Anda di halaman 1dari 23

KONSEP KEPENDUDUKAN

MAKALAH

Mata kuliah: Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pembimbing: Yesi Hasneli, SK.p., MNS

Disusun Oleh: Kelompok 3

Novitasari Wijayanti 1711113771


Siti Febryza Indra 1711113658
Nhelmy Nursepta S 1711114095
Rezky Rizalti 1711113660
M. Roni Septiawan 1711122820
Nanik Sariyati H 1711113669
Sangkot Hani Rizki 1711122842
Ranti Marisa 1711113708
Ilwana 1711122958
Firliany Tri Amanda 1711113767
Zahwa Ayunda Salsabila 1711123000
Dila Amelia 1711113770

A 2017 3
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang ”Psoriasis”. Tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada Ibuk Yesi Hasneli, SK.p., MNS selaku dosen pembimbing pada
mata kuliah KMB III. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
kelompok 3 yang telah bekerja sama untuk membantu menyelesaikan makalah ini, serta
teman-teman A 2017 3 yang telah memberi konstribusi baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini telah penulis susun dengan sebaik mungkin untuk melengkapi laporan
kuliah pakar. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi materi, susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka penulis menerima segala kritikan dan saran dari para pembaca agar
penulis dapat memperbaiki makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan ilmu pengetahuan para pembaca.

Pekanbaru, 24 September 2019

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................... i

Daftar isi .......................................................................................................... ii


Bab I Pendahuluan ................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................. 2
Bab II Tinjauan Pustaka ............................................................................ 3
2.1 Definisi ................................................................................ 3
2.2 Epidemiologi ........................................................................ 3
2.3 Etiologi.................................................................................. 4
2.4 Patofisiologi.......................................................................... 5
2.5 Manifestasi Klinis ................................................................. 5
2.6 Klasifikasi.............................................................................. 6
2.7 Prognosis............................................................................... 8
2.8 Komplikasi Psoriasis............................................................. 8

2.9 Penatalaksanaan..................................................................... 9
2.10 Pemeriksaan Penunjang........................................................ 10

2.11 Asuhan Keperawatan............................................................. 11


Bab III Penutup ........................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan ........................................................................... 19
3.2 Saran ..................................................................................... 19
Daftar Pustaka………………………………………………………………. 20

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit bersifat kronis-residif yang


diperantarai oleh sistem imun, melibatkan daerah kulit, kulit kepala, kuku dan
persendian dengan gejala klinis berupa plak eritematosa yang berbatas tegas dalam
berbagai ukuran yang ditutupi oleh skuama yang tebal berwarna keperakan.Gejala
fisik yang dapat dijumpai berupa kulit mudah teriritasi, lebih sensitif, gatal,
terbakar/menyengat, mudah berdarah dan nyeri yang frekuensi gejalanya berbeda
berdasarkan tipe psoriasisnya.
Psoriasis dapat dijumpai di seluruh belahan dunia dengan angka kesakitan
( insidens rate ) yang berbeda. Segi umur, psoriasis dapat mengenai semua usia,
namun biasanya lebih kerap dijumpai pada usia dewasa.
Di dunia, penyakit kulit ini diduga mengenai sekitar 2-3 persen penduduk.
Data nasional prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui. Namun di RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo, selama tahun 2000 – 2001 insiden psoriasis mencapai 2,3
persen. Penyakit ini tidak mengenal usia, semua umur dapat terkena. Tapi puncak
insidennya di usia dua puluhan dan lima puluhan.
Tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa penyakit ini lebih dominan
menyerang salah satu jenis kelamin. Pria dan wanita memiliki peluang yang sama
untuk terserang penyakit ini.
Psoriasis umumnya tidak menular dan mengancam jiwa, namun penyakit ini
memiliki dampak pada penderitanya yang dapat dilihat melalui dampak negatif yang
signifikan terhadap kualitas hidup, dengan melibatkan berbagai aspek dalam
kehidupan mencakup efek fisik, psikologis, psikososial dan emosional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Psoriasis ?
2. Bagaimana epidemiologi dari Psoriasis ?
3. Apa etiologic dari Psoriasis ?

