Anda di halaman 1dari 5

PENGANTAR

Penyakit umum yang masih terjadi di klinik adalah tukak lambung. Tukak lambung adalah luka di
sekitar lapisan lambung atau duodenum. Menurut data RSUP Dr Sarjito Yogyakarta tahun 2008,
kejadian penyakit maag sebanyak 35 orang dua diantaranya meninggal dunia. Lambung normal
memiliki mekanisme pertahanan dan perusak. Kedua sistem bekerja secara seimbang, sehingga tidak
ada kerusakan atau cedera. Faktor perusak lambung dapat terjadi dari dalam seperti HCL, pepsin dan
garam empedu. Faktor kedua dari luar seperti obat-obatan, alkohol, dan bakteri. Apabila terjadi
ketidakseimbangan antara kedua faktor di atas, seperti faktor kelemahan pertahanan atau faktor
destruktif yang lebih kuat dapat membuat kerusakan pada sel-sel lambung, akhirnya akan membuat
sakit maag (Akil, 2007). Garis besar terapi pada pasien tukak lambung bertujuan untuk
menghilangkan keluhan (nyeri atau dispepsia), menyembuhkan atau meningkatkan pemulihan
tukak, mencegah kekambuhan dan komplikasi. Dari alasan itulah kita perlu menggunakan obat
tradisional sebagai terapi alternatif. Hal ini akan mencapai tujuan pengobatan tanpa menambah
beban pasien (Tarin, 2007). Hal ini sesuai dengan peran perawat dalam praktik keperawatan
komplementer yang dapat diterapkan di klinik seperti penggunaan terapi herbal. Terapi
komplementer saat ini menjadi tren kesehatan di seluruh dunia. Buktinya di Inggris setiap tahunnya
ada 5 juta orang yang berkonsultasi dengan praktisi terapi komplementer. Pengobatan
Komplementer atau Alternatif (CAM) tidak diakui oleh warga negara Indonesia. Mereka telah
mengenal terapi komplementer adalah terapi tradisional (Kilbey, 2005). Beberapa tanaman obat
tradisional yang sering dimanfaatkan masyarakat adalah gambir dan teh. Gambir (Uncaria gambir
Roxb) adalah sejenis getah yang berasal dari ekstrak yang dikeringkan dan diperas daun dan ranting
tanaman yang bernama Gambir. Zat aktif yang terkandung dalam gambir adalah katekin, bahan
alami yang bersifat antioksidan. Selain Gambir, teh hijau juga digunakan untuk pengobatan masalah
pencernaan yang paling tinggi kandungan katekin (polifenol). Katekin berperan sebagai antimikroba
dan antioksidan yang baik untuk diet penyakit saluran cerna, selain itu katekin dapat merangsang
prostaglandin yang dapat mencegah terjadinya tukak lambung (Indrawati, 2008).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan True Experimental Laboratory dan post test
only control group design dengan pendekatan yang dilakukan di Laboratorium Biomedik Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2015.
Pengambilan sampel dengan teknik alokasi acak untuk intervensi persalinan. Satu kelompok hewan
uji sebagai kelompok kontrol normal, kelompok kontrol negatif (air suling), kelompok kontrol positif
(ranitidine), dan tiga kelompok perlakuan rebusan daun teh hijau dicampur ekstrak gambir dengan
dosis 0,5 kali dosis biasa, 1 waktu dan 2 kali dosis biasa dosis biasa. Penelitian ini diamati secara
post-test menggunakan mikroskopis pada perbesaran 400 kali pada 10 lapang pandang. Pembuatan
campuran rebusan terdiri dari daun teh hijau sebanyak 20 mg dan gambir sebanyak 10 mg. Kedua
bahan ini direbus dengan air hingga menghasilkan 200 ml menjadi 100 ml dan diubah menjadi dosis
tikus dengan 70kg manusia. Rumusnya adalah 0,018 pada tikus dengan berat badan 200gr. Setelah
itu diamati tingkat kedalaman histologis lambung dan jumlah sel inflamasi. Tingkat keparahan ulkus
dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu kedalaman ulkus 0,25 mukosa (+), kedalaman ulkus 0,5 mukosa
(+2), kedalaman ulserasi mukosa 0,75 (+3), Kedalaman ulkus meliputi seluruh mukosa (+4),
kedalaman ulkus mencapai muskularis (+5) dan kedalaman ulkus mencapai serosa (+6). Penyebaran
sel radang dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu jumlah sel radang 0-20 normal; jumlah sel inflamasi
21-100 ringan; sel inflamasi lebih dari 101 adalah berat.
HASIL DAN DISKUSI Penelitian dilakukan pada hewan coba yang terbagi menjadi kontrol normal,
kontrol air suling, kontrol ranitidin, pemberian campuran rebusan daun teh hijau dan gambir
berbagai efek dosis sebagai anti tukak lambung pada tikus putih betina. Hal ini dapat dibuktikan
dengan data rate kedalaman ulkus pada masing-masing kelompok. Persentase kedalaman tukak
lambung pada kelompok kontrol normal 100% mendapatkan tukak kondisi ringan, kelompok kontrol
negatif suling 100% mengalami tukak berat, kelompok perlakuan 0,5 kali dosis biasa mengalami
tukak berat, kelompok perlakuan 1 dosis sering mengalami tukak (40 % saat ini, 40% berat, 20%
parah), dosis kelompok 2 umumnya mengembangkan ulkus (80% sedang, 20% parah), dan kelompok
kontrol positif ranitidin 100% kategori ulserasi sedang. Persentase penyebaran jumlah sel inflamasi
pada kontrol normal mendapatkan 100% penyebaran sel inflamasi normal, kelompok kontrol negatif
100% air suling telah menyebarkan jumlah berat sel inflamasi, 0,5 kali dosis kelompok perlakuan dan
satu kali dosis dan kontrol positif ranitidine 100% mengalami wabah jumlah sel radang ringan,
sedangkan pada kelompok perlakuan 2 kali dosis biasa 80% terjadi penyebaran sel radang ringan dan
20% berat. Data tersebut dapat diinterpretasikan ke dalam kategori kedalaman tukak lambung dan
distribusi jumlah sel inflamasi masing-masing kelompok dan dianalisis menggunakan Kruskal Wallis
non parametrik dilanjutkan dengan Mann Whitney menggunakan SPSS 22 for windows. Tingkat
kepercayaan dalam analisis ini adalah 95% atau taraf signifikansi 5% (P<0,05). Tabel 1. Hasil Statistik
Kruskall Wallis kondisi sel radang ulkus tiap kelompok (n = 30)

Berdasarkan uji Mann Whitney pada tabel 4.2 didapatkan nilai p yang berbeda antar kelompok baik
pada kedalaman ulkus maupun penyebaran sel inflamasi. Uji ini digunakan untuk mengetahui sejauh
mana perbedaan antar kelompok ditunjukkan dengan p < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang
signifikan antar kelompok. Saat ini lambung manusia sering terpapar aspirin, alkohol dan zat beracun
lainnya yang menyebabkan erosi pada mukosa superfisial. Penyakit tersebut dikenal dengan
gastritis, maag, nyeri ulu hati yang merupakan peradangan pada lapisan mukosa, gastritis Penderita
yang mengalami masalah berkepanjangan akan menyebabkan luka pada dinding lambung. Ini
disebut tukak lambung (Hadi, 2006). Segala bentuk pengobatan tukak lambung dilakukan demi
mendapatkan kesehatan yang lebih baik, salah satunya yang sangat digemari masyarakat Indonesia
adalah memanfaatkan tanaman obat tradisional. Tanaman obat tradisional memiliki efek samping
yang minimal dibandingkan dengan obat modern. Salah satu taman obat tradisional yang digunakan
masyarakat saat mengalami keluhan lambung yaitu daun teh hijau (Camellia sinensis) dan gambir
(Uncaria gambir Roxb). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh campuran daun teh
hijau dan rebusan gambir terhadap citra histologis lambung tikus yang diinduksi etanol. Proses
pembuatan borok menggunakan etanol 0,6 ml/100gr kemudian diberikan campuran daun teh hijau
dan rebusan gambir pada kelompok perlakuan P1, P2, dan P3 menggunakan berat badan
0,9ml/100gr. Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi hasil efek bahan didasarkan pada
kedalaman ulkus dan penyebaran sel inflamasi menggunakan metode mikroskopis.

Induksi tukak lambung dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan etanol 80% yang juga
dilakukan pada penelitian ini. Etanol sebagai agen pembentuk maag memiliki jalur utama
metabolisme alkohol yaitu dehidrogenat (ADH). ADH adalah enzim sitosol yang mengkatalisis
perubahan alkohol menjadi asetaldehida. Enzim ini sering ditemukan di hati tetapi juga di organ lain
seperti otak dan perut (Masters, 2002). Selain menggunakan etanol, aspirin dapat digunakan sebagai
bahan pembentuk ulkus, namun aspirin lebih sulit larut dalam air dibandingkan etanol pembentuk
ulkus. Diharapkan lebih sempurna dengan etanol dan cepat bereaksi di saluran cerna. Pada setiap
bagian preparat histologi tukak lambung diamati keparahan dan prevalensi sel inflamasi pada 10
lapang pandang. Tingkat keparahan tukak lambung dibagi menjadi enam kategori: kedalaman tukak
ringan hingga 0,25 mukosa (+), kedalaman tukak naik 0,5 mukosa (+2), kedalaman ulkus berat hingga
0,75 (+3), kedalaman tukak lambung hingga 0,75 (+3). Ulkus yang sangat berat menutupi seluruh
mukosa (+4), kedalaman ulkus mencapai muskularis (+5), dan kedalaman ulkus mencapai serosa
(+6). Penyebaran sel radang dibagi menjadi tiga kategori: jumlah sel radang 0-20 (normal), jumlah sel
radang 20-100 (ringan), dan jumlah sel radang lebih dari 101 (berat).

Pada Gambar 1 yang ditandai dengan x merah adalah kondisi jaringan yang mengalami tukak
lambung, kemudian yang bertanda putih y jaringan lambung yang meradang. Berdasarkan kondisi
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kontrol negatif sulingan dari lambung kontrol normal dan
kontrol positif ranitidine memiliki ulkus yang berat, dari ketiga kelompok perlakuan dicampur daun
teh hijau (camellia sinensis) dan gambir (uncaria gambir) kelompok 2 kali pengobatan dosis biasa
memiliki kedalaman ulkus dibandingkan dengan dua kelompok perlakuan lainnya. Yang menarik dari
penelitian ini adalah terjadinya maag pada kategori ringan pada kelompok normal, kemungkinan
penyebabnya adalah pada saat penelitian diberikan pakan yang tidak sesuai dengan standar pakan
tikus menurut WHO karena kesulitan mendapatkan pakan dipasaran. Pakan yang tersedia di pasaran
seperti pakan untuk unggas. Hal ini dimungkinkan untuk bereaksi terhadap perut tikus putih, tetapi
penelitian ini memegang prinsip homogenitas dalam pemberian makan pada kelompok kontrol dan
perlakuan. Tabel 2. Merupakan hasil pengolahan data statistik bahwa terdapat perbedaan
kedalaman ulkus yang sangat signifikan antara kelompok kontrol normal dengan kontrol air suling
dengan p = 0,003, kelompok kontrol normal campuran daun teh hijau dan rebusan gambir dengan
dosis bervariasi dan memiliki nilai p<0,05, serta kontrol normal dengan kontrol positif ranitidin
memiliki nilai p= 0,003.

Kemudian dapat dianalisis bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata antara kelompok kontrol
air suling dengan kelompok perlakuan campuran daun teh hijau dan rebusan gambir serta kontrol
positif ranitidin yang ditunjukkan dengan nilai p<0,05. Perbedaan nilai yang sangat nyata pada
perlakuan kontrol campuran daun teh hijau dan rebusan gambir 0,5 kali dosis biasa dengan kontrol
ranitidin. Pengamatan statistik dilakukan pada penyebaran jumlah sel inflamasi. Terdapat perbedaan
yang sangat nyata antara kelompok kontrol normal air suling ditunjukkan dengan nilai p= 0,003,
kelompok normal dengan campuran daun teh hijau dan rebusan gambir 0,5 kali dosis biasa,
kelompok dosis biasa, 2 kali dosis biasa, dan kontrol positif. Kelompok ranitidin adalah p<0,05. Hal
yang sama terjadi pada perbandingan penyebaran antara perlakuan sel radang dengan akuades
dengan perlakuan campuran daun teh hijau dan rebusan gambir dosis bervariasi, dan kontrol positif
ranitidin terdapat perbedaan yang nyata. Perbandingannya hanya antara kelompok perlakuan
campuran daun teh hijau dan rebusan gambir dengan dosis 0,5 kali dosis biasa, 2 kali dosis biasa.
Ada perbedaan yang sangat signifikan dalam tingkat kedalaman ulkus. Namun jika dilihat antara
kelompok perlakuan campuran daun teh hijau dan rebusan gambir P1 dengan P2 dan P2 dengan P3
tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Perbedaan nyata juga terjadi antara kelompok campuran
daun teh hijau dan rebusan gambir P3 dengan kontrol ranitidine, hal ini membuktikan bahwa
pengaruh perbaikan campuran daun teh hijau dan gambir dengan 2 kali dosis yang biasa digunakan
di masyarakat tidak berbeda nyata dengan ranitidine dalam hal memperbaiki tukak lambung tikus
yang diinduksi etanol.
Pada penyebaran jumlah sel radang terdapat nilai yang tidak bermakna antar kelompok perlakuan
yaitu 0,5 kali dosis biasa, 1 kali dosis biasa, dan 2 kali dosis biasa dengan nilai p=0,05. Dapat
disimpulkan bahwa campuran daun teh hijau (camellia sinensis) dan rebusan gambir (uncaria
gambir) memiliki kesamaan dengan obat standar ranitidine dalam hal penyebaran sel inflamasi pada
lambung tikus yang diinduksi etanol. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya tentang zat
aktif dalam gambir yaitu katekin. Hasil penelitian bahwa gambir memiliki efek antioksidan yang
tinggi (Kassim & et al, 2011). Jalur penelitian lain bahwa teh hijau (camellia sinensis), menunjukkan
efek perlindungan terhadap kanker lambung dan gastritis kronis (Setiawan & Zhang, 2001).
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian menggunakan dua zat pada teh hijau
dan gambir menggunakan tikus yang diinduksi etanol. Pada kondisi lambung normal memiliki
permukaan lumen dan hubungan antar sel epitel lambung yang rapat. Ini memiliki fungsi sebagai
penghalang mukosa lambung hampir seluruhnya kedap terhadap difusi kembali ion hidrogen dari
lumen. Dalam kondisi tertentu, hambatan dapat terganggu oleh beberapa zat seperti asam empedu,
salisilat, etanol, dan asam lemah organik lainnya. Dapat menyebabkan kerusakan sel, pelepasan
histamin dari sel mast, stimulasi sekresi asam yang lebih merusak pembuluh darah kecil, perdarahan
mukosa dan erosi atau ulserasi (McGuigan, 2000).

Penelitian ini membuktikan teori sebelumnya yang berhubungan dengan agen perusak mukosa
lambung yang pada akhirnya menyebabkan tukak yaitu etanol 80% dengan dosis 0,6ml/100gr.
Permukaan epitel saluran pencernaan dapat mempertahankan keutuhannya melalui beberapa cara
antara lain sitoprotektif seperti pembentukan dan sekresi mukus, sekresi bikarbonat dan aliran
darah. Selain itu, terdapat mekanisme protektif pada epitel mukosa seperti restriksi dan mekanisme
difusi balik ion hidrogen melalui epitel, netralisasi asam oleh bikarbonat dan proses regenerasi
epitel. Secara teori ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi dan tukak lambung
yaitu faktor agresif dan defensif pada mukosa duodenum lambung. Selain stres psikologis, merokok,
alkohol, penggunaan NSAID, obat imunosupresan, dan usia memiliki hubungan dengan penurunan
kadar prostaglandin yang berkontribusi terhadap terjadinya tukak lambung (Yuan et al, 2006).

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian dan analisis statistik terbukti bahwa campuran daun teh hijau (camellia
sinensis) dan rebusan gambir (uncaria gambir roxb) dapat digunakan sebagai terapi komplementer
untuk penyembuhan tukak lambung. Zat aktif yang berperan dalam penyembuhan tukak lambung
dari gambir dan teh adalah katekin sebagai antioksidan, dalam hal ini katekin menghambat reaksi
oksidasi dan menghambat pelepasan radikal bebas dari tukak yang dibentuk oleh agen kerosif
alkohol 80%. Beberapa zat yang berperan dalam proses penyembuhan penyakit maag dan radang
lambung adalah flavonoid dan fenol. Kedua zat tersebut berfungsi untuk meningkatkan sekresi
prostaglandin sehingga reaksi difusi balik asam lambung dapat dicegah (Indrawati, 2008). Hal ini
sangat tepat dilakukan oleh perawat dalam pelayanan kesehatan karena terapi komplementer
khususnya herbal mendapatkan legal formal dari pemerintah dalam Permenkes No.
HK.02.02/Menkes/148/1/2010 sejak tahun 2010.
Banyak perawat terdaftar di seluruh dunia menggunakan terapi komplementer dengan produk
alami. Mereka menganggap bahwa terapi ini adalah pendekatan yang sangat holistik. Itu dapat
diterapkan melalui hubungan antara pikiran, tubuh, dan jiwa. Hal ini juga diyakini oleh tokoh
keperawatan Florence Nightingale yang dalam bukunya mengatakan bahwa keperawatan membawa
kita kembali ke kondisi kesehatan alam terbaik dan setiap individu berpusat pada dirinya sendiri
dalam penyembuhan (CARNA, 2006). Peran perawat dalam hal terapi komplementer khususnya
herbal sudah sangat jelas yaitu sebagai praktisi perawat baik di fasilitas pelayanan kesehatan
maupun kehidupan pelayanan sebagai individu. Hasil penelitian ini sangat signifikan dari campuran
teh hijau dan rebusan gambir untuk memperbaiki sakit maag dan peradangan, namun untuk dapat
dipercaya dan dapat digunakan oleh orang-orang dengan aman, perlu proses penelitian selanjutnya
dengan waktu yang lebih lama dan subjek yang lebih banyak dengan harapan. Kedua zat tersebut
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

Anda mungkin juga menyukai