Anda di halaman 1dari 9

226 Fokus Ekonomi (FE), Desember 2011, Hal. 226– 234 Vol. 10, No.

3
ISSN: 1412-3851

KONSEKUENSI INFORMASI ASIMETRIS DALAM PERKREDITAN DAN


PENANGANANNYA PADA LEMBAGA PERBANKAN
Consequences of Credit Asymetric Information and It’s Treatment in Banking Institutions

Taswan
Program Studi Manajemen Universitas Stikubank
Jl. Kendeng V Bendan Ngisor Semarang 50233
(taswanda@yahoo.com)

ABSTRAK

Informasi asimetris sangat potensial terjadi pada bisnis perkreditan. Debitur adalah agen dari
kreditur. Sebagai agen perlu menjalankan amanah pihak principal (kreditur) berdasarkan kontrak
kredit yang disepakati antara kreditur dengan debitur. Namun bila kreditur menghadapi informasi
asimetris yang tinggi, maka tidak bisa mendesain kontrak kredit secara fair. Konsekuensinya konflik
keagenan antara kreditur dengan debitur bisa terjadi, harga kredit menjadi mahal, risiko kredit
menjadi tinggi. Konsekuensi-konskeuensi tersebut perlu dikelola misalnya melalui sistem
monitoring yang efektif, loan covenance, pengetatan regulasi BMPK, Credit Rationing, penjaminan
dan asuransi kredit serta restrukturisasi kredit.

Kata Kunci: informasi asimetris, keagenan, loan covenance, credit rationing, restrukturisasi kredit.

ABSTRACT

Asymmetric information is potentially occur in the credit business. Debtor is the agent of the
creditor. As an agent needs to carry out the mandate the principal (lender) based on the credit
contract agreed between the creditor with the debtor. But when lenders face high information
asymmetry, then it can not design a fair credit contract. Consequently agency conflicts between
creditors with the debtor could occur, the price of credit to be expensive, a high credit risk.
Consequences needs to be managed for example through an effective monitoring system, loan
covenance, tightening regulation of Legal Lending Limit, Credit Rationing, guarantees and credit
insurance and debt restructuring.

Key word: asymmetric information, agency, covenance loan, credit rationing, debt restructuring.
Vol. 10 No. 3, 2011 Fokus Ekonomi 227

PENDAHULUAN pada gilirannya dapat menimbulkan kebangkrutan


bank.
Bisnis perbankan di Indonesia masih
didominasi oleh bisnis perkreditan. Sebagian Persoalannya adalah pada tujuan, manfaat dan
sasaran kredit itu bisa tepat tercapai kalau sejak
besar pendapatan bank berasal dari bisnis
perkreditan, meskipun tidak menutup mata bahwa awal bank mendapatkan informasi yang fair
mengenai segala sesuatu tentang bisnis debitur
pada akhir-akhir ini fee base income semakin
meningkat akibat penjualan produk dan jasa dan tentang debitur. Tanpa mendapatkan
informasi yang fair, bank akan kesulitan untuk
perbankan lainnya. Disamping itu, dengan
menempatkan kredit (menyalurkan dana) dan mendesain kontrak kredit yang fair, yang bisa
memenuhi pencapaian tujuan, manfaat dan
menerima kembali angsuran pokok dan bunga
maka sangat membantu pengelolaan likuiditas sasaran tersebut. Bagaimana potensi terjadinya
bank, bahkan bank dalam memenuhi kewajiban asimetri informasi dalam perkreditan? Debitur
sangat mungkin melakukannya demi
jangka panjangnya juga tidak lepas dari sumber-
sumber dana dari pelunasan kredit. Aktivitas mendapatkan kucuran kredit dari bank. Tulisan ini
akan menjelaskan informasi asimetris dalam
perkreditan yang tepat juga bisa meningkatkan
rentabilitas bank. Semakin besar portofolio kredit perkreditan, apa konsekuensinya dan bagaimana
menananganinya. Teori keagenan hutang menjadi
semakin besar kemampuan bank dalam
memperoleh penghasilan. Namun demikian mayor pembahasan ini dan berbagai pendekatan
disajikan untuk menangani konsekuensi informasi
pemberian kredit tidak hanya untuk kepentingan
bank, pihak debitur juga sangat terbantu terutama asimetris terhadap risiko kredit, baik yang belum
terjadi ataupun bila risiko kredit benar-benar
bagi yang akan mengembangkan bisnisnya atau
terjadi. Oleh karena itu, tulisan ini akan
untuk memelihara keberlanjutan bisnisnya.
Bersama bank, melalui perkreditan bisa berbagi memberikan kontribusi dalam memahami
pengelolaan risiko kredit yang berbasis pada
risiko, tidak hanya berbagi pendapatan. Bisnis
adalah berbagai risiko dan berbagi keuntungan. informasi asimetris.
Lebih jauh, bila perkreditan dilakukan oleh
banyak lembaga perbankan dan oleh banyak PEMBAHASAN
debitur, maka kredit akan mampu menggerakan Analisis kredit adalah tugas yang sangat
perekonomian masyarakat, peningkatan kegiatan menentukan profil risiko kredit di masa depan
ekonomi masyarakat yang mampu menyerap suatu bank. Kesalahan dalam analisis kredit akan
tenaga kerja dan pada gilirannya mampu berakibat bank menempatkan dananya kepada
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. debitur berisiko tinggi. Kesalahan analisis kredit
Tujuan dan manfaat kredit akan tercapai bisa menimbulkan kerugian bagi bank maupun
apabila pemberian kredit itu aman, terarah dan debitur yang berkualitas baik. Oleh karena itu
menghasilkan pendapatan. Aman dalam arti dalam analisis kredit diperlukan kemampuan
bahwa bank akan dapat menerima kembali nilai tinggi analis atau officer dalam menentukan
ekonomi yang telah diserahkan, terarah dalam arti kelayakan pemberian kredit, diperlukan instrumen
penggunaan kredit mesti sesuai dengan penilaian yang memadai dan dibutuhkan
perencanaan kredit atau kesepakatan (perkanjian) informasi yang komprehensif, lengkap dan benar,
kredit. Sasaran kredit itu menghasilkan berarti tidak ada informasi yang disembunyikan. Dalam
pemberian kredit memberikan kontribusi banyak kejadian, meskipun bank telah
pendapatan bagi bank, debitur dan publik. menyiapkan tenaga/officer ahli dan instrumen
Pemberian kredit yang tidak aman, tidak terarah penilaian yang obyektif dan terukur, tetap saja
(tidak sesuai perjanjian, misal terjadi side terjadi kemungkinan informasi yang
streaming) atau bahkan tidak bisa memberikan disembunyikan oleh pihak atau calon debitur. Jika
kontribusi pendapatan, maka kredit tersebut ini terjadi maka apapun hebatnya tenaga analis
bermasalah. Kredit bermasalah atau kegagalan dan instrumen yang digunakan, tidak akan
kredit pada gilirannya bisa menguras modal bank. memberikan keputusan kredit yang berkualitas.
Penurunan modal bank akibat kerugian kredit Oleh karenanya para officer atau analis kredit,
komite perkreditan atau para pengambil
228 Taswan Fokus Ekonomi

keputusan pemberian kredit perlu memahami dalam pengambilan keputusan kredit dan bahkan
informasi asimetris yang kemungkinan terjadi di menyulitkan kreditor dalam melakukan
pihak calon debitur. pengawasan, sebaliknya semakin rendah
Perlu diketahui bahwa informasi asimetris informasi asimetris maka bank semakin
bisa menimbulkan konflik keagenan antara berkualitas dalam pengambilan keputusan kredit
debitur dengan pihak prinsipal atau kreditur. dan semakin mudah bagi bank dalam melakukan
Dalam teori keagenan disebutkan bahwa kreditur pengawasan. Dalam kondisi informasi asimetris
menyerahkan pengelolaan dana kepada debitur relatif tinggi, kreditur tidak dapat secara cukup
untuk dikelola debitur dan debitur harus me-monitor tindakan-tindakan agen (debitur).
mengamankan kepentingan kreditur. Kreditur Kreditur sangat sulit mengetahui kegiatan yang
(Bank) berkepentingan untuk mengendalikan dilakukan debitur secara keseluruhan. Jika
debitur agar menggunakan dana tersebut secara tindakan agen tidak dapat diamati dengan baik,
hati-hati dan mampu meningkatkan kemakmuran maka kreditur atau bank tak dapat mendesain
bersama. Hal ini akan berjalan sebagaimana kontrak yang mendasarkan tindakan itu secara
mestinya ketika mereka memiliki kepentingan fair. Menurut Hahm dan Miskhin (2000) bahwa
yang sama. Debitur sebagai pihak yang fenomena informasi asimetris yang tinggi di
melaksanakan amanah pihak bank memenuhi Indonesia bisa karena lemahnya regulasi sistem
kepentingan bank atau kreditur. Persoalannya keuangan, lemahnya loan officer dan risk
tidak selalu kepentingan dan tujuan kreditur assessment oleh pihak bank. Sedangkan menurut
selaras dengan kepentingan dan tujuan debitur. Marciano (2008) bahwa ketiadaan lembaga rating
Para debitur bisa melakukan tindakan yang independen atau belum bekerjanya lembaga
menguntungkan dirinya sendiri atas beban rating independen di Indonesia untuk melakukan
kreditur. Debitur bisa mengambil keputusan yang pemeringkatan terhadap kredit atau pinjaman
berisiko tinggi karena penanggung risiko adalah yang diberikan.
kreditur. Debitur bisa melakukan moral hazard Konsekuensi informasi asimetris selain
terhadap kreditur atau terhadap lembaga penjamin menggangu kualitas kontrak dan monitoring juga
kredit. Debitur melakukan bisnis yang berisiko bisa menimbulkan adverse selection (Saunder and
tinggi, namun bank tidak mendapatkan informasi Cornett, 2006). Bank dapat melakukan kesalahan
bisnis debitur secara utuh. Bila debitur bankrut, pengambilan keputusan kredit karena bank
maka bank yang menanggungnya. Dalam konteks kesulitan membedakan antara calon debitur yang
ini maka kreditur menghadapi konflik keagenan berkualitas baik dengan debitur (calon debitur)
dengan debitur, pihak debitur berupaya berkualitas buruk. Kesalahan bank itu misalnya
melakukan transfer kekayaan dari pihak bank dalam hal menetapkan tingkat suku bunga kredit.
mellaui pengambilan risiko bisnis yang tinggi. Akibat informasi asimetris yang tinggi pada
Risiko bisnis yang tinggi selaras dengan return debitur berkualitas buruk, maka bank tidak
yang tinggi. mengetahui seluruh informasi tentang debitur dan
Hubungan kreditur dengan debitur dapat debitur lebih banyak mengetahui tentang
dijelaskan dalam perspektif keagenan. Dalam bisnisnya. Pada posisi ini, kreditur menghadapi
teori keagenan ditekankan bahwa konflik risiko kredit yang tinggi. Konsekuensinya bank
keagenan karena adanya informasi yang akan menutup premi risiko tersebut dengan
disembunyikan. Caprio dan Levine (2007) menetapkan tingkat bunga yang tinggi. Bila
menegaskan bahwa bisnis perbankan (terutama kemudian tingkat bunga yang ditetapkan
perkreditan) adalah sektor usaha yang tidak berdasarkan informasi asimetris yang tinggi
transparan, dan ini berpotensi menimbulkan diberlakukan terhadap semua debitur pada bunga
masalah keagenan. Dalam istilah perbankan yang sama, maka dapat dipastikan bahwa debitur
sering disebut terjadi informasi asimetris, yang ini yang buruk menjadi menerima beban bunga yang
terjadi karena agen memiliki informasi yang lebih relatif lebih murah daripada debitur yang
baik, lengkap dan komprehensif tentang bisnisnya berkualitas baik. Debitur berkualitas buruk dapat
dari pada kreditor (Diamond, 1984). Informasi menggunakan dana perbankan untuk memperoleh
asimetris yang tinggi akan menyesatkan bank return yang sangat tinggi melalui bisnis yang
Vol. 10 No. 3, 2011 Fokus Ekonomi 229

spekulatif. Bisnis yang spekulatif atau memiliki lokal, sehingga tidak mudah mendapatkan
return tinggi akan berhubungan positif dengan informasi yang utuh dan berkualitas. Konsekuensi
risiko yang tinggi, namun demikian debitur ini adalah bank asing menjadi lebih tinggi dalam
tersebut tetap menanggung bunga bank yang sama menetapkan tingkat bunga kredit daripada bank
dengan debitur yang berkualitas baik, yang tidak domestik. Namun bila bank asing mampu
spekulatif atau hati-hati dan bertindak sehat atau mengurangi informasi asimetris dengan
secara wajar. Konsekeunsinya debitur buruk menggunakan teknologi informasi yang modern,
menjadi menanggung bunga yang relatif lebih beroperasi dengan biaya yang lebih efisien,
murah, sedangkan debitur berkualitas baik memiliki sistem pengawasan yang lebih baik,
menannggung bunga kredit relatif lebih mahal. maka bank asing dapat menetapkan bunga kredit
Debitur berkualitas baik dirugikan dengan lebih murah daripada bank domestik (Mian,
penetapan bunga tinggi yang diperlakukan sesuai 2003). Pendapat ini tidak sepenuhnya benar,
debitur berkualitas buruk. Konsekuensinya sebab bank domestik pun menghadapi informasi
debitur berkualitas baik akan menarik diri dari asimetris yang tinggi karena memang bisnis
kesediaan menjadi debitur dan lebih memilih perkreditan adalah bisnis yang tidak transparan,
sumber dana internal atau sumber lainnya , dan belum adanya lembaga rating yang bekerja untuk
pada gilirannya dana perbankan akan tersalurkan debitur secara optimal, lemahnya officer dan
pada debitur-debitur berkualitas buruk. Disinilah teknologi juga menjadi kendala dalam
terjadi adverse selection. Informasi asimetris telah memperoleh informasi yang komprehensif dan
memberikan kontribusi bagi kesalahan memilih utuh. Oleh karena itu, baik bank asing maupun
penempatan dana dan bank menganggung risiko bank domestik sama-sama menghadapi infomasi
kredit. asimetris, namun penyebabnya yang berbeda
Penetapan harga kredit atau tingkat bunga (Taswan, 2010).
kredit yang relatif tinggi karena masalah Tingkat Informasi asimetris dalam perkreditan
informasi asimetris juga akan mendorong bisa diturunkan melalui pemberian kredit terhadap
terjadinya transfer kekayaan dari bank ke debitur kelompok usahanya atau ketika ada kesamaan
kualitas buruk. Tingkat bunga tinggi identik pemegang saham antara pemegang saham bank
dengan biaya hutang yang tinggi bagi debitur. dengan pemegang saham calon debitur.
Tingginya biaya hutang tersebut dapat memicu Kesamaan pemegang saham di bank dengan
manajer pihak debitur untuk melakukan bisnis debitur akan berakibat pemegang saham dengan
yang memberikan return lebih tinggi. Bisnis menggunakan power-nya untuk menekan manajer
yang memiliki return tinggi sering identik dengan bank agar memberikan kredit dengan bunga
bisnis berisiko tinggi. Jika ini terjadi, sebenarnya murah pada perusahaannya. Harga kredit yang
perusahaan debitur telah menganggap biaya rendah juga karena kepemilikan saham yang sama
hutang menjadi lebih rendah dibandingkan antara bank dan debitur memang bisa
dengan return dan risiko yang dihadapinya. Pada menguntungkan bank berupa infomrasi asimetris
posisi seperti ini, kreditor sangat dirugikan sebab yang rendah. Ini terjadi karena bank bisa memiliki
risiko yang tinggi pada akhirnya akan menjadi informasi yang lebih baik tentang kondisi
beban bank. Pergeseran risiko telah terjadi dari perusahaan debitur pada kelompok usahanya (ada
debitur ke bank , dan ini adalah praktik transfer kesamaan pemegang saham). Informasi asimetris
kekayaan (transfer of wealth) oleh pihak debitur yang rendah akan berakibat pada tingkat bunga
dari bank. Kalau bisnis yang berisiko tinggi itu kredit yang rendah. Dengan logika ini, maka di
berhasil maka menjadi keuntungan debitur, Indonesia banyak bank yang dimiliki oleh group
namun bila risiko yang tinggi itu benar-benar usaha tertentu. Namun demikian, ada kelemahan
terjadi maka bank yang akan menanggungnya. fatal bila kredit diberikan kepada kelompok
Bank asing sering dipandang sebagai bank usahanya terutama bisa menimbulkan konsentrasi
yang jauh posisi geografisnya berpotensi penempatan kredit yang tinggi, bahkan bisa
menghadapi asimetri informasi tinggi, bank asing menimbulkan kartel kredit dan posisi dominan
kurang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang bertentangan dengan UU anti monopoli.
yang komprehensif mengenai kondisi debitur Lebih jauh, perusahaan kelompoknya meminjam
230 Taswan Fokus Ekonomi

dana ke bank dari kelompok usahanya dengan rendah risikonya) sehingga semakin rendah
biaya yang lebih murah, namun kurang tingkat bunga kredit yang ditetapkan. Sebaliknya,
memperhatikan tingkat risiko yang layak. Dengan bila semakin pendek jangka waktunya maka
demikian sebenarnya adanya potensi moral hazard mencerminkan semakin tinggi asimetri
pemegang saham di debitur kelompoknya informasinya sehingga tingkat bunga menjadi
terhadap deposan. Kondisi ini sangat merugikan lebih mahal. Teori ini memang berlawanan
deposan karena sebagian besar dana di bank dengan teori suku bunga kredit yang
didominasi oleh dana deposan, bukan oleh menyebutkan bahwa semakin lama jangka waktu
pemegang saham, akibatnya bila usaha debitur itu kredit maka semakin tinggi risikonya sehingga
bangkrut maka deposan yang paling besar semakin mahal tingkat bunga kreditnya. Dalam
menanggungnya. Oleh karena itu perhatian menggunakan loan covenant, selain menggunakan
terhadap ketentuan Batas Maksium Pemberian jangka waktu kredit, adalah menggunakan term
Kredit menjadi mutlak diperlukan dalam loan untuk debitur-debitur yang memiliki
penempatan kredit untuk menghindari masalah informasi asimetris tinggi. Term loan adalah jenis
ini. Bank wajib mematuhi regulasi Legal Lending kredit yang jumlah angsuran bunga dan pokok
Limit (LLL) dan mengendalikan portofolio kredit. kredit serta jadwal pembayarannya ditetapkan
Pemberian kredt pada pihak terkait yang terlalu secara pasti. Cara ini umum digunakan oleh
besar mengindikasikan bahwa kredit tersebut lembaga perbankan.
terkonsentrasi pada kelompok tertentu. Semakin Cara lain untuk menurunkan risiko akibat
tinggi konsentrasi kredit maka semakin tinggi informasi asimetris dan kemungkinan moral
risiko kredit. Sebaliknya semakin rendah hazard adalah membatasi kemungkinan kerugian
konsentrasi kredit maka semakin rendah risiko akibat dari kredit yang tingkat probabilitas
kredit. Regulasi batas Maksimum Pemberian gagalnya tinggi, dengan mensyaratkan agunan
Kredit (BMPK) atau legal lending limit akan kredit (credit collateral). Agunan kredit secara
mengarahkan bank untuk menempatkan kredit teoritis bisa mencerminkan debitur dengan
tidak terkonsentrasi pada kelompok tertentu. kualitas baik (berisiko rendah). Menurut Besanko
Diversifikasi terjadi dan risiko bisa ditekan. dan Thakor (1987) dengan menggunakan teori
Dengan adanya informasi asimetris di pihak signal menjelaskan bahwa debitur dengan kualitas
debitur, maka analis kredit atau pengambil baik akan memberikan agunan kredit untuk
keputusan kredit perlu memahami cara dalam membedakan mereka dengan debitur kualitas
mengurangi kerugian akibat informasi asimetris buruk, oleh karenanya debitur kualitas baik akan
tersebut antara lain melalui cross monitoring berani menyerahkan asset-nya untuk agunan
maupun loan covenant. Cross monitoring kredit. Konsekuensinya adalah harga atau tingkat
dilakukan bila debitur memiliki sekuritas yang bunga kredit untuk debitur kualitas baik menjadi
telah diterbitkan di pasar modal. Bank bisa lebih rendah dibandingkan dengan harga atau
menggunakan informasi dari analis pasar modal, tingkat bunga kredit bagi debitur berkualitas
lembaga pemeringkat dan Bursa. Namun rendah.
demikian pengawasan ini sering dianggap kurang Teori penjelas yang lain mengenai agunan
efektif karena pada hakekatnya bank lebih mampu dikemukakan oleh Berger dan Udell (1990), yang
memiliki informasi yang lebih valid daripada menjelaskan bahwa keberadaan agunan kredit itu
informasi atau data sekunder. Bank juga bisa mencerminkan debitur dengan kualitas buruk
menerapkan loan covenant. Pada loan covenant, (berisiko tinggi). Argumennya bahwa bank atau
kreditur akan melihat karakteristik debitur lebih kreditor akan meminta agunan yang lebih tinggi
lanjut. Bila debitur dipandang berkualitas buruk untuk mengurangi risiko yang dihadapi oleh bank
atau mempunyai infomrasi asimatris tinggi maka karena kredit tersebut memiliki probabilitas gagal
bank dapat menetapkan kontrak kredit jangka relatif tinggi. Dengan demikian semakin tinggi
pendek. Menurut teori infomrasi asimetris bahwa agunan bisa identik dengan semakin tinggi harga
semakin panjang jangka waktu kredit atau bunga kredit. Praktik perkreditan di
mencerminkan semakin baik kualitas informasi Indonesia lebih mengarah pada teori yang kedua.
(semakin rendah asimetri informasi, semakin
Vol. 10 No. 3, 2011 Fokus Ekonomi 231

