Nim:190203043
Persoalan persoalan yang disebut di atas masuk dalam kajian Komisi Bahtsul Masail Diniyah
Maudlu’iyah yang fokus pada rumusan konseptual. Berbeda dari bahtsul masail diniyah
waqi‘iyah yang berorientasi menemukan ketegasan status hukum HAM dalam islam “halal
haram”, bahtsul masail diniyah maudlu’iyah mengaji tema tema spesifik untuk dijelaskan secara
deskriptif naratif.
Terkait hak hak asasi manusia dalam islam (al huquq al insaniyyah fil islam), musyawirin
menjelaskannya dengan merujukkan pada ulasan ulasan yang pernah disinggung para ulama
klasik ketika menjelaskan tentang filosofi hukum HAM dalam islam Islam. Keterangan ini
antara lain bisa ditemukan kitab kitab ushul fiqh seperti Al Mustashfa min Ilm al Ushul karya
Hujjatul Islam Abu Hamid al Ghazali.Imam al Ghazali menyebutnya maqâshidusy syarî‘ah
(pokok pokok yang menjadi tujuan sumber syariat islam). Berikut adalah kutipan lengkap hasil
keputusan Munas Alim Ulama yang diberlangsung di Pondok Pesantren Qomarul Huda Bagu,
Pringgarata, Lombok Tengah itu mengenai hak asasi manusia dalam islam:
Islam merupakan ajaran yang menempatkan individu pada posisi yang sangat tinggi. Bahkan
al Qur’an menjamin adanya hak pemuliaan dan pengutamaan individu. Firman Allah SWT:
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan
di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al Isra’:
70). Dengan demikian individu memiliki hak al karâmah dan hak al fadlîlah karena kasih
sayang Allah kepada hambaNya. Apalagi misi Rasulullah adalah rahmatan lil alamin, di mana
kemaslahatan/ kesejahteraan merupakan tawaran untuk seluruh individu dan alam semesta.
Elaborasi (pengejawantahan) misi di atas disebut sebagai ushul al khams (lima prinsip dasar)
yang melingkupi hifdhud dîn, Hukum HAM dalam islam nafs wal ’irdl, Hukum HAM dalam
islam aql, Hukum HAM dalam islam nasl dan Hukum HAM dalam islam mal.
Memberikan jaminan hak kepada umat Islam untuk memelihara agama dan keyakinannya (al
din). Sementara itu Islam juga menjamin sepenuhnya atas identitas (kelompok) agama yang
bersifat lintas etnis, oleh karena itu Islam menjamin kebebasan beragama, dan larangan adanya
pemaksaan agama yang satu dengan agama lainnya.
Memberikan jaminan hak atas setiap jiwa (nyawa) individu, untuk tumbuh dan berkembang
secara layak. Dalam hal ini Islam menuntut adanya keadilan, pemenuhan kebutuhan dasar (hak
atas penghidupan) pekerjaan, hak kemerdekaan, dan keselamatan, bebas dari penganiayaan dan
kesewenang wenangan.
Merupakan jaminan atas kehidupan privasi setiap individu, perlindungan atas profesi
(pekerjaan), jaminan masa depan keturunan dan generasi penerus yang lebih baik dan
berkualitas. Free sex, zinah menurut syara’, homoseksual, adalah perbuatan yang dilarang karena
bertentangan dengan hifdh al nasl.
Dimaksudkan sebagai jaminan atas pemilikan harta benda, properti dan lain lain. Dan larangan
adanya tindakan mengambil hak dari harta orang lain, seperti mencuri, korupsi, monopoli,
oligopoli, monopsoni dan lain lain.
