TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan bawah yang disebabkan oleh berbagai
infeksi, termasuk virus, bakteri dan jamur. Pneumonia pada anak berusia di bawah lima
tahun. didiagnosis dengan adanya bernafas cepat (sesak) atau adanya retraksi dinding dada
(WHO 2015). Pneumonia dapat diperoleh di komunitas atau diperoleh di lingkungan rumah
sakit, dan dapat ditularkan melalui aspirasi mikroorganisme patogenik atau inhalasi
Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan global yang sangat penting pada
anak kurang dari 5 tahun terutama di negara berkembang. The Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI), yang dikembangkan oleh WHO dan The United Nations
Children’s Fund, meningkatkan manajemen pasien yang lebih baik untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas dari penyakit yang umumnya mengenai anak, termasuk pneumonia.
The Millennium Development Goal 4 (MDG 4) dari PBB mempunyai tujuan untuk
menurunkan angka kematian anak hingga dua pertiga pada tahun 2015 dari 1990. (Hisato, et
al., 2015)
2.2 Etiologi
tahun terakhir. Sebuah studi meneliti hubungan antara etiologi mikroba penyebab pneumonia
yang di dapat dalam komunitas dengan tingkat keparahan pneumonia. Menyimpulkan bahwa
pneumokokus adalah patogen yang paling sering di semua tempat perawatan. Kedua
terbanyak adalah mikroorganisme intraseluler, diikuti oleh polimikroba.(Catia Cilloniz, et al.,
2016)
Acquired Pneumonia), dan biasanya diikuti dengan gejala akut infeksi saluran pernapasan
2.3 Patofisiologi
aspirasi. Umumnya mikroorganisme yang ada di saluran nafas bagian atas sama dengan
saluran nafas bagian bawah, tetapi pada beberapa penelitian yang telah dilakukan ditemukan
jenis mikroorganisme yang berbeda. Pneumonia bisa terjadi apabila mekanisme pertahanan
paru mengalami gangguan sehingga dapat menyebabkan kuman patogen mencapai saluran
nafas bagian bawah. Agen mikroba yang dapat menyebabkan pneumonia mempunyai tiga
bentuk transmisi primer yakni aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang
berkolonisasi pada orofaring, infeksi aerosol serta penyebaran hematogen dari bagian
ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah cara paling sering yang
Menurut WHO (2010), pneumonia dapat menyebar dalam beberapa cara. Virus dan
bakteri biasanya ditemukan di hidung atau tenggorokan anak yang dapat menginfeksi paru-
paru jika dihirup. Virus juga dapat menyebar melalui droplet udara lewat batuk atau bersin.
Selain itu, radang paru-paru bias menyebar melalui darah, terutama selama dan segera setelah
lahir.
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia dapat dibagi berdasarkan anatomi, etiologi, usia, klinis dan
epidemiologi.
a. Pneumonia lobaris : peradangan pada semua tau sebagian besar jaringan paru,
jaringan interlobularis
pneumonia lobularis.
c. Pneumonia aspirasi yang biasanya disebabkan oleh aspirasi oral maupun dari
lambung, bisa ketika makan ataupun muntah. Inflamasi yang terjadi pada paru
Pneumonia ini dapat terjadi pada seluruh usia. Misalnya pada penderita yang
(staphylococcus).
b. Pneumonia Atipikal
legionella.
Klasifikasi pneumonia pada balita berdasarkan umur yang disebutkan oleh Depkes,
a. Bukan pneumonia : tidak ada nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian
bawah.
b. Pneumonia berat : daitandai dengan adanya nafas cepat dan tarikan dinding
a. Batuk, bukan pneumonia : tidak ada nafas cepat dan tarikan dinding dada
bagian bawah
b. Pneumonia : nafas cepat namun tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah
c. Pneumonia berat : nafas cepat disertai tarikan dinding dada bagian bawah ke
depan
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia yang ditemukan pada balita berkisar
antara ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Namun beberapa kasus
menunjukkan gejala yang berat dan mengancam keselamatan jiwa dengan beberapa
komplikasi yang muncul. Sehingga kemudian perlu dirujuk ke Rumah Sakit untuk
Gejala yang muncul merupkan gejala infeksi pada umumnya seperti demam, sakit
kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu makan, dan keluhan gastrointestinal seperti mual,
muntah, atau diare. Kemudian disertai dengan adanya gejala gangguan respiratori seperti
batuk, sesak napas, retraksi dinding dada,takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih
Faktor lingkungan sangat berperan terhadap timbulnya penyakit infeksi terutma infeksi
yang menular. Lingkungan yang tidak sehat akan memberikan dampak pada status kesehatan
masyarakat yan tinggal di lingkungan tersebut. Manusia dan lingkungan memiliki suatu
hubungan yang saling mempengaruhi. Oleh karenanya salah satu upaya yang dilakukan
manusia untuk menjaga kesehatan dirinya slah satunya adalah dengan senantiasa menjaga
kesehatan lingkungannnya.
