Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KOMUNITAS
Disusun untuk memenuhi tugas Praktikum Keperawatan Komunitas
Dosen pengampu Lintang Titisari, S.Kep., Ns

Disusun oleh :

1. Riska Yunia Dewi (1910201136)


2. Nur Farida (1910201138)
3. Agus Susiawan (1910201139)
4. Danie Ditya Kusuma (1910201140)
5. Eka Latifah Hanum (1910201141)
6. Nuzul Fathu Rohman (1910201143)
7. Satria Febri Dwi H (1910201144)
8. Annisa Muksin Putri (1910201145)
9. Alifia Aufa Sihana (1910201146)
10. Florensya Iin W K P (1910201147)
11. Isna Rahmarani (1910201148)
12. Diva Aulia Febian (1910201149)
13. Rita Anggraini (1910201150)

KELOMPOK B5
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISIYAH YOGYAKARTA
2021/2022
I. Konsep Dasar Teori
A. Definisi Komunitas dan Kesehatan Masyarakat
Menurut Kontjaraningrat, komunitas adalah sekumpulan manusia yang saling
bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak, 2007). Komunitas adalah
kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain,
saling mengenal serta memiliki minat dan interest yang sama. Komunitas adalah
kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan di bawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama di mana mereka tinggal, kelompok
sosial yang memiliki interest yang sama (Riyadi, 2007).

Komunitas perawatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan


gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau sakit yang diberikan secara
komprehensif melalui upaya promotif, preventif , kuratif dan rehabilitatif serta
resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif
masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang
dihadapi serta memecahkan masalah tersebut (Elisabeth, 2007).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok
dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh
karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan
membantu masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup
mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang
optimal (Elisabeth, 2007).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai
subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan
dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama
diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status
kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).
B. Definisi Keperawatan Komunitas
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual
secara komperhensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat
maupun sakit mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan professional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan, dan melibatkan klien dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi
pelayanankeperawatan.
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi berbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari
(Efendi, 2009). Keperawatan sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan tujuan
untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor
melalui pencegahan primer, sekunder, tersier. Peningkatan kesehatan berupa pencegahan
penyakit ini bisa melalui pelayana keperawatan langsung dan perhatian langsung
terhadap seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan
masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, dan kelompok. Peningkatan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses dimana individu,
keluarga dan lembaga masyarakat swasta mengambil tanggung jawab terhadap
masyarakat atas kesehatan diri keluarga dan masyarakat, mengembangkan kemampuan
untuk menyehatkan diri, keluarga dan masyarakat serta menjadi pelaku atau perintis
kesehatan dan peminpin yang menggerakan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan
berdasarkan azas kemandirian dan kebersamaan. Dari hal tersebut masyarakat dapat
berperan serta dengan menyumbangkan tenaga, pikiran atau pengetahuan, sarana, dana
yang dimilikinya untuk upaya kesehatan.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama
(Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup
sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab,
serta etika profesi lanjutan (Riyadi, 2007).
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa
keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health)
dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif
dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan
(Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal
sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2005).
Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu institusi
yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).

1. Prinsip perawatan kesehatan masyarakat


Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu :
a. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang
besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan
kerugian (Mubarak, 2005).
b. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).
c. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan
lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan
utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
d. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai
dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
e. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa
alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).

2. Tujuan keperawatan kesehatan komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu,
keluarga dan kelompok di dalam konteks komunitas serta perhatian langsung terhadap
kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat.
a. Tujuan Umum
Meningkatan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh
dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
secara mandiri.
b. Tujuan khusus
1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
2) Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah
keperawatan.
3) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan
asuhan keperawatan.
4) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan
dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.
5) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut dan
asuhan keperawatan di rumah.
6) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang
memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas.
7) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju
keadaan sehat optimal.

3. Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas


Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam keperawatan
kesehatan masyarakat, yaitu :
a. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar,
tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan (Elisabeth, 2007).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat,
pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang
kesehatan (Mubarak, 2005).
b. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat
sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu,
keluarga, dan kelompok khusus, perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya
peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat
menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan
sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat (Elisabeth, 2007).
c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan
manfaat. Partisipasi klien/ masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan
inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth, 2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat
digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal
ini memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan
keahlian masing- masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi
peningkatan kesehatan masyarakat (Elisabeth, 2007).
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses
pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif
kepada masyarakat, antara lain : adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru,
dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).
Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada
masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan
masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas,
kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Elisabeth, 2007).
4. Sasaran praktik keperawatan komunitas
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok
khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan
atau perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :
a. Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,
pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social,
psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
b. Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara
bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.
Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia
dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa
aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
c. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Yang termasuk kelompok khusus adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhannya, seperti:
 Ibu hamil
 Bayi baru lahir
 Balita
 Anak usia sekolah
 Lansia
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
 Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin
lainnya.
 Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, yaitu:
 Wanita tunasusila
 Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
 Kelompok pekerja-pekerja tertentu, dan lain-lain
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
• Panti werdha
• Panti asuhan
• Pusat-pusat rehabilitasi
• Penitipan balita
d. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerja sama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai
satu kesatuan sosial dengan batas- batas yang telah ditetapkan dengan jelas.
Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung
dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota
masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan osial, kebudayaan,
perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.

Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek


keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi
individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).

a. Individu sebagai klien


Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,
pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial,
psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian klien (Riyadi, 2007).
b. Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara
bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.
Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dalam lingkup kebutuhan dasar manusia
dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa
aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi,
2007).
c. Masyarakat sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tetentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama (Riyadi,
2007).
C. Asumsi dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas Menurut
ANA (American Nurses Associationi)
1. Asumsi
a. Sistem pemeliharaan yang kompleks.
b. Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
c. Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar
praktek penelitian.
d. Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.
e. Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer.
2. Kepercayaan
a. Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
b. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
c. Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.
d. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
e. Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
f. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang lama.
g. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
h. Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara mandiri
dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.
D. Paradigma dan Falsafah Keperawatan Komunitas
Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu
manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987). Kesehatan
dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan
melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang
berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L.,
ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah,
tanah, iklim, dan perumahan. Contoh, di suatu daerah mengalami wabah diare dan
penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya
sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling
menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk
pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok
dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada
lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan
manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya dan
lingkungan spiritual.
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka
dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik
keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas
merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-
psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas
pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi
keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal
penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan pelayanan keperawatan sehingga
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan
manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia
yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima
oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara
berkesinambungan.
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer
pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus-menerus. Individu dalam suatu masyarakat ikut
bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong,
mendidik dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
E. Peran Perawat Komunitas (Provider of Nursing Care)
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya
adalah:
1. Penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan yang
ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
2. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang
diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan
psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik
dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan
emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase
pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan
kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan
strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan
selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).
3. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam
bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang
bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
4. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas.
Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial
yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak
klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,
memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak,
2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan
dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil
persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepadanya. Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien,
harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi
dengan banyak petugas keschatan (Mubarak, 2005).
5. Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
6. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama
dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain
dalam kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan klien. Tindakan
kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang
lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).
7. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan
di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat diberikan kepada
klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
8. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan
melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
9. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan dan
mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Pelayanan dari
semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak
profesional (Mubarak, 2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader)
Pembawa perubahan adalah sescorang atau kelompok yang berinisiatif merubah
atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem.
Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk
berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,
mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan
dan membimbing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan. Dengan
menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk merencanakan,
melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan, keterampilan, perasaan
dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005).
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider and
Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada
masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau
pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran
perawat komunitas.

F. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas


Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan (curatif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta
memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan
sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan
komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
d. Olahraga secara teratur
e. Rekreasi
f. Pendidikan seks
2. Upaya preventif
Upaya preventif ditunjukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas ataupun
kunjungan rumah.
c. Pemberian vitamin A dan Yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di
rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
3. Upaya kuratif
Upaya kuratif ditunjukkan untuk merawat dan mengobati anggota anggota keluarga,
kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui
kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan
rumah sakit
c. Perawatan inu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
d. Perawatan payudara,
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Upaya rehabilitasi
Upaya rehabilitasi merupakan upaya pemulian kesehatan bagi penderita penderita
yang di rawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang
menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya.
Dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta,
patah tulang maupun kelainan bawaan.
b. Latihan latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisiotrapi manual
yang mungkin dilakukan perawat.
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-
kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit,
misalnya kusta, AIDS, atau kelopok-kelompok masyarakah khusus seperti Wanita
Tuna Susila (WTS), Tuna Wisma dll. Di samping itu, upaya resosialitatif meyakinkan
masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah
kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kexehatan yang mereka
derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan
batasan yang jelas dan dapat dimengerti.
G. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas
1. Kesehatan Lingkungan
Lingkunagna dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala
sesuatunya di mana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara
langsung maupun tida langsung serta ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun
kesehatan dan organisme tersebut (Efendi, 2009).
Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai sesuatu kondisi lingkungan
yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan
bahagia (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia). Menuruh WHO (2005),
lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia
dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (Efendi, 2009).
Dalam mengatasi masalah lingkungan, pemerintah menggalakkan Program
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) merupakan program nasional yang bersifat lintas sektor di
bidang sanitasi. Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI
pada Agustus 2008.
Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
adalah menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu dengan menggunakan
pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:
a. Tidak BAB sembarangan
b. Mencuci tangan pake sabun
c. Mengelola air minum dan makanan yang aman
d. Mengelola sampah dengan benar
e. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman

Menurut WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai


berikut:

a. Penyediaan air minum


b. Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vector
e. Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh ekskresi manusia
f. Higenis makanan, termasuk higenis susu
g. Pengendalian pencemaran udara
h. Pengendalian radiasi
i. Kesehatan kerja
j. Pengendalian kebisingan
k. Perumahan dan pemukiman
l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
m. Perencanaan darerah dan perkotaan
n. Pencegahan kecelakaan
o. Rekreasi umum pariwisata
p. Tindkan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi (wabah),
bencana alam dan perpindahan penduduk
q. Tindakan pencegahan yang diperlukkan untuk menjamin lingkungan

Menurut pasal 22 ayat 3 Undang Undang nomor 23 tahun 1992, terdapat delapan
ruag lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:

a. Penyehatan air dan udara


b. Pengamanan limbah padat atau sampah
c. Pengamanan limbah cair
d. Pengamanan limbah gas
e. Pengamanan radiasi
f. Pengamanan kebisingan
g. Pengamanan vektor penyakit
h. Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencan.
2. Perilaku Masyarakat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu simulus atau suatu tindakan
yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari
maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi
(Wawan A & Dewi M, 2010).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan serta lingkungan. Batasan ini memliki 2 unsur pokok, yaitu respons dan
stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat aktif (tindakan
yang nyata atau pratice). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4
unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit, seistem pelayanan kesehatan, makanan dan
lingkungan. (Wawan A & Dewi M, 2010), yaitu:
a. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar
b. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atay tidak sadar
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa manfaat bagi
kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan. Sebaliknya ada yang disengaja
atau tidak disengaja berdampak merugikan kesehatan (Wawan A & Dewi M, 2010)
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas
Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu metode atau proses yang bersifat
alamiah, sistematis, dinamis, kontinu dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan dari klien, keluarga serta kelompok atau masyarakat melalui langkah-
langkah: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. Dalam penerapan
proses keperawatan (nursing process), terjadi proses alih peran dari tenaga keperawatan
kepada klien (sasaran) secara bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai kemandirian
sasaran dalam menyelesaikan masalah kesehatannya (Herawati & Neny FS, 2012).
A. Pengkajian
Pengkajian komunitas (comminity assessment) adalah proses pengumpulan data yang
berhubungaan dengan status kesehatan komunitas dan merupakan sumber data untuk
perumusan diagnosa keperawatan. Pengkajian komunitas merupakan suatu upaya untuk
dapat mengenal masyarakat. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah
mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang mempengaruhi
kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan strategi promosi kesehatan
(Herawati & Heny FS, 2012).
Jenis data yang dikumpulkan pada pengkajian secara umum dapat diperoleh dari data
subyektif dan data obyektif. Data subyektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau
masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang
diungkapkan secara langsung melalui lisan. Data obyektif yaitu data yang diperoleh
melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran. Sedangkan sumber data dapat
diperoleh dari data primer dan sekunder, dengan pendekatan kuantitatif maupun
kualitatif. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh pengkaji berdasarkan hasil
pengkajian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber lain yang dipercaya. Metode
pengumpulan data yang dapat dilakukan yaitu: wawancara informasi (informasi
interview), analisis sekunder, observasi atau pengamatan (windshield survey) (Herawati
& Neny FS, 2012). Salah satu model pengkajian yang dapat dilakukan adalah “Betty
Neuman”. Pada model ini terdapat 8 komponen yang harus dikaji, ditambah dengan data
inti dari masyarakat itu sendiri (Community core).
 Community core (data lain)
 Histori dari komunitas, kaji sejarah perkembangan komunitas.
 Data demografi: umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, ras tipe keluarga,
status perkawinan.
 Vital statistik: angka kelahiran, angka kematian, angka kesakitan.
 Agama, nilai keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
 Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neumen):
1. Lingkungan fisik: perumahan yang dihuni oleh penduduk, bagaimana
penerangaannya, sirkulasi dan kepadatan penduduk.
2. Pendidikan: apakah ada sarana pendidikan yang digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan. Status pendidikan (SD, SMP, dll) baik di dalam maupun di luar
komunitas.
3. Keamanan dan transportasi: bagaimana keselamatan dan keamanan dilingkungan
tempat tinggal, apakah tidak menimbulkan stress. Transportasi apa yang tersedian
di komunitas.
4. Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: apakah cukup
menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai
bidang termasuk kesehatan, jenjang pemerintah depkes.
5. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini gangguan atau
merawat atau memantau apaabila gangguan sudah terjadi.
6. Sistem komunikasi: sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di
komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan
penyakit. Misalnya televisi, radio, koran atau leatflet yang diberukan kepada
komunitas.
7. Sistem ekonomi: tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah
sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas UMR
sehingga upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan pada anjuran untuk konsumsi
jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
8. Rekreasi: apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas. Rekereasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas
untuk membantu mengurangi stressor.

