Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PENGARUH TINDAK KEKERASAN TERHADAP KESEHATAN MENTAL

PEREMPUAN DAN ANAK-ANAK

LATAR BELAKANG

Kekerasan terhadap perempuan adalah suatu tindakan kekerasan yang berbasis gender
dan bisa mengakibatkan bahaya atau penderitaan fisik, seksual atau mental perempuan.
Kekerasan yang terjadi pada perempuan terdiri dari ancaman tindakan sejenis pemaksaan atau
pemerasan kebebasan secara sewenang-wenang, baik terjadi di ranah publik maupun kehidupan
pribadi. Kekerasan terhadap perempuan bisa saja terjadi pada siapapun baik anak-anak maupun
orang dewasa. Kekerasan tersebut dapat terjadi di berbagai tempat baik itu terjadi pada
kehidupan nyata atau juga kehidupan dalam bermedia sosial.

Berdasarkan Catatan Tahunan (CataHu) kekerasan terhadap perempuan tahun 2020,


sepanjang tahun tersebut ditemukan 299.911 kasus kekerasan terhadap perempuan (Komnas
Perempuan, 2020). Menurut data kekerasan terhadap perempuan dari Mitra Lembaga Layanan
pada tahun 2020, menyebutkan bahwa kekerasan yang menonjol adalah Ranah Personal (RP)
atau yang disebut KDRT/RP (Kekerasan Dalam Rumah Tangga/ Ranah Personal) yaitu sebanyak
79% (6.480 kasus). Diantaranya Kekerasan Terhadap Istri (KTI) menempati perngkat pertama
sebanyak 3.221 kasus (50%), Kekerasan dalam pacaran menpati posisi kedua dengan banyak
1.309 kasus (20%). Dan posisi ketiga adalah Kekerasan terhadap anak perempuan sebanyak 954
kasus (15%), sisanya adalah kekerasan oleh mantan pacar, mantan suami, dan kekerasan
terhadap pekerja rumah tangga. Dengan data tersebut bisa dikatakan bahwa negara Indonesia
sangat minim terhadap masalah ini.

Kekerasan terhadap perempuan biasanya identik dengan kekerasan fisik seperti


penganiayaan, atau juga kekerasan seksual seperti pemerkosaan. Kekerasan tersebut tidak hanya
dalam kekerasan fisik saja tetapi biasanya ada yang mengalami kekerasan secara psikis atau
mental. Perempuan yang menjadi korban kekerasan sering kali mereka disalahkan oleh
masyarakat. Tidak hanya disalahkan saja mereka juga kerap disepelekan oleh masyarakat sekitar.
Sasaran kekerasan seringkali tidak hanya kepada perempuan, melainkan juga kepada anak-anak
yang dinilai masih lemah untuk melawan balik pelaku tindak kekerasan.
Kekerasan terhadap anak adalah suatu tidakan kekerasan secara fisik, seksual, tindakan
menganiaya atau pengabaian anak tersebut. Kekerasan ini bisa saja terjadi di dalam rumah anak
tersebut, selain itu kekerasan ini juga bisa terjadi di sekolah, maupun di lingkungan bermain
mereka. Tidak hanya kekerasan terhadap perempuan saja yang kerap disepelekan oleh
masyarakat sekitar. Deputi Perlindungan Khusus Anak Komnas PPPA menjelaskan total kasus
kekerasan pada anak pada 2019 ada sebanyak 11,057 dengan jumlah korban 12,285, kemudian
pada tahun 2020 kasusnya meningkat menjadi sebanyak 11,278 dan jumlah korban meningkat
menjadi 12,425. Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan artikel ini adalah untuk
mengetahui hasil analisis pengaruh tindak kekerasan terhadap kesehatan mental perempuan dan
anak-anak.

METODE

Metode yang digunakan dalam artikel ilmiah ini adalah narrative review. Amin & Ramdhani.
(2014) menjelaskan terdapat empat tahapan dalam melakukan penelitian dengan literatur
narrative review, diantaranya yatu yaitu, 1). Memilih topik yang akan dituliskan, dalam artikel
ini membahas mengenai topik analisis pengaruh tindak kekerasan terhadap kesehatan mental
perempuan dan anak-anak 2). melacak dan memilih artikel yang cocok atau relevan, artikel yang
dipilih dalam analisis permaslahan berdasarkan sumber yang valid, 3). melakukan analisis dan
sintesis literatur dan, 4). Mengorganisasi penulisan review.
PEMBAHASAN

Perkembangan Tindak Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak-Anak di Indonesia.

Secara historis, kekerasan merupakan salah satu permasalahan yang sudah ada sejak
manusia itu diciptakan. Kekerasan merupakan sebuah terminologi yang sarat dengan arti dan
makna “derita”, baik dikaji dari perspektif psikologik maupun hukum, bahwa di dalamnya
terkandung perilaku manusia (seseorang/kelompok orang) yang dapat menimbulkan penderitaan
bagi orang lain, (pribadi/ kelompok) (Pasalbessy, 2010). Kekerasan dapat menimpa siapa saja,
baik laki-laki, perempuan, anak kecil maupun orang tua. Akan tetapi secara umum,
kekerasan lebih banyak menimpa anak-anak, terutama kaum perempuan. Oleh karena itu,
kekerasan terhadap anak-anak khususnya perempuan, menjadi topik sentral untuk segera dicari
solusi dan akar penyebabnya (Harnoko, 2010).
Jumlah kasus kekerasan setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Tercatat kasus
kekerasan anak pada tahun 2008 sebanyak 1.736 laporan kasus yang diadukan kepada Komnas
Perlindungan Anak. Jumlah tersebut meningkat pada tahun 2009 menjadi 1.998 kasus kekerasan
terhadap anak. Sekitar kurang lebih 62,7 persen dari 1.998 kasus kekerasan tersebut menyangkut
kekerasan seksual. Dan pada Powell, Pamela, ”Domestic Violence: An Overview”, Fact
Sheet.11-76. tahun 2010 tecatat sekitar 453 merupakan kekerasan fisi, dari 646 kekerasan
seksual dan 550 termasuk ke dalam kekrasan psikis, 69 kasus penculikan dan 30 kasus
pornografi. 4Berdasarkan Catatan Kompas Tahunan 2017 Komnas Perempuan mencatatkan
kasus kekerasan yang terjadi di Indonesia pada tahun 2016 dari 358 Pengadilan Agama tercatat
ada 245.548 kasus kekerasan dan data sejumlah 233 kasus kekerasan di 34 provinsi tercatat ada
13.602 kasus yang ditangani oleh Mitra Pengadaan Layanan. Dari jumlah data tersebut diperoleh
hasil sebanyak 259.150 kasus kekerasan tehadap perempuan yang terjadi di Indonesia
(Setyaningrum & Arifin, 2019).

Dilansir data terbaru dari Komnas Perempuan mencatat selama tahun 2020 terdapat 299.911
kasus kekerasan perempuan di Indonesia. Ini berdasarkan pelaporan yang bersumber dari
pengadilan negeri dan pengadilan agama sebanyak 291.677 kasus dan 8.234 kasus dari lembaga
layanan mitra Komnas Perempuan. Pemicu meningkatnya kekerasan ini adalah menurunnya
ekonomi keluarga serta konflik antar orang tua dan anak. Tingginya angka pernikahan dini juga
menjadi salah satu pemicu kekerasan tersebut. Rata-rata pelaku dari kekerasan ini adalah orang
yang berada di sekitar korban. Perempuan dan anak sangat rentan menjadi korban hal ini
dikarenakan mereka sangat mudah untuk dijadikan sasaran emosi pelaku dan masih kentalnya
budaya patriaki.

Kesehatan Mental Perempuan dan Anak-Anak Korban Tindak Kekerasan

Kekerasan yang diterima dan terjadi secara berulang-ulang merupakan situasi yang dapat
berdampak menyakitkan dan menekan seseorang yang mengalaminya. Setiap perbuatan yang
menimbulkan tekanan, ancaman, tindakan kriminal termasuk dalam problematika sosial. Kondisi
seperti ini akan cenderung menimbulkan tekanan-tekanan yang berakibat pada terganggunya
permasalahan psikis seseorang sebagai akibat dari tindak kekerasan yang terjadi. Permasalahan
tekanan psikis inilah yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dari korban tindak kekerasan
(Setyaningrum & Arifin, 2019).
Menurut Neerzara Syarifah Alfarizi (2014) Kesehatan mental adalah dimana kondisi
dimana batin kita dalam keadaan tentram, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati
kehidupan sehari-hari dan menghargai orang di sekitar. Kesehatan mental merupakan salah satu
hal penting yang harus diperhatikan. Banyak hal yang menyebabkan rusaknya mental seseorang
seperti, 1). Kekerasan dalam rumah tangga atau pelecehan lainnya, 2). Kekerasan pada anak atau
riwayat kekerasan pada masa kanak-kanak. 3). Faktor genetik atau terdapat riwayat pengidap
gangguan mental dalam keluarga, 4). Tinggal di lingkungan perumahan yang buruk, 5). Dan
lain-lain.

Dampak tindak kekerasan terhadap mental perempuan korban kekerasan yaitu kurang
memiliki rasa percaya diri, menghambat perempuan dalam kehidupan bersosial, dan menganggu
kesehatan serta fisik perempuan korban kekerasan. Hal ini didukung Masalahnya mungkin pada
persepsi masyarakat, baik secara keseluruhan maupun kaum perempuan itu sendiri, bahwa
kekerasan yang dialaminya adalah lebih baik untuk disembunyikan saja. Ini tentu ada kaitannya
dengan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat mengenai kedudukan perempuan selama
ini dalam masyarakat. Selain perempuan, kekerasan terhadap anak-anak dapat menyebabkan
kepercayaan diri dalam pertumbuhan jiwanya akan terganggu dan dapat menghambat proses
perkembangan jiwa dan masa depannya (Pasalbessy, 2010).

Tampaknya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan masalah


merupakan maslah yang serius, di mana kekerasan ini serigkali terjadi karena kesengjangan
ekonomis antara aki-laki dan perempuan dan pengambilan keputusan yang berbasis pada laki-
laki, ban kekerasan semakin kecil. Dari berbagai pengalaman selama ini, menurut Pasalbessy
(2010) solusi penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak sekaligus
upaya untuk menjaga kesehatan mental korban mesti mencakup beberapa hal, yaitu (1)
meningkatkan kesadaran perempuan akan hak dan kewajibannya di dalam hukum melalui latihan
dan penyuluhan (legal training); (2) meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
usaha untuk mengatasi terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak; (3)
meningkatkan kesadaran penegak hukum agar bertindak cepat dalam mengatasi kekerasan
terhadap perempuan maupun anak; (4) bantuan dan konseling terhadap korban kekerasan
terhadap perempuan dan anak agarterbebas dari rasa trauma; (5) melakukan kampanye anti
kekerasan; (6) pembaharuan sistem pelayanan kesehatan yang kondusif guna menanggulangi
kekerasan terhadap perempuan dan anak; (7) membentuk lembaga penyantum korban tindak
kekerasan dengan target khusus kaum perempuan dan anak-anak untuk berkonsultasi mengenai
psikologisnya; dan (8) meminta media massa (cetak dan elektronik) untuk lebih memperhatikan
masalah tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam pemberitaannya, termasuk
memberi pendidikan pada publik tentang hak-hak asasi perempuan dan anak-anak.
KESIMPULAN

Tindak kekerasan dapat menimpa kaum perempuan dan anak-anak karena dianggap merupakan
kaum yang lemah. Dampak tindak kekerasan terhadap mental perempuan korban kekerasan yaitu
kurang memiliki rasa percaya diri, menghambat perempuan dalam kehidupan bersosial, dan
menganggu kesehatan serta fisik perempuan korban kekerasan. Sedangkan kekerasan terhadap
anak-anak dapat menyebabkan kepercayaan diri dalam pertumbuhan jiwanya akan terganggu dan
dapat menghambat proses perkembangan jiwa dan masa depannya

DAFTAR PUSTAKA

Palbessy, J. D. 2010. Dampak Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak serta
Solusinya. Jurnal Sasi, 16(3): 8-13

Setyanngrum, A & Arifin R. 2019. Analisis Upaya Perlindungan dan Pemulihan terhadap
Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Khususnya Anak-Anak dan
Perempuan. Jurnal Ilmiah Muqoddimah, 3(1): 9-19

https://nasional.tempo.co/read/1439271/komnas-perempuan-ada-299-911-kasus-kekerasan-
terhadap-perempuan-sepanjang-2020/full&view=ok diakses pada 12 Oktober 2021
https://lombokpost.jawapos.com/nasional/27/09/2021/tahun-2020-terjadi-299-911-kasus-
kekerasan-perempuan-di-indonesia/ diakses pada 12 Oktober 2021
https://tirto.id/mengapa-ruu-pks-penting-untuk-melindungi-korban-ghEG diakses pada 12
Oktober 2021

https://www.unicef.org/indonesia/id/coronavirus/materi-kie-untuk-remaja-terkait-kesehatan-
mental?gclid=Cj0KCQjwwY- diakses pada 12 Oktober 2021
LBhD6ARIsACvT72OC4oxeyIKjFbXXuOpp86M_ukSUamVq4HAirY3mk_ypbOEYn4ghihca
AmUCEALw_wcB diakses pada 12 Oktober 2021
https://www.halodoc.com/kesehatan/kesehatan-mental diakses pada 12 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai