0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan6 halaman
Dokumen tersebut membahas berbagai metode pengendalian patogen secara fisis, mekanis, hayati, dan terpadu. Metode fisis mencakup pemanasan tanah dan bahan tanaman untuk menghilangkan patogen. Metode mekanis meliputi pemangkasan bagian tanaman yang terinfeksi. Metode hayati berfokus pada penggunaan mikroorganisme antagonis dan perubahan lingkungan untuk mempromosikan antagonisme. Pengendalian terpadu melibatkan kombinasi berbag
Dokumen tersebut membahas berbagai metode pengendalian patogen secara fisis, mekanis, hayati, dan terpadu. Metode fisis mencakup pemanasan tanah dan bahan tanaman untuk menghilangkan patogen. Metode mekanis meliputi pemangkasan bagian tanaman yang terinfeksi. Metode hayati berfokus pada penggunaan mikroorganisme antagonis dan perubahan lingkungan untuk mempromosikan antagonisme. Pengendalian terpadu melibatkan kombinasi berbag
Dokumen tersebut membahas berbagai metode pengendalian patogen secara fisis, mekanis, hayati, dan terpadu. Metode fisis mencakup pemanasan tanah dan bahan tanaman untuk menghilangkan patogen. Metode mekanis meliputi pemangkasan bagian tanaman yang terinfeksi. Metode hayati berfokus pada penggunaan mikroorganisme antagonis dan perubahan lingkungan untuk mempromosikan antagonisme. Pengendalian terpadu melibatkan kombinasi berbag
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2021 I. PENGENDALIAN PATOGEN SECARA FISIS, MEKANIS, HAYATI, DAN TERPADU A. Pengendalian patogen secara fisis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : Secara pemanasan a. Termoterapi Digunakan pada bibit tanaman berupa umbi, bibit berupa potongan. Mampu mengendalikan jamur dan nematoda, serta mendapatkan bibit bebas virus. Efektfitas : Agar termoterapi dapat dilakukan, maka patogen harus lebih peka daripada jaringan inangnya. Penggunaan teknik ini terbatas karena banyak biji tanaman yang lebih peka terhadap panas. b. Soil-steaming Metode : Dilakukan di rumah kaca di daerah beriklim sedang. Secara teori, selama pemasan, suhu ditetapkan 90˚C atau lebih dan dipertahankan selama 1/2 jam hingga 6 jam. Contoh : Benih gulma saja sudah terbunuh pada 70˚C selama 1/2 jam. Perlakuan ini sudah cukup bagi mikroflora dan fauna tanah. Efektifitas : Mampu menangani penyakit dan bakteri pembentuk spora yang nantinya bertindak sebagai antagonis di dalam tanah. c. Solar heating Metode : Memanfaatkan panas matahari untuk disinfeksi tanah. Caranya adalah memanfaatkan plastik tipis transparan untuk menangkap sinar matahari. Pengaruhnya yang terlihat pertama kali yaitu inaktivasi patogen secara langsung yang diakibatkan oleh panas. Metode ini bisa dikombinasi dengan metode lain sehingga menjadi sebuah pengendalian terpadu. Kekurangan : 1) Penggunaannya terbatas karena kurangnya sinar matahari di daerah-daerah tertentu. 2) Daya bunuh pada inokulum di kedalaman lebih dari 15 cm rendah. Kelebihan : 1) Tidak meninggalkan residu beracun. 2) Sangat cocok untuk negara tropis dan beberapa negara sub tropis. d. Rekolonisasi pada tanah-tanah yang telah diperlakukan dengan panas Penggunaan panas yang berlebihan menyebabkan kondisi biologis tanah vakum, sehingga banyak makanan yang berasal dari tubuh hewan atau tumbuhan tanah menjadi substrat subur bagi mikroba. Sumber yang menjadi asal koloni mikroba tumbuh, yaitu: spora jamur air bone, organisme tahan panas, mikroflora pada biji, bahan tanaman, dan mikroflora bawah tanah yang tidak terpengaruh. Patogen dapat menyebar dengan cepat saat tidak ada antahonis tanah. Biasanya aktivitas akan berlangsung kembali (beberapa minggu), contohnya proses nitrifikasi. Patogen dapat menyebar dengan cepat jika spora patogen yang pertama jatuh ditanah adalah patogen yang pernah dikendaikan (kebal). Penyebaran patogen akan semakin cepat ketika perlakuan yang diberikan semakin berat. Hasil peneltian menunjukan bahwa antagonis dapat kembali dengan cepat yaitu dalam waktu 7 hari. Contoh : Phytophthora crytogea. B. Pengendalian Patogen Secara Mekanis Pengertian : Pengendalian patogen yang paling mudah dilakukan karena menggunakan tenaga manusia, dengan menggunakan peralatan pertanian seperti traktor maupun tangan biasa. Contoh : 1) Penggunaan traktor untuk membongkar akar pohon yang terserang penyakit. Kemudian akar tersebut dibakar atau diisolasi dari bagian pohon lainnya dan tanah bekas akar ditaburi senyawa belerang apabila terkena jamur. 2) Pemangkasan dahan, ranting, atau daun yang sakit supaya patogen tidak menular ke bagian lain. Pemangkasan dahan juga dapat mengurangi kelembaban dalam kanopi untuk upaya pencegahan berkembangnya patogen.
C. Pengendalian Pathogen Secara Biologis atau Hayati
a) Dengan Tanah SS Tanaman dapat tumbuh pada suatu lahan tanpa perlindungan karena adanya sumbangan mikroflora tanah yang bisa mengendalikan patogen secara terus-menerus. Disease-suppressive soils Tanah yang mempunyai daya hambat penyakit, dapat menghalangi penularan patogen melalui biji-bijian, bahan tanaman, atau udara terhadap tanaman. Disease conductive/disease sensitive Tanah yang mempunyai daya dorong terhadap penyakit apabila antagonis dalam tanah lemah dan patogen mampu menimbulkan penyakit, dibedakan menjadi: 1) Non induced suppressive soils (SS) : tanah yang menghambat tanpa adanya rangsangan. 2) Induced suppressive soils : tanah yang dapat menghambat atas dorongan. Penghambat terbentuk selama tanaman peka saat penanaman serta berlangsung terus menerus yang mengakibatkan penurunan penyakit. Penghambat muncul akibat rangsangan patogen itu sendiri. Contohnya yaitu penyakit yang menyerang tanaman serealia di daerah temperate. Contoh : penghambatan yang terjadi tanpa adanya rangsangan yaitu penyakit layu fusarium di Perancis. Crossed Protection Digunakan untuk mengendalikan penyakit secara biologis. Contoh : 1) Mikroba yang menempati daerah ekologis dari strain yang ganas. 2) Imunisasi. b) Inokulasi tanah Inokulasi tanah merupakan metode pengendalian patogen secara biologis dengan mengubah lingkungan. Efektifitas : Inokulasi tanah dengan penggunaa antagonis efektif dilakukan jika diberikan pada tanah yang steril seperti (tanah bedengan karena terlindung dari serangan Phytium dan Rhizoctonia). Pemberian mikroba parasit pada tanah non steril dapat membasmi struktur dorman seperti sklerotia dan oospora. Penambahan bahan kimia dapat bertahan lama. NB : Penggunaan tanah SS untuk menghambat penyakit adalah tindakan yang cukup berbahaya karena tanah SS mengandung patogen yang dapat menimbulkan penyakit jika lingkungan tidak diubah. c) Inokulasi Bahan Tanaman dan Biji-bijian Efektifitas : Memberikan hasil yang baik apabila bakteri dapat membentuk koloni pada akar muda yang terbentuk. Keberhasilan dapat 100% atau tidak sama sekali. Contoh : Mengendalikan patogen inokulasi dengan menggunakan bakteri Pseudomonas, merangsang pertumbuhan yang belum diketahui melalui zat yang dikeluarkannya.
d) Rangsangan terhadap antagonis dengan perubahan lingkungan
Cara : Menambahkan bahan-bahan organik pada tanah (sisa tanaman atau pupuk hijau) atau merubah kelembaban tanah sehingga mempengaruhi perkembangan pathogen. Mekanisme : 1) Memberikan pengaruh terhadap antagonisme mikroba. 2) Peningkatan dekomposisi dari sistem perakaran yang sakit. 3) Penurunan konsentrasi oksigen akibat peningkatan aktifitas mikroba dalam tanah. 4) Terbentuknya zat yang meracun pathogen. 5) Pengaruh pada resistensi tanaman melalui suatu perubahan dalam ketersediaan nutrisi. e) Pemberian bahan organik (amendment) ke dalam tanah Bahan organik digunakan untuk mengandalikan penyakit tanaman dengan menhancurkan patogen menjadi bagian-bagian kecil. Cara : Berbeda-beda sesuai dengan penyakitnya, diantaranya: 1) Menstimulasi antagonisme dengan cara menambah jumlah antagonis. 2) Pembentukan zat-zat yang meracun terhadap patogen. 3) Mekanisme lisis-kecambah (germinating lysis). Risiko : 1) Terjadinya fitotoksitas, dalam keadaan anerobik. 2) Dapat meningkatkan kepekaan akar terhadap patogen. f) Merubah Kelembaban Cara : Merubah kelembaban tanah di daerah tropis, Contoh : Pengendalian penyakit layu-fusarium pada pisang (penyakit panama) serta layu-vercillium pada kapas. Pengendalian ini terbatas untuk dilakukan terdapat permasalahan air. Eradiksi patogen disebabkan oleh antagonisme yang dilakukan oleh anaerobik. g) Teknik penggunaan tanah baru (perawan) Cara : Mengisi lubang tanam dengan tanah muda sebanyak 9 liter ke kebun yang tua, lalu bibit ditransplanting ke dalam lubang tersebut. Manfaat : Tanah sudah memiliki mikroflora yang makan sehingga pathogen tidak dapat berkembang dan akan kalah dengan flora saprofit. Contoh : Pengendalian Phytophthora palmivora pada perkebunan papaya di Hawai. Teknik ini bergantung pada keadaan lingkungan yang ada.
II. PENGENDALIAN SECARA TERPADU
Penggunaan fungisida dapat menyebabkan penghambatan patogen serta peningkatan antagonisme. Fungisida diharapkan berfungsi untuk melemahkan pathogen bukan membunuh pathogen sehingga pathogen lebih peka terhadap antagonisme yang ada di lingkungannya. (+) penggunaan fungsida: meningktkan antagonisme mikroba seperti pengguanaan fungisida organomercury serta dithiocarbamat. Penggunaan mikroflora membantu efektifitas dari fungisida dan akan berhasil membunuh pathogen pada tanah steril. a) Pengendalian tak langsung Salah satu contoh pengendalian tak langsung adalah dengan memanfaatkan nematisida atau fungisida yang bekerja seperti nematisida (quintozene) sebagai pengendali jamur patogen. Contoh : Nematoda melemahkan tanaman sehingga terserang jamur Fusarium atau patogen lain, maka dengan menggunakan nematisida dapat mencegah penyebaran jamur fusarium atau yang lainnya. b) Perubahan jenis patogen yang dominan Penggunaan fungisida selektip untuk menekan populasi suatu patogen dominan dapat mengakibatkan peningkatan patogen-patogen lainnya yang tadinya tidak penting namun tahan terhadap fungisida tersebut. Fungisda quintozone (PCNB) biasanya dapat memberikan pengaruh ini, PCNB berfungsi membasmi Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii dan S. copivorum, namun tidak efektif terhadap Fusarium dan Oomycetes. Contoh : Serangan yang masih terjadi pada lahan yang terkena damping- off (Rhizoctania) setelah pemberian fungisida quintozene terjadi akibat meningkatnya populasi Pythium dan Fusarium karena hilangnya antagonis mereka. Penyebab meningkatnya populasi patogen lain juga dapat disebabkan oleh berubahnya miroklimat (iklim mikro) lahan. Contoh : perubahan kanopi yang menjadi lebih rapat setelah pengendalian penyakit bercak daun. Lingkungan dibawah daun akan menjadi lebih lembab karena tertutup kanopi dan memudahkan terjadinya penyerangan jamur putih. Hilangnya antagonisme akibat penggunaan fungisisda dapat meningkatkan kemampuan kompetisi patogen secara saprofit yang berada di dalam tanah. c) Boomerang effect (pengaruh bumerang) Definisi : terjadinya keparahan kembali (anfal) dari penyakit oleh penyebab yang sama (patogen target) setelah dilaukan pengobatan. Antagonis yang ditekan berpotensi menyebabkan timbulnya patogen- patogen lain pada tanaman. Iatro enic disease : penyakit yang disebabkan oleh dokter itu sendiri. Artinya : penyakit yag meningkat akibat dari pengendalian yang memunculkan patogen dan pengaruh bumerang. Pencegahan : menggunakan fungisida selektip Benzimidazole dengan berhati-hati dan mengkombinasikan dengan fungisida lain untuk menghindari resistensi patogen tertentu. Slein itu, penggunaan antagonimsme yang sangat tahan dengan fungisida dalam dosis rendah juga dimanfaatkan dalam proses penngendalian.