Petunjuk Praktikum Analisis Makanan Dan Kosmetika
Petunjuk Praktikum Analisis Makanan Dan Kosmetika
DISUSUN OLEH:
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia
yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan petunjuk praktikum Analisis Makanan
dan Kosmetika ini tepat pada waktunya.
Praktikum analisis makanan dan kosmetik merupakan suatu kegiatan untuk menunjang
pemahaman mahasiswa terhadap mata kuliah analisis makanan dan kosmetik. Praktikum ini akan
terdiri dari beberapa kali pertemuan dengan materi analisis berupa active materials, bahan
tambahan yang digunakan, serta bahan yang dilarang digunakan dalam produk makanan dan
kosmetika. Petunjuk praktikum ini menjelaskan secara singkat mengenai prinsip dasar dan
prosedur praktikum Analisis Makanan dan Kosmetika. Penyusunan petunjuk ini bertujuan untuk
membantu mahasiswa dalam pelaksanaan praktikum. Untuk lebih memahami mengenai
praktikum ini, diharapkan mahasiswa tetap mempelajari teori yang terdapat dalam buku-buku
referensi.
Besar harapan kami agar petunjuk praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi
mahasiswa yang mengikuti praktikum Analisis Makanan dan Kosmetika. Petunjuk praktikum ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami sangat mengharapan saran dan kritik demi perbaikan
selanjutnya.
1
TATA-TERTIB PRAKTIKUM
ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA
1. Setiap praktikan harus sudah hadir minimal 15 menit sebelum waktu praktikum dimulai.
2. Praktikan yang terlambat hanya ditoleransi 10 menit dan akan diberikan sanksi tertentu,
serta tidak diperkenankan mengikuti pre-test.
3. Praktikan harus sudah menyelesaikan praktikum termasuk membereskan alat-alat
maksimal 15 menit sebelum waktu praktikum berakhir.
4. Praktikan hanya boleh melakukan praktikum pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
5. Praktikan wajib memakai jas lab setiap praktikum.
6. Selama praktikum, praktikan tidak diperbolehkan memakai sandal dan kaos oblong
(pakaian bebas rapi). Praktikan tidak diperkenankan makan, minum, dan merokok di
laboratorium.
7. Praktikan wajib membawa lap, tisu, dan alat-alat pembantu lainnya yang ditetapkan.
8. Praktikan wajib memeriksa dan menjaga kebersihan alat dan ruangan praktikum sebelum,
selama, dan sesudah praktikum.
9. Jika terjadi kerusakan dan/atau kehilangan alat praktikum, maka praktikan bersama
kelompoknya diwajibkan mengganti alat dengan spesifikasi minimal sama sejumlah dua
kali alat yang hilang/rusak, dengan tenggang waktu penggantian maksimal sehari
sebelum praktikum selanjutnya kecuali untuk alat-alat tertentu.
10. Jurnal praktikum dikumpulkan di awal praktikum untuk diperiksa oleh dosen jaga.
Mahasiswa yang tidak membawa jurnal tidak diperkenan kan mengikuti praktikum.
11. Data praktikum harus dilaporkan kepada asisten untuk mendapatkan persetujuan.
12. Laporan praktikum dibuat perkelompok dan diserahkan koordinator praktikum dengan
ketentuan batas penyerahan sebelum praktikum berikutnya. Keterlambatan pangumpulan
laporan dengan alasan apapun akan diberikan nilai 0.
13. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum dengan alasan tertentu, harus
menyampaikan ijin secara tertulis maksimal sehari sebelum praktikum.
14. Jika ketidakhadiran praktikan karena sakit, maka surat ijin disampaikan secara tertulis
dengan melampirkan surat keterangan dokter paling lambat dua hari setelah hari
praktikum.
2
KETENTUAN PENILAIAN PRAKTIKUM
ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA
• Jurnal : 20 %
• Keterampilan & pelaksanaan praktikum : 20 %
• Laporan : 25 %
• Diskusi : 30 %
• Kebersihan : 5%
Nilai Akhir
• Nilai Praktikum : 70%
• Ujian : 30%
3
JADWAL PRAKTIKUM
ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA
Pertemuan Materi
1 Asistensi
3 Praktikum I
5 Praktikum II
7 Praktikum III
9 Praktikum IV
11 Praktikum V
14 Responsi
4
FORMAT JURNAL DAN LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA
Jurnal dibuat sebelum praktikum sesuai dengan materi yang akan dipraktikumkan:
Carilah literatur (jurnal dan buku acuan standar) dan susunlah suatu Protokol Analisis untuk
materi praktikum sbb:
1. Analisis Rhodamin B dalam makanan
2. Analisis Boric Acid dalam bakso
3. Analisis Paraben dalam kosmetik.
4. Analisis Formalin dalam tahu
5. Analisis Hidroquinon pada krim pemutih
Format Laporan :
I. Pendahuluan :
- Tujuan
- Latar Belakang
II. Tinjauan Pustaka
III. Metode Penelitian + Skema Kerja
IV. Hasil dan Pembahasan
V. Kesimpulan
Daftar Pustaka
5
PRAKTIKUM I
ANALISIS RHODAMIN B DALAM MAKANAN
7
Pemadaman flouresensi indikator F-254 dapat terjadi akibat adanya noda pada plat sehingga
teramati di bawah lampu UV sebagai noda hitam (Mulja dan Suharman, 1995).
8
dengan isopropanol 70% agar kertas saring untuk menjenuhkan kertas saring sehingga
sampel tidak akan terjerap ke dalam kertas saring. Hasil saringan selanjutnya ditampung.
3 Pembuatan fase gerak : isopropanol – amoniak (4 : 1) sebanyak 10 mL
4 Penetapan kadar dengan KLT-Densitometer : plat dicuci dengan metanol dan diaktivasi
(110oC 30 menit), sampel dan ditotolkan, lalu plat dielusi pada chamber yang telah
dijenuhkan dengan fase gerak. Setelah elusi, plat dikeringkan pada suhu 60oC (10 menit).
Kemudian plat dipindai dengan KLT-Densitometer pada panjang gelombang yang sesuai.
5 Data yang diperoleh (Rf, AUC, dll) diolah dan dihitung kadar analit menggunakan metode
kurva kalibrasi.
1.5 Hasil
- Analisis Kualitatif : Hasil identifikasi Rodamin B (Reaksi warna, Rf, dll)
- Analisis Kuantitatif : AUC
1.6 Perhitungan
1.7 Pembahasan
9
PRAKTIKUM II
ANALISIS BORAKS DALAM BAKSO
unsur boron, tidak berwarna, tidak berbau dan mudah larut dalam air. Bila terekspos di udara
kering dan hangat sering dilapisi serbuk warna putih seperti kapur. Natrium tetraborat
mengandung sejumlah Na2B4O7 yang setara dengan tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari
105,0 % Na2B4O7.10H2O. Larutan boraks bersifat basa terhadap fenolftalein, mudah larut dalan
air mendidih dan dalam gliserin; tidak larut dalam etanol (Dirjen POM 1995). Boron adalah
unsur mineral alam yang terdapat pada kulit bumi dalam jumlah relatif kecil, yaitu kurang dari
10 ppm. Konsentrasi pada air laut berkisar antara 0,5 – 9,6 ppm dengan rata-rata 4,6 ppm,
sedangkan pada air tawar berkisar antara <0,01 – 1,5 ppm. Di alam boron tidak ditemukan bebas
tetapi selalu berikatan dengan oksigen, biasanya sebagai asam (boric acid, H3BO3) atau
garamnya yang disebut borates misalnya Natrium tetraborat (Na2B4O7.10H2 O) atau yang
dikenal dengan boraks. Asam borat dan garamnya (utamanya boraks atau sodium tetraborat)
secara luas digunakan pada industri gelas, fiberglass, porselin, enamel, keramik glasur dan meta
alloy. Senyawa ini juga digunakan sebagai fire retardant, pupuk, bahan laundry, herbisida dan
insektisida.
10
Rumus Bangun Boraks Anhidrat
Asam Borat
Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal juga dengan nama borax.
Senyawa ini sering digunakan atau ditambahkan ke dalam pangan/bahan pangan sebagai
pengenyal ataupun sebagai pengawet.
Asam borat mengandung 99,0% dan 100,5% H3BO3, mempunyai bobot molekul 61,83
dengan B = 17,5%, H = 4,88%, O = 77,62%. Senyawa ini berbentuk serbuk hablur kristal
transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis.
Asam borat memiliki jarak lebur sekitar 171oC. Kelarutannya : larut dalam 18 bagian air
dingin (kelarutannya dapat ditingkatkan dengan penambahan HCl, asam sitrat, atau asam tartrat),
4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tak larut dalam eter.
Efek toksik dari senyawa boron atau asam borat yaitu dapat berfungsi sebagai bakterisida
lemah. Konsumsi berulang atau absorbsi berlebihan dapat mengakibatkan keracunan (efek
toksik). Gejalanya dapat berupa mual, muntah, diare, suhu tubuh menurun, lemah, sakit kepala,
bahkan shock. Dosis letal pada orang dewasa : 15-25 gram, pada anak : 5-6 gram.
11
Perubahan warna dari merah menjadi biru-hijau terang berarti sampel mengandung asam
borat
Metode Titrimetri
1. Timbang kurang lebih 10 gram sampel yang bersifat basa dengan menambahkan larutan
NaOH 10% dan diuapkan sampai hampir kering pada cawan petri. Bakar hingga seluruh
bahan terbakar, panas api yang kuat didinginkan, diberi 20 mL air panas dan
ditambahkan HCl tetes demi tetes sampai reaksi bersifat asam. Saring ke dalam labu
volumetri 100mL dan bilas dengan sedikit air panas, (volume filtrat harus antara 50-60
mL). Saring kembali beberapa kali yang tidak teroksidasi pada cawan petri, buat hingga
bersifat basa dengan air kapur. Keringkan pada penangas kukus, lalu bakar sampai
menjadi abu (putih).
2. Larutkan abu ke dalam beberapa mL HCl (1:3) dan tambahkan pada larutan dalam labu
volumetri 100 mL, bilas cawan dengan beberapa mL air. Tambahkan 0,5 g CaCl2 dan
beberapa tetes fenolptalein, kemudian larutkan NaOH 10% sampai dihasilkan warna
merah muda yang tetap. Terakhir larutkan sampai tanda batas dengan air kapur, kocok,
dan saring melalui saringan kering. 50 mL filtrat ditambahkan H2SO4 1N sampai warna
merah muda hilang, kemudian tambahkan metil jingga 0,05%, ditambahkan terus-
menerus sampai warna kuning berubah menjadi merah muda. Didihkan selama 1 menit
pada ekspel CO2. Didinginkan dan ditambahkan dengan hati-hati NaOH 0,2 N sampai
larutan berubah menjadi warna kuning, hindari kelebihan basa. Tambahkan 1-2 g neutral
manitol dan beberapa tetes PP, baca skala buret, dan lakukan titrasi lagi dengan NaOH
standar sampai warna merah muda. Tambahkan sedikit manitol dan jika warna merah
muda hilang, lanjutkan penambahan manitol sampai warna merah muda timbul kembali.
Ulangi penggantian penambahan manitol dan larutan standar basa sampai permanent
point tercapai. Volume gliserol (netral terhadap PP) sebanding dengan volume larutan
yang dititrasi, menggantikan manitol1 mL 0,2 NaOH = 0,0124 g H3BO3.
12
h. Seperangkat alat spektrofotometer
i. Oven
j. Cawan porselen
Bahan
a. Sampel
b. Asam sulfat pekat
c. Metanol
d. Kalsium karbonat
e. Asam klorida 10%,
f. Kunyit
g. Boraks standar
h. Akuades
13
c. Metode Uji Warna Kertas Kunyit
Dibuat kertas tumerik dengan cara diambil beberapa potong kunyit ukuran sedang
kemudian ditumbuk dan disaring hingga dihasilkan cairan kunyit berwarna kuning.
Kertas saring selanjutnya dicelupkan ke dalam cairan kunyit tersebut dan dikeringkan.
Selanjutnya dibuat kertas tumerik yang berfungsi sebagai kontrol positif dengan cara
memasukkan 1 sendok the boraks ke dalam gelas yang berisi air dan diaduk hingga
larut. Larutan boraks yang diperoleh diteteskan pada kertas tumerik yang telah
disiapkan. Diamati perubahan warna pada kertas tumerik. Selanjutnya sampel yang
akan diuji ditumbuk dan ditambahkan sedikit air. Teteskan air dari larutan sampel
tersebut pada kertas tumerik. Diamati perubahan warna yang terjadi pada kertas
tumerik. Apabila warnanya menyerupai warna pada kertas tumerik kontrol positif, maka
bahan makanan tersebut diduga positif mengandung boraks (Triastuti dkk., 2010).
14
dalam larutan dan jika warna merah muda hilang, titrasi diteruskan hingga warna larutan
menjadi merah muda stabil.
Analisis kuantitatif dengan Spektrofotometri
Metode Pengabuan
Sampel tahu yang telah dihaluskan masing-masing ditimbang sebanyak 10 gram di dalam
kurs porselen, lalu dikeringkan di oven pada suhu 600C hingga benar-benar kering,
kemudian diabukan pada suhu 600ºC selama 8 jam. Ke dalam abu yang telah dingin
ditambahkan 20 ml aquades panas, sambil diaduk dengan batang pengaduk. Kemudian
disaring melalui kertas saring ke dalam labu ukur, bilas kertas saring dengan akuades panas,
kemudian ditambahkan akuades hingga garis tanda, kocok larutan sampel tersebut.
Selanjutnya dilakukan pembuatan kurva kalibrasi dengan baku konsentrasi 10; 20; 40; 60;
80 ppm. Selanjutnya diukur pada rentang panjang gelombang 400-600 nm. Buat kurva
standar antara konsentrasi (ppm) vs absorbansi (A), tentukan persamaan garis dengan metoda
regresi linier dan dihitung kadar sampel (Triastuti et al., 2013).
Metode Sentrifugasi
Preparasi Sampel Bakso yang Diduga Mengandung Boraks
Sepuluh gram sampel digerus dengan 30 ml aquadest. Kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan 3000 rpm selama 5 menit dan diambil supernatannya. Sampel ditimbang dan
dilarutkan dalam 2 mL HCl 6 M. Larutan disaring dan diencerkan hingga 25 mL dengan air
suling dan diekstraksi dengan N-butanol dan kloroform (1:4 v/v) dicampur selama 3 menit
dengan pengocokan berkala menggunakan vortex mixer. Setelah terjadi pemisahan, 1 mL
dari fase organik dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL dan 1 mL larutan kurkumin dalam
asam asetat ditambahkan ke dalam larutan diikuti oleh 0,25 mL asam sulfat pekat (H2SO4).
Campuran dibiarkan selama 30 menit dan ditambahkan dengan etil alkohol 99,5% hingga
tanda batas 50mL. Absorbansi dibaca pada panjang gelombang 550 nm dengan
menggunakan UV-visibel.
Pengukuran Absorbansi dengan Spektrofotometer UV-Vis
Penetapan kadar asam borat dilakukan dengan spektrofotometri uv visible pada panjang
gelombang 550 nm. Sedangkan untuk menghitung kadar asam borat dalam sampel dihitung
dengan menggunakan kurva kalibrasi dengan persamaan regresi : y = ax ± b.
15
2.5. Hasil
Analisis Kualitatif : Hasil identifikasi Boraks (Reaksi warna, Uji nyala, dll)
Analisis Kuantitatif : Absorbansi, Volume Pentiter
2.6. Perhitungan
2.7. Pembahasan
16
PRAKTIKUM III
ANALISIS PARABEN DALAM KOSMETIKA
Panjang Gelombang
Spektrum UV Metil Paraben dalam Larutan Etanol 257 nm (A11=1075a) (Moffat et al., 2005)
Propil paraben dengan nama kimia Propil 4-hidroksibenzoat memiliki rumus kimia
C10H12O3 dan berat molekul 180,20 g/mol. Pemeriannya berupa serbuk kristalin putih, tidak
berbau, dan tidak berasa. Kelarutan propil paraben yaitu larut dalam 2500 bagian air dingin,
dalam 400 air mendidih, 1,5 bagian etanol, 4 bagian kloroform, dan 3 bagian eter (Depkes RI,
1979). Konstanta disosiasi (pKa) yaitu 8,4 pada 22 ˚C dengan koefisien partisi log P (oktanol/air)
sebesar 3,0 (Moffat et al., 2005). Berat jenis metil paraben yaitu 0,706 g/cm3 dengan titik didih
295 ˚C (Rowe et al., 2009).
18
Spektrum UV Propil Paraben dalam Larutan Asam 255 nm (A11=877b), Larutan Basa
(A11=1324b) (Moffat et al., 2005).
19
kemudian diuapkan sampai 5 -10 mL pada penangas air. Larutan ini yang kemudian
ditotolkan pada plat KLT aluminium sheets silika gel 60 GF 254 ukuran 9cm x 10 cm.
- Pembuatan fase gerak : kloroform-metanol (9:1) sebanyak 10 mL
- Penyiapan plat KLT (prewashing dan aktivasi)
- Pemilihan panjang gelombang pengukuran
- Pemisahan (penotolan sampel dan elusi plat KLT) dan deteksi hasil pemisahan dengan
KLT-densitometer pada panjang gelombang yang telah ditentukan sebelumnya
3.5. Hasil
Analisis Kualitatif : Hasil identifikasi Paraben (Rf, warna dll)
Analisis Kuantitatif : Absorbansi (AUC)
3.6. Perhitungan
3.7. Pembahasan
20
PRAKTIKUM IV
ANALISIS FORMALIN DALAM TAHU
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL
- Melakukan analisis kandungan formalin secara kualitatif dan kuantitatif pada tahu yang
dijual dipasaran dengan metode Spektrofotometri UV-Vis
Formalin merupakan larutan formaldehid di dalam air, yang mengandung 37% gas
formaldehid dalam air dengan rumus molekul CH2O.Biasanya ditambahkan 10-15% metanol
sebagai stabilisator. Larutan formaldehid mempunyai nama dagang formalin, formol, atau
mikrobisida (Cahyadi, 2006).
StrukturFormalin
Formalin merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30,03 g/molyang pada
suhu normal dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna, berbau pedas (menusuk) dan
sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini dapat bercampur dengan air dan tidak dapat
bercampur dengan etanol dan eter (Moffat, 2005).Penyimpanan dilakukan pada wadah tertutup
baik, terlindung dari cahaya dan sebaiknya pada suhu diatas 20°C (Depkes RI, 1979).Titik didih
formalin adalah 96°C (Merck, 1976).
Formalin dengan penambahan pereaksi Nash dan pemanasan 30 menit menghasikan
warna kuning yang mantap, yang kemudian diukur pada panjang gelombang 415 nm (Herlich,
1990).Reaksi formalin dengan pereaksi Nash dapat dilihat pada gambar berikut:
21
Reaksi formalin dengan pereaksi Nash.
Adapun prinsip dari analisis ini adalah formalin direaksikan dengan pereaksi tertentu
untuk menghasilkan larutan berwarna yang bisa diukur di daerah visibel pada panjang
gelombang 412 nm. Beberapa pereaksi yang dapat digunakan antara lain, asam kromotropat,
Purpold, MBTH-M ethylbenzothiazinonhydrazone dan Nash.
Alat
k. Timbangan elektrik
l. Kertas saring
m. Vial
n. Labu ukur
o. Labu erlenmeyer
p. Gelas beaker
q. Pipet ukur
r. Seperangkat alat spektrofotometer
s. Seperangkat alat destilasi
t. Penangas air
u. Cawan porselen
v. Aluminium foil
Bahan
a. Sampel
b. Formalin
22
c. Akuades
d. H3PO410 %
e. Ammonium Asetat (NH4CH3COO)
f. Asam Asetat (CH3COOH)
g. Asetil Aseton
23
4.5. Hasil
4.6. Perhitungan
4.7. Pembahasan
24
PRAKTIKUM V
ANALISIS HIDROQUINON PADA KRIM PEMUTIH
25
Reaksi antara Hydroquinone dan ferric chloride dapat digambarkan sebagai berikut :
Reaksi antara Hydroquinone dan ferri klorida (Jaism and Mohammad, 2012).
26
Bahan :
• Melanox® Krim 4%
• Etanol 96%
• Sampel Krim Pemutih Wajah merk X
• Aquades
• Larutan HCl 4N
• Larutan FeCl3
• Na2SO4 anhidrat
• N-Heksan
• Aseton
27
5.5. Hasil
Analisis Kualitatif : Hasil identifikasi Formalin (Reaksi warna, dll)
Analisis Kuantitatif : Absorbansi, Volume Pentiter
5.6. Perhitungan
5.7. Pembahasan
28
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2007. Stabilitas Formalin dalam Daging Ayam Selama Penyimpanan.Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Donatus, I., A, 1990, Toksikologi Pangan, PAU Pangan dan Gizi, UGM.
Jaism, A. M. and D. H. Mohammad. 2012. Practical Organic Chemistry. Baghdad : Org. Chem.
Lab.
McNair, H.M. and J.M. Miller. 1998. Basic Gas Chromatography. New York: John Wiley and
Sons, Inc.
McNair, H.M. dan E.J. Bonelli. 1988. Dasar Kromatografi Gas. Bandung: ITB.
Milne, G. W. A. 2005. Gardner’s Commercially Important Chemicals: Synonyms, Trade Names,
and Properties. New Jersey: John Wiley & Sons Inc : 542
Moffat, Antonym C., M.David Osselton, and Brian Widdop. 2005. Clarke`s Analysis of Drugs
and Poisons. Third editions. London: The Pharmaceutical Press.
Mulja, M. dan Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
Rost, F. W. D., 1995. Fluorescence Microscopy, Volume 2. Cambidge: Cambridge University
Press: 366.
Rowe, Raymond C., Paul J. S., Paul J. W. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exipients.
London: Pharmaceutical Press.
Sherma, J. and B. Fried. 1996. Handbook of Thin-Layer Chromatography. Third Edition. New
York: Marcel Dekker Inc. Pss.147-149.
Shimizu, Takeo. 2004. Pyrotechnic Chemistry, Pyrotechnic Reference Series No.4. USA: Journal
of Pyrotechnics Inc. Chapter 2, Page 28.
Siddique, S., Z. Parveen, Z. Ali, and M. Zaheer. 2012. Qualitative and Quantitative Estimation in
Skin Whitening Cosmetics. Journal of Cosmetics, Dermatological Sciences and
Application. Vol 2 : 224-228.
Silalahi, J., I. Melialia, L. Panjaitan. 2010. Maj. Kedokt. Indon. Vol. 60 No. 11. Pemeriksaan
Boraks di Dalam Bakso di Medan.
Surdijati, Siti, Andjar Sardjimah, dan Lanni Wijaya. 2001. Identifikasi dan Penetapan Kadar Zat
Warna Merah dalam Dawet Secara Klt-Densitometri. Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi.
Vol. 2, No. 1: 38
Triastuti, E., Fatimawali, M. R. J. Runtuwene. Analisis Boraks Pada Tahu yang Diproduksi Di
Kota Manado. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol. 2 No. 01. Hal 69-74
29