Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No.

2 / Agustus 2008

Pengaruh Program Pelatihan Pengolahan Sampah Padat Organik


Menggunakan Metode Composting Terhadap Pengetahuan Dan
Ketrampilan Ibu-Ibu PKK Di RW III Kelurahan Boja Kabupaten Kendal

Trixie Salawati*), Rahayu Astuti*), Rizki Nurul Hayati**),


*)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang
**)
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRACT

Background: Garbage is discard materials as a result of human life. The amount of garbage
yielded by human being is increased progressively that require to be handled to prevent from
one way to handled garbage especially organic garbage is by processing them to become
compost.. Composting is process decomposition of garbage biologically either in aerobic or
anaerobic condition. Many people do not understand how to process solid waste becomes
compost. This study aims to know the effects of training in composting garbage at PKK’s
member at Kendal District.
Method: The study is action research using Pre Test Post Test Design. 30 women were selected
purposively using certain criteria. The data analyzed using Paired t-test and Wilcoxon test to
compare the result before and after training.
Result: The study shows that there were significant differences between level of knowledge
of women before and after training. However the significant differences between before and
after training in terms of the level of knowledge and attitudes 1 month after training whereas
the skills after training increase significantly.

Keywords: training, knowledge, skilled, composting, garbage

63
Pengaruh Program Pelatihan ... (Trixie S, Rahayu A, Rizki Nurul H)

PENDAHULUAN sampah. Masyarakat belum mempunyai


Sampah merupakan bahan buangan dari kesadaran dalam hal mengolah sampah dengan
kegiatan manusia atau hasil samping dari aktivitas cara yang baik dan benar. Hal tersebut pun terjadi
manusia yang sudah tidak terpakai (Nur Hidayat, di kelurahan Boja kabupaten Kendal.
2006) Sekarang ini jumlah sampah yang Kelurahan Boja terdiri dari 53 RT yang
dihasilkan oleh manusia semakin meningkat dan terbagi dalam 10 RW. Setiap RW biasanya
tidak sebanding dengan jumlah penduduk, jenis dibatasi oleh jalan desa, sedangkan RT biasanya
aktivitas dan tingkat konsumsi penduduk dibatasi dengan saluran air yang cukup lebar.
terhadap suatu barang. Semakin besar jumlah Keadaan lingkungan di desa Boja terutama RW
penduduk, maka semakin besar pula volume III secara keseluruhan baik. Di wilayah tersebut
sampah yang dihasilkan. masih banyak pepohonan yang ditanam di setiap
Menurut prakiraan, volume sampah yang rumah. RW III tidak termasuk dalam wilayah
dihasilkan per orang rata-rata sekitar 0,5 kg/ yang padat penduduk, karena masih banyak
kapita/hari. Dengan mengalikan data tersebut terdapat kebun dan persawahan yang cukup luas
dengan jumlah penduduk di beberapa kota di milik warga setempat. Keadaan lingkungan
Indonesia, dapat diketahui prakiraan potensi seperti tersebut di atas, tentunya akan menambah
sampah kota di Indonesia yaitu sekitar 100.000 jumlah sampah yang dihasilkan oleh warga di RW
ton/hari (Sudrajat, 2006) III. Sedangkan RW III tidak memiliki sistem
Selain semakin besarnya volume sampah, pengelolaan dan pengolahan sampah untuk
saat ini permasalahan sampah menjadi semakin warganya. Pihak kelurahan bekerja sama dengan
rumit karena manajemen pengelolaan sampah Dinas Kebersihan sebenarnya telah
yang tidak baik. Mulai dari permasalahan tempat menempatkan tiga kontainer pada jalan utama
penampungan sementara, pengumpulan, desa Boja. Namun kebanyakan warga RW III
pengangkutan sampai pada tempat pembuangan tidak memanfaatkan kontainer tersebut karena
akhir dan pengolahan. Permasalahan sampah letaknya yang terlalu jauh. Kebanyakan warga
yang dihadapi dapat dikatakan sebagai masalah lebih sering memanfaatkan saluran air pembatas
kultural, tidak hanya masalah sosial maupun antar RT untuk membuang sampah.
ekonomi karena dampaknya terkena pada Berdasarkan diskusi dengan sepuluh orang
berbagai sisi kehidupan (Azwar, 1994) warga di RW III diperoleh informasi bahwa
Penanggulangan untuk mencegah timbunan sebagian besar dari mereka mempunyai perilaku
sampah dan melakukan pengolahan sampah membuang sampah di saluran air. Selain itu
secara tepat untuk kepentingan kesehatan kebanyakan mereka tidak memikirkan akibat
masyarakat sangat perlu untuk dilakukan. Salah yang dapat ditimbulkan dengan membuang
satu cara untuk menangani sampah terutama sampah pada tempat tersebut. Saat ini kondisi
sampah organik adalah menerapkan teknologi saluran air tersebut tidak bersih bahkan karena
sederhana, yaitu dengan mengolah sampah banyaknya warga yang membuang sampah
menjadi kompos. Dengan mengolah sampah menjadikan saluran air tersebut seolah berubah
menjadi kompos, maka sampah yang tadinya fungsinya menjadi tempat pembuangan sampah.
merupakan sumber masalah bagi manusia diubah Penumpukan sampah tersebut menjadikan aliran
menjadi bahan yang dapat membantu dan air tidak lancar.
menguntungkan bagi manusia. Perilaku warga dalam membuang sampah
Di daerah pedesaan pada umumnya belum sembarangan hingga sekarang masih dilakukan,
memiliki sistem pengelolaan dan pengolahan dan belum pernah terpikirkan oleh mereka untuk
mencari solusi agar kebiasaan tersebut dapat

64
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008

diubah. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya digunakan adalah “Pre Test Post Test Design”.
pengetahuan dari warga mengenai alternatif untuk Pengetahuan dan ketrampilan diukur sebelum
mengolah sampah padat menjadi kompos. Untuk dan sesudah pelatihan, kemudian ditambah
itu perlu dilakukan program pelatihan pengolahan dengan pengukuran ulang setelah satu bulan untuk
sampah padat menggunakan metode composting mengukur retensi masing-masing responden
yaitu pengolahan sampah padat organik menjadi (Darmiastuti, 2003, 53)
kompos. Kegiatan ini diharapkan dapat merubah Populasi yang diteliti adalah ibu PKK di RW
pengetahuan tentang pengolahan sampah padat, III Kelurahan Boja. Hasil observasi ternyata
sekaligus juga dapat memberikan dan perilaku masyarakat membuang sampah di
meningkatkan keterampilan warga dalam saluran air banyak dilakukan oleh warga RT 3, 4
mengolah sampah menjadi kompos. Pelatihan dan 8, oleh karena itu RT-RT tersebutlah yang
dilakukan oleh peneliti dan ibu PKK yang telah dipilih. Jumlah ibu PKK di RT-RT tersebut ialah
mengikuti pelatihan Problem Solving For Bet- 130 orang..Sedangkan pengambilan sampel
ter Health (PSBH) oleh Yayasan Indonesia dilakukan dengan syarat sebagai berikut :
Menuju Sehat. a. Kriteria inklusi
Pelatihan pengolahan sampah padat organik 1). Ibu PKK yang bersedia mengikuti
menggunakan metode composting dilakukan pelatihan.
selama dua hari dengan kombinasi dari beberapa 2). Ibu PKK yang belum pernah mengikuti
metode pembelajaran yaitu ceramah, pelatihan membuat kompos.
demonstrasi serta latihan atau praktek untuk b. Kriteria eksklusi
meningkatkan ketrampilan. Hari pertama, 1). Ibu PKK yang telah lanjut usia ( > 60
pelatihan bertujuan untuk meningkatkan tahun )
pengetahuan responden mengenai pengertian Berdasarkan kriteria di atas maka
sampah, jenis sampah, dampak yang ditimbulkan diketahui jumlah populasi sebanyak 89
dengan adanya sampah dan cara pengolahan orang. Adapun sampel yang diperoleh
sampah padat organik menggunakan metode dengan menggunakan rumus minimum
composting. Hari kedua adalah praktik sample size adalah 30 orang.
ketrampilan, dimana responden dilatih Pengambilan sampel dilakukan secara
bagaimana cara mengolah sampah menjadi simple random sampling
kompos kemudian diberi kesempatan untuk (Notoatmodjo, 2002).
mempraktikkannya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik HASIL PENELITIAN
untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam 1. Karakteristik Responden.
sebuah penelitian ilmiah mengenai pengaruh Sebagian besar responden berumur 31 – 40
pelatihan pengolahan sampah padat organik tahun (43,3%). Usia paling rendah dari responden
menggunakan metode composting pada ibu PKK yang mengikuti pelatihan adalah 26 tahun.
terhadap pengetahuan dan keterampilan ibu Pendidikan responden paling rendah tingkat
PKK di RW III Kelurahan Boja, Kabupaten Sekolah Dasar sebanyak 6 orang (20%),
Kendal. sedangkan paling tinggi berpendidikan Perguruan
Tinggi sebanyak 7 orang (23,33%). Peserta
METODE PENELITIAN pelatihan terdiri dari ibu rumah tangga, pedagang,
Jenis penelitian yang digunakan adalah buruh, guru, PNS dan Karyawan. Pekerjaan
penelitian eksperimen semu atau eksperimen yang dimiliki oleh peserta tidak menghambat
quasi (Bhisma Murti, 2003). Rancangan yang mereka untuk hadir dan mengikuti pelatihan

65
Pengaruh Program Pelatihan ... (Trixie S, Rahayu A, Rizki Nurul H)

sampai akhir karena pelatihan dilakukan pada mengenai jenis sampah yang bukan termasuk
sore hari. Namun mayoritas peserta pelatihan sampah padat; 53,3% belum tahu berapa lama
adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pematangan
sebesar 46,7 %. kompos; serta 66,7% juga belum tahu berapa
2. Pengetahuan Tentang Pengolahan takaran EM4 untuk membuat kompos.
Sampah Padat Organik. Pengetahuan responden sesudah pelatihan
Pengetahuan responden tentang pengolahan mengalami peningkatan, menjadi 86,7%. Hal ini
sampah padat organik diukur dengan menunjukkan bahwa responden yang bisa
menggunakan kuesioner dan diukur dalam tiga menjawab pertanyaan tentang pengetahuan telah
kali pengukuran yaitu pretest, posttest dan meningkat setelah mengikuti pelatihan.
posttest sesudah 1 bulan. Diantaranya responden yang belum mengetahui
Pengetahuan responden sebelum dilakukan tentang pengertian sampah padat semula 50 %,
pelatihan sebagian besar kurang (73,3 %). sesudah pelatihan turun menjadi 33,3%;
Berdasarkan jawaban responden atas responden yang belum mengetahui mengenai jenis
pertanyaan pengetahuan diketahui bahwa 50% sampah yang bukan termasuk sampah padat
responden belum mengetahui tentang pengertian semula 63,3 %, sesudah pelatihan menjadi turun
sampah padat; 63,3 % belum mengetahui 16,7%; responden yang belum tahu berapa lama

66
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008

waktu yang dibutuhkan untuk pematangan telah memiliki ketrampilan yang baik. Walaupun
kompos semula 53,3 %, sesudah pelatihan mengalami peningkatan ketrampilan, namun
menjadi 0%; dan responden yang belum tahu ternyata ada beberapa ketrampilan yang belum
berapa takaran EM4 untuk membuat kompos sempurna. Sebanyak 13,3% responden lupa
semula 66,7%, sesudah pelatihan turun belum melubangi sisi ember, 20% responden
menjadi 13,3%. belum melubangi sisi peralon, 10% responden
Namun demikian pengetahuan responden tidak memberikan tanah dan kerikil pada lapisan
satu bulan sesudah pelatihan mengalami dasar, 6,67% responden tidak menimbang
penurunan, di mana responden yang memiliki sampah, 23,3% responden salah dalam
pengetahuan baik menjadi 63,3%. Diantara 20% menyiapkan larutan inokulan, 6,67% tidak
responden lupa tentang pengertian sampah padat; mengaduk sampah dengan larutan, dan 3,33%
46,7% lupa mengenai jenis sampah yang bukan responden tidak memberikan lapisan daun kering
termasuk sampah padat; 6,6 % responden lupa sebagai lapisan terakhir.
tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan Ketrampilan responden satu bulan setelah
untuk pematangan kompos; dan 16,7% juga lupa pelatihan juga mengalami peningkatan, di mana
mengenai berapa takaran EM4 untuk membuat 76,7% responden memiliki ketrampilan baik.
kompos. Walaupun ketrampilan meningkat namun masih
3. Ketrampilan responden mengolah ada beberapa ketrampilan yang tetap dilakukan
sampah padat organik. dengan salah oleh beberapa responden yaitu :
Ketrampilan responden untuk 6,67% responden tetap tidak melubangi sisi
mempraktekkan pengolahan sampah padat peralon, 13,3% masih salah dalam menyiapkan
organik dengan metode composting diukur larutan inokulan dan 3,33% tetap tidak
dalam tiga kali pengukuran. Ketrampilan memberikan lapisan daun kering sebagai lapisan
responden sebelum pelatihan 100% kurang. terakhir.
Dari 14 langkah pembuatan kompos yang harus 4. Pengetahuan sebelum, sesudah
dilakukan tidak ada satupun responden yang pelatihan, dan satu buan setelah
dapat melakukan langkah-langkah tersebut pelatihan pengolahan sampah padat
dengan benar, walaupun ada beberapa organik.
responden yang sudah mendekati benar. Hasil pengolahan data tentang pengetahuan
Sesudah pelatihan ketrampilan responden ibu PKK diperoleh skor rata-rata pengetahuan
mengalami peningkatan, di mana 60% responden sebelum pelatihan adalah 27,57 dengan standar

67
Pengaruh Program Pelatihan ... (Trixie S, Rahayu A, Rizki Nurul H)

deviasi 7,229. Skor rata-rata pengetahuan Hasil pengolahan data ketrampilan diperoleh
sesudah pelatihan mengalami peningkatan skor rata-rata sebelum pelatihan 1,37 dengan
menjadi 44,40 dengan standar deviasi 3,578. standar deviasi 2,385. Rata-rata sesudah
Skor rata-rata pengetahuan sesudah satu bulan pelatihan 13,17 dengan standar deviasi 1,206.
dari pelatihan diperoleh nilai 40,20 dengan Sedangkan satu bulan sesudah pelatihan 13,67
standar deviasi 4,781 atau mengalami penurunan dengan standar deviasi 0,711.
sebesar 4,20. Berdasarkan Tabel hasil uji statistik untuk
Pengolahan data pengetahuan sebelum dan ketrampilan sebelum dan sesudah pelatihan
sesudah pelatihan dilakukan dengan diperoleh nilai exact.sig (2-tailed) dari uji
menggunakan uji t dependen ( Paired-t-test). wilcoxon 0,000. Nilai tersebut bermakna ada
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai p- perbedaan yang bermakna antara ketrampilan
value sebesar 0,000 dan standar deviasi sebesar sebelum dan sesudah pelatihan.
4,871. Artinya ada perbedaan yang bermakna Sedangkan uji Wilxocon untuk ketrampilan
antara pengetahuan sebelum dan sesudah sesudah pelatihan dan satu bulan sesudah
pelatihan. pelatihan diperoleh nilai p-value 0,002. Nilai
Berdasarkan uji paired-t-test untuk sesudah tersebut bermakna ada perbedaan yang
pelatihan dan satu bulan sesudah pelatihan bermakna antara ketrampilan sesudah pelatihan
diperoleh nilai p-value sebesar 0,000 dan standar dan satu bulan sesudah pelatihan.
deviasi 3,263. Artinya ada perbedaan yang
bermakna antara pengetahuan sesudah pelatihan PEMBAHASAN
dan satu bulan sesudah pelatihan. 1. Pengetahuan Tentang Pengolahan
5. Ketrampilan antara sebelum, sesudah Sampah Organik
pelatihan dan satu bulan sesudah Pengetahuan responden sebelum dilakukan
pelatihan pengolahan sampah padat pelatihan sebagian besar masih kurang (73,3
organik. %). Terbukti dengan banyaknya pertanyaan

68
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008

pengetahuan yang tidak dijawab dengan benar Cahya Wibawa (2007) pada umumnya orang
oleh responden. Hal itu menunjukkan bahwa setelah belajar pertama kali, lupa dengan cepat,
banyak ibu yang tidak mengetahui tentang tetapi kemudian tidak begitu cepat. Gejala ini
pengolahan sampah padat menggunakan metode berkaitan dengan apa yang dikenal sebagai
composting. Sesudah pelatihan pengetahuan “kurva lupa Ebbinghaus” yaitu pada permulaan
responden sebagian besar menjadi baik (86,7%). retensi berkurang dengan cepat, tetapi kemudian
Ini menunjukkan adanya peningkatan pengurangan itu berangsur-angsur mengecil.
pengetahuan setelah mengikuti pelatihan. Ebbinghaus juga menekankan bahwa
Pertanyaan-pertanyaan yang semula dijawab pengetahuan atau apa yang dipelajari oleh
salah pada waktu pretest, ternyata sesudah seseorang secara logaritmik akan cenderung
pelatihan banyak yang dijawab dengan benar menurun dari waktu ke waktu (Depkes RI, 2000
oleh responden. Meskipun masih terdapat :9-10). Searah dengan pernyataan Ebbinghaus,
beberapa responden yang menjawab dengan menurut Anderson yang dikutip oleh Agus
salah namun persentasenya tidak terlalu besar, Suryana (2006) semakin lama ingatan akan
kurang dari 50%. semakin berkurang, dalam satu bulan maka
Pernyataan di atas menunjukkan adanya ingatan untuk suatu pengetahuan hanya tersisa
pengaruh dari pelatihan untuk mengubah atau 18%.
meningkatkan pengetahuan ibu PKK. 2. Ketrampilan Mengolah Sampah
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini Organik
terjadi setelah orang melakukan penginderaan Berdasarkan pretest yang dilakukan,
terhadap suatu objek tertentu. Seperti yang diketahui ketrampilan responden sebelum
dikemukakan oleh Bloom mengenai tingkatan penelitian masih sangat kurang. Ketrampilan
pengetahuan yang tercakup dalam domain responden dengan kategori baik sebesar 0 %,
kognitif yang mempunyai 6 tingkatan artinya semua responden belum mengetahui
(Notoatmodjo, 2003). Pemberian ceramah bagaimana cara mengolah sampah padat organik
mengenai pengolahan sampah dimaksudkan menjadi kompos. Namun sesudah pelatihan
untuk mencapai tingkatan pengetahuan yang pal- ketrampilan responden dengan kategori baik
ing atas. Pertanyaan yang semula tidak dapat yang semula 0 % mengalami peningkatan menjadi
dijawab oleh responden, setelah pelatihan 60%. Metode pembelajaran akan mempengaruhi
ternyata dapat dijawab dengan benar. Dengan proses belajar sehingga terjadinya perubahan
adanya peningkatan pengetahuan seperti yang baik pengetahuan, sikap maupun praktek.
dijabarkan di atas menunjukkan adanya Pengetahuan, sikap dan praktek atau ketrampilan
peningkatan pengetahuan ibu PKK. Dalam hal akan bertambah dengan adanya pembelajaran
ini setidaknya sudah mencapai tingkat (Notoatmodjo, 2003). Dalam pelatihan ini
pemahaman materi yaitu kemampuan untuk metode demonstrasi digunakan sebagai sarana
menginterpretasikan atau mengulang informasi untuk meningkatkan ketrampilan responden.
yang diperoleh. Hasil penilaian membuktikan adanya peningkatan
Satu bulan sesudah pelatihan, persentase ketrampilan antara sebelum dan sesudah
pengetahuan responden kategori baik sebesar diberikan pengetahuan. Metode demonstrasi
63,3 %, artinya terjadi penurunan tingkat yang dilakukan ternyata berhasil meningkatkan
pengetahuan sebesar 23,4% dari sesudah ketrampilan responden dalam mengolah sampah
pelatihan (86,7%). Pengetahuan mencakup organik. Melalui metode demonstrasi sasaran
ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan dapat melihat, mengamati, mendengar, mungkin
disimpan dalam ingatan. Menurut Winkel dalam merasakan proses yang dipertunjukkan (Cahya

69
Pengaruh Program Pelatihan ... (Trixie S, Rahayu A, Rizki Nurul H)

Wibawa, 2007:117). Sesuai dengan teori yang semakin banyak panca indra yang digunakan
dikemukakan oleh Kemp (Depkes RI) mengenai maka daya ingat yang dimiliki seseorang terhadap
pola belajar “Interaction between pengajar dan suatu pengetahuan akan semakin lama.
pembelajar” yang menyatakan bahwa Meskipun dalam ceramah juga terdapat
keberhasilan proses belajar dapat lebih cepat peningkatan pengetahuan namun sifatnya tidak
dicapai apabila pengajar berpartisipasi dalam akan lama karena semakin lama ingatan tentang
proses pembelajaran dari pada pengajar pengetahuan yang hanya menggunakan alat bantu
mendominasi proses pembelajaran. Metode kata-kata akan semakin berkurang. Hal ini
demonstrasi tentunya berbeda dengan ceramah, berbeda dengan demonstrasi yang memang
dalam ceramah pengajar lebih mendominasi melibatkan banyak indra dalam proses
dalam proses belajar sedangkan dalam metode memperoleh pengetahuan.
demonstrasi pengajar berpartisipasi dengan Peningkatan ketrampilan Ibu PKK dalam
menunjukkan bagaimana cara yang benar mengolah sampah organik menjadi kompos dapat
mengolah sampah organik menjadi kompos. dipengaruhi oleh faktor usia, pendidikan dasar
Ketrampilan yang sudah didapatkan oleh dan pekerjaan yang dimiliki. Seperti halnya
responden diuji kembali setelah satu bulan dan pengetahuan dalam praktek pembuatan kompos,
didapatkan hasil adanya peningkatan dari hasil perbedaan usia dan pendidikan ibu PKK sangat
nilai ketrampilan sesudah pelatihan. Sesudah mempengaruhi ketrampilan dan daya ingat
pelatihan yang termasuk kategori baik sebesar terhadap informasi yang diberikan. Responden
60%, sedangkan satu bulan sesudahnya menjadi yang masih muda akan lebih mudah menerima
76,7%. Artinya terjadi peningkatan sebesar informasi dan mengingat langkah-langkah
16,7%. Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang mengenai cara pembutan kompos. Peserta yang
dikemukakan oleh Ebbinghaus bahwa lebih muda juga akan lebih mudah dan cepat
pengetahuan atau apa yang dipelajari oleh dalam mempraktekkan pembutan kompos.
seseorang secara logaritmik akan cenderung Perbedaan latar belakang pendidikan yang
menurun dari waktu ke waktu (Depkes RI, 2000 dimiliki responden juga berpengaruh terhadap
: 9 -10). Hal ini dapat terjadi karena alat bantu ketrampilan ibu PKK. Responden yang memiliki
yang digunakan dalam peningkatan ketrampilan latar belakang pendidikan tinggi lebih mudah
berbeda dengan alat bantu yang digunakan dalam menerima dan memahami informasi yang
peningkatan pengetahuan. Elgar Dale dalam diberikan dibandingkan dengan responden yang
Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa berpendidikan rendah. Responden yang
seseorang di dalam proses pendidikan dapat mengikuti pelatihan memiliki pekerjaan yang
memperoleh pengalaman atau pengetahuan berbeda. Hal ini juga sangat berpengaruh
melalui berbagai macam alat bantu pendidikan terhadap ketrampilan dalam mengolah sampah
tetapi masing-masing alat mempunyai intensitas padat organik menjadi kompos. Responden yang
yang berbeda. Alat bantu yang digunakan tidak bekerja mempunyai banyak waktu luang
berhubungan dengan panca indra yang akan untuk mempelajari atau mempraktekkan
menerima atau menangkap pengetahuan. Semakin bagaimana mengolah sampah menjadi kompos
banyak indra yang digunakan untuk menerima secara individu di rumah dibandingkan yang
sesuatu maka semakin banyak dan jelas pula bekerja. Hal ini tentunya sangat berpengaruh
pengetahuan yang diperoleh. Demonstrasi terhadap hasil praktek ketrampian yang ke dua
memberikan peluang lebih banyak kepada panca (Post Test 2), karena sebagian besar responden
indra yang digunakan untuk menerima adalah tidak bekerja.
pengetahuan dibandingkan dengan ceramah, Selain karena faktor di atas, peningkatan

70
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008

ketrampilan responden satu bulan sesudah mengasumsikan bahwa terjadinya perubahan


pelatihan disebabkan antusias dari responden tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus)
untuk mendapatkan tambahan penghasilan dari yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya,
ketrampilan yang didapat, sehingga responden kualitas dari sumber komunikasi (sources)
termotivasi untuk lebih meningkatkan ketrampilan misalnya kredibilitas kepemimpinan, gaya bicara
yang mereka miliki. Motivasi adalah keadaan sangat menentukan keberhasilan perubahan pada
yang terdapat dalam diri seseorang yang seseorang, kelompok, atau masyarakat. Stimu-
mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu lus yang diberikan kepada organisme dapat
guna pencapaian suatu tujuan (Djaali, 2007). diterima atau ditolak (Notoatmodjo, 2003). Hasil
Peningkatan ketrampilan juga dikarenakan penelitian ini menunjukkan adanya perubahan
adanya diskusi yang dilakukan antar responden pengetahuan pada ibu PKK tentang pengolahan
diluar program pelatihan dan pemberian booklet sampah padat organik. Artinya, pemberian stimu-
yang berisi mengenai cara pembuatan kompos lus atau rangsang tersebut sangat efektif dalam
yang disertai gambar menjadikan responden lebih mempengaruhi perhatian dan dapat diterima oleh
tertarik untuk belajar kembali bagaimana langkah ibu PKK.
pembuatan kompos yang benar. Dari booklet 4. Perbedaan ketrampilan pengolahan
yang dimiliki responden dapat mengevaluasi sampah padat organik.
kesalahan yang dilakukan sewaktu praktek Perbedaan ketrampilan antara sebelum dan
pembuatan kompos dan memperbaiki kesalahan sesudah pelatihan pengolahan sampah padat
tersebut pada post test ke-dua. organik disajikan menggunakan uji wilcoxon
3. Perbedaan pengetahuan pengolahan diperoleh hasil nilai exact.sig (2-tailed) 0,000.
sampah padat organik. Artinya ada perbedaan ketrampilan yang
Perbedaan pengetahuan sebelum dan bermakna dalam mengolah sampah padat organik
sesudah pelatihan pengolahan sampah padat menggunakan metode composting antara
organik disajikan menggunakan uji t dependen ( sebelum dan sesudah pelatihan. Sedangkan
Paired-t-test) diperoleh nilai p-value sebesar ketrampilan antara sesudah pelatihan dan satu
0,000 atau kurang dari 0,05 dan standar deviasi bulan sesudah pelatihan pengolahan sampah
sebesar 4,871, maka ada perbedaan padat organik juga menunjukkan hasil yang sama
pengetahuan yang bermakna tentang pengolahan yaitu ada perbedaan ketrampilan yang bermakna,
sampah padat organik antara sebelum dan karena diperoleh nilai p-value 0,002.
sesudah pelatihan. Pengetahuan sesudah pelatihan Keberhasilan praktek ketrampilan dikarenakan
dan satu bulan sesudah pelatihan pengolahan adanya rangsang (stimulus) yang kuat. Seperti
sampah padat organik juga menunjukkan adanya pengetahuan stimulus yang diberikan untuk
perbedaan pengetahuan yang bermakna. meningkatkan ketrampilan dapat diterima oleh
Dikarenakan nilai p-value pengetahuan sesudah ibu PKK dan sangat efektif dalam mempengaruhi
dan satu bulan sesudah pelatihan sebesar 0,000. perhatian. Selanjutnya organisme yang menerima
Penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena akan mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi
hipotesa yang telah ditentukan dapat dibuktikan kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang
dengan hasil analisa yang menunjukkan adanya diterima. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta
perbedaan yang bermakna dari tiap variable yang dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut
diuji. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya mempunyai efek tindakan dari individu tersebut
stimulus atau rangsang yang mendorong (Notoatmodjo, 2003).
terjadinya perubahan pengetahuan. Seperti dalam Teori Stimulus Organisme ini juga
teori stimulus organisme ( S-O-R ) yang mengatakan bahwa perubahan akan terjadi hanya

71
Pengaruh Program Pelatihan ... (Trixie S, Rahayu A, Rizki Nurul H)

apabila stimulus yang diberikan benar-benar perbedaan yang bermakna, dengan nilai p
melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat sebesar 0,000.
melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang 6. Skor rata-rata ketrampilan sebelum pelatihan
diberikan harus dapat meyakinkan organisme. 1,37, rata-rata sesudah pelatihan 13,17 dan
Dalam meyakinkan faktor reinforcement satu bulan sesudah pelatihan 13,67.
memegang peranan penting (Notoatmodjo, 7. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil nilai
2006). exact.sig (2-tailed) 0,000. Terbukti adanya
5. Dampak Pelatihan perbedaan ketrampilan yang bermakna
Program pelatihan yang telah dilaksanakan antara sebelum dan sesudah pelatihan.
ternyata membawa dampak positif bagi Ibu 8. Ketrampilan antara sesudah pelatihan dan
PKK. Setelah pelatihan selesai sebagian dari Ibu satu bulan sesudah pelatihan pengolahan
PKK telah melakukan pembuatan kompos sampah padat organik juga menunjukkan
secara mandiri. Sampah organik yang dijadikan hasil adanya perbedaan ketrampilan yang
kompos berasal dari sisa kegiatan rumah tangga bermakna, dengan nilai exact.sig (2-tailed)
dan mengambil dari pasar tradisional terdekat. 0,002.
Sampah yang dikumpulkan kemudian mereka
olah menjadi kompos sesuai dengan yang telah KEPUSTAKAAN
diajarkan. Kemudian pupuk kompos yang sudah Agus Suryana. 2006. Panduan Praktis Mengelola
jadi selain dijual sebagian juga digunakan untuk Pelatihan. Jakarta : EDSA Mahkota.
keperluan sendiri. Azrul Azwar. 1994. Pengantar Ilmu Kesehatan
Lingkungan. Jakarta : PT. Mutiara
SIMPULAN Sumber Widya.
1. Pengetahuan responden sesudah pelatihan Bhisma Murti. 2003. Prinsip Dan Metode Riset
mengalami peningkatan dari 3,3% yang Epidemiologi. Surakarta : Gadjah Mada
berpengetahuan baik menjadi 86,7%. University Press.
Namun setelah satu bulan pengetahuan
responden mengalami penurunan sebesar Cahya Wibawa, 2007, Perbedaan Efektifitas
23,4% menjadi 63,3%. Metode Demonstrasi dengan pemutaran
2. Ketrampilan responden sesudah pelatihan video tentang pemberantasan DBD
ketrampilan meningkat dari 0% menjadi terhadap peningkatan pengetahuan dan
60%, dan tetap mengalami peningkatan sikap anak SD di Kecamatan Wedarijaksa
menjadi 76,7% walaupun telah melewati satu Kabupaten Pati, Jurnal Promosi kesehatan
bulan sesudah pelatihan. Indonesia, vol 2, no. 2, Agustus 2007.
3. Skor rata-rata pengetahuan sebelum Depkes RI. 2002. Modul Pelatihan Metode dan
pelatihan 27,57, sesudah pelatihan mengalami Teknologi Diklat. Jakarta : Pusdiklatkes RI.
peningkatan menjadi 44,40 dan satu bulan Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta :
sesudah pelatihan turun menjadi 40,20. Bumi Aksara.
4. Nilai p-value pengetahuan sebelum dan Ircham Machfoedz, Endang Marianingsih,
sesudah pelatihan sebesar 0,000. Terbukti Margono, Heni Puji. 2005. Metodologi
adanya perbedaan pengetahuan yang Penelitian Yogyakarta :Fitramaya.
bermakna tentang pengolahan sampah padat Ircham Machfoedz, Asmar Yetti Zein, Eko
organik. Suryani, Suherni, Sujiyatini. 2005. Teknik
5. Pengetahuan sesudah pelatihan dan satu bulan Membuat Alat Ukur Penelitian Bidang
sesudah pelatihan juga menunjukkan adanya Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan.

72
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008

Yogyakarta : Penerbit Fitramaya.


Nan Djuarnani. 2006. Cara Cepat Membuat
Kompos. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Nur Hidayat. 2006. Mengolah Sampah Untuk
Pupuk Pestisida Organic. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Prinsip – Prinsip
Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta
: Rieneka Cipta.
Soewedo Hadiwiyoto. 1995. Penanganan dan
Pemanfaatan Sampah. Jakarta : Yayasan
Idayu.
Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Pendidikan Dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rieneka Cipta
.
Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa.
Jakarta : Bumi Aksara.
Soekidjo Notoatmodjo. 2002. Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rieneka
Cipta.
Sopiyudin Dahlan. 2006. Statistik Untuk
Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta : PT.
ARKANS.
Sudrajat. 2006. Mengolah Sampah Kota.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Suharsimi Arikunto.2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rieneka Cipta.
Waridjan. 1991. Tes Hasil Belajar Gaya
Obyektif. Semarang : UNNES.
Wied Harry Apriadji. 1997. Memproses
Sampah. Jakarta : Penebar Swadaya.
W.S. Winkel. 2007. Psikologi Pengajaran.
Yogyakarta : Media Abadi.

73

Anda mungkin juga menyukai