Seorang anak balita pada umumnya akan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk
berada di dalam lingkungan rumah. Sehingga kondisi rumah juga memberikan dampak
kandungan oksigen dalam ruangan sehingga akan menyebabkan penuruna daya tahan tubuh
yang memudahkan terjadinya penyakit. Selain itu penularan penyakit saluran pernafasan akan
mudah terjadi diantara penghuni rumah.Kepadatan penghuni dihitung dengan luas lantai
dalam rumah dibagi dengan jumlah anggota keluarga penghuni rumah tersebut. Menurut
Menurut teori, kepadatan populasi di rumah yang tinggi akan mempengaruhi suhu di
dalam ruangan yang disebabkan oleh pelepasan panas tubuh. Semakin banyak jumlah
penghuni rumah akan semakin cepat udara di dalam ruangan mengalami polusi, baik polusi
yang disebabkan oleh gas atau disebabkan oleh bakteri atau kuman yang menyebabkan
penyakit. Jumlah penduduk padat penduduk juga akan menghasilkan penurunan tingkat O2
dalam ruangan dan diikuti oleh peningkatan CO2. Dampak peningkatan gas CO2 adalah
berkurangnya kualitas udara dalam ruangan yang memungkinkan kuman berkembang biak
lebih cepat, sehingga dapat dikatakan bahwa rumah kecil dengan populasi yang lebih padat
akan meningkatkan kemungkinan penularan penyakit melalui tetesan dan kontak langsung.
Lingkungan fisik yang tidak sehat dengan polusi udara dalam ruangan dan kepadatan
penghuni meningkatkan risiko pneumonia. Anggota keluarga > 4 dan ventilasi yang tidak
Sementara luas ruang tidur yang baik minimal 8 meter. Kepadatan hunian lebih dari 3
orang dalam satu kamar tidur akan lebih berisiko beberapa kali lipat. Pada kenyataan di
masyarakat seringkali ditemui rumah yang secara standar teknis sudah memenuhi persyaratan
untuk menjadi rumah sehat namun rumah tersebut dihuni oleh jumlah anggota keluarga yang
terlalu banyak. Alasan pendapatan dan faktor ekonomi lainnya menjadi penyebab,
pendapatan keluarga berbanding terbalik dengan jumlah anak atau anggota keluarga.
b) Tingkat kelembaban
Standar kelembaban udara pada lingkungan rumah yang baik adalah sekitar 40% hingga
70%. Kelembaban udara yang kurang baiak akan menyebabkan udara ruangan mengandung
sedikit oksigen sehingga daya tahan tubuh menurun dan menyebabkan mudahnya terjadi
penyakit.
Kelembaban dianggap baik jika memenuhi 40-60% dan buruk jika kurang dari 40% atau
lebih dari 60%. Rumah yang lembab memungkinkan tikus dan kecoak membawa bakteri dan
virus yang semuanya dapat berperan dalam memicu penyakit pernapasan dan dapat
berkembang biak di dalam rumah. Menurut Notoatmodjo, kelembaban udara di dalam rumah
menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri penyebab pneumonia. (Rasyid et.al,
2018)
Dalam sebuah penelitian disebutkan dari faktor-faktor di atas, faktor suhu dalam ruangan
juga dikatakan berpengaruh terhadap suburnya kuman penyebab pneumonia. Suhu udara
dalam ruangan yang tinggi dapat memungkinkan menjadi lahan tinggal bakteri untuk tumbuh
dan bekembang biak. Streptococcus pneumoniae merupakan salah satu bakteri penyebab
pneumonia yang dapat tumbuh dalam kisaran suhu 250C – 400C dan tumbuh optimal di
kisaran 310C-370C.
d) Jenis dinding dan lantai
dekorasi dan perabotan baru. Penelitian di Nanjing menunjukkan perabotan baru dan bahan
material penutup lantai dan dinding “modern” secara signifikan berpengaruh terhadap
pneumonia. Beberapa bahan yang telah diketahui seperti bahan kayu yang mengeluarkan
formaldehid, beton dan batu yang memancarkan radon, PVC dan cat. Bahan dekorasi dan
perabotan yang baru telah teridentifikasi sebagai sumber emisi utama yang memperburuk
kualitas udara dalam ruangan. Bahan karpet dari wol juga akan menampung debu dalam
Jenis dinding dapat mempengaruhi kualitas udara di rumah. Dinding yang tidak kedap air
partikel debu. (Maharani, R., 2019). Berdasarkan peraturan menteri kesehatan no 1077 tahun
2011, lantai rumah harus kedap air dan mudah dibersihkan .Lantai yang baik adalah lantai
yang kedap air dan tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat zat yang
membahayakan kesehatan. Dalam hal ini lantai tanah dianggap lantai yang tidak kedap air
dan bisa melepaskan zat-zat yang membahayakan kesehatan. Lantai tanah dan semen yang
rusak dapat menimbulkan debu yang dapat terhirup dan menempel pada saluran pernafasan.
Akumulasi debu akan menyebabkan elastisitas paru menurun dan kesukaran bernafas.
Jenis lantai rumah tangga dikategorikan sebagai tanah / pasir dan lainnya (papan kayu,
kelapa sawit, bambu, ubin keramik, semen, dan karpet). (Sultana, M., 2019)
e) Ventilasi
Ventilasi rumah berfungsi untuk menjaga aliran udara dan agar tetap segar sehingga kadar
oksigen dan karbondioksida dalam ruangan akan seimbang. Tidak cukupnya ventilasi juga
mempengaruhi kelmbaban, dimana kelembaban udara dalam ruangan akan naik yang
disebabkan oleh proses penguapan cairan pada kulit dan penyerapan. Dimana diketahui
ruanagan dengan tingkat kelembapan tinggi merupakan mediator yang baik untuk
Ventilasi yang baik yaitu dengan ukuran ≥ 10% dari luas lantai . Berdasarkan peraturan
bangunan Nasional ventilasi suatu bangunan harus memenuhi kriteria sebagai berikut
- Luas bersih dari jendela atau ventilasi sekkurang kurangnya 1/10 dari luas lantai
ruangan
- Jendela atau ventilasi harus meluas ke arah atas sampai setinggi minimal 1,95 m dari
permukaan lantai
- Adanya ventilasi yang berlokasi dibawah langit langit sekurang kurangnya 0,35% luas
penyediaan udara segar ke dalam dan pengeluaran udara dari ruang tertutup. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen dan udara segar di dalam rumah, dan
polutan di dalam rumah, terutama di kamar tidur sehingga memudahkan terjadinya penularan
Ventilasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kelembaban; ventilasi
yang tidak memenuhi syarat menyebabkan ruang yang lembab. Ruang lembab dapat menjadi
terdapat dalam rumah. Asap yang dihasilkan dari kegitan rumah tangga dengan menggunkan
bahan bakar tertentu tentu saja akan berperan menjadi sumber pencemaran udara dalam
rumah. Rumah kecil yang penuh asap baik yang berasal dari penggunaan kayu bakar ,
kompor gas maupun dari asap kendaraan dengan sirkulasi yang tidak memadai akan
menyebabkan penyebaran virus atau bakteri yang dpat mengakibatkan infeksi saluran nafas
Masyarakat perkotaan yang terbelakang masih banyak menggunakan kayu kering atau
binatang kering sebagai bahan bakar memasak, dimana tempat memasak dan tempat banyak
menghabiskan waktu sehari-hari merupakan satu ruangan yang berdekatan, maka balita akan
terpapar oleh polusi udara dalam ruangan yang dapat mencetuskan terjadinya ARI dan
Penggunaan bahan bakar yang tidak aman seperti sisa tanaman, kotoran, kayu, dan batu
bara di rumah yang berventilasi buruk dapat menyebabkan akumulasi asap di dalam dan di
Polutan udara dalam rumah dapat mengandung bahan iritan yang mampu menyebabkan
iritasi pada saluran pernafasan sehingga akan terjadi peningkatan produksi lendir dan dapat
menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan juga dapat merusak silia sehingga bakteri
g) Kebiasaan Merokok
Selain dari penggunaan bahan bakar dalam rumah, adanya anggota keluarga yang
merokok juga turut menentukan kualitas udara dalam rumah. Seperti yang telah banyak
dibahas dalam berbagai literatur, penyakit yang ditimbulkan oleh asap rokok baik pada
perokok maupun perokok pasif, yang hanya menghirup asapnya. Anak anak yang berada
pada lingkungan rumah dengan orangtua merokok memiliki kemungkinan untuk sakit lebih
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari orangtua perokok
terhadap pneumonia. Anak-anak yang tinggal dengan orangtua yang merokok dapat
meningkatkan risiko pneumonia 1,39 kali dibandingkan dengan anak-anak yang tinggal
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tazinya, et all menunjukkan bahwa perokok pasif
meningkatkan risiko pneumonia pada balita 4,67 kali dibandingkan dengan bukan perokok
pasif. Hal ini dikarenakan rokok dapat merusak mekanisme dari lapisan pelindung saluran
pernapasan sehingga patogen lebih mudah masuk ke dalam saluran pernapasan sehingga
Pencahayaan matahari yang cukup di dalam suatu ruangan akan mampu membunuh
kuman kuman patogen yang diantaranya mampu menjadi penyebab terjadinya infeksi
pernafasan berupa pneumonia pada balita. Cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah
minimal -+ 60Lux. Rumah yang sehat mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup 15%
Kurangnya sinar matahari yang masuk ke rumah adalah tempat yang baik untuk hidup
dan membiakkan benih penyakit. cahaya alami (sinar matahari) dan cahaya buatan (cahaya)
sangat penting karena dapat membunuh bakteri patogen di rumah, TBC. (Rasyid et.al, 2018)
2.7 Faktor Lain yang Menyebabkan Pneumonia
a) ASI
Data yang dikumpulkan oleh WHO dari sejumlah penelitian atau studi
bahwa ASI memberikan efek perlindungan paling kuat dalam enam bulan
pertama kehidupan, dan memberikan manfaat bertahan hidup 4-6 kali lipat
untuk bayi yang diberikan ASI. Pemberian ASI sepanjang tahun pertama
terhadap kematian selama enam bulan sampai dua belas tahun. Srivasta et all
dengan pneumoni. Demikian pula dalam sebuah penelitian oleh Sham Arifeen
et al. mengamati sebagian anak yang diberikan ASI atau tidak diberikan ASI
dikaitkan dengan risiko kematian akibat ISPA 2,40 kali lebih tinggi
selama enam bulan pertama kehidupan anak, memainkan peran utama dalam
(WHO 2015). Kebersihan yang baik dan udara dalam ruangan yang bersih
Vaksinasi pada balita dapat berefek jangka panjang untuk melindungi anak
saat berusia lebih tua dan dewasa. Vaksinasi dapat mencegah kematian di
seluruh dunia sebesar 34% dan 12% episode penyakit pneumonia pada balita.
Penelitian lain melaporkan insiden terjadinya ISPA lebih rendah pada anak-
Penelitian yang dilakukan Savitha et.all menjelaskan bahwa balita yang tidak
c) BBLR
Balita yang memiliki berat badan lahir normal memiliki risiko lebih rendah
untuk mengalami pneumonia 0,13 kali dibandingkan dengan anak balita yang
yang melaporkan bahwa berat badan lahir rendah pada anak berisiko terjadi
pernapasan selama masa kanak-kanak. Balita dengan berat badan lahir rendah
pertumbuhan yang dialami janin, semakin parah kerusakan pada struktur dan
fungsi paru-paru. Gangguan imunokomplit akan menetap selama masa kanak-
d) Jenis Kelamin
Anak laki-laki memiliki insiden pneumonia yang lebih tinggi daripada anak
intrinsik, atau perbedaan dalam struktur atau fungsi paru-paru. Pendidikan ibu
besar terhadap pneumonia, hal ini dijelaskan oleh peningkatan respon imun
e) Malnutrisi
di seluruh dunia. Ada hubungan yang adekuat antara malnutrisi dengan infeksi
dan kematian bayi. Nutrisi yang buruk akan membuat anak-anak kekurangan
berat badan, lemas, dan rentan terhadap infeksi, terutama karena integritas
gejala pneumonia pada anak sejak dini. Sehingga Ibu dapat membawa
dari anak mereka lebih baik daripada yang lain. (Nirmolia, et.all, 2018)
g) Usia
Usia telah dikaitkan dengan tingginya insiden dari infeksi saluran pernafasan
pada populasi anak, terutama anak yang berusia dibawah 18 bulan, sangat
hanya 20,4 % yang berusia kurang dari 1 tahun. (Lima Fonseca, et.all, 2016)