Anda di halaman 1dari 28

MODUL PRAKTIKUM

FARMASI FISIK 2

Tim Penyusun :
Siti Sutiyah, S.Si.,Apt.
Iin Siti Aminah, S.Si, Apt

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI YPIB MAJALENGKA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, akhirnya buku Petunjuk Praktikum


Farmasi Fisik ini dapat kami persembahkan. Buku ini dimaksudkan untuk membantu
praktikan dalam memahami praktikum farmasi fisik.

Praktikum Farmasi Fisik merupakan praktikum yang menggabungkan ilmu fisika


dengan ilmu farmasi. Ilmu fisika mempelajari tentang sifat – sifat fisika suatu zat baik
berupa sifat molekul maupun tentang sifat turunan suatu zat. Sedangkan ilmu farmasi
adalah ilmu tentang obat – obat yang mempelajari cara membuat, memformulasi
senyawa obat menjadi sebuah sediaan jadi yang dapat beredar di pasaran. Gabungan
kedua ilmu tersebut akan menghasilkan suatu sediaan farmasi yang berstandar baik,
berefek baik, dan mempunyai kestabilan yang baik pula.

Kami sadari bahwa buku petunjuk ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan
buku ini. Semoga buku ini bermanfaat.

Majalengka, Februari 2021

Tim Penyusun
TATA TERTIB LABORATORIUM
SEKOLAH TINGGI FARMASI YPIB MAJALENGKA

TEMPAT DAN WAKTU PRAKTIKUM


1. Praktek Farmasi Fisik dilaksanakan di Laboratorium Farmasi, Sekolah Tinggi
Farmasi YPIB Majalengka.
2. Waktu praktikum dilaksanakan sesuai dengan jadwal praktikum yang telah
ditentukan.
3. Praktikan harus berada di tempat praktikum selambat-lambatnya 10 menit
sebelum praktikum dimulai.
4. Praktikan yang datang terlambat lebih dari 15 menit dari waktu yang telah
ditentukan, tidak diperkenankan melakukan percobaan.
5. Praktikan hanya boleh melakukan percobaan jika telah melakukan pembicaraan
atau responsi.
6. Sebelum pembicaraan dimulai praktikan harus menyiapkan jurnal praktikum

KEBERSIHAN LABORATORIUM
1. Semua praktikan diwajibakan memakai jas laboratorium untuk menjaga
kerusakan akibat zat-zat kimia.
2. Tidak diperkenankan membuang sampah atau kertas saring pada bak pencuci,
buanglah sampah tersebut pada tempat yang telah disediakan.
3. Jika ada zat-zat kimia yang tumpah, harus cepat dibersihkan dengan air, karena
zat-zat tersebut dapat merusak meja praktikum jika tidak segera dibersihkan. Jika
terjadi kecelakaan cepat diberitahukan kepada asisten yang bertugas.
4. Selama praktikum, semua praktikan tidak diperbolehkan merokok dalam ruangan
laboratorium, makan dan minum serta tidak diperkenankan memakai sandal.
5. Berbicaralah seperlunya selama praktikum dan tidak diperkenankan mengganggu
ketenangan pekerjaan orang lain.
JURNAL, LAPORAN DAN PENILAIAN PRAKTIKUM

a. Laporan dibuat per kelompok


b. Laporan diisi dengan format :
 Judul percobaan,
 Tujuan,
 Dasar Teori,
 Alat dan Bahan,
 Prosedur Percobaan,
 Data Pengamatan dan Perhitungan.
 Pembahasan
 Kesimpulan
 Daftar Pustaka
 Lampiran
c. Laporan dibuat pada Lembar kerja ditulis tangan.
d. Laporan dibuat sesuai dengan format dan harus berisi: Tujuan Percobaan, Teori,
alat dan bahan, cara kerja, Hasil Pengamatan, Kesimpulan dan Daftar Pustaka
yang digunakan.
e. Laporan lengkap harus diserahkan sekurang-kurangnya satu minggu setelah
percobaan dilakukan. Jika dalam dua minggu belum memberikan laporan
percobaan, maka praktikan yang bersangkutan tidak diperkenankan mengikuti
praktikum selanjutnya sampai laporan diserahkan.
f. Penilaian praktikum ditentukan oleh hasil-hasil berikut:
Laporan 20%
Lain - lain 20 %
UTS 30 %
UAS 30 %

g. Praktikan yang mendapat nilai D diperkenankan untuk mengikuti ujian lagi bersama
rombongan baru, tanpa harus mengikuti kembali praktikum.
LAIN-LAIN

1. Praktikan wajib mengikuti semua kegiatan praktikum.


2. Praktikan yang tidak masuk karena sakit atau ada musibah/halangan harus
memberi surat keterangan dari orang tua/wali atau surat keterangan dokter.
3. Modul yang belum dikerjakan, diselesaikan pada waktu yang ditentukan atau
mengikuti kelompok lain dengan persetujuan koordinator laboratorium.
4. Setiap praktikum yang telah 2x berturut-turut tidak masuk praktikum, kegiatannya
dihentikan dan harus mengulang lagi bersama-sama rombongan baru.
5. Hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditentukan kemudian.
PRAKTIKUM 1
PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN ZAT

I. TUJUAN
 Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
 Menjelaskan pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat

II. DASAR TEORI


Suatu sifat fisika kimia yang penting dari suatu zat obat adalah kelarutan,
terutama kelarutan sistem dalam air. Jika kelarutan dari zat obat kurang dari yang
diinginkan, pertimbangan harus diberikan untuk memperbaiki kelarutannya (ansel,
1989). Kelarutan dari suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat
terlarut dan pelarut, juga bergantung pada temperatur, tekanan, pH dan untuk jumlah
yang lebih kecil, serta bergantung pada hal terbaginya zat terlarut (Martin, dkk, 1993).
Interaksi dapat terjadi antara pelarut dengan pelarut, pelarut dengan zat terlarut
dan zat terlarut dengan zat terlarut. Nilai atau deskripsi kualitatif beberapa parameter
fisika - kimia zat terlarutdan pelarut dapat membantu memberikan gambaranmengenai
kelarutan suatu obat. (Syamsuni, 2006).

Beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan :


1. Sifat polaritas zat terlarut dan pelarut
Aturan yang terkenal, yaitu like dissolve like, diperoleh berdasarkan
pengamatan bahwa molekul - molekul dengan distribusi muatan yang sama dapat
larut secara timbal balik, yaitu molekul polar akan larut dalam media yang serupa,
yaitu polar, sedangkan molekul non polar akan larut dalam media non polar.
2. Co-solvency
Co-solvency dapat dipandang sebagai modifikasi polaritas sistem pelarut
terhadap zat terlarut atau terbentuknya pelarut baru yang terjadinya interaksi antar
masing - masing individu pelarut dalam sistem campuran tidak mudah diduga. Co-
solvency adalah suatu peristiwa terjadinya kenaikan kelarutankarena penambahan
pelarut atau modifikasi pelarut.
3. Sifat kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang
sukar larut memerlukan banyak pelarut.
4. Suhu
Zat yang bertambah larut ketika suhu dinaikkan, memiliki sifat eksoterm.
Sedangkan zat yang tidak larut ketika suhu dinaikkan, memiliki sifat endoterm.
5. Salting out
Suatu peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan
lebih besar dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan penurunan
kelarutan zat utama.
6. Salting in
Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih
kecil dibandingkan zat utamanya, sehingga menyebabkan kenaikan kelarutan zat
utama.
7. Pembentukan kompleks
Suatu peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tidak larut dan zat
yang larrut dengan membentuk senyawa kompleks yang larut.
8. Common ion effect (Efek ion bersama)
Suatu peristiwa dimana terjadinya keseimbangan antara partikel padat
dengan larutan jenuhnya.
9. Hidrotopi
Suatu peristiwa bertambahnya kelarutan senyawa yang tidak larut atau
sukar larut dengan penambahan senyawa lain namun bukan zat surfaktan.
Mekanismenya hampir menyerupai salting in, kompleksasi atau kombinasi
beberapa faktor.
10. Ukuran partikel
Ukuran partikel zat terlarut terhadap sifat kelarutannya terjadi hanya jika
partikel mempunyai ukuran dalam mikron dan akan terlihat kenaikan kira - kira
10% dalamkelarutannya. Semakin kecil ukuran partikel semakin cepat melarut.

Solubilitas didefinisikan sebagai jumlah maksimum suatu zat yang benar -


benar dapat dilarutkan dalam sejumlah tertentu pelarut. Untuk meningkatkan
kelarutan suatu zat dalam air dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain
dengan pembentukan garam, pembentukan kompleks, peningkatan suhu, mengurangi
ukuran partikel atau menambahkan surfaktan (Augustin & Brewster, 2007).
Surfaktan adalah substansi yang dalam kadar rendah suatu sistem dapat
teradsorpsi pada permukaan dan dapat menurunkan tegangan muka atau energi bebas
permukaan. Bentuk antar muka ditujukan suatu batas antar dua fase yang tidak
saling campur, sedang permukaan biasanya menunjukan antar muka dimana salah
satu fase adalah fase gas atau udara. Surfaktan sering digunakan sebagai bahan
tambahan karena kemampuan mengemulsi, mensuspensi dan melarutkan obat serta
kecenderungan menambah adsorbsi obat. ( Rosen, 1978).
Salah satu sifat penting dari surfaktan adalah kemampuan untuk
meningkatkan kelarutan bahan yang tidak larut atau sedikit larut dalam medium
dispersi. Surfaktan pada konsentrasi rendah, menurunkan tegangan permukaan dan
menaikkan laju kelarutan obat (Martin, dkk. 1993).
Metode pengukuran kelarutan terdiri dari :
1. Penjenuhan
2. Penyaringan
3. Penetapan kadar

III. ALAT DAN BAHAN


ALAT :
 Buret
 Statif dan klem
 Batang pengaduk
 Kaca arloji
 Timbangan analitik
 Gelas ukur
 Gelas kimia
 Gelas erlenmeyer
 Labu ukur
 Pipet ukur
 Kertas saring
 Corong

Bahan :
 Asam benzoat
 Tween 80
 Aquadest
 NaOH 0,1 N
 Asam Oksalat
 Fenolftalein (PP)

