Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MATA KULIAH KESEHATAN LINGKUNGAN

TENTANG

PENCEMARAN UDARA
“EFEK RUMAH KACA”

Mahasiswa Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat


Program Pasca Sarjana USM Indonesia

Oleh

KHOIRUNNISAA’ MARPAUNG
NIM : 170101084

DOSEN : Dr. MINDO TUA SIAGIAN, M.Si.

PROGRAM STUDI S2 KESEHATAN MASYARAKAT


DIREKTORAT PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2018
Kata pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang
berjudul Pencemaran Udara “Efek Rumah Kaca”. Makalah ini bertujuan untuk
melengkapi tugas pada mata kuliah Kesehatan Lingkungan di Program Studi S2
Kesehatan Masyarakat Direktorat Pasca Sarjana Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
Dengan berbagai sumber buku dan internet, akhirnya saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dan saya berharap agar makalah
ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Saya menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang membangun kepada semua pihak untuk perbaikan di kemudian hari.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam penyelesaian makalah ini. Dan saya juga mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Dr. Mindo Tua, M.Si. selaku dosen pada mata kuliah
Kesehata Lingkungan yang telnah memberikan arahan dan bimbingan kepada
saya dalam menyelesaikan makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat
berfungsi dengan baik dan bermanfaat bagi para pembaca sebagaimana mestinya.

Medan, Februari 2018


Hormat saya,

(Khoirunnisaa’ Marpaung)

i
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Efek Rumah Kaca.........................................................3
2.2 Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca.............................................6
2.3 Pencemaran Udara..........................................................................12
2.4 Solusi untuk Mengatasi Efek Rumah Kaca....................................14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.....................................................................................17
3.2 Saran ..............................................................................................18

Daftar Pustaka.....................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dari tahun ke tahun jika kita mengamati kejadian di bumi ini, maka kita
akan merasakan suatu perbedaan, yaitu suhu di permukaan bumi ini semakin
panas dan cuaca menjadi tidak menentu. Para ahli menyebutnya dengan istilah
pemanasan global atau global warming, dimana terjadi peningkatan suhu di
permukaan bumi.
Efek rumah kaca (green house effect) memegang peranan penting dalam
melindungi kelangsungan makhluk hidup di muka bumi. Disebut sebagai
pelindung, karena gas karbondioksida, metana dan jenis lain, termasuk uap air,
dalam konsentrasi seimbang berfungsi menahan energi panas matahari yang
memancarkan sinarnya ke bumi, sehingga permukaannya selalu dalam kondisi
hangat.
Tanpa ada gas dan uap air, bisa jadi bumi beserta makhluk hidup yang
menghuninya akan membeku. Namun, rumah kaca juga akan menjadi bencana
bila terjadi peningkatan konsentrasi gas. Peningkatan konsentrasi ini terjadi
karena penggunaan sumberdaya fosil (minyak bumi, gas alam dan batubara,
misalnya), penggundulan dan pembakaran hutan yang dilakukan secara
berlebihan. Efek yang ditimbulkan adalah perubahan iklim secara global.
Selama 200 tahun terakhir, konsentrasi gas itu di udara naik sepertiga dari
sebelumnya. Ini mengakibatkan, suhu udara juga meningkat hingga 0,5 sampai 1
derjat Celcius. Jika konsetrasi ini tidak segera diatasi, maka abad ke-21,
kenaikannya diperkirakan mencapai 2-6 derajat Celcius.
Dampak yang lebih mencemaskan dari meningkatnya suhu udara adalah
peningkatan permukaan laut, yang pada akhirnya akan menggenangi kawasan
yang berada di dataran rendah, seperti wilayah yang berada di bagian timur Pulau
Sumatera, terutama Propinsi Riau. Bisa dibayangkan jika suhu global kemudian
meningkat hingga 2,5 derjat Celcius. Jangankan wilayah Riau yang memiliki
topografi landai dan pernah berada di bawah permukaan laut, negara-negara di
Samudera Pasifik pun bisa lenyap.

1
Fokus dari makalah ini adalah membahas tentang efek rumah kaca itu
sendiri ditinjau dari segi pengertian, hal-hal yang menyebabkan efek rumah kaca,
akibat yang ditimbulkannya, serta solusi dalam  mengatasi efek rumah kaca agar
dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkannya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan efek rumah kaca?
1.2.2 Bagaimana Proses terjadinya efek rumah kaca?
1.2.3 Apa dampak efek rumah kaca terhadap lingkungan?
1.2.4 Bagaimana solusi menangani efek rumah kaca?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian rumah kaca dan gas – gas rumah kaca.
1.3.2 Untuk mendeskripsikan proses terjadinya efek rumah kaca.
1.3.3 Untuk menjelaskan dampak efek rumah kaca terhadap lingkungan.
1.3.4 Untuk mengetahui solusi menanggani efek rumah kaca.

1.4 Manfaat
1.4.1 Mengetahui pengertian rumah kaca dan gas – gas rumah kaca.
1.4.2 Mendeskripsikan proses terjadinya efek rumah kaca.
1.4.3 Menjelaskan dampak efek rumah kaca terhadap lingkungan.
1.4.4 Mengetahui solusi menanggani efek rumah kaca.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Efek Rumah Kaca


Istilah efek rumah kaca dalam bahasa inggris disebut green house effect,
pada awalnya berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim
sedang yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam dan menyimpan sayur
mayur dan bunga-bungaan di musim dingin. Para petani tersebut menggunakan
rumah kaca karena sifat kaca yang mudah menyerap panas dan sulit melepas
panas, di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca,
karena cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh
benda-benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas berupa
gelombang sinar infra merah, tetapi gelombang panas tersebut terperangkap di
dalam ruangan rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar
ruangan.
Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824,
merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars,
Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan)
memiliki efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua
hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek
rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga
pemanasan global). Yang belakangan ini diterima oleh semua; yang pertama
diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat.
Ketika radiasi matahari tampak maupun tidak tampak dipancarkan ke
bumi, 10 energi radiasi matahari itu diserap oleh berbagai gas yang ada di
atmosfer, 34% dipantulkan oleh awan dan permukaan bumi, 42% membuat bumi
menjadi panas, 23% menguapkan air, dan hanya 0,023% dimanfaatkan tanaman
untuk perfotosintesis. Malam hari permukaan bumi memantulkan energi dari
matahari yang tidak diubah menjadi bentuk energi lain seperti diubah menjadi
karbohidrat oleh tanaman dalam bentuk radiasi inframerah.

3
Tetapi tidak semua radiasi panas inframerah dari permukaan bumi tertahan
oleh gas-gas yang ada di atmosfer. Gas-gas yang ada di atmosfer menyerap energi
panas pantulan dari bumi. Dalam skala yang lebih kecil – hal yang sama juga
terjadi di dalam rumah kaca. Radiasi sinar matahari menembus kaca, lalu masuk
ke dalam rumah kaca. Pantulan dari benda dan permukaan di dalam rumah kaca
adalah berupa sinar inframerah dan tertahan atap kaca yang mengakibatkan udara
di dalam rumah kaca menjadi hangat walaupun udara di luar dingin. Efek
memanaskan itulah yang disebut efek rumah kaca atau ”green house effect”. Gas-
gas yang berfungsi bagaikan pada rumah kaca disebut gas rumah kaca atau ”green
house gases”.
Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai
atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah
gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan
vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan
menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti
tumbuhan).Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan
diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis
memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil
atom karbonnya.
Jenis-jenis gas rumah kaca adalah sebagai berikut:
2.1.1 Uap air
Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan
bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap
air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia tidak secara langsung
mempengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal. Dalam model iklim,
meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-
gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di
troposfer, dengan kelembapan relatif yang agak konstan.
Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek
rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin
meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai

4
mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan
sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang
melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2. Perubahan dalam jumlah uap air di
udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya awan.

2.1.2 Karbondioksida
Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke
atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu
untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan
listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap
karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil
kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.
Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi
karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan karbondioksida
ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun
1750, terdapat 281 molekul karbondioksida pada satu juta molekul udara (281
ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm
(peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini benar, pada tahun 2100,
karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang
lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali
lipat bila dibandingkan masa sebelum revolusi industri.

2.1.3 Metana
Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas
rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20
kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama
produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga
dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah
(landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi,
sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada

5
pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah
kali lipat.

2.1.4 Nitrogen Oksida


Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan
terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen
oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida.
Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-
industri.

2.1.5 Gas lainnya


Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur.
Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon
(HCFC-22) terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk
insulasi, perabotan (furniture), dan temoat duduk di kendaraan. Lemari pendingin
di beberapa negara berkembang masih menggunakan klorofluorokarbon (CFC)
sebagai media pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga
mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet).
Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah terakumulasi di atmosfer, tetapi sejak
1995, untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam Protokol Montreal
tentang Substansi-substansi yang Menipiskan Lapisan Ozon, konsentrasi gas-gas
ini mulai makin sedikit dilepas ke udara.

2.2 Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca


Efek rumah kaca adalah proses masuknya radiasi dari matahari dan
terjebaknya radiasi di dalam atmosfer akibat GRK(gas rumah kaca) sehingga
menaikkan suhu permukaan bumi. Justru pada proporsi tertentu, efek rumah
kacalah yang memberikan kesempatan kehidupan berbagai makhluk di planet ini.
Setiap benda dengan suhu permukaan di atas 0° K memancarkan radiasi, dan
setiap radiasi mempunyai sifat gelombang. Suhu permukaan menentukan kisaran
panjang gelombang energi yang dipancarkan. Misalnya saja, radiasi dari matahari

6
yang sampai ke bumi termasuk radiasi dengan panjang gelombang pendek, antara
0,2 sampai dengan 4,0 mikrometer (µm). Sementara itu, radiasi dari permukaan
bumi dalam bentuk gelombang infra merah - mempunyai gelombang yang lebih
panjang, yaitu antara 4,0 sampai dengan 100,0 µm.
Gas-gas yang membentuk atmosfer seperti uap air dan GRK relatif
transparan terhadap radiasi-radiasi bergelombang pendek, tetapi. tidak, terlalu
transparan terhadap radiasi bergelombang panjang. Oleh karenanya, gas-gas
tersebut membiarkan setengah radiasi matahari masuk ke permukaan bumi, tetapi
menjebak 80-90 persen radiasi di dalam atmosfer. Radiasi yang terjebak inilah
yang memberi kehangatan bagi semua makhluk hidup di permukaan bumi.

Proses terjadinya efek rumah kaca

Proses gas-gas yang dapat meningkatkan efek-efek rumah kaca

7
Efek terjebaknya radiasi inilah yang disebut efek rumah kaca. Efek rumah
kaca sebenarnya bukanlah sesuatu yang buruk - bahkan justru efek inilah yang
memberikan kesempatan adanya kehidupan di muka bumi. Kalau saja tidak ada
efek rumah kaca, maka suhu rata-rata permukaan bumi bukanlah 15°C seperti
sekarang ini, melainkan -18°C. Proses terjadinya efek rumah kaca ini berkaitan
dengan daur aliran panas matahari. Kurang lebih 30% radiasi matahari yang
mencapai tanah dipantulkan kernbali ke angkasa dan diserap oleh uap, gas karbon
dioksida, nitrogen, oksigen, dan gas-gas lain di atmosfer. Sisanya yang 70%
diserap oleh tanah, laut, dan awan. Pada malam hari tanah dan badan air itu relatif
lebih hangat daripada udara di atasnya.
Energi yang terserap diradiasikan kembali ke atmosfer sebagai radiasi
inframerah, getombang panjang atau radiasi energi panes. Sebagian besar radiasi
inframerah ini akan tertahan oleh karbon dioksida dan uap air di atmosfer. Hanya
sebagian kecil akan lepas ke angkasa luar. Akibat keseluruhannya adalah bahwa
permukaan bumi dihangatkan oleh adanya molekul uap air, karbon dioksida, dan
semacamnya.
Pengaruh rumah kaca terbentuk dari interaksi antara atmosfer yang
jumlahnya meningkat dengan radiasi solar. Meskipun sinar matahari terdiri atas
bermacam-macam panjang gelombang, kebanyakan radiasi yang mencapai
permukaan bumi terletak pada kisaran sinar tampak. Hal ini disebabkan ozon yang
terdapat secara normal di atmosfer bagian atas, menyaring sebagian besar sinar
ultraviolet. Uap air atmosfer dan gas metana dad pembusukan - mengabsorbsikan
sebagaian besar inframerah yang dapat dirasakan pada kulit kite sebagai panes.
Kira-kira sepertiga dari sinar yang mencapai permukaan bumi akan direfleksikan
kembali ke atmosfer. Sebagian besar sisanya akan diabsorbsikan oleh benda-
benda lainnya. Sinar yang diabsorbsikan tersebut akan diradiasikan kembali dalam
bentuk radiasi inframerah dengan gelombang panjang atau panas jika bumi
menjadi dingin.
Sinar dengan panjang gelombang lebih tinggi tersebut akan diabsorbsikan
oleh karbon dioksida atmosfer dan membebaskan panas sehingga suhu atmosfer
akan meningkat. Karbon dioksida berfungsi sebagai filter satu arah, tetapi

8
menghambat sinar dengan panjang gelombang lebih untuk melaluinya dari arah
yang berlawanan. Aktivitas filter dari karbon dioksida mengakibatkan suhu
atmosfer dan bumi akan meningkat.
Pengaruh karbon dioksida yang dihasilkan dari pencemaran udara
berbentuk gas yang salah satunya adalah dari rumah kaca. Karbon dioksida
mempunyai sifat menyerap sinar (panas) matahari yaitu sinar inframerah -
sehingga temperatur udara menjadi lebih tinggi karenanya. Apabila kadar yang
lebih ini merata di seluruh permukaan bumi, .temperatur udara rata-rata di seluruh
permukaan bumi akan sedikit naik, dan ini dapat mengakibatkan meleburnya es
dan salju di kutub dan di puncakpuncak pegunungan, sehingga permukaan air laut
naik.
2.2.1 Dampak Efek Rumah Kaca Terhadap Iklim Mikro
Dampak efek rumah kaca terhadap iklim mikro diantaranya adalah:
2.2.1.1 Sifat Optik Bahan Covering Dan Daun Tanaman
Penutup terang atau berwarna putih, mempunyai Radiation
Photosynthesis Active/RPA cukup besar + 35-75 persen, dan refleksi
konstan 10-20 persen. Sedangkan untuk penutup gelap atau selain warna
putih mempunyai RPA + 55-70 persen. Gelombang inframerah daun
merefleksikan 70 persen radiasi yang diterima tegak lurus di permukaan
daun. Gelombang visible merefleksikan 6-12 persen. Sinar hijau (500-600)
nanometer refleksinya lebih besar 10-12 persen, sinar orange dan merah
(600-700) nanometer refleksinya 3-10 persen.

2.2.1.2. Efek Greenhouse Terhadap Suhu Dan Kelengasan


Udara
Temperatur udara dalam suatu greenhouse akan meningkat sekitar
370C - 480C pada waktu penyinaran matahari sedang berlangsung. Penutup
plastik mempengaruhi kenaikan suhu dan akan menurun mengikuti suhu
tanaman. Pukul 06.00 pagi hari suhu akan meningkat, pukul 02.00 siang
hari suhu menurun dan pukul 20.00 malam suhu semakin konstan
disebabkan energi matahari yang diterima akan semakin besar sesuai

9
dengan sudut jatuh radiasi matahari.
Suhu di atas tanaman menunjukkan kenaikan lebih tinggi dan jam
20.00 malam suhunya semakin kanstan. Kondisi panas dalam greenhouse
dibagi menjadi 2 yaitu : pada ketinggian 0-100 cm mempunyai gradien
vertikal suhu yang relatif rendah dan pada ketinggian di atas tanaman 100-
300 cm maka gradien vertikal temperatur relatif besar. Tanaman dapat
berfungsi sebagai stabilisator udara yaitu berperan sebagai penyumbat
suhu udara di sekelilingnya, sehingga kalor atau panas di atas tanaman
kurang stabil.
Udara di dalam greenhouse pada siang hari dipanasi oleh taaman
dan didinginkan kembali oleh tanaman pada malam hari. Bertambahnya
udara panas di dalam greenhouse akibat aerodinamik dari tanaman
terhadap pertukaran udara secara konveksi. Iklim tetap di dalam
greenhouse disebabkan oleh keseimbangan antara penerimaan dan
kehilangan panas. Sedangkan kelembaban udara di dalam greenhouse yang
bertanaman, pada umumnya tinggi dan lengas udara meningkat pada pukul
18.00 dan mulai konstan pada pukul 24.00 malam. Hal ini disebabkan
pemanasan udara yang dilakukan oleh tanah atau bumi, sehingga terjadi
penguapan lengas tanah dan kemudian karena tanaman yang
mendinginkan udara maka uap air semakin besar.
2.2.1.3 Efek Greenhouse Terhadap Temperatur Tanah
Suhu udara di permukaan tanah berfluktuasi dan cenderung
menurun seiring dengan bertambahnya umur tanaman, karena tanaman
bertambah tinggi dan jumlah serta luas daun semakin besar, sehingga
radiasi matahari yang sampai di permukaan tanah terhambat atau terhalang
oleh covering dan menyebabkan evaporasi tanah terhambat. Mulai
kedalaman 15 cm - 45 cm, temperatur tanah stabil pada kadar lengas tanah
yang tinggi. Keseimbangan energi di dalam tanah dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Rn=1E+H+f

10
dimana:
Rn : Radiasi netto (W/m2), IE : laju panas penguapan (W/m2), H : laju
panas sensible antara udara dan tanah (W/m2), f : laju konduksi di dalam
tanah (W/m2). Sebagian besar energi sudah digunakan untuk laju panas
penguapan. Pada persamaan energi tersebut diatas, energi yang ada
digunakan terlebih dahulu untuk laju panas penguapan air IE kemudian H
dan f. Laju panas penguapan merupakan hasil kali laju evaporasi (gr/m2),
dengan panas laten penguapan untuk setiap satuan jumlah air yang
diuapkan (callgr).
Panas laten memberikan arti bahwa panas tersebut diperlukan untuk
merubah air menjadi uap tanpa menaikkan suhunya. Panas sensible (H)
digunakan untuk menaikkan suhu bahan. Radiasi netto yang diterima pada
greenhouse sekitar 40-70 persen sehingga hanya sebagian kecil energi
yang dipergunakan untuk H dan f, sehingga perubahan temperatur pada
kedalaman 0 cm rendah. Akibat perbedaan suhu antara kedalaman 0 cm
dengan lapisan di bawahnya juga rendah. Intensitas radiasi matahari yang
rendah, arnplitudo suhu permukaan tanah akan menurun, sesuai dengan
bertambahnya kedalaman tanah dan konduktivitas tanah dipengaruhi oleh
porositas, lengas tanah dan Pahan organik.

2.2.1.4 Efek Greenhouse Terhadap Pertumbuhan Tanaman


Pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor klimatik
lingkungan seperti temperatur, RH, radiasi matahari, kecepatan angin dan
curah hujan. Pertumbuhan tanaman dalam greenhouse akan semakin cepat
dan jumlah daun akan lebih banyak apabila fotosintesis berlangsung
dengan baik, jumlah radiasi gelombang 400-700 nanometer yang diterima
cukup dan aerasi di dalam tanah serta kandungan air tanahnya cukup baik
dan kelembaban udara tinggi. Gelombang radiasi yang diterima adalah
RPA yang digunakan aktif untuk fotosintesis. Pertukaran C02 di tingkat
daun, meningkatnya pencahayaan akan menaikkan suhu daun sehingga air
menguap dengan cepat. Naiknya suhu membuat udara mampu membawa

11
lebih banyak kelembaban dan akibatnya transpirasi meningkat. Usaha
untuk merekayasa iklim mikro dalam greenhouse, ada berbagai cara antara
lain dengan mendesain type greenhouse sesuai dengan jenis tanaman
hortikultura yang diinginkan.

2.3 Pencemaran Udara


Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan
(unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan). Pencemaran dapat
terjadi dimana-mana. Bila pencemaran tersebut terjadi di dalam rumah, di ruang-
ruang sekolah ataupun di ruang-ruang perkantoran maka disebut sebagai
pencemaran dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan bila pencemarannya
terjadi di lingkungan rumah, perkotaan, bahkan regional maka disebut sebagai
pencemaran di luar ruang (outdoor pollution).
Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan
asap tersebut berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak
sempurna, yang dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan
kendaraan bermotor. Selain itu, gas dan asap tersebut merupakan hasil oksidasi
dari berbagai unsur penyusun bahan bakar, yaitu: CO2 (karbondioksida), CO
(karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan NOx (nitrogen oksida).

2.3.1 Faktor Penyebab Pencemaran Udara


Pencemaran udara disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor alam (internal), yang bersumber dari aktivitas alam seperti abu yang
dikeluarkan akibat letusan gunung berapi, gas-gas vulkanik, debu yang
beterbangan di udara akibat tiupan angin, bau yang tidak enak akibat proses
pembusukan sampah organik
2. Faktor manusia (eksternal), yang bersumber dari hasil aktivitas manusia
seperti hasil pembakaran bahan-bahan fosil dari kendaraan bermotor, bahan-
bahan buangan dari kegiatan pabrik industri yang memakai zat kimia, organik

12
dan anorganik, pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara,
pembakaran sampah rumah tangga, pembakaran hutan.
2.3.2 Zat-zat Pencemaran Udara
2.3.2.1 Karbon monoksida (CO)
Gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun.
Dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil, misalnya
gas buangan kendaraan bermotor.
2.3.2.2 Nitrogen dioksida (NO2)
Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu bara di
pabrik, pembangkit energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor.
2.3.2.3 Sulfur dioksida (SO2)
Gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat korosi.
Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur
terutama batubara. Batubara ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar
pabrik dan pembangkit tenaga listrik.
2.3.2.4 Partikulat (asap atau jelaga)
Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya.
Dihasilkan dari cerobong pabrik berupa asap hitam tebal.
Macam-macam partikel, yaitu :
a. Aerosol : partikel yang terhambur dan melayang di udara
b. Fog (kabut) : aerosol yang berupa butiran-butiran air dan berada di
udara
c. Smoke (asap) : aerosol yang berupa campuran antara butir padat dan
cair dan melayang berhamburan di udara
d. Dust (debu) : aerosol yang berupa butiran padat dan melayang-layang
di udara
2.3.2.5 Hidrokarbon (HC)
Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran bahan
bakar yang tidak sempurna.
2.3.2.6 Chlorofluorocarbon (CFC)

13
Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang ada di
atmosfer bumi. Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti kulkas,
AC, alat pemadam kebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol)
pada parfum dan hair spray.
2.3.2.7 Timbal (Pb)
Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan
pembakaran pada kendaraan bermotor. Hasil pembakaran tersebut
menghasilkan timbal oksida yang berbentuk debu atau partikulat yang
dapat terhirup oleh manusia.
2.3.2.8 Karbon Dioksida (CO2)
Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar
kendaraan bermotor dan pabrik serta gas hasil kebakaran hutan.

2.4 Solusi untuk Mengatasi Efek Rumah Kaca


Upaya nyata penanggulangan efek rumah kaca dalam kehidupan sehari-
hari antara lain :
2.4.1 Mengubah perilaku setiap orang
Untuk mencegah terjadinya dampak-dampak dari bahaya efek
rumah kaca, tentunya harus dimulai dari diri sendiri pada setiap orang.
Kepedulian setiap individu untuk melakukan perubahan perilaku pada
dirinya akan berdampak bagi generasi penerus di kemudian hari.
2.4.2 Penggunaan alat listrik
Listrik tidak sebersih yang dikira, karena letak pembangkit yang
jauh, sehingga asap polusinya tidak kita rasakan. Pembangkit listrik
merupakan penyumbang emisi yang besar karena masih menggunakan
bahan bakar fosil untuk prosesnya. Sekitar 27% pembangkit listrik di
Jawa-bali menggunakan batubara, batubara sendiri adalah bahan bakar
yang paling kotor karena mengeluarkan emisi paling besar. Perlu diketahui
juga, listrik menyumbang 26 % total emisi yang dihasilkan di Indonesia.
2.4.3 Penggunaan kendaraan bermotor

14
Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan memperbaiki
kualitas kendaraan, melakukan uji emisi dan merawat kendaraan bermotor
dengan baik.

2.4.4 Go green
Untuk mengatasi pengurangan polusi udara pada di atmosfer, maka
dapat dilakukan juga penanaman tanaman. Penanaman tanaman dapat
berupa pohon dapat dilakukan di halaman dan tempat-tempat yang banyak
menghasilkan polusi udara, seperti di pinggir-pinggir jalan. Selain itu juga,
melakukan reboisasi pada gunung-gunung yang gundul dan membuat
taman-taman di perkotaan atau biasa disebut dengan taman kota.
2.4.5 Pengelolaan sampah
Untuk mengatasi masalah sampah, yang dapat dilakukan adalah
mengurangi penggunaan sampah dan memisahkan antara sampah organik
dengan sampah non organik. Memisahkan antara sampah organik, plastik
dan kertas, maka akan mempermudah dalam proses mendaur ulang
sampah. Sampah organik bisa dijadikan kompos. Sampah plastik bisa
dijadikan kerajinan tangan atau didaur ulang kembali menjadi plastik.
Sedangkan sampah kertas bisa didaur ulang kembali menjadi kertas daur
ulang dan kertas yang biasa digunakan (HVS).
Menghemat penggunaan kertas. Setiap harinya sampah kertas di
seluruh dunia berasal dari 27.000 batang kayu. Pada tahun 2005, Indonesia
mengonsumsi kertas sebanyak 5,6 juta ton. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut dibutuhkan sebanyak 22,4 juta m3 kayu yang diambil dari hutan
alam atau sama dengan menebang hutan seluas 640 ribu hektar per hari.
Kegiatan penebangan dan kebakaran hutan merupakan penyumbang emisi
terbesar, yaitu sekitar 64% dari total emisi di Indonesia. Diantaranya
diakibatkan oleh kegiatan pabrik kertas. (Kementerian Lingkungan Hidup,
1999)
2.4.6 Beradaptasi dengan dampak efek rumah kaca

15
Dengan cuaca yang tidak menentu merupakan salah satu dampak
efek rumah kaca. Mulai saat ini selalu siap sedia jas hujan, payung dan
sepatu bot untuk bepergian. Bahaya efek rumah kaca mungkin sudah tidak
dapat dihindari lagi. Namun, jika upaya-upaya sederhana di atas dilakukan
oleh semua masyarakat secara bersama-sama dan terus-menerus, maka
dampak dari efek rumah kaca dapat dikurangi.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adanya efek rumah kaca adalah disebabkan oleh bertambahnya jumlah
gas-gas rumah kaca (GRK) di atmosfir yang menyebabkan energi panas yang
seharusnya dilepas ke luar atmosfir bumi dipantulkan kembali ke permukaan dan
menyebabkan temperatur permukaan bumi menjadi lebih panas. Gas-ga rumah
kaca itu antara lain : Uap air, Karbondioksida, Metana, Nitrogen Oksida, Gas
lainnya berupa Hidrofluorokarbon (HCFC-22), klorofluorokarbon (CFC) , PFCs
(Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur hexafluoride).Akibat yang ditimbulkan dari
efek rumah kaca memiliki dampak negatif dan positif, tetapi kebanyakan dampak
yang ditimbulkan adalah dampak negatif karena merugikan kesejahteran makhluk
hidup.
Bertambahnya GRK di atmosfer - seperti COZ dari kendaraan bermotor, gas
metan dari lahan pertanian dan limbah yang tidak diproses, dan CFC alias freon
dari hair spray - menahan lebih banyak radiasi daripada yang dibutuhkan
kehidupan di bumi. Alhasil, terjadi gejala-gejala pemanasan global (global
warming) yaitu naiknya suhu permukaan bumi. Gejala ini juga diikuti oleh
naiknya suhu air laut, perubahan pola iklim seperti naiknya curah hujan dan
perubahan frekuensi dan intensitas badai, dan naiknya tinggi permukaan air laut
akibat mencairnya es di kutub. Perubahan iklim ini akan menyebabkan kerugian
yang tidak sedikit, bukan hanya bagi industri pertanian, perikanan, dan turisme,
tetapi juga bagi kita semua dalam bentuk krisis air bersih, meningkatnya frekuensi
penyakit tertentu, dan sebagainya.
Beberapa solusi untuk mengatasi adanya efek rumah kaca dapat dilakukan
dari pihak pemerintah dan masyarakat untuk meminimalisasi dampak yang
ditimbulkan. Dari pemerintah dapat dilakukan dengan membuat kebijakan untuk

17
mengajak masyarakat dalam menanggulangi efek rumah kaca. Sementara
masyarakat dapat melakukan kegiatan-kegiatan dalam kehidupan sehari-hari
misalnya : penghematan penggunaan alat listrik, keefisienan penggunaan
kendaraan bermotor dengan cara menghemat BBM, Go green dengan reboisasi
atau penanaman pohon, pengelolaan sampah, beradaptasi dengan dapak efek
rumah kaca.

3.2 Saran
a. Penggunaan emisi gas karbon dioksida, mobil-mobil yang boros bahan
bakar sebaiknya lebih diefisienkan.
b. Mengganti bahan bakar minyak dengan tenaga tata surya yang ramah
lingkungan.
c. Penghijauan kembali hutan-hutan yang sudah ditebang untuk mengurangi
kadar karbon dioksida.
d. Penganekaragaman bahan bakar minyak, gas, tenaga listrik, bahkan tenaga
tata surya.
e. Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia sebaiknya melakukan
pemeliharaan kendaraan emisi gas karbon dioksida atau dengan kata lain
melaksanakan program Langit Biru untuk mengurangi kadar polusi udara
yang sudah di ambang batas,  terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adnani, H. 2011. Buku Ajar : Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Alamsyah, D dan Muliawati, R. 2013. Pilar Dasar Ilmu Kesehatan masyarakat.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Buku Kedokteran


EGC.

Martono. 2012. Fenomena Gas Rumah Kaca. Jurnal Forum Teknologi. Vol. 05
No. 2. http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/T6-
Fenomena_Gas_rumah_kaca.pdf. Dia kses tanggal 1 November 2017.

Notoadmodjo, S.2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : PT Rineka


Cipta.

Slamet, Juli Soemirat. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: UGM press.

Sumantri, A. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta :


Kencana - Prenada Media Group.

19

Anda mungkin juga menyukai