 Status kesehatan komunitas


Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara lain
angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMRM serta cakupan imunisasi.
Pengimpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah
kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil
untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial
ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi (Mubrak, 2005).

Pengumpulan data yang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:


 Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya jawab
antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang
berkaitan dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan
ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh
pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara atau anmnesa
dicatat dalam format proses keperawatan (Mubrak, 2005).
 Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik,
psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosa keperawatan.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat
dalam format proses keperawatan (Mubrak, 2005).
 Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan
yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik
yang dilakukan dalam upaya membantu menegakkan diagnosa keperawatan
dengan cara inpeksi, perkusi, auskultasi dan Palpasi (Mubarak,2005).
Pengolahan data

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara
sebagai berikut :

 Klasifikasi data atau kategori data


 Penghitungan prosentase cakupan
 Tabulasi data
 Interpretasi data
Analisis data

Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang demikian sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masayrakat apakah itu masalah Kesehatan
atau masalah keperawatan (Mubarak,2005).

Penetuan masalah atau perumusan masalah Kesehatan

Berdasarkan Analisa data dapat diketahui masalah Kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi oleh masayarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan
intervensi. Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi
sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah (Mubarak 2005).

Prioritas masalah

Dalam menentukan prioritas masalah Kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu


mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria diantaranya adalah (Mubarak 2005):

1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Tersedianya sumberdaya masyarakat
6) Aspek politis
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang
aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul
kemudian. Jadi diagnosa keperawatan adalah suatu peryataan yang jelas , padat dan pasti
tentang status dan masalah Kesehatan yang dapat diatasi dengan Tindakan keperawatan.
Dengan demikian diagnose keperawatan ditetapkan berdasakan masalah yang ditentukan
diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status Kesehatan masyarakat
baik yang nyata (aktual), dan mungkin terjadi (Mubarak,2009). Diagnosa keperawatan
ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi terhadap stressor yang ada. Selanjutnya
dirumuskan dalam 3 komponen: problem, etiologi, symptom (Herawati & Neny FS,
2012).
Contoh : resiko terjadinya peningkatan ISPA pada warga didesa X sehubungnya
dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarkat terhadap peningkatan status
Kesehatan ditandai dengan tingginya angka kejadian ISPA pada 6 bulan terakhir yaitu
25% berdasarkan data puskesmas.
Masalah Kesehatan yang ditentukan di masyarakat dapat disampaikan dalam
pelaksanaan lokakarya mini atau istilah lainya musyawara masyarakat Desa/RW(MMRW
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyususn rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanankan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Mubarak,2009). Tahap
berikutnya dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus
dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif,preventif, kuratif dan
rehabilitative. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan
sasaran kegiatan untuk mengatas masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis
keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan
maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana
tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat seperti dana,sarana,tenaga
yang teredia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai
berkut:
a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara
untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan
masyarakat.
b. Tahap perorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan
kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan
(pokjakes)adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara
bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan
kemampuan masyarakat berperan serta dalam pembangunan kesehatan di wilayahnya
c. Tahap pendidian
 Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
 Melakukan pennngkajian
 Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
 Melatih kader
 Keperawatan langsung terhadap indivindu, keluarga dan masyarakat
d. Tahap formasi kepemimpinan
e. Tahap koordinasi intersektoral
f. Tahap akhir
Untuk lebih singakatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai
berikut:
 Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
 Demontrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
 Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan
fisik dan laboratorium
 Bekerjasama dengan aparat pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau
komnitas bila stressor dari lingkunga
 Rujukan kerumah sakit bila diperlukan
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun. Dalam pelaksanaa tindakan keperawatan,perawat kesehatan masyarakat
harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak
puskesmas, bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak, 2009). Prisip yang digunakan
dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah:
a. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri denga perkembangan ilmu engetahuan dan teknologi (IPTEK)dan
berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak,2009)
b. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama profesi, tim
kesehatan lain, indivindu,keluarga,kelompok dan masyarakat berdasarkan azas
kemitraan (Mubarak, 2009).
c. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan kesehatan keperawatan
harus menggunakan pegetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program
yang telah disusun (Mubarak, 2009)
d. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian
dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten (Mubarak, 2009)
e. Urgen
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemapuanya dan
bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatn yang diberikan akan
tercapai.

Dalam pelaksanakan tindakan keperawatan ,perawat betanggung jawab untuk


melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya:
a) Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi,
mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.
b) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.
c) Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas

Pada pencegahan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan


yaitu:

a) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi
sehat, mencangkuppada kegiatan kesehatan seara umum serta perlindungan
khusus terhadap penyakit contoh: imunisasi,penyuuhan gizi,simulasi dan
bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan drajat kesehatan masyarakat telah ditemukan masalah kesehatan .
pencegahan sekunder ini menekan kan pada diagnose dini dan tindakan untuk
menghambat proses penyakit. Contoh: mengkaji ketelatar belakangan tumbuh
kembang anak.
c) Pencegahan tersier yaitu kegiatan yang menekan pengambilan indivindu pada
tingkat berfungsinya secara optimal dari ketindakmampuan keluarga contoh:
membantu keluarga yang mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi
untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke posyandu.
E. Evaluasi
Evaluasi membuat keberhasilan proses dan keberhasilan tidakan keperawatana.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pendoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku
kehidupansehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan
tujuan yang telah ditetapkan atau dirumskan sebelumnya (Mubarak,2009). Kegiatan yang
dilakukan dalam penilaian:
a) Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yag telah ditetapkan
b) Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan
pelaksanaan
c) Hasil penilaian keperawatan digunakan sebahai bahan perencanaan selanjutnya
apabila masalah belum teratasi
d) Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi
dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap implemetasi yang telah
dilakukan.
Sedankan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah:
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian degan perencanan,peran staf atau
pelaksana tindakan ,fasilitas dan jumlah peserta
c. Efektifitas kerja apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat uas
terhadap tindakan yang dilaksanakan
d. Efisien biaya bagaiamanakah pencarian sumber dana dan penggunaanya serta
keuntungan program
e. Dampak apakah status kesehatan meniningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa
perubahan yag terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun
Daftar Pustaka

https://id.scribd.com/doc/204374348/LP-ASKEP-KOMUNITAS-docx

Anda mungkin juga menyukai