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Pembakuan NaOH
Buat larutan NaOH 0,1 N dilarutkan dengan asam oksalat 0,1 N dengan indikator
PP 2 – 3 tetes.
2. Pembuatan Larutan Sampel
 Larutan dibuat dengan komposisi sebagai berikut dalam gelas kimia
: Bahan W1 W2 W3 W4 W5
Air (ml) 20 20 20 20 20
Tween 80 (g) 0,2 0,4 0,6 0,8 1
 Larutan tersebut masing - masing diaduk sampai homogen. Masing -
masing gelas kimia diberi label.
 Asam benzoat ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam masing - masing
larutan hingga diperoleh larutan yang jenuh.
 Larutan dikocok dengan batag pengaduk selama beberapa menit. Jika ada
endapan yang larut selama pengocokan, asam benzoat ditambahkan lagi
sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.
 Larutan disaring menggunakan corong dan kertas saring
3. Penentuan Kelarutan
Pipet 10 ml larutan sampel, ditambahkan indikator PP 3 tetes, titrasi dengan
larutan NaOH 0,1 N sampai timbul merah muda. Penetapan dilakukan secara
duplo (2 x) . Hitung kadarnya.
4. Buat grafik hubungan konsentrasi dengan prosentase campuran pelarut
V. DATA PENGAMATAN
Monografi zat :
 Asam Salisilatt :
 Asam Oksalat
 Asam Benzoat
 Natrium Hidroxydum

1. Pembakuan larutan baku

Asam Oksalat (H2C2O4) 0,1 N


Asam oksalat = …. gr
Dilarutkan dalam = Volume = …. ml

NaOH = ± 0,1 N
NaOH = …. gr
Dilarutkan dalam volume = …. ml

Titrasi 1 Vol Asam oksalat Vol NaOH


2
3

Vol NaOH x N NaOH = Vol As. Oksalat x N As. Oksalat


Vol NaOH = …..

2. Penentuan kelarutan
A. Hasil Titrasi Asam Benzoat

Larutan Vol NaOH (mL) Rata - rata


12
W1 W2 W3 W4 W5

B. Kadar Asam Benzoat

W = mL NaOH x N NaOH x BM x 100%


Vol. Pemipetan x 1000
3. Tabel Perbandingan Konsentrasi Tween 80 dengan Asam Benzoat yang terlarut

Wadah W1 W2 W3 W4Konsentrasi
W5 Tween 80 (%) 1 Konsentrasi Asam Benzoat (%)
2
3
4
5

4. Grafik Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan

Konsentrasi Asam Benzoat (%)

Tween 80
W1 (0,2) W2 (0,4) dst…

VI. PEMBAHASAN
VII. KESIMPULAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA
IX. LAMPIRAN
PRAKTIKUM 2
PENGARUH PELARUT CAMPURAN TERHADAP KELARUTAN ZAT

I. TUJUAN
 Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
 Menjelaskan pengaruh pelarut campuran terhadap kelarutan suatu zat

II. DASAR TEORI


Larutan merupakan disperse serba sama (homogen) dari suatu larutan dari zat
terlarut (solut) dalam pelarutnya (solvent). Untuk membuat larutan dibutuhkan
informasi tentang kelarutan zat yang akan dilarutkan. Kelarutan merupakan jumlah
(bagian) terbesar dari komponen (solute) yang dapat didistribusikan kepada
komponen lainnya (solvent) pada suhu dan tekanan tertentu sehingga menghasilkan
suatu disperse molekuler yang homogennya terdiri dari fase tunggal.
Laju tercapainya kelarutan maksimum (jenuh) disebut laju disolusi. Pelarut
digolongkan menjadi pelarut polar, semi polar atau non polar tergantung besarnya
ikatan yang bersangkutan.
Faktor yang mempengaruhi kelarutan :
1. Sifat alami solut
 Bobot moleku (BM) dimana BM besar maka kelarutan kecil.
 Susunan kimia dimana zat mudah terdisosiasi akan mudah larut.
 Bentuk polimorf = bentuk amorf akan lebih mudah larut dibandingkan
bentuk kristal
 Ukuran partikel dengan diameter kurang 5 mikrometer akan meningkatkan
kelarutan zat.
2. Sifat alami solvent
 Polarittas solvent solute non polar akan larut pada pelarut non polar
 Kemampuan solvatasi, solvatasi solute oleh solvent
Contoh alcohol atau air
3. Suhu
Kelarutan solute akan bertambah dengan kenaikan suhu
4. Zat tambahan
 Kompleksasi dan solubilitas dapat meningkatkan kelarutan
 pH, dimana perubahan pH dapat mengubah derajat disolusi/ ionisasi suatu
solute.
Metode pengukuran kelarutan terdiri dari :
4. Penjenuhan
5. Penyaringan
6. Penetapan kadar

Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti kelarutannya


dapat menggunakan standar istilah kelarutan yang terdapat dalam Farmakope
Indonesia yaitu sebagai berikut :
Istilah Kelarutan Jumlah yang diperlukan untuk melarutkan 1
bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut Larut 1 sampai 10
Agak sukar larut Sukar larut Sangat sukar larut Praktis tidak larut
10 sampai 30
30 sampai 100
100sampai 1000
1000 sampai 10.000
> 10.000

III. ALAT DAN BAHAN


ALAT :
 Buret
 Statif dan klem
 Batang pengaduk
 Kaca arloji
 Timbangan analitik
 Gelas ukur
 Gelas kimia
 Gelas erlenmeyer
 Labu ukur
 Pipet ukur
Bahan :
 Asam salisilat
 Etanol 95%
 Aquadest
 Propilen Glikol
 NaOH 0,1 N
 Asam Oksalat
 Fenolftalein (PP)

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Pembakuan NaOH
Buat larutan NaOH 0,1 N dilarutkan dengan asam oksalat 0,1 N dengan indikator
PP 2 – 3 tetes.
2. Pembuatan Larutan Sampel
Buat beberapa pelarut campuran yang terdiri dari air, etanol gliserin dan propilen
glikol dengan rasio tertentu. Masing – masing pelarut campur volumenya 20 ml.
Larutkan sampel sedikit demi sedikit sampai didapat larutan jenuh.
3. Penentuan Kelarutan
Pipet 10 ml larutan jernih sampel, tetapkan kadarnya secara titrasi asam basa.
4. Buat grafik hubungan konsentrasi dengan prosentase campuran pelarut

V. DATA PENGAMATAN
1. Monografi zat :
 Asam Salisilat :
 Asam Oksalat
 Natrium Hidroxydum
 Alkohol
 Gliserin
 PropilenGlikol

2. Pembakuan larutan baku

Asam Oksalat (H2C2O4) 0,1 N


Asam oksalat = …. gr
Dilarutkan dalam = Volume = …. ml

NaOH = ± 0,1 N
NaOH = …. gr
Dilarutkan dalam volume = …. ml

Titrasi 1 Vol Asam oksalat Vol NaOH


2
3

Vol NaOH x N NaOH = Vol As. Oksalat x N As. Oksalat


Vol NaOH = …..

3. Pembuatan larutan campuran

Bahan Uji Cosolven Air (ml) 18Etanol (ml) Gliserin (ml) PEG
16 2 0 (ml) 0
As Salisilat (500 mg) 1 16 4 0 0
2 16 2 2 0
3 2 0 2
4

4. Penentuan kelarutan

Pelarut campur Vol Sampel(duplo) LarutanVol NaOHKelarutan gr/ml

5. Grafik antara konsentrasi dengan pelarut campuran

Kelarutan (gr/ml)

Pelarut campur
6. Penentuan kadar :

Pelarut campurVol Larutan sampel (duplo) Vol NaOH Kelarutan (gr/ ml)

1
2
3
4

Perhitungan kadar :
% Kadar = Vol Sampel x N NaOH x Kesetaraan x 100 %
500 x0,1

VI. PEMBAHASAN
VII. KESIMPULAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA
IX. LAMPIRAN
PRAKTIKUM 3
STABILITAS BAHAN OBAT TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan stabilitas obat terhadap perubahan temperatur.

II. DASAR TEORI


Stabilitas bahan obat adalah kemampuan suatu bahan obat untuk mempertahankan sifat
dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat sebelum digunakan dengan
setelah digenakan (identitas, kekuatan, kualitas dan kemurniaan) dalam batasan yang
ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan.
Stabilitas obat juga merupakan derajat degradasi suatu obat dipandang dari segi kimia.
Stabilitas obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama penyimpanan. Pada
pembuatan obat harus diketahui waktu paruh suatu obat. Waktu paruh suatu obat dapat
memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan terurainya obat atau
kecepatan degradasi kimianya. Dengan mengetahui stabilitas obat dan waktu paruhnya kita
dapat mengetahui lamanya obat dapat disimpan atau waktu simpan. Shelf life atau masa
kadaluarsa adalah periode penggunaan dan penyimpanan yaitu waktu dimana suatu produk
tetap memenuhi spesifikasinya jika disimpan dalam wadahnya yang sesuai dengan kondisi
penjualan di pasar. Stabiltas obat sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu, semakin tinggi suhu
maka stabilitas suatu obat menurun.
Faktor - faktor yang dapat menyebabkan rusaknya suatu obat diantaranya panas, asam -
asam, alkali, oksigen, cahaya dan kelembaban.
Mekanisme degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan, pergantian spesies
atau perpindahan atom - atom dan ion - ion jika dua molekul bertabrakan dalm tabung reaksi
(Moechtar, 1989). Stabilitas obat perlu diuji untuk memberika bukti tentang mutu suatu bahan
dan atau produk obat yang berubah seiring waktu di bawah pengaruh faktor - faktor lingkungan
seperti suhu, kelembaban, dan cahaya. Selainn itu juga untuk menentapkan suatu periode uji
ulang untuh bahan obat tersebut atau masa edar untuk produk obat dan kondisi penyimpanan
yang direkomendasikan (Watson, 2009).
Jenis stabilitas yang umum dikenal adalah :
a. Stabilitas fisika meliputi penampilan, konsistensi, warna, aroma, rasa, kekerasan,
kerapuhan, kelarutan, pengendapan, perubahan berat, adanya uap, bentuk danukuran
partikel.
b. Stabilitas kimia meliputidegadrasi formulasi bentuk, kehilangan potensi (bahan aktif),
kehilangan bahan tambahan (pengawet, antikoksidan dll)
c. Stabilitas mikrobiologi meliputi perkembangbiakan mikroorganisme pada sediaan non
steril, sterilisasi dan perubahan efektifitas pengawet
d. Stabilitas terapi meliputi efek terapi tidak berubah
e. Stabilitas toksologi

Stabilitas berkaitan erat dengan laju reaksi dan orde reaksi.

Faktor - faktor yang mempengaruhisuatu obat


1. Profi sifat fisika kimia pada sediaan yag dibuat (termasuk eksipien dalam sistem
kemasan yang digunakan untuk formulasi sediaan)
2. Faktor - faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan cahaya

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Buret
2. Corong
3. Timbangan digital
4. Gelas erlenmeyer
5. Kertas indikator pH
6. Labu ukur
7. Pipet volume
8. Gelas kimia

Bahan :
1. Aquades
2. Asetosal
3. Natrium Sitrat
4. Natrium hidroksida
5. Asam Oksalat
6. Indikator fenolftalein (PP)

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Pembakuan Lar. NaOH 0,1 N dengan asam oksalat
Buat larutan NaOH 0,1 N dilarutkan dengan asam oksalat 0,1 N dengan indikator PP 2 – 3
tetes.
2. Membuat larutan yang mengandung 4% asetosal dan 10% natrium sitrat sebanyak 250 ml
 Timbang 10 g asetosal dan 25 g natrium sitrat.
 Masukkan Natrium sitrat 25 gram dalam labu ukur 250 ml, tambahkan air kurang lebih
200 ml
 Tambahkan asetosal dalam labu ukur, tambahkan air hingga tanda batas
 Diambil sebanyak 4 kali 50 ml, tandai sampel 1 s /d 4.
 Masukkan dalam wadah tertutup.