1
4. Bagaimana patofisiologi dari Psoriasis ?
5. Apa saja manifestasi klinis dari Psoriasis ?
6. Apa saja klasifikasi dari Psoriasis ?
7. Bagaimana prognosis dari Psoriasis ?
8. Apa saja komplikasi yang terjadi dari Psoriasis ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari Psoriasis ?
10. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Psoriasis ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan dari Psoriasis ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Psoriasis
2. Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi dari Psoriasis
3. Untuk mengetahui etiologi dari Psoriasis
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari Psoriasis
5. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis dari Psoriasis
6. Untuk mengetahui klasifikasi dari Psoriasis ?
7. Untuk mengetahui bagaimana prognosis dari Psoriasis ?
8. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang terjadi dari Psoriasis ?
9. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari Psoriasis ?
10. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari Psoriasis ?
11. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari Psoriasis ?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Psoriasis adalah peradangan kulit yang bersifat kronis dengan karakteristik
berupa plak eritematosa berbatas tegas, skuama kasar, berlapis, dan berwarna putih
keperakan (Gudjonsson dan Elder, 2012). Penyakit ini bersifat kronis dan rekuren,
dimana pasien akan terus mengalami periode remisi dan eksaserbasi secara bergantian
(Coimbra dan Santos-Silva, 2014). Psoriasis dikenal sebagai penyakit autoimun
paling prevalen yang disebabkan oleh aktivasi berlebihan dari sistem imunitas seluler
(Monteleone dkk., 2011; Krueger dan Bowcock, 2014).

2.2 Epidemiologi
Psoriasis menyerang sekitar 2% - 3% populasi dunia, dimana laki-laki dan
perempuan memiliki kemungkinan terkena yang sama besar (Kuchekar dkk.,2011;
Coimbra dan Santos-Silva, 2014). Ras Asia memiliki angka prevalensi psoriasis yang
cukup rendah yakni sekitar 0,4%. Penelitian yang menginvestigasi prevalensi
psoriasis antara ras African-American dibanding ras white-American menunjukkan
perbedaan yang cukup signifikan (1,3% vs. 2,5%). Psoriasis jarang muncul pada usia
dibawah 10 tahun dan usia puncaknya adalah sekitar 15 – 30 tahun (Gudjonsson dan
Elder, 2012). Berdasarkan data kunjungan pasien di Poliklinik Penyakit Kulit dan
Kelamin RSUP Sanglah Denpasar periode Januari – Desember 2009, tercatat 156
kasus baru psoriasis dari 10.856 kunjungan (1,4%). Psoriasis dapat menyebabkan
morbiditas yang signifikan karena adanya kemungkinan terkena psoriatis artritis dan
berbagai penyakit sistemik lainnya (Mak dkk., 2009). Sekitar 10% - 30% pasien
psoriasis berisiko terkena psoriasis artritis (Krueger dan Bowcock, 2014). Selain
risiko morbiditas yang meningkat, pasien dengan derajat keparahan tinggi juga
berisiko untuk mengalami peningkatan mortalitas, dimana pasien psoriasis diteliti
meninggal lebih cepat yaitu laki-laki 3,5 tahun dan wanita 4,4 tahun dibanding subjek
yang sehat (Mak dkk., 2009). Studi longitudinal menunjukkan remisi spontan dapat
terjadi pada sekitar sepertiga pasien psoriasis dengan frekuensi yang bervariasi
(Gudjonsson dan Elder, 2012).

3
2.3 Etiologi
Penyebab psioriasis belum jelas, tetapi yang pasti adalah pembentukan
epidermis yang dipercepat. Biasanya terjadi pada dewasa muda. Frekuensi sama
antara laki-laki dan wanita, siregar (2004). Menurut siregar (2004), faktor -faktor
timbulnya psoriasis adalah:
1. Bangsa : Kulit putih lebih banyak dari pada kulit berwarna.
2. Daerah : Lebih banyak pada daerah dingin.
3. Iklim : Lebih sering dimusim hujan.
4. Keturunan : Biasanya diturunkan secara autosomal dominan. Infeksi lokal dan
ngangguan metabolik dapat menjadi faktor pencetus penyakit ini.
5. Lain-lain : Stress dan emosi serta kehamilan dapat memperberat penyakit.
Menurut Mansjoer (2000), etiologi psoriasis belum diketahui, yang jelas ialah
waktu pulih (turn over time), epidermis dipercepat menjadi 3-4 hari sedangkan pada
kulit normal lamanya 27 hari. Pada sebagian pasien terdapat hereditier yang bersifat
dominan. Faktor fisik dikatakan mempercepat terjadi residif. Infeksi fokal
berhubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis yaitu psoriasif guata
hubungannya dengan psoriasis vulgaris tidak jelas.
Menurut sinaga (2003), faktor-faktor yang dapat mencetuskan psoriasis adalah
:
1. Trauma kulit : Gerakan atau gesekan dan tekanan atau tahanan yang berulang-
ulang pada saat gatal digaruk terlalu berat atau penekanan anggota tubuh terlalu
sering beraktivitas. Bila psioriasis sudah muncul dan kemudian digaruk, dikorek
akan menyebabkan kulit akan bertambah tebal.
2. Infeksi saluran pernafasan atas, yang kelihatannya dapat berupa demam, nyeri
menelan, batuk dan infeksi lainnya, makanan berkalori sangat tinggi sehingga
badan terasa panas dan kulit menjadi merah, misalnya mengandung alkohol.
3. Stres yang tidak terkendali.
4. Infeksi fokal.
5. Obat anti hipertensi dan antibiotik .
6. Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
7. Endokrin : Cahaya,gangguan metabolikalkholmetabolik, alkohol dan merokok.

4
2.4 Patofisiologi
Mekanisme peradangan kulit prosiasis cukup kompleks dan melibatkan
berbagai sitokin, kemokin dan faktor pertumbuhan yang menyebabkan gangguan
regulasi keratinosit, sel-sel radang dan pembuluh darah sehingga lesi tampak menebal
dan beskuama tebal berlapis. Aktivitas sel T dalam pembuluh limfe terjadi setelah sel
makrofag menangkap antigen (antigen perseting cell / APC)melalui major
histocombility complex (MHC) mempresentasekam antigen tersangka dan diikat oleh
sel T. Peningkatan sel T terhadap atigen tersebut melalui reseptor sel T harus
dilakukan pula oleh ligen dan reseptor tambahan yang dikenal konstimulasi. Setelah
sel T teraktivitas sel ini berplriferasi menjadi sel T efektor dan meori kemudian masuk
kedalam sirkulasi sistemik dan bermigrasi ke kulit (Jacoeb, 2005).

2.5 Manifestasi Klinis


Lesi muncul sebagai bercak-bercak merah menonjol pada kulit yang ditutupi
oleh sisik berwarna perak. Bercak-bercak bersisik tersebut terbentuk karena
penumpukan kulit yang hidup dan mati akibat peningkatan kecepatan pertumbuhan
serta pergantian sel-sel kulit yang sangat besar. Jika sisik tersebut dikerok, maka
terlihat dasar lesi yang berwarna merah gelap dengan titik-titik perdarahan. Bercak-
bercak ini tidak basah dan bisa terasa gatal atau tidak gatal.
Psoriasis ditandai dengan hiperkeratosis dan penebalan epidermis kulit serta
proses radang, sehingga timbul skuamasi (pengelupasan) dan indurasi eritematosa
(kulit meradang dan kemerahan). Menyerang kulit, kuku, mukosa dan sendi, tetapi
tidak pada rambut. Pada umumnya tidak membehayakan jiwa, kecuali yang
mengalami komplikasi, namun penyakit ini sangat mengganggu kualitas hidup.
Kulit penderita psoriasis awalnya tampak seperti bintik merah yang makin
melebar dan ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-lapis. Tumbuhnya tidak selalu
diseluruh bagian kulit tubuh kadang-kadang hanya timbul pada tempat-tempat tertentu
saja, karena pergiliran sel-sel kulit bagian lainnya berjalan normal. Psoriasis pada
kulit kepala dapat menyerupai ketombe, sedangkan pada lempeng kuku tampak
lubang-lubang kecil rapuh atau keruh.
Penyakit psoriasis dapat disertai dengan / tanpa rasa gatal. Kulit dapat
membaik seperti kulit normal lainnya setelah warna kemerahan, putih atau kehitaman
bekas psoriasis. Pada beberapa jenis psoriasis, komplikasi yang diakibatkan dapat

5
menjadi serius, seperti pada psoriasis artropi yaitu psoriasis yang menyerang sendi,
psoriasis bernanah (psoriasis postulosa) dan terakhir seluruh kulit akan menjadi merah
disertai badan menggigil (eritoderma).
Gejala dari psoriasis antara lain:
o Mengeluh gatal ringan
o Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.
o Terdapat fenomena tetesan lilin
o Menyebabkan kelainan kuku
 Menurut artikel “Diagnostik dan Penatalaksanaan Psoriasis” dari Kemenkes 2018,
Manifestasi Klinis Psoriasis, yaitu :
1. Psoriasis Vulgaris
2. Psoriasis Gutata
3. Psoriasis Inversa, biasanya muncul disela paha atau dibawah payudara
4. Psoriasis Pustulosa, yang merupakan psoriasis yang manifestasinya seperti
nanah yang apabila kita lihat dibawah mikroskop nanah tersebut tidak
mengandung bakteri tapi hanya mengandung leukosit atau sel darah putih
5. Psoriasis Eritroderma, merupakan psoriasis yang menyebar diseluruh badan.
6. Sebopsoriasis, adalah psoriasis yang berada di kulit kepala. Psoriasis ini
biasanya lebih tebal dan sulit sembuh

2.6 Klasifikasi
Tipe-tipe psoriasis. Psoriasis terbagi atas:
o Psoriasis vulgaris: bentuk ini ialah jenis yang paling umum karena itu disebut
vulgaris, dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya berbentuk plak. Tempat
predileksinya seperti yang telah diterangkan di atas.
o Psoriasis gutata: diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya
mendadak dan mengenai seluruh badan, umumnya setelah infeksi di saluran
napas bagian atas sehabis influenza atau morbili (campak), terutama pada anak
dan dewasa muda.
o Psoriasis putulosa: gejala awalnya ialah kulit yang nyeri disertai gejala umum
berupa demam, mudah capek, mual, dan nafsu makan menurun. Kelainan kulit
psoriasis yang telah ada makin merah. Setelah beberapa jam timbul agak

6
bengkak dan bintil-bintil bernanah pada bercak merah tersebut. Kelainan-
kelainan semacam itu akan terus muncul dan dapat menjadi eritroderma.
o Psoriasis eritrodermis: dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu
kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya kelainan kulit yang
khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat kemerahan dan bersisik
tebal yang menyeluruh. Ada kalanya kelainan kulit psoriasis masih tampak
samar-samar, yakni lebih merah dan kulitnya lebih meninggi.
o Psoriasis kuku: menyerang dan merusak kuku. Permukaan kuku tampak
lekukan-lekukan kecil. Jenis ini termasuk yang bandel, sehingga penderita
sulit sembuh.
o Psoriasis artritis: penyakit ini dapat pula disertai peradangan pada sendi,
sehingga sendi terasa nyeri, membengkak dan kaku, persis seperti gejala
rematik. Pada tahap ini, penderita harus segera ditolong agar sendi-sendinya
tidak sampai keropos.

Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis antara lain:


a. Psoriasis punctata : Lesi sebesar jarum pentul atau
milier.
b. Psoriasis folikularis : Lesi dengan skuama tipis terletak
pada muara folikel rambut.
c. Psoriasis guttata : Lesi sebesar tetesan air.
d. Psoriasis numularis : Lesi sebesar uang logam.
e. Psoriasis girata : Lesi sebesar daun.
f. Psoriasis anularis : Lesi melingka berbentuk seperti
cincin karena adanya involusi
dibagian tengahnya.
g. Psoriasis diskoidea : Lesi merupakan bercak solid yang
menetap.
h. Psoriasis ostracea : Lesi berupa penebalan kulit yang
kasar dan tertutup lembaran-
lembaran skuama mirip kulit tiram.
i. Psoriasis rupioides : Lesi berkrusta mirip rupia sifilitika.

Berdasarkan lokalisasi lesi maka dikenal bentuk psoriasis atipik seperti:

7
o Psoriasis digitalis atau interdigitalis.
o Lesi verukosa terutama di tungkai bawah.
o Lesi dengan distribusi seperti sarung tangan atau kaos kaki.
o Psoriasis fleksural atau inversus bila lesi didapatkan di daerah fleksor atau
lipatan- lipatan tubuh misalnya lipat paha, aksila, lipatan di bawah
payudara dan lainnya.
o Psoriasis seboreik bila lesi didapatkan di daerah seboreik seperti kulit
kepala, alis mata, belakang telinga dan sebagainya.