Bank mensyaratkan agunan semakin tinggi untuk perkreditan. Dalam sistem perkreditan menjadi
kredit dengan risiko yang semakin tinggi. salah satu pertimbangan penting terutama ketika
Untuk mencegah konsekuensi dari asimetri menyangkut sumber pembayaran kredit itu
Informasi, bank juga bisa melakukan Credit sendiri. Kepastian sumber pelunasan kredit sangat
Rationing. Dalam hal ini, bank dapat membatasi mempengaruhi keputusan kelayakan kredit.
kerugian dengan cara membatasi volume kredit Secara umum sistem perkreditan ada 3 (tiga)
atau besarnya kredit (loan size). Semakin besar macam, pertama adalah self liquiditing system.
debitur diberikan kredit menunjukkan debitur itu Self Liquiditing System adalah sistem pemberian
semakin berkualitas baik. Sebaliknya semakin kredit yang didasarkan pada kepastian sumber
kecil loan size menunjukkan debitur tersebut pelunasan kredit. Pada sistem ini sumber
semakin berkualitas buruk. Konsekuensinya referensinya adalah sumber penghasilan, jumlah
adalah debitur besar sering mendapat harga kredit penghasilan debitur dan jangka waktu pelunasan
atau tingkat bunga kredit yang lebih murah yang telah diketahui terlebih dahulu oleh bank,
dibandingkan dengan debitur kecil (Datta, dengan demikian ada kepastian. Dalam sistem ini,
Iskandar Datta, Patel, 1999). Praktik ini sudah bank akan menilai sumber penghasilan, jumlah
lazim dilakukan di Indonesia untuk membatasi penghasilan dan jangka waktu sebagai bagian dari
kerugian bank akibat debitur melakukan gagal penilaian prospek kemampuan debitur dimasa
bayar. depan. Informasi ini relatif mudah didapat,
Analis kredit juga perlu memperhatikan sehingga asimetri informasi bisa ditekan. Contoh:
kemampuan monitoring dan regulasi dalam Jumlah kredit Rp 100.000.000, nilai angsuran Rp
pemberian kredit. Semakin baik kemampuan bank 4.130.000 per bulan. Jangka waktu 3 tahun. Gaji
melakukan monitoring kredit maka semakin pegawai per bulan Rp 10.000.000, penghasilan
rendah tingkat konflik dengan debitur karena lainnya Rp 2.000.000 maka bisa diterjemahkan:
kredit akan berkualitas baik. Konsekuensinya Perhatikan referensinya, bahwa nilai kenaikan
bank akan memiliki reputasi baik dan risiko bisa gaji karyawan terkait prospek lembaga tempat
ditekan. Bila kemampuan monitoring semakin bekerja, kepangkatan, jabatan karyawan dan usia
tinggi, berarti mampu menekan informasi pensiun. Item tersebut kaitkan dengan lama atau
asimetris dan pada gilirannya bisa memberikan jangka waktu kredit, apakah selama kontrak kredit
harga kredit yang lebih rendah pada debitur tersebut pihak debitur (karyawan masih bekerja,
kualitas baik. Namun bank juga harus apakah ada kenaikan sumber pendapatan ke
memperhatikan regulasi perbankan. Regulasi depan, dan pada usia berapa akan pensiun). Bank
permodalan yang mensyaratkan modal minimum perlu memperhatikan usia pensiun, karena
semakin tinggi akan berdampak pada pensiun bisa diidentikkan dengan penurunan arus
meningkatnya harga kredit (bunga kredit). Bank kas debitur. Dalam perkreditan, item-item tersebut
melakukan kompensasi atas pemenuhan dilihat sebagai bagian prospek arus kas debitur
persyaratan modal dengan cara membebankan untuk pinjaman konsumtif. Sistem ini umumnya
kepada debitur. Selain regulasi permodalan juga diterapkan untuk kredit konsumtif.
regulasi cadangan wajib Bank Indonesia. Semakin Kedua adalah anticipated income system.
tinggi cadangan wajib berarti semakin tinggi Pada sistem ini penempatan kredit mendasarkan
sumber dana yang tidak ditempatkan pada aktiva pada proyeksi sumber penghasilan, jumlah
produktif (termasuk kredit). Peningkatan penghasilan, jumlah pelunasan dan waktu
unloanable fund ini pada gilirannya meningkatkan pelunasan. Sistem ini biasanya terjadi pada kredit
cost of fund. Peningkatan cost of fund akan investasi. Kredit investasi adalah kredit yang
meningkatkan harga atau tingkat bunga kredit. diberikan untuk membiayai barang-barang modal
Untuk menurunkan risiko kredit karena (memberi manfaat lebih dari 1 tahun), misalnya
adanya informasi asimetris, kreditur juga bisa dalam rangka pendirian badan usaha, ekspansi
menerapkan sistem perkreditan yang tepat. Sistem usaha, atau mungkin rehabilitasi pabrik dll. Kredit
perkreditan akan menentukan pola Investasi ini mengandung risiko yang besar. Bank
pembayaran/pelunasan kredit, oleh karena itu mengandalkan referensi berupa rencana yang
penempatan kredit harus memperhatikan sistem bersifat proyektif sehingga masih terdapat
232 Taswan Fokus Ekonomi

ketidakpastian dimasa mendatang. Secara ringkas analisis harus dapat mendeteksi titik kritis bisnis
di tabel 1.2. calon debitur, bisa memberikan informasi kualitas
Perhatikan referensinya, bahwa rencana debitur dan prospek bisnis secara akurat.
proyek investasi, estimasi arus kas dan rencana Sedangkan obyektif dapat dimaknai bahwa
jangka waktu proyek atau bisnis akan menentukan informasi yang digunakan seluruhnya harus
kemampuan debitur melalukan pembayaran berkualitas, siapapun yang melakukan analisis
angsuran kredit. Dalam sistem ini terdapat akan menghasilkan keputusan yang sama. Dalam
ketidakpastian yang sangat tinggi, karena seluruh hal menyangkut keobyektifan pemberian kredit
arus kas bersifat prediktif. Ketepatan prediksi bisa diperkuat melalui keputusan komite
sangat tergantung dari ketepatan asumsinya. Bila perkreditan yang beranggotakan orang-orang
asumsi-asumsi yang dirumuskan berubah dimasa yang kompeten di bank tersebut. Dalam komite
depan, maka perubahan arus kas sangat mungkin perkreditan terdapat anggota komite atau orang-
terjadi dan mempengaruhi pembayaran pinjaman. orang atau subyek-subyek. Pendapat subyek-
Oleh karena itu item–item tersebut dalam subyek tersebut kalau diintegrasikan atau
keputusan pemberian kredit dan keputusan disimpulkan akan memberikan keputusan yang
restrukturisasi kredit, dipertimbangkan faktor obyektif.
penting atau sebagai bagian prospek usaha Risiko kredit akibat informasi asimetris juga
debitur. bisa direduksi melalui transfer risiko kredit dari
Ketiga adalah sistem Kombinasi (mix). pihak kreditur ke pihak penjamin atau lembaga
Sistem ini adalah sistem perkreditan untuk asuransi kredit. Upaya bank melakukan transfer
pembiayaan usaha atau investasi/konsumsi yang risiko melalui penjaminan kredit atau asuransi
mengandung kedua kondisi diatas (self liquiditing kredit dapat menggeser risiko kredit. Pada
& anticipated Income). Penilaian prospek sumber penjaminan kredit misalnya sebagian agunan yang
pelunasan kredit bisa saja dilakukan selain dari tidak ter-cover oleh debitur dapat di-cover oleh
informasi prospek bisnis pihak debitur lembaga penjamin kredit. Debitur yang tidak
kemungkinan masih baik, sumber pendapatan bankable menjadi bankable. Bahkan dengan
usahannya, juga dari pendapatan tetap non bisnis adanya kerjasama dengan lembaga penjamin
yang diterima pihak debitur. Seorang debitur bisa kredit, maka bank bisa melakukan monitoring
saja sebagai pelaku usaha sekaligus sebagai bersama dengan pihak penjamian kredit. Dengan
karyawan atau pekerja pada perusahaan lain. demikian diharapkan monitoring kredit lebih
Contoh seorang guru selain mengajar di sekolah efektif. Sedangkan untuk asuransi kredit akan
juga bisa melakukan usaha ayam potong, usaha memberikan ganti rugi atas kredit yang
konfeksi di rumah dll. Mereka selalin bermasalah (macet), sehingga bank dapat
mendapatkan gaji setiap bulan juga masih dikatakan melakukan transfer risiko ke lembaga
memperoleh pendapatan dari bisnisnya. Untuk asuransi kredit. Namun demikian, dalam skema
kepentingan kredit, sumber-sumber pendapatan penjaminan kredit perlu diperhatikan cover
untuk pelunasan kredit tersebut perlu digali dan penjaminan. Semakin tinggi cover jaminan kredit
menajdi pertimbangan penting keputusan kredit akan semakin tinggi potensi debitur melakukan
dan bahkan ketika mengatasi kredit bermasalah moral hazard atas beban lembaga penjamin kredit.
melalui restrukturisasi kredit. Cover jaminan kredit sangat disarankan dibawah
Reduksi risiko kredit akibat informasi 70 persen dari plafoun kredit, dengan demikian
asimetris, juga bisa dilakukan melalui analisis debitur masih menghadapi risiko bila bangkrut.
kredit yang komprehensif, tajam dan obyektif. Harapannya debitur masih bertindak hati-hati
Kegagalan kredit bisa dimulai dari analisis kredit meski hutangnya telah dijamin. Sedangkan dalam
yang lemah. Oleh karena itu keputusan pemberian asuransi kredit, yang perlu diperhatikan adalah
kredit harus dianalisis secara komprehensif, tajam pertanggungan risiko kegagalan bisnis. Debitur
dan obyektif. Komprehensif bisa dilihat dari yang gagal bisnis tidak selayaknya seluruh
aspek yang dipertimbangkan, semakin banyak hutangnya ditanggung oleh lembaga asuransi
aspek perkreditan yang dinilai maka semakin kredit. Disamping itu, perlu dipertimbangkan
komprehensif. Tajam dalam arti penggunaan alat premi penjaminan kredit mestinya berdasarkan
Vol. 10 No. 3, 2011 Fokus Ekonomi 233

tingkat risiko. Semakin tinggi risiko kredit maka monitoring yang efektif, loan covenance,
semakin tinggi premi penjaminan kredit. pengetatan regulasi Batas Maksimum Pemberian
Konsekuensinya debitur bertindak hati-hati. Kredit (Legal Lending Limit), Credit Rationing,
Langkah represif bila risiko kredit telah terjadi penjaminan dan asuransi kredit serta
adalah likuidasi atau restrukturisasi Kredit. restrukturisasi kredit.
Upaya-upaya yang dilakukan diatas lebih bersifat Penanganan akibat informasi asimetris lebih
antisipatif untuk mencegah kerugian akibat bersifat untuk mereduksi akibat, bukan untuk
kegagalan kredit, sedangkan upaya yang mencegah informasi asimetris agar tidak
dilakukan setelah terjadi kredit bermasalah lebih meimbulkan kerugian yang lebih besar. Namun
bersifat tindakan penyelamatan dana perbankan. bila kegagalan kredit sudah terjadi, maka tawaran
Bagaimana upaya bank dalam menyelamatakan solusi adalah tindakan likuidasi atau
kredit bila terjadi kredit bermasalah? Ada restrukturisasi. Dalam perspektif bahwa debitur
berbagai metoda atau teknik yang bisa dilakukan masih berprospek baik dan masih mau
bank paska kredit bermasalah atau bahkan macet, bekerjasama dengan kreditur, maka solusi
antara lain melalui likuidasi atau restrukturisasi. restrukturisasi kredit menjadi pilihan yang
Namun perlu diketahui bahwa tindakan nyata menjanjikan.
paska terjadi kredit bermasalah yang dipandang
paling baik saat ini adalah restrukturisasi kredit, DAFTAR PUSTAKA
baik dalam arti untuk pihak bank maupun pihak
debitur. Bank bisa menyelamatkan dananya Berger, A.,Udell, G.,(1990). Collateral, loan
karena kolektibilitas kredit yang bermasalah quality and bankrisk. Journal of Monetary
tersebut menjadi lebih baik, sedangkan usaha atau Economics 25,21–42.
bisnis debitur masih tetap bisa berjalan.
Restrukturisasi kredit sebenarnya merupakan Besanko, D., and A. Thakor. (1987)a. “Collateral
upaya untuk mengembalikan posisi kredit pada and Rationing: Sorting Equilibria in
sasaran yang tepat yaitu kembali pada posisi Monopolistic and Competitive Credit
aman, terarah dan menghasilkan. Sedangkan Markets.” International Economic Review 28:
tindakan likuidasi sering dipandang baik hanya 671-89.
untuk bank karena dengan tindakan likuidasi
otomatis bisa menghentikan bisnis pihak debitur. ----. (1987)b. “Competitive Equilibria in the
Credit Market under Asymmetric
SIMPULAN
Informasi asimetris sangat potensial terjadi Information.” Journal of Economic Theory
42:167-82.
pada bisnis perkreditan, sebab lemahnya loan
officer, lemahnya asesmen risiko, belum adanya
Caprio, G., L. Laeven, and R. Levine. (2007).
lembaga rating independen yang memeringkat
hutang pihak debitur secara optimal, serta agenda “Ownership and Bank Valuation.” Journal of
Financial Intermediation 16, 584-617.
tersembunyi pihak calon debitur. Asimetri
informasi yang tinggi mengakibatkan konflik
Diamond, D.W., (1984). Financial intermediation
keagenan antara kreditur dengan debitur. Debitur
adalah agen dari kreditur. Sebagai agen perlu and delegated monitoring. The Review of
Economic Studies 51, 393Ð414.
menjalankan amanah pihak principal (kreditur)
berdasarkan kontrak kredit yang disepakati antara
kreditur dengan debitur. Namun bila kreditur Diamond, Douglas W. and Phillip H. Dybvig,
(1983), Bank runs, deposit insurance,and
menghadapi informasi asimetris yang tinggi,
maka tidak bisa mendesain kontrak kredit secara liquidity, Journal of Political Economy, 91,
pp. 401-419.
fair. Konsekuensinya konflik keagenan antara
kreditur dengan debitur bisa terjadi, ada adverse
Hahm, Joon-Ho and Frederick S. Mishkin,
selection, harga kredit menjadi mahal, risiko
kredit menjadi tinggi. Konsekuensi-konskeuensi (2000), The Korean Financial Crisis : an
Asymmetric Information Perspective,
tersebut perlu dikelola misalnya melalui sistem
234 Taswan Fokus Ekonomi

Emerging Market Review, Elsevier Science, Marciano, Dedy, (2008), Pengaruh Asimetri
Columbia Informasi, Moral Hazard dan Struktur
Pendanaan Dalam Penentuan Harga
Datta, Sudip, Mai Iskandar-Datta and Ajay patel, Pinjaman Korporasi Dalam Kurs US Dolar:
(1999), Bank monitoring and the pricing of Studi Empiris di Indo. 1990 -1997, Disertasi
corporate public debt, Journal of Financial S3 UGM, Tidak dipublikasikan.
Economics , Winston-Salem, NC 27109, USA
Mian, Atif, (2003), Foreign, Private Domestic,
Saunder, Anthony dan Marcia Millon Cornett, and Government Banks: New Evidence from
(2006), Financial Institutions Management: A Emerging Market, Graduate School of
Risk Management Approach, McGraw Hill, Business, University of Chicago, Chicago
Toronto, International Edition.
Taswan, (2010), Manajemen Perbankan: Konsep,
Teknik & Aplikasi, UPP STIM YKPN,
Yogyakarta

LAMPIRAN

Tabel 1.. Sumber Pelunasan Kredit dan Referensinya-Self Liquidyting System


Keterangan Referensi
Sumber Penghasilan Gaji Karyawan , sesuai referensi Rp 10.000.000
Jumlah Penghasilan Nilai Penghasilan Karyawan, Rp 12.000.000
Jumlah Pelunasan Sesuai Skala angsuran, Rp 4.130.000 per bulan
Waktu Pelunasan Sesuai akad kredit, selama 36 bulan

Tabel 2. Sumber pelunasan dan Referensinya-Anticipated Income System


Keterangan Referensi
Sumber Penghasilan Rencana Proyek/Investasi
Jumlah Penghasilan Estimasi Arus Kas Masuk
Jumlah Pelunasan Rencana/Proyeksi Arus Kas
Waktu Pelunasan Rencana/Estimasi Jangka Waktu

Anda mungkin juga menyukai