Katarak Diabetika
Katarak Diabetika
KATARAK DIABETIKA
Anthony Susilo
22010114210046
2
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Katarak
Katarak berasal dari bahasa Yunani yang berarti 'katarraktes' yaitu air terjun karena
pada awalnya katarak dipikirkan sebagai cairan yang mengalir dari otak ke depan
lensa. Menurut WHO, katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata sehingga menyebabkan penurunan atau
gangguan penglihatan. Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi
untuk menangkap cahaya. Retina pula merupakan jaringan yang berada di bagian
belakang mata dan bersifat sensitif terhadap cahaya. Pada keadaan normal, cahaya
atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa mata, kemudian akan diteruskan ke
retina. Rangsangan cahaya tersebut selanjutnya akan diubah menjadi sinyal atau
impuls yang diteruskan ke otak. Di otak, imej tersebut akan diterjemahkan dan dapat
dilihat oleh mata.1
3
Di kapsul anterior depan terdapat selapis epitel subkapsular. Epitel ini berperan dalam
proses metabolism dan menjaga sistem normal dari aktivitas sel termasuk RNA,
protein dan lipid. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan
pertambahan usia, serat-serat lamella terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan
menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamella
konsentris yang panjang. Tiap serat mengandung inti, yang pipih dan terdapat di
bagian pinggir lensa dekat ekuator, yang berhubungan dengan epitel subkapsular.
Serat-serat ini saling berhubungan di bagian anterior.3
b. Senescent cataract
Katarak Nuklear :
- Tekanan yang dihasilkan dari serat lensa peripheral menyebabkan pemadatan
pada seluruh lensa, terutama nucleus. Nukleus memberi warna coklat kekuningan. Ini
menyebabkan batas tepi dari coklat kemerahan hingga mendekati perubahan warna
hitam diseluruh lensa (katarak hitam). Karena mereka meningkatkan tenaga refraksi
lensa, katarak nuclear menyebabkan miopia lentikular dan kadang menimbulkan fokal
point kedua didalam lensa yang menyebabkan diplopia monocular.
Katarak Kortikal :
- Terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi
miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita seakan-
akan mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.
- Beberapa perubahan morfologi yang akan terlihat pada pemeriksaan slip
lamp dengan midriasis maksimum :
Vacuoles: akumulasi cairan akan terlihat sebagai bentuk vesicle
cortical sempit yang kecil.
6
Water fissure: pola rarial dari fissure yang terisi cairan yang akan
terlihat diantara fiber.
Lamella yang terpisah: tidak sesering water fissureI, ini berisi suatu
zona cairan diantara lamella (biasanya antara lamella clear dan fiber
kortikal).
Manifestasi Klinis
1. Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
a. Penurunan tajam penglihatan dan silau serta gangguan fungsional akibat
kehilangan penglihatan.
b. Silau pada malam hari.
7
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur
atau redup.
b. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Penglihatan
seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
c. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar
putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Diagnosis
Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian besar katarak
tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup padat (matur atau
hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak, pada stadium
perkembangannya yang paling dini, dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi
maksimum dengan ophtalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp. Fundus okuli
menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa,
sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium ini katarak biasanya telah
matang dan pupil mungkin tampak putih. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien
8
katarak adalah pemeriksaan sinar celah (slit-lamp), funduskopi pada kedua mata bila
mungkin, tonometer selain daripada pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya
seperti adanya infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang
berat berupa panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum. Pada pasien diabetes,
diperiksa juga kadar glukosa darahnya.7
Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak
tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan
mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa
yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi
glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam
pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti
termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen
glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.4
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari
bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang
kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi
IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi.
Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra
capsular cataract extraction (ICCE) dan extra capsular cataract extraction (ECCE).7
9
BAB III
PENUTUP
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening
menjadi keruh. Pada dasarnya katarak dapat terjadi karena proses kongenital atau
karena proses degeneratif. Proses degeneratif pada lensa disebut juga katarak senilis
yang dibagi menjadi empat stadium : insipient immature, matur, dan hipermatur.
Begitu banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya katarak ini, diabetes adalah
salah satu faktor penyakit sistemik yang mempercepat proses timbulnya katarak ini.
Dasar patogenesis yang melandasi penurunan visus pada katarak dengan diabetes
adalah teori akumulasi sorbitol yang terbentuk dari aktivasi jalur polyol pada keadaan
hiperglikemia yang mana lebih lanjut akumulasi sorbitol dalam lensa akan menarik air
kedalam lensa sehingga terjadi hidrasi lensa yang merupakan dasar patofisiologi
terbentuknya katarak. Dan yang kedua adalah teori glikosilasi protein, dimana adanya
AGE akan menganggu struktur sitoskeletal yang dengan sendirinya akan berakibat
pada turunnya kejernihan lensa.
Operasi katarak dengan diabetes bukanlah suatu kontraindikasi jika terdapat retinopati
diabetik non-proliferatif. Didasarkan pada penelitian-penelitian yang ada, didapatkan
bahwa tehnik fakoemulsifikasi memberikan hasil yang lebih baik dengan komplikasi
post operasi yang lebih kecil. Pada adanya retinopati diabetic lanjut, pasien perlu
dijelaskan akan kemungkinan hasil postoperasi yang tidak optimal.
10
DAFTAR PUSTAKA
11