3. Menetukan Kadar Asetosal dalam berbagai variasi suhu dan waktu


 Sampel 1 s/d 4 dipanaskan di atas penangas air, dengan perlakuan yang berbeda
Sampel 1 → panaskan pada suhu 300 C
Sampel 2 → panaskan pada suhu 400 C
Sampel 3 → panaskan pada suhu 500 C
Sampel 4 → panaskan pada suhu 600 C
 Diambil 10 ml sampel masing - masing setelah menit ke 15 dan 30
 Titrasi dengan Larutan NaOH 0,1 N (Lakukan 2x) termasuk sampel awal
 Hitung kadar asetosal.
V. DATA PENGAMATAN
1. Monografi zat :
 Asetosal
 Asam Oksalat
 Natrium Hidroxydum
 Natrium sitrat

2. Pembakuan larutan baku


Asam Oksalat (H2C2O4) 0,1 N
Asam oksalat = …. gr
Dilarutkan dalam = Volume = …. ml

NaOH = ± 0,1 N
NaOH = …. gr
Dilarutkan dalam volume = …. ml

Titrasi 1 Vol Asam oksalat Vol NaOH


2
3

Vol NaOH x N NaOH = Vol As. Oksalat x N As. Oksalat


Vol NaOH = …..

3. Titrasi Larutan dengan variasi suhu dan waktu

Larutan Vol. Larutan Vol. NaOH Vol. Rata - rata


(ml) (ml) 1 2 (ml)
Sampel awal
Sampel 1 15 menit
30 menit
Sampel 2 15 menit
30 menit
Sampel 3 15 menit
30 menit
Sampel 4 15 menit
30 menit

4. Perhitungan Kadar larutan

VI. PEMBAHASAN
VII. KESIMPULAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA
IX. LAMPIRAN
PRAKTIKUM 4
PENENTUAN KEKENTALAN CAIRAN
DENGAN VISKOMETER OSTWALD
I. TUJUAN :
 Menerangkan arti viskositas dan rheologi
 Membedakan cairan newton dan cairan non newton
 Mengunakan alat-alat penentuan viskositas dan rheologi
 Menentukan viskositas dan rheologi cairan newton dan non newton

II. DASAR TEORI :


Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Makin besar resistensi suatu
zat cair untuk mengalir semakin besar pula viskositasnya. Rheologi adalah ilmu yang
mempelajari sifat aliran zat cair atau deformasi zat padat. Viskositas mula-mula diselidiki
oleh Newton, yaitu dengan mensimulasikan zat cair dalam bentuk tumpukan kartu.
Zat cair diasumsikan terdiri dari lapisan-lapisan molekul yang sejajar satu sama lain.
Lapisan terbawah tetap diam, sedangkan lapisan di atasnya bergerak dengan
kecepatankonstan,sehingga setiap lapisan akan bergerak dengan kecepatan yang berbanding
langsung denganjaraknya terhadap lapisan terbawah yang tetap. Perbedaan kecepatan dv
antara dua lapisan yangdipisahkan dengan jarak dx adalah dv/dx atau kecepatan geser (rate of
share). Sedangkan gayasatuan luas yang dibutuhkan untuk mengalirkanzat cair tersebut
adalah F/A atau tekanan geser (shearing stress).
Menurut Newton :
F/A = dv/dx
F/A = ηdv/dx
η = F/Adv/dx
η = koefisien viskositas, satuan Poise
Viskositas suatu zat dipengaruhi oleh suhu. Viskositas gas meningkat dengan
bertambah tingginya suhu, sedangkan viskositas zat cair menurun denganmeningginya suhu.
Hubungan antara viskositas dengan suhu tampak pada persamaan Arrhenius :

A : konstanta yang tergantung pada berat molekul dan volume molar zat cair
Ev : energi aktivasi
R : konstanta gas
T : suhu mutlak
Hampir seluruh sistem dispersi termasuk sediaan-sediaan farmasi yang berbentuk
emulsi,suspense, dan sediaan setengah padat tidak mengikuti hukum Newton. Viskosita
cairan semacamini bervariasi pada setiap kecepatan geser, sehingga untuk mengetahui sifat
alirannya dilakukan pengukuran pada beberapa kecepatan geser. Untuk menentukan
viskositasnya diper-gunakan viscometer rotasi Stormer.
Berdasarkan grafik sifat alirannya (rheogram), cairan non Newton terbagi dalam dua
kelompok, yaitu :
1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi waktu. Kelompok ini terbagi atas tiga jenis,
yakni :
a) Aliran plastik
b) Aliran pseudoplastik
c) Aliran dilatan

2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu.