2.7 Prognosis
Prognosis psoriasis bervariasi tergantung jenis psoriasis, respon terhadap
terapi, dan keberadaan komorbiditas. Psoriasis merupakan penyakit kronis yang
belum memiliki obat pasti. Psoriasis gutata seringkali merupakan kondisi yang dapat
sembuh dengan sendirinya, dan biasanya berlangsung sekitar 12-16 minggu tanpa
pengobatan. Namun juga dilaporkan bahwa sekitar 1/3-2/3 penderita tipe ini akan
berkembang menjadi psoriasis plak kronis. Psoriasis eritrodermik dan psoriasis
pustular generalisata memiliki prognosis yang lebih buruk dengan tampilan penyakit
yang berat dan persisten. Walaupun begitu, sekitar 50% pasien psoriasis, dapat
mengalami remisi spontan dengan lama berlangsungnya penyakit berbeda-beda pada
tiap individu dan durasi remisi bervariasi dengan rentang waktu 1 tahun sampai
beberapa dekade.
Psoriasis mempengaruhi kualitas hidup seseorang dikarenakan tampilan klinis
dari penyakit tersebut, biaya pengobatan yang tinggi, dan ketidaknyamanan yang
ditimbulkan. Adanya rasa gatal dan nyeri, serta lesi kulit yang tidak enak dilihat dapat
mempengaruhi prognosis pasien secara sosial, bahkan hingga menimbulkan gangguan
psikologis.

2.8 Komplikasi Psoriasis


Komplikasi psoriasis terbilang jarang, namun komplikasi bisa terjadi akibat
efek samping dari pengobatan psoriasis itu sendiri. Steroid sistemik tidak
direkomendasikan sebagai pengobatan rutin dan jangka panjang untuk psoriasis,
karena walaupun pada tahap awal pemakaian dapat memberikan efek yang
memuaskan, namun begitu pengobatan dihentikan pasien bisa mengalami perburukan

8
dari psoriasis yang diderita sebelumnya. Selain itu, pada pengobatan menggunakan
fototerapi, pasien dapat mengalami sensitifitas berlebih terhadap sinar matahari.
Komplikasi lain yang mungkin muncul adalah artritis psoriatik yang sering
muncul pada penderita psoriasis plak. Selain itu dapat terjadi kecemasan, depresi, atau
stress yang bisa memperparah gejala dan meningkatkan kecenderungan rasa gatal.
Psoriasis memiliki beberapa faktor komorbid medis yaitu penyakit autoimun,
penyakit kardiovaskular, sindrom metabolik dan neoplasma. Pada faktor komorbid
autoimun, insidensi Chron’s disease dan colitis ulseratif 3.8 – 7.5 kali lebih tinggi
pada pasien psoriasis dibanding populasi umum. Pasien psoriasis juga cenderung
memiliki sindrom metabolik berupa obesitas, gangguan regulasi glukosa,
hipertrigilseridemia, hipertensi dan nilai HDL yang rendah. Pasien psoriasis juga
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit kardiovaskular yang
dikaitkan dengan kecenderungan terkena sindrom metabolik.
Hubungan antara penderita psoriasis dengan peningkatan risiko terkena
limfoma, melanoma, dan kanker kulit nonmelanoma masih terbilang kontroversi.
Namun terdapat beberapa penelitian pada pasien psoriasis yang pada akhirnya
berkembang menjadi tiga keadaan tersebut.

2.9 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan umum
Penatalaksanaan umum yaitu dengan memberikan edukasi kepada pasienseperti :
- Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya
- Mencegah garukan dan gosokan.
- Cukup istirahat.
- Menghindari faktor pencetus.
- Minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur.
2. Penatalaksanaan Khusus
Penatalaksanaan khusus yaitu dengan memeberikan farmakologi. Terdapat 3
jenis terapi yaitu terapi topikal, fototerapi dan sistemik. Terapi pada psoriasis
vulgaris diberikan berdasarkan pada luas area tubuh yang terkena. Bila area
permukaan tubuh yang terkena kurang dari 10% (ringan), pilihan pengobatannya
adalah pengobatan topikal dan dapat dikombinasi dengan fototerapi. Bila area
yang terlibat antara 10-30 % (sedang) dapat diberikan terapi kombinasi antara

9
terapi topikal, fototerapi dan pusat perawatan harian. Sementara itu untuk kategori
berat dengan keterlibatan lesi lebih dari 30% area permukaan tubuh diperlukan
pengobatan sistemik yang dikombinasi dengan pusat perawatan harian, fototerapi
dan terapi topikal (Gudjonsson dan Elder, 2012).Terapi topikal terdiri dari
emolien, glukokortikoid, analog vitamin D, asam salisilat, dithranol, tazaroten dan
tar. Fototerapi terdiri dari narrow-band ultraviolet B (NB-UVB), broad-band
ultraviolet B (BB-UVB), psoralen yang dikombinasikan dengan sinar ultraviolet A
(PUVA), laser excimer dan klimatografi. Terapi sistemik terdiri dari metotreksat,
asitretin, agen biologis (alefacept, etanercept, adalimumab, infliximab,
ustekinumab), siklosporin A, hidroksiurea, 6-tioguanin, celcept dan sulfasalazin
(Gudjonsson dan Elder, 2012).

2.10 Pemeriksaan Penunjang


o Pemeriksaan laboratorium
Psoriasis biasanya memberikan hasil yang tidak spesifik, namun
pada kasus berat seperti psoriasis pustular generalisata dan eritroderma,
dapat ditemukan keseimbangan nitrogen yang negatif ditujukkan oleh
penurunan kadar albumin serum.Pemeriksaan laboratorium yang dapat
membantu menyokong diagnosis psoriasis tidak banyak.Pemeriksaan yang
bertujuan mencari penyakit yang menyertai psoriasis perlu dilakukan,
seperti pemeriksaan darah rutin, mencaripenyakit infeksi, pemeriksaan
gula darah, kolesterol untuk penyakit diabetes mellitus.
Pasien psoriasis bisa memiliki perubahan profil lipid yang
ditunjukkan dengan peningkatan kadar HDL 15% lebih tinggi, dan rasio
kolesterol-trigliserid dengan kadar LDL 19% lebih tinggi dari normal.
Konsentrasi apolipoprotein-A1 di plasma juga bisanya 11% lebih
tinggi.Pada sekitar 50% pasien psoriasis, kadar asam urat serum dapat
meningkat dan biasanya dihubungkan dengan luasnya lesi dan keaktifan
dari penyakit. Terdapat risiko kemungkinan artritis gout, namun kadan
asam urat serum biasanya kembali normal setelah mendapatkan terapi.
o Pemeriksaan penanda inflamasi dapat meningkat, seperti kadar protein
c-reaktif, α2-macroglobulin, dan kadar pengendapan eritrosit. Peningkatan
kadar IgA serum dan IgA kompleks imun juga dapat ditemukan, dimana

10
pasien dengan IgA kompleks imun yang meningkat memiliki prognosis
yang lebih buruk.
o Teknik immunostaining, flouresence-activated cell sorting dari suspensi
sel terdisosiasi, dan pemeriksaan gen reseptor sel-T dapat menjadi
pemeriksaan yang sangat penting dalam menjelaskan patogenesis psoriasis
dan dalam mengategorikan respon dari terapi psoriasis, namun secara
umum tidak  diperlukan untuk diagnosis maupun tatalaksana psoriasis .
o Pemeriksaan Histopatologi
Kelainan histopatologi yang dapat dijumpai pada lesi psoriasis
ialah hyperkeratosis, parakeratosis, akantosis dan hilangnya stratum
granulosum.Papilomatosis ini dapat memberi beberapa variasi bentuk
seperti gambaran pemukul bola kasti atau pemukul bola golf.
Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehingga
pematangan keratinisasi terlalu cepat dan stratum korneum tampak
menebal.Di dalam sel-sel tanduk ini masih dapat ditemukan inti-inti sel
yang disebut parakeratosis.Di dalam stratum korneum dapat ditemukan
kantong-kantong kecil yang berisikan sel radang polimorfonuklear yang
dikenal sebagai mikro abses Munro.Pada puncak papil dermis didapati
pelebaran pembuluh darah kecil yang disertai oleh sebukan sel-sel radang
limfosit dan monosit.

2.11 Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1) Pola Persepsi Kesehatan
a. Adanya riwayat infeksi sebelumya.
b. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c. Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
d. Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e. Hygiene personal yang kurang.
f. Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2) Pola Nutrisi Metabolik
a. Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
makan.

11
b. Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c. Jenis makanan yang disukai.
d. Nafsu makan menurun.
e. Muntah-muntah.
f. Penurunan berat badan.
g. Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h. Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar
atau perih
3) Pola Eliminasi
a. Sering berkeringat.
b. Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a. Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b. Kelemahan umum, malaise.
c. Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d. Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
e. Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5) Pola Tidur dan Istirahat
a. Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
b. Mimpi buruk.
6) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b. Perasaan terisolasi.
7) Pola Reproduksi Seksualitas
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b. Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
8) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a. Emosi tidak stabil
b. Ansietas, takut akan penyakitnya
c. Disorientasi, gelisah
9) Pola Sistem Kepercayaan
a. Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b. Agama yang dianut
10) Pola Persepsi Kognitif

12
a. Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b. Pengetahuan akan penyakitnya.
11) Pola Hubungan dengan Sesama
a. Hidup sendiri atau berkeluarga
b. Frekuensi interaksi berkurang
c. Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

B. Analisa Data
Data-data Etiologi Masalah
Ds :- Iritasi zat kimia, faktor Gangguan integritas
Do: Turgor kulit buruk, kering, mekanik, faktor nutrisi. kulit
bersisik, pecah-pecah, perubahan
warna kulit, terdapat bercak-
bercak, gatal-gatal, rasa terbakar,
kurangya personal hygiene,
lingkungan tidak sehat,
mengkonsumsi makanan
berminyak dan pedas.

Ds:- Biofisik, penyakit, dan Gangguan body image


Do : Kulit kering, bersisik, pecah- perseptual.
pecah, terdapat bercak-bercak,
minder, tidak percaya diri,
perasaan terisolasi, interaksi
berkurang.

Ds:- Perubahan status Ansietas


Do : Klien tampak gelisah, takut kesehatan
akan penyakitnya, ragu, gangguan
pola tidur, sering berkeringat,
anoreksia, mual, perubahan pola
berkemih.
Ds:- Gejala terkait penyakit Gangguan rasa nyaman
Do : Ansietas, klien tampak
gelisah, gangguan pola tidur, klien

13
takut akan penyakitnya, gatal-
gatal, kulit terasa terbakar atau
perih.

C. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit ditandai
dengan adanya gatal, rasa terbakar pada kulit, ansietas, klien tampak gelisah, dan
gangguan pola tidur.
2) Gangguan  integritas kulit berhubungan dengan iritasi zat kimia, faktor mekanik,
faktor nutrisiditandai dengan kerusakan jaringan kulit (kulit bersisik, turgor kulit
buruk, pecah-pecah, bercak-bercak, gatal).
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik, penyakit, dan perseptual
ditandai dengan tidak percaya diri, minder, perasaan terisolasi, interaksi
berkurang.
4) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan klien
gelisah, ketakutan, gangguan tidur, sering berkeringat.

Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
.
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan  Kaji penyebab  Sebagai dasar
nyaman tindakan selama gangguan rasa dalam menyusun
berhubungan 1x24 jam klien nyaman. rencana intervensi
dengan gejala dapat keperawatan.
terkait penyakit mempertahankan  Kendalikan  Rasa gatal dapat
ditandai dengan tingkat faktor- faktor diperburuk oleh
adanya gatal, rasa kenyamanan iritan. panas, kimia dan
terbakar pada selama perawatan fisik.
kulit, ansietas, dengan  Pertahankan  Kesejukan
klien tampak Kriteria hasil: lingkungan mengurangi gatal.
gelisah, dan -Klien tampak yang dingin
gangguan pola tenang atau sejuk.  Upaya ini
tidur. -Gangguan tidur  Gunakan sabun mencakup tidak
hilang

14
-Klien menerima ringan atau adanya larutan
akan penyakitnya sabun khusus detergen, zat
-Gatal dan perih untuk kulit pewarna atau
hilang sensitif. bahan pengeras.
 Kolaborasi  Tindakan ini
dalam membantu
pemberian meredakan gejala
terapi topical
seperti yang
diresepkan
dokter.
2. Gangguan integrit Setelah dilakukan  Kaji atau catat  Memberikan
as kulit intervensi selama ukuran, warna, informasi dasar
berhubungan 3x24 jam, keadaan luka / tentang
dengan iritasi zat diharapkan kondisi sekitar penanganan kulit.
kimia, faktor Kerusakan luka.
mekanik, faktor integritas kulit  Merupakan
nutrisiditandai dapat teratasi,  Lakukan tindakan protektif
dengan kerusakan dengan kompres basah yang dapat
jaringan kulit Kriteria hasil: dan sejuk atau mengurangi
(kulit bersisik, -Turgor kulit baik terapi nyeri.
turgor kulit buruk, -Gatal hilang rendaman.  Memungkinkan
pecah-pecah, -Kulit tidak pasien lebih
bercak-bercak, bersisik  Lakukan bebas bergerak
gatal). -Bercak-bercak perawatan luka dan
hilang dan hygiene meningkatkan
sesudah itu kenyamanan.
keringkan kulit
dengan hati-hati
dan taburi
bedak yang  Mempercepat
tidak iritatif. proses rehabilitasi
 Berikan pasien.
prioritas untuk

15
meningkatkan
kenyamanan  Untuk
dan kehangatan mempercepat
pasien. penyembuhan.
 Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian obat-
obatan
3. Gangguan citra Setelah dilakukan  Berikan  Klien
tubuh tindakan asuhan kesempatan membutuhkan
berhubungan keperawatan pada klien pengalaman
dengan biofisik, selama 1X24 jam, untuk didengarkan dan
penyakit, dan diharapkan tidak mengungkapkan dipahami dalam
perseptual terjadi gangguan perasaan proses
ditandai dengan body image. tentang peningkatan
tidak percaya diri, Dengan perubahan citra kepercayaan diri.
minder, perasaan Kriteria hasil: tubuh.  Memberikan
terisolasi, -Menyatakan  Nilai rasa kesempatan
interaksi penerimaan situasi keprihatinan kepada perawat
berkurang diri. dan ketakutan untuk
-Bicara dengan klien. menetralkan
keluarga/orang kecemasan dan
terdekat tentang memulihkan
situasi, perubahan realitas situasi.
yang terjadi.  Kesan seseorang
terhadap dirinya
 Bantu klien sangat
dalam berpengaruh
mengembangka dalam
n kemampuan pengembalian
untuk menilai kepercayaan diri.
diri dan  Pendekatan dan
mengenali serta saran yang positif

16
mengatasi dapat membantu
masalah. menguatkan
 Mendukung usaha dan
upaya klien kepercayaan yang
untuk dilaku
memperbaiki
citra diri,
mendorong
sosialisasi
dengan orang
lain dan
membantu klien
ke arah
penerimaan diri.
4. Ansietas yang Setelah dilakukan  Kaji tingkat  Identifikasi
berhubungan intervensi selama ansietas dan masalah spesifik
dengan perubahan 3x24 jam, diskusikan akan
status kesehatan diharapkan penyebab bila meningkatkan
ditandai dengan Ansietas dapat mungkin. kemampuan
klien gelisah, diminimalkan individu untuk
ketakutan, sampai dengan menghadapinya
gangguan tidur, diatasi, dengan dengan lebih
sering Kriteria hasil : realistis.
berkeringat. -Klien tampak  Ka kaji ulang  Sebagai indikator
tenang keadaan umum awal dalam
-Klien menerima pasien dan menentukan
tentang TTV. intervensi
penyakitnya berikutnya.
-Gangguan tidur  Agar pasien
hilang  Berikan waktu merasa diterima.
-Pola berkemih pasien untuk
normal mengungkapkan
masalahnya dan
dorongan

17
ekspresi yang
bebas, misalnya
rasa marah,
takut, ragu.  Ke tidaktahuan
 Jelaskan semua dan kurangnya
prosedur dan pemahaman dapat
pengobatan. menyebabkan
timbulnya
ansietas.
 Mengurangi
kecemasan pasien

 Diskusikan
perilaku koping
alternatif dan
tehnik
pemecahan
masalah

BAB III

PENUTUP

18
A. Kesimpulan
Psioriasis adalah penyakit autoimun paling prevalen yang disebabkan oleh
aktivasi berlebihan dari sistem imunitas seluler yang cara penurunannya belum
dimengerti sepenuhnya. Yang ditandai dengan hiperkeratosis dan penebalan
epidermis kulit serta proses radang, sehingga timbul skuamasi (pengelupasan) dan
indurasi eritematosa (kulit meradang dan kemerahan). Menyerang kulit, kuku, mukosa
dan sendi, tetapi tidak pada rambut. Faktor imun berperan terhadap terjadinya
penyakit ini karena penyakit yang parah dapat timbul pada orang dengan gangguan
kekebalan.

B. Saran
Diharapkan agar semua mahasiswa yang membaca dapat memahami dan
mengetahui tentang psioriasis beserta asuhan keperawatannya. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat membawa pengaruh yang baik bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

19
Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ, Wolff K, editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi
ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012: 197-242.
Herdman, T. heather, 2012, Diagnosis Keperawtan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014/
editor T.Heather Herdman; alih bahasa, Made Sumarwati, dan Nike Budi Subekti.
EGC. Jakarta
Menter, A., & et al. (2008). Guidelines of care for the management of psoriasis and psoriatic
arthritis. J Am Acad Dermatol , 58 (5).
Meffert, J. (2017, 02 17). Psoriasis. Retrieved 03 24, 2017.
Oakley, A. (2014, 08). Psoriasis. Retrieved 03 25, 2017.
Paller, D. J. Leffel, & K. Wolff, Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine, 8th Ed, 2V
(Vol. 1, pp. 197-231). New York: McGraw-Hill.
Price, Wilson. (1995). “Patofisiologi”, Edisi 4, EGC: Jakarta. Smeltzer, Suzanne. (2002).
“Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi 8, Volume 3, EGC: Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai