Anda di halaman 1dari 8

Kegiatan Pembelajaran ke-3

Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Hukum Perlindungan Konsumen

1. Tujuan Materi Pembelajaran


Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dapat:
a. Menjelaskan Pengertian Konsumen dan Pelaku Usaha
b. Menjelaskan hak – hak konsumen dalam perspekstif internasional dan UUPK
c. Menjelaskan kewajiban – kewajiban konsumen
d. Menjelaskan hak – hak pelaku usaha
e. Menjelaskan kewajiban – kewajiban pelaku usaha
2. Materi Pembelajaran
a. Pengertian Konsumen
Istilah konsumen berasal dari dan alih Bahasa dari kata consumer (Inggris) atau
consumen/konsument (Belanda), yang secara harfiah berarti adalah sebagai orang
atau perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu atau
sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang
(Barkatulah, 2008 : 7).
Pengertian konsumen menurut Black’s Law Dictionary ;” a person who buys
goods or service for personal, family, or household use, with no intention or resale; a
natural person who use products for personal rather than business purpose.”
Perancis berdasarkan doktrin dan yurisprudensi yang berkembang mengartikan
konsumen sebagai ”the person who obtains goods or services for personal or family
purposes”. Dari definisi diatas terkandung dua unsur, yaitu (1) konsumen hanya orang
dan (2) barang atau jasa yang digunakan untuk keperluan pribadi atau keluarganya
(Sidharta, 2006 : 3).
Pengertian Konsumen menurut Undang – Undang No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen termuat dalam Pasal 1 angka 2, yang menyatakan
”Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”
Unsur – Unsur definisi konsumen dalam Pasal 1 angka 2 Undang – Undang
Nomor 8 Tahun 1999:
a) Setiap orang, bahwa subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang
(orang individual/ badan hukum /badan usaha) yang berstatus sebagai pemakai
barang dan/atau jasa.
b) Pemakai, bahwa pemakaian kata ‘pemakai” menekankan bahwa konsumen
adalah konsumen akhir (ultimate consumer), dan menunjukkan barang dan/atau
jasa yang dipakai tidak serta merta hasil dari transaksi jual beli. Artinya, sebagai
konsumen tidak selalu harus memberikan prestasinya dengan cara membayar
uang untuk memperoleh barang atau/jasa itu. Dengan kata lain, dasar hubungan
hukum antara konsumen dan pelaku usaha tidak perlu harus kontraktual.
c) Barang dan/atau Jasa, bahwa produk yang dipakai konsumen dapat berupa
barang dan/atau jasa.
- Pasal Pasal 1 angka 4 UUPK mengartikan barang sebagai setiap benda, baik
berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik
dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan.
- Pasal 1 angka 5 UUPK mengartikan jasa adalah setiap layanan yang berbentuk
pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan
konsumen.
- Yang tersedia dalam Masyarakat, bahwa barang dan atau/jasa yang ditawarkan
kepada masyarakat harus sudah tersedia di pasaran. Akan tetapi dalam
perkembangan dewasa ini, syarat itu tidak mutlak lagi dituntut oleh masyarakat
(mis. Developer yang menjual rumah sebelum bangunannya jadi).
- Bagi Kepentingan Diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk hidup lain, bahwa
transaksi konsumen bukan hanya ditujukan bagi kepentingan konsumen itu
sendiri, tetapi dapat diperluas terhadap kepentingan orang lain termasuk
mahluk hidup lain.
- Barang dan/atau jasa tidak untuk diperdagangkan, bahwa dengan adanya
unsur ini mempertegas pengertian konsumen dalam UUPK ini adalah
konsumen akhir (Kristiyanti, 2017 :27-30).
Konsumen dapat dibedakan kepada tiga batasan, yaitu:
1) Konsumen komersial (commercial consumer), adalah setiap orang yang
mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk memproduksi barang
dan/atau jasa lain dengan tujuan mendapatkan keuntungan.
2) Konsumen antara (intermediate consumer), adalah setiap orang yang
mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk diperdagangkan
kembali juga dengan tujuan mencari keuntungan.
3) Konsumen akhir (ultimate consumer/end user), adlah setiap orang yang
mendapatkan dan menggunkan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi
kebutuhan kehidupan pribadi, keluarga, orang lain dan mahluk hidup lainnya dan
tidak untuk diperdagangkan kembali dan/atau untuk mecari keuntungan kembali
(Zulham, 2013 :17-18).

b. Hak - Hak Konsumen


Hak dalam pengertian hukum adalah kepentingan hukum yang dilindungi oleh
hukum, sedangkan kepentingan adalah tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi.
Kepentingan pada hakikatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh
hukum dalam melaksanakannya (Mertokusumo, 2003: 43).
Hak konsumen adalah hak yang harus dipatuhi oleh para produsen. Hak-hak
konsumen yang diatur dalam UUPK bersifat terbuka, artinya selain ada hak-hak
konsumen yang diatur dalam UUPK, dimungkinkan diakuinya hak-hak konsumen
lainnya yang tidak diatur dalam UUPK tetapi diatur dalam peraturan perundang-
undangan lain di sektor tertentu (Sidabalok, 2010: 62).
Jhon.F Kennedy (Zulham, 2013 : 47-48) mengemukakan empat hak dasar
konsumen yang harus dilindungi sebagai berikut:
a) Hak memperoleh keamanan (the right to safety), yaitu aspek yang ditujukan kepada
perlindungan konsumen dari pemasaran barang/jasa yang membahayakan
keselamatan konsumen;
b) Hak memilih (the right to choose), yaitu bahwa konsumen memiliki hak prerogatif
untuk menentukan akan membeli atau tidak membeli suatu barang/jasa;
c) Hak mendapat informasi (the right to be informed), yaitu bahwa setiap keterangan
mengenai suatu barang/jasa yang akan dibeli atau akan mengikat konsumen,
haruslah diberikan selengkap mungkin dan dengan penuh kejujuran sehingga tidak
meyesatkan konsumen;
d) Hak untuk didengar (the right to be heard), yaitu hak yang menjamin konsumen
bahwa kepentingannya harus diperhatikan dan tercermin dalam kebijaksaan
pemerintah, termasuk turut didengar dalam pembentukan kebijakan tersebut. Selain
itu, konsumen juga harus didengar setiap keluhannya dan harapannya dalam
mengkonsumsi barang/jasa yang dipasarkan produsen.
PBB melalui Resolusi Nomor A/RES/39/248 tanggal 16 April1985 tentang
Perlindungan Konsumen (Guidelines for Consumer Protection) (Zulham, 2013:49),
merumuskan enam kepentingan konsumen yang harus dilindungi, meliputi:
1) Perlindungan konsumen dari bahaya – bahaya terhadap kesehatan dan
keamanannya;
2) Promosi dan perlindungan kepentingan ekonomi sosial konsumen;
3) Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk memberikan
kemampuan mereka melakukan pilihan yang tepat sesuai kehendak dan kebutuhan
pribadi;
4) Pendidikan konsumen;
5) Tersedianya ganti rugi yang efektif;
6) Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau organisasi lainnya yang
relevan dan memberikan kesempatan kepada organisasi tersebut untuk
menyuarakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingan mereka.
Mengenai hak – hak konsumen di Indonesia, ditetapkan dalam Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu sebagai berikut:
1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;
2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang/dan atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa;
4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
6) Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;
7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
8) Hak untuk mendapatkan disepensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, jika barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya;
9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang - undangan yang lain.

c. Kewajiban – Kewajiban Konsumen


Selain hak, konsumen juga mempunyai kewajiban – kewajiban yang harus
dipenuhi sebagaimana yang termuat dalam Pasal 5 UUPK, yaitu:
1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara
patut.

d. Pelaku Usaha
Pengertian pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama - sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi (Pasal 1 angka 3 UUPK).
Lebih lanjut dalam penjelasan Pasal 1 angka 3 UUPK dijelaskan bahwa yang
termasuk dalam pelaku usaha adalah perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi, importir,
pedagang, distributor dan lain – lain.
Pelaku usaha sering diartikan sebagai pengusaha yang menghasilkan barang
dan jasa. Dalam pengertian ini termasuk didalamnya pembuat, grosir, leveransir dan
pengecer professional, yaitu setiap orang/badan yang ikut serta dalam penyediaan
barang dan jasa hingga sampai ke tangan konsumen. Sifat profesional merupakan
syarat mutlak dalam hal menuntut pertanggung jawaban dari produsen. (Sidabalok,
2010:16).

e. Hak – Hak Pelaku Usaha


Ketentuan mengenai hak – hak dari pelaku usaha dapat ditemukan dalam Pasal
6 UUPK, yaitu:
1)  Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
2) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik;
3) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
sengketa konsumen;
4) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
5) Hak – hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang – undangan
lainnya.

f. Kewajiban – Kewajiban Pelaku Usaha


Mengenai kewajiban – kewajiban pelaku usaha diatur dalam Pasal 7 UUPK,
sebagai berikut:
1) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
2) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan;
3) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
4) Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
5) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang
dan/atau jasa tertentu serta memberikan jaminan dan/atau garansi atas barang
yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
6) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
7) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Mengenai kewajiban beritikad baik sangat ditekankan bagi pengusaha, karena
meliputi semua tahapan dalam melakukan kegiatan usahanya, sehingga dapat diartikan
bahwa kewajiban pelaku usaha untuk beritikad baik dimulai sejak barang
dirancang/diproduksi sampai pada tahap purna jual. Hal ini disebabkan oleh
kemungkinan terjadinya kerugian bagi konsumen dimulai sejak barang
dirancang/diproduksi oleh produsen (pelaku usaha) (Kristiyanti, 2017:44).

3. Rangkuman
a. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen dapat
dibedakan tiga Batasan, yaitu:
- Konsumen komersial (commercial consumer)
- Konsumen antara (intermediate consumer)
- Konsumen akhir (ultimate consumer)
b. Hak – hak konsumen dalam perspektif internasional adalah sebagaimana yang
dikemukakan oleh Jhon F. Kennedy dan rumusan hak – hak konsumen dalam
Resolusi Nomor A/RES/39/248 tanggal 16 April1985 tentang Perlindungan
Konsumen (Guidelines for Consumer Protection).
c. Hak – hak konsumen diatur dalam Pasal 4 UUPK
d. Pengertian pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan
dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama - sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
e. Kewajiban – kewajiban konsumen diatur dalam 5 UUPK
f. Hak – hak pelaku usaha diatur dalam Pasal 6 UUPK
g. Kewajiban – kewajiban pelaku usaha diatur dalam Pasal 7 UUPK

Anda mungkin juga menyukai