Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Koordinator : H. Hikmat Rudyana, S.Kp., M.kep
Dosen Pembimbing : R.Acep Hasan ,S.kep .,Ns.,M.kep
DISUSUN OLEH :
JELLY PEBRIANTI
A. Konsep Teori
1. Definisi
metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal,
kenaikan gula darah karena penurunan sekresi insulin yang rendah oleh
tidak menggunakan insulin sebagai sumber energi atau sel-sel tubuh tidak
badan.
diabetes melitus tipe 2 dapat disimpulkan yaitu diabetes yang disebabkan oleh
kenaikan gula darah karena sel-sel tubuh tidak menggunakan insulin sebagai
sumber energi yang dilepaskan oleh pankreas (resistensi insulin atau produksi
2. Etiologi
Hasil dari gangguan sekresi insulin yang progresif yang menjadi latar
insulin di dalam tubuh. Diabetes melitus tipe 2 merupakan tipe diabetes yang
paling banyak dialami oleh seseorang di dunia dan paling sering disebabkan
oleh karena berat badan berlebih dan aktivitas fisik yang kurang. Tanda dan
gejala dari diabetes melitus tipe 2 ini hampir sama dengan diabetes melitus
tipe 1, tetapi diabetes melitus tipe 2 dapat didiagnosis setelah beberapa tahun
keluhan dirasakan oleh pasien dan pada diabetes melitus komplikasi dapat
terjadi. Diagnosis klinis diabetes melitus umumnya akan dipikirkan bila ada
3. Faktor Risiko
1) Umur
2) Jenis Kelamin
3) Faktor Keturunan
anak-anaknya.
akan melahirkan bayi besar dengan berat lebih dari 4000 gram.
1) Obesitas
3) Pola Makan
cepat sembuh.
Pathway
5. Manifestasi
tahun.
Awitan mendadak biasanya Awitan terjadi secara lambat dan
menderita infeksi.
Mencakup 5%-10% dari semua Merupakan sebagian besar dari
95%)
Pankreas memproduksi sedikit Pankreas memproduksi sedikit
tahun.
Sumber : Hurst (2016)
klasifikasinya yaitu :
mempertahankan hidup.
dan penurunan berat badan tidak terjadi. Manifestasi lain juga akibat
6. Komplikasi
a. Akut
1) Hiperglikemia
gula darah diatas rentang normal atau tinggi. Menurut Hurst (2016)
cukup. Setiap kali gula darah menjadi terlalu tinggi penderita akan
osmotik.
5
al. (2017) akibat adanya gangguan pada sekresi hormon insulin dan
kerja insulin atau oleh keduanya pada pasien diabetes melitus tipe 2
4) Hipoglikemia
b. Kronik
terkena maka pasien dapat mengalami infark dan angina (Yasmara et al.,
7
2017).
7. Pemeriksaan Penunjang
terjadi.
8
aktivitas fisik.
9. Penetalaksanaan
a. Edukasi
hidup sehat, pemantauan glukosa darah mandiri, serta tanda dan gejala
2) Bagi pria dengan tinggi badan < 160 cm dan perempuan < 150
cm – 100) x 1 kg
3) BB normal : BBI ± 100%, kurus < BBI – 10%, gemuk > BBI +
10%
c. Aktivitas Fisik
menit/minggu. Aktivitas dibagi dalam tiga hari perminggu dan tidak ada
dua hari berturutan tanpa aktivitas fisik. Jika tidak ada kontraindikasi,
latihan jasmani dimulai dengan intensitas rendah dan durasi singkat lalu
d. Terapi Farmakologis
diet dan Latihan jasmani. Terapi farmakologis dapat berupa ADP atau
sebelum makan).
3) Metformin.
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
(2008) :
medis.
b. Keluhan Utama
1) Kondisi Hiperglikemi
11
2) Kondisi Hipoglikemi
perubahan emosional,
penurunan kesadaran.
f. Pemeriksaan Fisik
2) Sirkulasi
3) Integritas ego
4) Eliminasi
abdomen, diare.
6) Neurosensori
7) Kardiovaskuler
8) Pernapasan
tanpa sputum.
9) Seksualitas
lemah/menurun.
tungkai.
12) Integumen
(Sutoto, 2016)
18
1) Diabetes melitus
2) Ketoasidosis diabetik
3) Hipoglikemia
4) Hiperglikemia
5) Diabetes gestasional
1) Diabetes melitus
2) Tromboflebitis
3) Hiperglikemia
1) Poliuria
2) Polidipsi
1) Diabetes melitus
2) Perubahan sirkulasi
3) Neuropati
(Sutoto, 2016)
No Diagnosa Intervensi
.
1. Ketidakstabilan kadar Hiperglikemia
glukosa darah Observasi
1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
2. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan
insulin meningkat
3. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral
2. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
1. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa darah > 250 mg/dL
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
mandiri
20
Hippoglikemia
Observasi
1. Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
2. Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
Terapeutik
1. Berikan karbohodrat sederhana, jika perlu
2. Berikan glukagon
Edukasi
1. Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap
saat
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
3. Jelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral
dan olahraga
Kolabolari
1. Kolaborasi pemberian dekstose, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian glukagon, jika perlu
2. Ketidakefektifan perfusi Observasi
jaringan perifer 1. Lakukan penilaian komprehensif sirkulasi perifer
(mis. memeriksa nadi perifer, edema, pengisian
kapiler, warna, dan suhu)
2. Pantau status hidrasi
Terapeutik
1. Pertahankan pembatasan cairan dan diet
2. Distribusikan asupan cairan yang diprogramkan
secara tepat selama periode 24 jam
21
Edukasi
1. Pentingnya mematuhi program diet dan medikasi
Kolabolari
1. Berikan medikasi berdasarkan instruksi atau
protokol (mis. medikasi antikoagulan, diuretik)
3. Defisik volume cairan Observasi
1. Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi.
Kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
kelembapan mukosa, turgor kulit)
2. Monitor berat badan harian
3. Monitor hasil pemeriksaan labolatorium
Terapeutik
1. Catat intake-output dan hitung balans cairan 24
jam
2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
4. Kerusakan integritas kulit Observasi
1. Identfikasi penyebab gangguan integritas kulit
(mis. perubahan sirkulasi)
Terapeutik
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
3. Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak
pada kulit
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
(Aprisunadi, 2018)
22
5. Implementasi
untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat
6. Evaluasi
C. Daftar Pustaka
Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan RI. (2019). Pusat Data dan Informasi
https://pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-data-
pusat-data-dan-informasi.html.
Purwokerto
Aksara Publisher.
24
http://www.idai.or.id/wp-content/uploads/2016/06/Konsensus
https://doi.org/10.33221/jikm.v5i1.14
Suzanne, S., Jannuce, H., & Kerry, C. (2013). Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC.
Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., & Pradipta, E. A. (2016). Kapita Selekta