Kelompok ini terbagi atas tiga jenis, yakni :
a) Tiksotropik
b) Antitiksotropik
c) Rheopeksi

Peralatan yang digunakan untuk mengukur viskosita dan rheologi suatu zat cair
disebut viskometer. Ada dua jenis viskometer, yaitu :
1) Viskosimeter Satu Titik
Viskosimeter ini bekerja pada titik kecepatan geser, sehingga hanya dihasilkan
satu titik pada rheogram. Ekstrapolasi dari titik tersebut ke titik nol akan menghasilkan
garislurus. Alat ini hanya dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan
Newton.Yang termasuk dalam jenis ini misalnya viskosimeter kapiler, bola jatuh,
penetrometer, plastometer ,dll.
2) Viskosimeter Banyak Titik
Dengan viskosimeter ini dapat dilakukan pengukuran pada beberapa harga
kecepatangeser sehingga diperoleh rheogram yang sempurna. Viskosimeter jenis ini dapat
jugadigunakan baik untuk menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton maupun
Non Newton. Yang termasuk ke dalam jenis viskosimeter ini adalah viskosimeter rotasi
tipe Stormer, Brookfield, Rotovico, dll.
Cairan yang mengikuti hukum Newton, viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan
tertentu dan tidak tergantung pada kecepatan geser. Oleh karena itu, vis-kositanya cukup
ditentukan pada satu kecepatan geser. Viskometer yang dapat dipergunakan untuk
keperluan itu adalah viskometer kapiler atau bola jatuh. Apabila digambarkan antara
kecepatan geser terhadap tekanan geser, maka diperoleh grafik garis lurus melalui titik
nol seperti gambar grafik dibawahini. Contoh cairan Newton adalah minyak jarak,
kloroform, gliserin, minyak zaitun, dan air.
Viskometer bola jatuh merupakan viskosimeter satu titik yang digunakan unt
uk menentukan viskositas cairan newton. Viskosimeter ini bekerja pada satu titik
kecepatan geser, sehingga hanya dihasilkan satu titik pada rheogram. Pada viskometer ini
sampel dan bola diletakkan dalam tabung gelas dan dibiarkan mencapai temperatur
keseimbangan dengan air yang berada dalam jaket di sekelilingnya pada temperatur
konstan. Tabung dan jaket air tersebut kemudian dibalik, yang akan menyebabkan bola
berada padapuncak tabung gelas dalam. Waktu bagi bola tersebut untuk jatuh antara dua
tanda diukur dengan teliti dan diulangi beberapa kali.
Prinsip kerja dari viskometer bola jatuh adalah mengukur kecepatan bola jatuh
melalui cairan dalam tabung pada suhu tetap. Viskometer Hoeppler, seperti terlihat pada
Gambar, merupakan alat yang ada dalam perdagangan berdasarkan pada prinsip ini. Pada
viskosimeter Hoeppler tabungnya dipasang miring sehingga kecepatan bola jatuh akan
berkurang sehingga pengukuran dapat dilakukan lebih teliti. Viskometer ini cocok
digunakan untuk cairan yang mempunyai viskositas yang sukar diukur dengan
viskosimeter kapiler.
Selanjutnya, viskositas cairan dapat dihitung dengan persamaan stokes yaitu :
η = 2r2(ρ1-ρ2)g/9v
Keterangan : r = jari-jari bola (cm)
ρ 1= bobot jenis bola
ρ 2= bobot jenis cairan
g = gaya gravitasi
v = kecepatan bola (cm.detik -1)
Persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi
: η= B(ρ1-ρ2)t
Keterangan : B = konstanta bola
T = waktu tempuh boal jatuh(detik)

III. ALAT DAN BAHAN :

Alat Bahan
1. Viskometer ostwald 1. Propilen glikol
2. Piknometer 2. Aquadest
3. Timbangan analitik 3. gliserin
4. Gelas ukur

IV. CARA KERJA


A. Penetuan Kekentalan Cairan Dengan Viskometer Ostwald
1) Viskometer dibersikan dan dikeringkan
2) Cairan yang akan ditentukan kekentalanya di masukan melalui pipa a sampai
ruang r penuh terisi
3) Cairan dihisap melalui pipa b sampai naik melewati garis m
4) Cairan dibiarkan turun sampai garis n
5) Catat waktu yang dibutukan cairan untuk mengalir dari garis m ke n
6) Lakukan 3 kali pengulangan data

V. DATA HASIL PENGAMATAN :


A. Penentuan Kerapatan Cairan
1). Air
Bobot Pikno Kosong (W1) = ……. g
Bobot Pikno + Air (W2) = ……. g
Bobot Pikno + Sample-Air (W3) = ……. g
Bobot Air = ……. g
Kerapatan Air (ρ) =
W3-W1 =..........................g/mol
W2-W1

2). Gliserin
Bobot Pikno Kosong (W1) =..........g
Bobot Pikno + Air (W2) =..........g
Bobot Pikno + Gliserin (W3) =..........g
Bobot Gliserin =..........g
Kerapatan Gliserin (ρ) =
W3-W1 =.............................g/mol
W2-W1
3). Propilen Glikol
Bobot Pikno Kosong (W1) =.............g
Bobot Pikno + Air (W2) =.............g
Bobot Pikno + Propilenglikol (W3) =.............g
Bobot Propilenglikol =.............g
Kerapatan Propilen Glikol (ρ) =
W3-W1 =...............................g/mol
W2-W1
4). Alkohol
Bobot Pikno Kosong (W1) =.............g
Bobot Pikno + Air (W2) =.............g
Bobot Pikno + Alkohol (W3) =.............g
Bobot Alkohol =.............g
Kerapatan Alkohol (ρ) =
W3-W1 =.................................g/mol
W2-W1

B. Penentuan Nilai Viskositas

Waktu
Bahan
Percobaan 1Percobaan 2Percobaan 3Rata-Rata
Air Alkohol Gliserin
Propilen Glikol

Viskometer Ostwald
η 1 = t 1 ρ1
η 2 = t 2 ρ2
Diketahui :
η Air : 0,89 cp (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th edition)
v Viskositas Alkohol = ……

VI. PEMBAHASAN
VII. KESIMPULAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA
IX. LAMPIRAN
PRAKTIKUM 5
PENENTUAN KEKENTALAN CAIRAN
DENGAN VISKOMETER BOLA JATUH
I. TUJUAN :
 Menerangkan arti viskositas dan rheologi
 Membedahkan cairan newton dan cairan non newton
 Mengunakan alat-alat penentuan viskositas dan rheologi
 Menentukan viskositas dan rheologi cairan newton dan non newton

II. DASAR TEORI :


Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Makin besar resistensi suatu
zat cair untuk mengalir semakin besar pula viskositasnya. Rheologi adalah ilmu yang
mempelajari sifat aliran zat cair atau deformasi zat padat. Viskositas mula-mula diselidiki
oleh Newton, yaitu dengan mensimulasikan zat cair dalam bentuk tumpukan kartu.
Zat cair diasumsikan terdiri dari lapisan-lapisan molekul yang sejajar satu sama lain.
Lapisan terbawah tetap diam, sedangkan lapisan di atasnya bergerak dengan
kecepatankonstan,sehingga setiap lapisan akan bergerak dengan kecepatan yang berbanding
langsung denganjaraknya terhadap lapisan terbawah yang tetap. Perbedaan kecepatan dv
antara dua lapisan yangdipisahkan dengan jarak dx adalah dv/dx atau kecepatan geser (rate of
share). Sedangkan gayasatuan luas yang dibutuhkan untuk mengalirkanzat cair tersebut
adalah F/A atau tekanan geser (shearing stress).
Menurut Newton :
F/A = dv/dx
F/A = ηdv/dx
η = F/Adv/dx
η = koefisien viskositas, satuan Poise
Viskositas suatu zat dipengaruhi oleh suhu. Viskositas gas meningkat dengan
bertambah tingginya suhu, sedangkan viskositas zat cair menurun denganmeningginya suhu.
Hubungan antara viskositas dengan suhu tampak pada persamaan Arrhenius :

A : konstanta yang tergantung pada berat molekul dan volume molar zat cair
Ev : energi aktivasi
R : konstanta gas
T : suhu mutlak
Hampir seluruh sistem dispersi termasuk sediaan-sediaan farmasi yang berbentuk
emulsi,suspense, dan sediaan setengah padat tidak mengikuti hukum Newton. Viskosita
cairan semacamini bervariasi pada setiap kecepatan geser, sehingga untuk mengetahui sifat
alirannya dilakukan pengukuran pada beberapa kecepatan geser. Untuk menentukan
viskositasnya diper-gunakan viscometer rotasi Stormer.
Berdasarkan grafik sifat alirannya (rheogram), cairan non Newton terbagi dalam dua
kelompok, yaitu :
3. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi waktu. Kelompok ini terbagi atas tiga jenis,
yakni :
a) Aliran plastik
b) Aliran pseudoplastik
c) Aliran dilatan

4. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu.


Kelompok ini terbagi atas tiga jenis, yakni :
a) Tiksotropik
b) Antitiksotropik
c) Rheopeksi

Peralatan yang digunakan untuk mengukur viskosita dan rheologi suatu zat cair
disebut viskometer. Ada dua jenis viskometer, yaitu :
1) Viskosimeter Satu Titik
Viskosimeter ini bekerja pada titik kecepatan geser, sehingga hanya dihasilkan
satu titik pada rheogram. Ekstrapolasi dari titik tersebut ke titik nol akan menghasilkan
garislurus. Alat ini hanya dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan
Newton.Yang termasuk dalam jenis ini misalnya viskosimeter kapiler, bola jatuh,
penetrometer, plastometer ,dll.
2) Viskosimeter Banyak Titik
Dengan viskosimeter ini dapat dilakukan pengukuran pada beberapa harga
kecepatangeser sehingga diperoleh rheogram yang sempurna. Viskosimeter jenis ini dapat
jugadigunakan baik untuk menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton maupun
nonNewton. Yang termasuk ke dalam jenis viskosimeter ini adalah viskosimeter rotasi
tipeStormer, Brookfield, Rotovico, dll.
Cairan yang mengikuti hukum Newton, viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan
tertentu dan tidak tergantung pada kecepatan geser. Oleh karena itu, vis-kositanya cukup
ditentukan pada satu kecepatan geser. Viskometer yang dapat dipergunakan untuk
keperluan itu adalah viskometer kapiler atau bola jatuh. Apabila digambarkan antara
kecepatan geser terhadap tekanan geser, maka diperoleh grafik garis lurus melalui titik
nol seperti gambar grafik dibawahini. Contoh cairan Newton adalah minyak jarak,
kloroform, gliserin, minyak zaitun, dan air.
Viskometer bola jatuh merupakan viskosimeter satu titik yang digunakan unt
uk menentukan viskosita cairan newton. Viskosimeter ini bekerja pada satu titik
kecepatan geser, sehingga hanya dihasilkan satu titik pada rheogram. Pada viskometer ini
sampel dan bola diletakkan dalam tabung gelas dan dibiarkan mencapai temperatur
keseimbangan dengan air yang berada dalam jaket di sekelilingnya pada temperatur
konstan. Tabung dan jaket air tersebut kemudian dibalik, yang akan menyebabkan bola
berada padapuncak tabung gelas dalam. Waktu bagi bola tersebut untuk jatuh antara dua
tanda diukur dengan teliti dan diulangi beberapa kali.
Prinsip kerja dari viskometer bola jatuh adalah mengukur kecepatan bola jatuh
melalui cairan dalam tabung pada suhu tetap. Viskometer Hoeppler, seperti terlihat pada
Gambar, merupakan alat yang ada dalam perdagangan berdasarkan pada prinsip ini. Pada
viskosimeter Hoeppler tabungnya dipasang miring sehingga kecepatan bola jatuh akan
berkurang sehingga pengukuran dapat dilakukan lebih teliti. Viskometer ini cocok
digunakan untuk cairan yang mempunyai viskositas yang sukar diukur dengan
viskosimeter kapiler.
Selanjutnya, viskositas cairan dapat dihitung dengan persamaan stokes yaitu :
η = 2r2(ρ1-ρ2)g/9v
Keterangan : r = jari-jari bola (cm)
ρ 1= bobot jenis bola
ρ 2= bobot jenis cairan
g = gaya gravitasi
v = kecepatan bola (cm.detik -1)
Persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi
: η= B(ρ1-ρ2)t
Keterangan : B = konstanta bola
T = waktu tempuh boal jatuh(detik)

III. ALAT DAN BAHAN :

Alat Bahan
1. Viskometer bola jatuh 1. Propilen glikol
2. Piknometer 2. Aquadest
3. Timbangan analitik 3. gliserin
4. Gelas ukur

IV. CARA KERJA


A. Penentuan Kekentalan Cairan Dengan Viskometer Bola Jatuh
1) Pasang alat dan perangkat pada posisi yang tara
2) Tabung gelas diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalanna, kemudian tutup
tabung dengan hati-hati dan jangan sampai terdapat gelembung udara di dalamnya.
3) Masukan bola yang sesuai dan apabila bola sudah turun melampaui garis awal,
kembalikan bola pada posisi semula dengan car membalikan tabung
4) Catat waktu tempuh bola melalui tabung mulai garis awal sampai garis akhir
dalam detik
5) Tentukan Bobot Jenis / Kerapatan Dengan Piknometer
6) Hitung Kekentalan Cairan Dengan Persamaan
: ɳ = t (sb – sr)B
Keterangan :
ɳ = kekentalan
t = waktu bola jatuh (dtk)
sb = kerapatan bola yang digunakan
sr = kerapatan cairan sampel
B = konstanta bola

V. DATA HASIL PENGAMATAN :


A. Penentuan Kerapatan Cairan
1). Air
Bobot Pikno Kosong (W1) = ……. g
Bobot Pikno + Air (W2) = ……. g
Bobot Pikno + Sample-Air (W3) = ……. g
Bobot Air = ……. g
Kerapatan Air (ρ) =
W3-W1 =..........................g/mol
W2-W1

2). Gliserin
Bobot Pikno Kosong (W1) =..........g
Bobot Pikno + Air (W2) =..........g
Bobot Pikno + Gliserin (W3) =..........g
Bobot Gliserin =..........g
Kerapatan Gliserin (ρ) =
W3-W1 =.............................g/mol
W2-W1
3). Propilen Glikol
Bobot Pikno Kosong (W1) =.............g
Bobot Pikno + Air (W2) =.............g
Bobot Pikno + Propilenglikol (W3) =.............g
Bobot Propilenglikol =.............g
Kerapatan Propilen Glikol (ρ) =
W3-W1 =...............................g/mol
W2-W1
4). Alkohol
Bobot Pikno Kosong (W1) =.............g
Bobot Pikno + Air (W2) =.............g
Bobot Pikno + Alkohol (W3) = ……… g
Bobot Alkohol = ……… g
Kerapatan Alkohol (ρ) =
W3-W1 =.................................g/mol
W2-W1

B. Penentuan Nilai Viskositas

Waktu
Bahan
Percobaan 1Percobaan 2Percobaan 3Rata-Rata
Air Alkohol Gliserin
Propilen Glikol

Viskometer Bola Jatuh


Order No.- Ball No. Made of DensityDiameterConstant
of KRecomm, (approx.)Measuring
)ρ(the ball mPa s cm3/ grange
g/cm3mm smPa s
0,0070,6 - 10
800-00021 Boron15,81
silica+glass2,2
0,0
1
800-00032 Boron silica glass2,215,6 + 0,050,09 7 - 130
800-00043 Nickel iron alloy8,115,6 + 0,050,09 30 - 700
800-00054 Nickel iron alloy8,115,2 + 0,10,7 200 - 4800
800-00065 W.-No. 40347,7-8,114,0 + 0,54,5 800 -10000
800-00076 W.-No. 40347,7-8,111,0 + 133 6000-75000
Tabel 1 . Tabel Data Pemilihan Bola pada Viskometer Bola Jatuh
Rumus Perhitungan Viskositas :
η = t (Sb-Sr) B
v Viskositas Gliserin
η = t (Sb-Sr) B
v Viskositas Propilen Glikol
η = t (Sb-Sr) B
Data literatur (Sumber : Handbook of
Excipient) Viskositas air : 0,89 cp
Rho gliseirn : 1, 2626 g/cm3
Rho propilenglikol : 1,038 g/cm3
Visko p : 58,1 cp

VI. PEMBAHASAN
VII. KESIMPULAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA
IX. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai