. L. A. (2017)
Rego, S. O. and Wilson, R. (2011) ‘Executive ‘Pengaruh Proporsi Komisaris Independen,
Compensation, Tax Reporting Aggressiveness, Kepemilikan Institusional, Leverage, dan Ukuran
and Future Firm Performance’, Working Paper, Perusahaan Pada Penghindaran Pajak’, E-Jurnal
University of Lowa., pp. 1–49. Akuntansi Universitas Udayana, 20(1), pp. 699–
Rinaldi and Cheisviyanny, C. (2015) ‘Pengaruh 728. Available at:
Profitabilitas , Ukuran Perusahaan Dan https://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/
Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax view/29796/19370.
Avoidance’, Seminar Nasional Ekonomi Winata, F. (2014) ‘Pengaruh Corporate Governance
Manajemen dan Akuntansi (SNEMA) Fakultas Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Yang
Ekonomi Universitas Negeri Padang, (c). Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013’,
Sandy, S. and Lukviarman, N. (2015) ‘Pengaruh Tax & Accounting Review, 4 (1)(1), pp. 1–11.
corporate governance terhadap tax avoidance: Windarni, N., S., Nurlaela and Suhendro (2018)
Studi empiris pada perusahaan manufaktur’, ‘Pengaruh Kepemilikan Institusional, Proporsi
Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, 19(2), pp. Dewan Komisaris Independen, Komite Audit,
85–98. doi: 10.20885/jaai.vol19.iss2.art1. Pertumbuhan Penjualan dan Leverage terhadap
Sartika, W. (2012) ‘Analisis hubungan Penghindaran Tax Avoidance’, Manajemen, Akuntansi dan
Pajak Terhadap Biaya Hutang dan Kepemilikan Perbankkan.
Institusional Sebagai Variable Pemoderasi’. Zahirah, A., Nurazlina and Rusli (2017) ‘Pengaruh
Sekaran, U. (2011) Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Leverage, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Jakarta: Salemba Empat. Manajerial dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Siregar, Rifka, dan . W. (2016) ‘Pengaruh Karakteristik Penghindaran Pajak (Studi Pada Perusahaan
Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak pada Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2013-
Perusahaan Manufaktur Di BEI’, Jurnal Ilmu dan 2015)’, Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Fakultas
Riset Akuntansi. Ekonomi, 4(1). Available at:
Subagiastraa, K., I Putu Edy Arizonab and Mahaputrac, https://jom.unri.ac.id/.
I. N. K. A. (2016) ‘Pengaruh Profitabilitas, Zahra (2017) Pengaruh Corporate Governance,
Kepemilikan Keluarga, Dan Good Corporate Profitabilitas, dan Capital Intensity terhadap
Governance Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Penghindaran Pajak. Universitas Islam Negeri
Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Syarif Hidayatullah.
Indonesia)’, Jurnal Ilmiah Akuntansi, 1(2), p. 27. Zarkasyi, M. W. (2008) Good Corporate Governance
Sukartha, I. M. (2015) ‘PENGARUH KARAKTER Pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan
EKSEKUTIF , KOMITE AUDIT , UKURAN Jasa Keuangan Lainnya. Bandung: Alfabeta.
PERUSAHAAN , LEVERAGE DAN SALES
GROWTH PADA TAX AVOIDANCE Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana , Bali ,
Indonesia Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana , Bali , Indonesia Dari
uraian’, 1, pp. 47–62.
Sunarsih, U. and Oktaviani, K. (2016) ‘Good Corporate
Governance in Manufacturing Companies Tax
387