Anda di halaman 1dari 8

DEFENISI DAN KODE ETIK KEPERAWATAN

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien

(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yangmengancam jiwa, dengan

cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,

dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual.

(World Health Organization (WHO) 2016). Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan

pada pasien dengan penyakit yang dapat membatasi hidup mereka atau penyakit terminal dimana

penyakit ini sudah tidak lagi merespon terhadap pengobatan yang dapat memperpanjang

hidup(Robert, 2003).Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan

keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan

menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk

fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi

pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus Project for Quality Palliative

Care, 2013).Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di

hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus

kehidupan normal setiap yang bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010).

Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawatan paliatif

meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga

serta masalah pada aspek spiritual (Campbell, 2013). Perawatan paliatif ini bertujuan untuk

membantu pasien yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan

hidupselama mungkin. Perawatan paliatif ini meliputi mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya,

membuat pasien menganggap kematias sebagai prosesyang normal, mengintegrasikan aspek-

aspek spikokologis dan spritual (Hartati & Suheimi, 2010). Selain itu perawatan paliatif juga

bertujuan agar pasien terminal tetap dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia dengan
baik dan tenang (Bertens, 2009). Prinsip perawatan paliatifyaitu menghormati dan menghargai

martabat serta harga diri pasien dan keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007). Menurut Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES, 2013)dan Aziz, Witjaksono, dan Rasjidi (2008)

prisinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya

gejala serta keluhan fisik lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan

menganggap kematian sebagai proses normal , tidak bertujuan mempercepat atau menghambat

kematian, memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual, memberikan dukungan agar

pasien dapat hidup seaktif mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa

dukacita, serta menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan

keluarganya.

Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :


1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman sebaya,
masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun dengan profesi lain di luar
profesi keperawatan.
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi keperawatan yang tidak
mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan secara tidak adil
oleh institusi maupun masyarakat.
4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar dapat menghasilkan
lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga keperawatan akan
pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek keperawatan. ( PPNI, 2000 )
 Etika Dan Etiket Yang Baik Dalam Komunikasi

Berikut di bawah ini adalah beberapa etika dan etiket dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-
hari :

1.      Jujur tidak berbohong

2.      Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan

3.      Lapang dada dalam berkomunikasi

4.      Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik

5.      Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien

6.      Tidak mudah emosi / emosional


7.      Berinisiatif sebagai pembuka dialog

8.      Berbahasa yang baik, ramah dan sopan

9.      Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan

10.  Bertingkahlaku yang baik

2.4.  Contoh Teknik Komunikasi Yang Baik

1.      Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan.

2.      Gunakan bahawa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara.

3.      Menatap mata lawan bicara dengan lembut.

4.      Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum.

5.      Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar.

6.      Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara.

7.      Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon.

8.      Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara.

9.      Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi.

10.  Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik lawan bicara.

11.  Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.

12.  Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti berjabat tangan, merunduk,
hormat, ces, cipika cipiki (cium pipi kanan - cium pipi kiri)

    Pengertian etika keperawatan


PengertianEtika berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan David(1978)
berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau standar yang diharapkan  dan  kriteria
tertentu  untuk  suatu  tindakan.  Penggunaan  istilah  etika sekarang  ini  banyak  diartikan
sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi prilaku. Etika biasanya berkaitan erat dengan
perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa latin,yaitu mos dan dalam bentuk jamaknya
mores, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan
yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal atau tindakan-tindakan yang buruk. ( Dra. Hj.
Mimin Emi Suhaemi.2002 :7 ).
Etika sebagai filsafat moral/cabang filsafat yang berbicara tentang tindakan manusia (bagaimana
manusia bertindak sesuai dengan norma-norma) nilai dan ajaran moral.
Istilah lain yang identik dengan etika adalah sebagai berikut:
a.         Susila (sansekerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang
lebih naik (su).
b.        Akhlak (arab),yang berarti moral dan etika berarti ilmu akhlak.
Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang pembahasan etika,
sebagai berikut:
a.         Terminus techi2qnus, pengertian etika dalam hal ini adalah etika dipelajari untuki ilmu
pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
b.        Manner dan custom, membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat)
yang melekat dalam kodrat manusia (inherent in human nature) yang terikat dengan pengertian
“baik dan buruk”suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. (Efendi,2009;25)
Menurut Virginia Henderson (1978) Keperawatan adalah upaya membantu individu baik yang
sehat maupun sakit untuk menggunakan kekuatan, keinginan dan pengetahuan yang dimilikinya
sehingga individu tersebut mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari, sembuh dari penyakit atau
meninggal dunia dengan tenang. Tenaga perawat berperan menolong individu agar tidak
menggantungkan diri pada bantuan orang lain dalam waktu secepat mungkin.
Jadi Etika keperawatan adalah norma yang dianut kita sebagai perawat agar kita bisa berperilaku
baik terhadap pasien, keluarga pasien, kolega dan masyarakat. Dan norma yang disertakan harus
kita lakukan dengan baik sesuai SOP.
2.    Pentingnya Etika, dalam profesi keperawatan merupakan alat pengukur perilaku moral
dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini, keputusan diambil berdasarkan pada
kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku perawat dengan
menggunakan kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan dapat meletakkan kerangka
berpikir perawat untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab kepada masyarakat,
anggota tim kesehatan lain, dan kepada profesi.
Untuk itu, etika keperawatan saat ini penting sekali untuk dilakukan agar perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan berperilaku sesuai dengan kode etik keperawatan sehingga tidak
menimbulkan kerugian pada pasien. Kerugian yang dialami pasien akan menyebabkan
ketidakpuasan pasien yang berdampak pada citra perawat dan profesi keperawatan. Etika
keperawatan tersebut diatur didalam kode etik keperawatan. Di beberapa Negara dimana perawat
tidak mempunyai kode etik dalam penggunannya. Namun tidak ada jaminan bahwa perawat yang
dinegaranya terdapat kode etik atau tidak ada kode etik akan memberikan perawatan pasien
dengan etika (Leino,2006).
Menurut Lin et al, (2013) menyatakan bahwa salah satu cara melaksanakan etika profesi
keperawatan adalah dengan menjaga privasi klien dan meningkatkan kepuasan klien terhadap
layanan asuhan keperawatan. Pendekatan lingkungan yang dilakukan adalah dengan memberikan
privasi dan kenyamanan klien pada saat dirumah sakit.
Dalam berkomunikasi kita sebagai perawat etika juga sangat penting karena dengan kita beretika
yang baik komunikasi kepada pasien, keluarga pasien,Kolega, dan masyarakat akan lancar
terjalin dengan baik.
3.      Prinsip-prinsip etik
a.    Otonomi (Autonomy) otonomi berasal dari bahasa latin, yaitu autos, yang berarti sendiri, dan
nomos yang berarti aturan. Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berfikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang,
atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
professional merefleksikan anatomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
Contoh tindakan yang tidak memperhatikan otonomi adalah :
1)        Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberi tahu sebelumnya.
2)        Melakukan sesuatu tanpa member informasi relevan yang penting diketahui klien dalam
membuat suatu pilihan.
3)        Memberitahukan klien bahwa keadaannya baik, padahal terdapat gangguan atau
penyimpangan.
4)        Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien menghentikan informasi
tersebut.
5)        Memaksa klien member informasi tentang hal-hal yang mereka susah tidak bersedia
menjelaskannya.

b.    Berbuat baik ( Beneficience ) berarti hanya melalukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan  dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang dalam situasi
pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dan otonomi.
Contoh perawatan yang menasehati klien tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan
secara umum, tetapi tidak seharusnya melakukannya apabila klien dalam keadaan resiko
serangan jantung.
c.       Keadilan ( justice ), prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang  sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan
dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hokum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Contoh  : seorang perawat sedang bertugas sendirian disuatu unit RS kemudian ada seorang klien
yang baru masuk bersaman dengan klien yang memerlukan bantuan perawat tersebut.
Agar perawat tidak menghindar dari satu klien, klien yang lainnya maka perawat seharusnya
dapat mempertimbangkan faktor-faktor dalam situasi tersebut, kemudian bertindak berdasarkan
pada prinsip keadilan.
d.   Tidak  merugikan ( Nonmaleficience ) prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya / cedera
fisik dan psikologis pada klien. Johnson (1989) menyatakan bahwa prinsip untuk tidak melukai
orang lain berbeda dan lebih keras daripada prinsip untuk melakukan yang baik.
Contoh : seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa pemberian transfuse darah
bertentangan dengan keyakinannya, mengalami pendarahan hebat akibat penyakit hati yang
kronis. Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah memberikan pernyataan tertulis
kepada dokter bahwa ia tak mau dilakukan transfuse darah. Pada suatu saat, ketika kondisi klien
bertambah buruk dan terjadilah pendarahan hebat, dokter seharusnya mengintruksikan untuk
memberikan transfuse darah. Dalam hal ini, akhirnya transfuse darah tidak diberikan karena
prinsip Beneficience walaupun sebenarnya pada saat bersamaan terjadi penyalahgunaan prinsip
maleficience.
e.    Kejujuran ( veracity ), prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaian kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, kompresensif,
dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan
yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan
adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan proknosis klien untuk
pemulihan atau adanya hubungan parternalistik bahwa “ doctors knows best” sebab individu
memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang
kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
Contoh : Ny. M seorang wanita lansia dengan usia 68 tahun, dirawat dir s dengan berbagai
macam fraktur karena kecelakaan mobil. Suaminya yang juga ada dalam kecelakaan tersebut
masuk kerumah sakit yang sama dan meninggal. Ny. M bertanya berkali-kali kepada perawat
tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawatnya untuk tidak
mengatakan kematian suami Ny. M kepada Ny. M perawat tidak diberi alas an apapun untuk
petunjuk tersebut dan mengatakan keprihatinannyan kepada perawat kepala ruangan, yang
mengatakan bahwa intruksi harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik
kejujuran.
f.       Menepati janji ( fidelity ), prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalaha kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat
terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehattan dan meminimalkan
penderitaan.
g.    Kerahasiaan ( confidentiality ) aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga prifasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan klien harus dihindari.

h.    Akuntabilitas ( accountability ) akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