Lima prinsip dasar (al huquq al insaniyyah) di atas sangatlah relevan dan bahkan seiring dengan
prinsip prinsip hak hak asasi manusia dalam islam (HAM). Di samping itu, Islam sebagai agama
tauhid, datang untuk menegakkan kalimat Lâ ilâha illallâh, tiada Tuhan selain Allah. Suatu
keyakinan (aqidah) yang secara transendental, dengan menisbikan tuntutan ketaatan kepada
segenap kekuasaan duniawi
serta segala perbudakan individu dengan berbagai macam jenis kelamin, status sosial, warna
kulit dan lain sebagainya. Keyakinan semacam ini jelas memberikan kesuburan bagi tumbuhnya
penegakan HAM melalui suatu kekuasaan yang demokratis. Oleh karena itu, Munas Alim Ulama
merekomendasikan kepada PBNU agar rumusan rumusan HAM yang bersifat substansial ini,
menjadi sebuah konsep yang utuh untuk memperjuangkan terwujudnya al huquq al insaniyyah
(HAM) secara aktif dan sungguh sungguh di bumi Indonesia.
Sebab hukum demokrasi merupakan undang undang thagut, padahal kita diperintahkan agar
mengingkarinya, firmanNya.
(Oleh karena itu) barangsiapa yang mengingkari thagut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul (tali) yang amat kuat yang tidak akan
putus. Dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. [Al Baqarah/2 : 256]
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap tiap umat (untuk menyerukan) :
Sembahlah Allah (saja) dan jauhi thagut itu.[An Nahl/16 : 36]
Apakah kamu tidak memperhatikan orang orang yang diberi bahagian dari Al Kitab ?
Mereka percaya kepada jibt dan thagut, dan mengatakan kepada orang orang Kafir (musyrik
Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang orang yang beriman. [An Nisa/4 :
51]
Selain itu, demokrasi juga menyerukan kebebasan manusia secara menyeluruh dalam hal :
Kebebasan beragama
Kebebasan berpendapat
Kebebasan kepemilikan
Kebebasan bertingkah laku
Hukum demokrasi berlawanan dengan islam, tidak akan menyatu selamanya. Oleh karena itu
hanya ada dua pilihan, beriman kepada Allah dan berhukum dengan hukumNya atau beriman
kepada thagut dan berhukum dengan hukumnya. Setiap yang menyelisihi syari’at Allah pasti
berasal dari thagut.
Adapun orang orang yang berupaya menggolongkan hukum demokrasi ke dalam sistem syura,
pendapatnya tidak bisa diterima, sebab sistem syura itu teruntuk sesuatu hal yang belum ada nash
(dalilnya) dan merupakan hak Ahli Halli wal Aqdi yang anggotanya para ulama yang wara’
(bersih dari segala pamrih). Hukum demokrasi sangat berbeda dengan system syura seperti telah
dijelaskan di muka.
Hari kiamat tak bakalan terjadi hingga umatku meniru generasi generasi sebelumnya, sejengkal
demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Ditanyakan, “Wahai Rasulullah, seperti Persia dan
Romawi?” Nabi menjawab: “Manusia mana lagi selain mereka itu?” (HR. Bukhory no. 7319
dari Abu Hurairah r.a)
Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani (w. 852 H) dalam kitabnya, Fathul Bariy (13/301),
menerangkan bahwa hadist ini berkaitan dengan tergelincirnya umat Islam mengikuti umat lain
dalam masalah pemerintahan dan pengaturan urusan rakyat. Sekarang dapat kita rasakan
kebenaran sabda Beliau SAW,
dalam pemerintahan dan pengaturan urusan rakyat, sistem demokrasi dianggap sebagai sistem
terbaik, bahkan tidak jarang hukum Islam pun dinilai dengan sudut pandang demokrasi, kalau
hukum Islam tersebut dianggap tidak sesuai dengan demokrasi maka tidak segan segan dibuang
atau diabaikan.
Demokrasi yang telah dijajakan Barat ke negeri negeri Islam itu sesungguhnya adalah sistem
kufur. Tidak ada hubungannya dengan Islam, baik langsung maupun tidak langsung. Demokrasi
bertentangan dengan hukum hukum Islam dalam garis besar dan perinciannya, dalam sumber
kemunculannya, aqidah yang melahirkannya atau asas yang mendasarinya, serta berbagai ide dan
peraturan yang dibawanya.1
1
Sumber :https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-dan-ham-demokrasi-dalam-islam