Contoh perawat bertanggung jawab terhadap diri sendiri, profesi, klien, sesame karyawan dan
masyarakat. Jika salah member dosis obat pada klien perawat tersebut dapat digugat oleh klien yang
menerima obat, oleh dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan
professional.( Potter & perry ,2005

DukunganKeluarga 1. Definisi keluarga Keluarga adalah orang yang termasuk dalam ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi dengan tujuan menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan pertahanan
fisik, mental, emosional, dan sosial dari setiap anggota keluarga (Friedman, 2013).Sendangkan menurut
Helvie dalam Harnilawati (2013) keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah
tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat. 2. Tipe dukungan keluarga a. Keluarga
inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi ataupun keduanya (Suprajitno, 2004). b. Keluarga besar (extended family)
adalah keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai hubungan darah. Misalnya kakek, nenek,
paman dan bibi (Suprajitno, 2004). 3. Fungsi keluarga Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai
berikut: a. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarganya agar dapat berhubungan dengan orang lain. b. Fungsi sosialisasi,
adalah fungsi untuk mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan/bersosialisasi dengan orang lain di luar rumah. c. Fungsi
reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. d.
Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
merupakan tempat mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi perawatan/pemeliharaankesehatan, adalah fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. 4.
Definisi dukungan keluarga Dukungan keluarga adalah sikap dan tindakan terhadap anggota keluarga
yang sakit dan keluarga memberikan bantuan kepada anggota keluarga lain baik berupa barang, jasa,
informasi, dan nasihat sehingga anggota keluarga merasa di sayangi, di hormati dan dihargai (Friedman,
2013). Sendangkan menurut Helnilawati (2013) dukungan keluarga adalah dukungan yang didapatkan
dari keluarga ke anggota keluarga, yang dimana dukungan ini sangat bermanfaat bagi anggota keluarga
yang mendapatkan dukungan dan merasa diperhatikan, di hargai dan di cintai oleh keluarganya.
Menurut Friedman (2013) sumber dukungan sosial keluarga internal adalah sumber dukungan yang
didapatkan dari suami atau istri, saudara kandung atau dukungan dari anak.Serta dukungan sosial
keluarga eksternal yaitu sahabat, tetangga, kelompok sosial, dan keluarga besar (kakek, nenek, bibi atau
paman). 5. Manfaat dukungan keluarga Dukungan keluarga ini terjadi selama masa proses kehidupan
dengan sifat dan tipe dukungan yang bervariasi pada masing-masing tahap siklus kehidupan keluarga,
walapun demikian dalam semua tahapan siklus kehidupan keluarga, dukungan keluarga dapat
memungkinkan keluarga berfungsi secara penuh dan dapat meningkatkan adaptasi keluarga dalam
memenuhi kesehatan keluarga (Friedman, 2013). 6. Jenis dukungan keluarga Jenis dukungan keluarga
ada empat yaitu (Harnilawati, 2013) dan Friedman (2013) : a. Dukungan instrumental, yaitu keluarga
merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan
jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata, termasuk
didalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu
kegiatan spiritual seperti menyediakan keperluankeperluan yang bersangkutan dengan ibadah. b.
Dukungan keluarga informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator
(penyebar informasi). Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama,
termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau
umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Dimana keluarga sebagai penghimpun
informasi dan pemberi informasi. Misalnya keluarga dapat memberikan atau menyediakan buku,
mendatangkan ulama atau rohaniawan. c. Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak
sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber
dan validator identitas keluarga. Misalnya anggota keluarga yang sakit tidak bisa atau tidak mampu
untuk melakukan sholat/ibadah maka tugas keluarga yaitu membantu/mengajarkan cara melakukan
sholat/ibadah. d. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai
untuk istirahat dan pemulihan serta penguasaan terhadap emosi. 7. Faktor yang mempengaruhi
dukungan keluarga Faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga (Purnawan, 2008) : a. Faktor internal 1)
Tahap perkembangan. Setiap dukungan ditentukan oleh faktor usia dimana termasuk pertumbuhan dan
perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia memiliki pemahaman dan respon terhadap
perubahan kesehatan yang berbeda-beda. 2) Spiritual, aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana
seseorang itu menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan, hubungan dengan keluarga atau
teman, dan kemampuan mencari harapan serta arti dalam hidup. 3) Faktor emosional, factor ini juga
dapat mempengaruhi keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan dan cara melaksanakannya.
Seseorang yang mengalami respon stress cenderung merasa khawatir bahwa penyakit tersebut dapat
mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat tenang mungkin mempunyai respon
emosional yang kecil selama ia sakit. Jadi seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara
emosional terhadap ancaman penyakitnya mungkin akan menyangkal tentang penyakitnya. b. Faktor
eksternal 1) Faktor keluarga, cara keluarga memberikan dukungan dapat mempengaruhi penderita
dalam melaksanakan kesehatannya. 2) Faktor sosioekonomi. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang
biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakannya sehingga ia akan
segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya. 3) Faktor latarbelakang
budaya. Faktor ini dapat mempengaruhi keyakinan, nilai serta kebiasaan individu dalam memberikan
dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai