Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGEMBANGAN PROFESI GURU

PERAN KETUA LPMP PROVINSI DALAM MENINGKATKAN MUTU


PENDIDIKAN DAN PROFESIONALITAS GURU

Disusun Oleh Kelompok 5:

Tengku Hamid Darmawan (2005113104)

Ayu Lestari (2005113119)

Dwi Jonanda Putri (2005125146)

Efri Naldo Prayoga (2005114116)

Dosen Pengampu: Muhammad Jais, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Peran Ketua LPMP
Provinsi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan dan Profesionalitas Guru” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Muhammad Jais, S.Pd., M.Pd. pada mata kuliah Pengembangan Profesi Guru. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kita semua mengenai apa saja tugas
ketua LPMP Provinsi dan bagaimana cara meningkatkan profesionalitas guru di provinsi
tersebut.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini belum mencapai kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pelalawan, 11 Oktober 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang...............................................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
A. Pengertian dan Tujuan Penjaminan Mutu Pendidikan...................................4
B. Metode dan Teknik Penjaminan Mutu Pendidikan........................................4
C. Model Penjaminan Mutu Pendidikan.............................................................7
D. Implementasi Model Penjaminan Mutu.........................................................7
E. Komponen Penjaminan Mutu Pendidikan...................................................9
F. Sistem Pendampingan dalam Penjaminan Mutu Pendidikan..................15
PENUTUP.............................................................................................................16
Kesimpulan.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pendidikan nasional mengamanatkan bahwa pemerintah pusat bersama
pemerintah daerah berkewajiban mengembangkan satuan pendidikan yang berupa sekolah
standar, sekolah standar nasional, sekolah mandiri, sekolah bertaraf internasional, dan
sekolah berbasis keunggulan lokal. Untuk merealisasikan hal tersebut pemerintah telah
menetapkan delapan standar nasional pendidikan.
Direktorat jenderal PMPTK berperan dalam penyelenggaraan penjaminan mutu
pendidikan nasional. Tujuan penjaminan mutu adalah untuk menjamin bahwa setiap standar
nasional pendidikan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal dan bersinergi. Dalam
penjaminan mutu pendidikan diperlukan suatu standar sebagai acuan. Standar tersebut adalah
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional berisi
pedoman tentang delapan standar nasional pendidikan, yaitu 1) Standar Isi, 2) Standar Proses,
3) Standar Kompetensi Lulusan, 4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 5) Standar
Sarana dan Prasarana, 6) Standar Pengelolaan, 7) Standar Pembiayaan, dan 8) Standar
Penilaian Pendidikan. Standar ini merupakan standar minimal yang harus dicapai oleh setiap
satuan pendidikan (sekolah). Tentu saja standar ini menjadi acuan bagi sekolah dalam
mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan.
Jika saya diamanahkan sebagai kepala LPMP Provinsi, saya perlu melihat dan
mendengarkan secara langsung segala kondisi objektif dan keluhan tentang kebutuhan
sekolah pendampingan untuk menjadi sekolah standar. Untuk menangkap secara tepat profil
sekolah pendampingan, saya perlu mengunjungi sekolah pendampingan secara berkala,
sedkitnya tiga kali dalam satu tahun, yaitu pada tahap awal, pertengahan, dan akhir program
pendampingan. Selain untuk melihat progres (kemajuan) mutu pendidikan sekolah
pendampingan selama berlangsungnya program pendampingan, kunjungan saya dapat
meningkatkan motivasi sekolah pendampingan dalam menyukseskan program pendampingan
untuk mencapai sekolah standar di provinsi saya. Dengan kunjungan ke sekolah
pendampingan, saya akan menyusun kebijakan-kebijakan program pendampingan secara
tepat dan sesuai kebutuhan sekolah tersebut. Hal itu akan berimplikasi pula pada peningkatan
profesionalitas guru di provinsi saya nantinya dengan seringnya kegiatan monitoring dan
kegiatan lainnya tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Jika saya menjadi ketua LPMP Provinsi, apa yang bisa saya lakukan?
2. Bagaimana cara meningkatkan mutu pendidikan dan profesionalisme guru di provinsi
saya?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui apa saja yang harus saya lakukan jika menjadi ketua LPMP provinsi.

3
2. Mengetahui cara meningkatkan kemampuan guru di provinsi jika saya menjadi ketua
LPMP.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan Penjaminan Mutu Pendidikan
Penjaminan mutu pendidikan adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu
pengelolaan pendidikan yang mengacu pada 8 standar nasional pendidikan untuk pendidikan
dasar dan menengah, secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga memenuhi kepuasan
pemangku kepentingan (siswa, orang tua, masyarakat, pemerintah, guru, tenaga kependidikan
serta pihak lain yang berkepentingan).
Penjaminan mutu pendidikan ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap standar
yang ditetapkan dapat dicapai dan semua komponen dalam sistem sekolah bekerja secara
optimal dan bersinergi bagi tercapainya standar yang ditetapkan

B. Metode dan Teknik Penjaminan Mutu Pendidikan


Metode dan teknik penjaminan mutu adalah suatu cara yang digunakan oleh saya
dalam mendampingi sekolah untuk meningkatkan penjaminan mutu pendidikan. Metode
lebih berupa konsep sedangkan teknik bersifat praktis. Oleh sebab itu satu metode dapat
dilakukan dengan kombinasi beberapa teknik. Misalnya metode fasilitasi dapat dilakukan
dengan kombinasi teknik observasi, studi dokumen dan interviu. Metode juga dapat
dikombinasi pelaksanaannya. Misalnya metode fasilitasi dengan metode training dan metode
studi banding. Contoh: jika hasil supervisi atau monitoring dan evaluasi, menunjukkan bahwa
kompetensi sebagian guru belum memenuhi kriteria yang dipersyaratkan, maka saya perlu
memfasilitasi guru untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.

Berikut ini adalah uraian berbagai metode dan teknik yang bisa saya terapkan dalam
proses penjaminan mutu sekolah yaitu:
1. Metode Penjaminan Mutu
a. Fasilitasi
Suatu cara meningkatkan mutu dengan memberikan sesuatu kepada klien dapat
berupa kesempatan dan fasilitas untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia
untuk mengelola sekolah. Selain itu fasilitator dapat juga berperan sebagai penghubung
antara klien dengan pihak terkait dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

b. Konsultasi

4
Konsultasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan
memanfaatkan tenaga ahli yang ditugaskan untuk mendampingi sekolah.

c. Pemecahan Masalah (Problem Solving)


Pemecahan masalah adalah suatu metode yang digunakan oleh lembaga tertentu dan
sekolah untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam upaya meningkatkan dan
menjaga mutu pendidikan.

d. Analisis kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan dan
menjaga mutu pendidikan dengan melakukan analisis kebutuhan sebagai landasan
penyusunan pengembangan program lembaga/sekolah.

e. Penyusunan program
Penyusunan program dilakukan setelah diadakan analisis untuk mengetahui secara
pasti program apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan dan menjamin mutu pendidikan.

f. Supervisi
Guna mengetahui apakah suatu program telah atau belum dilakukan disebut supervisi.
Selanjutnya apabila ada hambatan atau masalah dalam pelaksanaan program dilanjutkan
dengan metode konsultasi atau kombinasi-kombinasi metode lainnya untuk mencari
solusinya.

g. Monitoring dan evaluasi


Hampir sama dengan supervisi, kegiatan monitoring dan evaluasi berisi kegiatan
evaluasi untuk menentukan tingkat keberhasilan program yang dilaksanakan.

h. Training/workshop
Suatu kegiatan untuk meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan dalam
hal kemampuan teknis dan teoritis serta sikap dalam upaya kelancaran pelaksanaan tugas
peningkatan mutu pendidikan.

i. Studi Banding

5
Hampir sama dengan training, tetapi studi banding lebih kepada peningkatan
wawasan untuk membangkitkan inspirasi dan motivasi pada tenaga pendidik dan
kependidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

j. Uji kompetensi
Uji kompetensi merupakan suatu cara untuk mengetahui tingkat kompetensi guru.
Apabila seorang guru belum mencapai kompetensi yang telah ditentukan, maka diperlukan
peningkatan kemampuan baik melalui inservice atau preservice training atau kegiatan
lainnya.

2. Teknik Penjaminan Mutu


Proses penjaminan mutu yang dilakukan oleh LPMP menerapkan beberapa teknik.
Teknik-teknik tersebut antara lain:
a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik untuk mendukung suatu metode, misalnya problem
solving. Untuk memecahkan masalah kita perlu melakukan observasi atas masalah yang
dihadapi oleh sekolah. Dengan demikian masalah dapat diidentifikasi secara pasti sehingga
dapat ditentukan pemecahannya.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk menggali lebih dalam terhadap suatu masalah. Ada
teknik wawancara yang terstruktur dan tak terstruktur. Terstruktur berarti materi wawancara
telah disusun sesuai dengan target informasi yang hendak dicapai, sedangkan wawancara tak
terstruktur dilakukan secara bebas tetapi masih dalam bingkai masalah yang hendak
dipecahkan.
c. Studi dokumen
Studi dokumen dilakukan apabila ingin mendapatkan informasi secara konkret yang
dapat digunakan sebagai bukti dari suatu kriteria standar mutu pendidikan.
d. Questioner
Teknik ini dilakukan untuk menjaring informasi yang terstruktur dan terukur dalam
bentuk pertanyaan yang bersifat tertutup maupun terbuka. Metode ini sangat baik untuk
mengukur suatu pencapaian, pendapat, kondisi, dan lain-lain.
e. Diskusi
Ini merupakan metode yang sangat umum dilakukan dalam pemecahan suatu masalah
yang dapat dilakukan oleh dua orang atau lebih. Teknik diskusi ada beberapa macam,
misalnya diskusi kelompok dan diskusi panel.

6
f. Tes
Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia suatu sekolah
(pendidik/tenaga kependidikan) teknik tes dapat dilakukan. Tes dapat dalam bentuk tertulis,
lisan, ataupun demonstrasi.

C. Model Penjaminan Mutu Pendidikan


Model penjaminan mutu yang dikembangkan LPMP diadaptasi dari model Asian
University Network (AUN) yang telah dimodifikasi oleh Dr. Ir. Toni Atyanto Dharoko dan
dipadukan dengan konsep-konsep penjaminan mutu yang dikembangkan di Inggris. Dalam
model ini sekolah harus mempunyai kemampuan untuk melakukan evaluasi diri yang
dibantu/didukung oleh pihak terkait, seperti LPMP, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan
perguruan tinggi. Bentuk evaluasi diri semacam ini lazimnya dikenal dengan Supported
School Self-Evaluation (evaluasi diri dengan dukungan). Evaluasi diri ini merupakan salah
satu komponen penting dalam model ini.
Komponen lain dalam model ini adalah internal audit yang dimaknai sebagai peer-
assessment yang dilakukan oleh sekolah lain yang sejenis dan setara. Kegiatan ini bersifat
optional mengingat kondisi sekolah di Kabupaten/Kota yang cukup beragam. Internal Audit
dalam model ini membuka peluang dilakukannya peer assessment antar guru mata pelajaran
sejenis di sekolah yang sama atau dari sekolah lain, juga bisa pula peer assessment dilakukan
dengan minta bantuan dari kepala sekolah yang sejenis dan setara untuk melakukan auditing
dalam hal pengelolaan dan kepemimpinan sekolah.

D. Implementasi Model Penjaminan Mutu


1. Persiapan
Hal-hal yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut.
a. Pemetaan awal kinerja sekolah
Kegiatan ini dilakukan melalui observasi dan pendataan sekolah dengan mengacu
pada standar-standar pendidikan yang ditetapkan BSNP. Kegiatan dimaksud untuk
memperoleh data dan informasi awal tentang kinerja sekolah. Data dan informasi ini
memungkinkan dilakukannya pemetaan profil mutu/kinerja sekolah sebagai acuan awal
dalam ancangan penetapan standar sekolah yang mengacu pada ke 8 Standar Nasional
Pendidikan yang ditetapkan oleh BSNP dan implementasi model penjaminan mutu
pendidikan.
b. Pembuatan Panduan Penjaminan Mutu
Pembuatan panduan penjaminan mutu dimaksudkan untuk memberikan pedoman
kepada sekolah dalam pelaksanaan model penjaminan mutu pendidikan yang dilakukan
sekolah dengan bimbingan/arahan/support oleh LPMP, Dinas Pendidikan dan semua pihak-

7
pihak pemangku kepentingan (stakeholder). Pedoman ini akan membantu semua pemangku
kepentingan dalam penyamaan persepsi dalam pelaksanaan model.
c. Penyiapan Instrumen Monitoring
Setelah standar telah ditetapkan dan diimplementasikan di sekolah, pihak LPMP
menyusun instrumen monitoring sebagai alat untuk mengevaluasi keterlaksanaan standar
yang telah ditetapkan. Kegiatan penyiapan instrument monitoring melalui tahapan;
penyusunan instrument, uji coba, pengolahan dan analisis, review, dan validasi instrument.
Instrumen yang sudah divalidasi selanjutnya dapat digunakan dalam kegiatan monitoring
terhadap pelaksanaan standar tersebut.
d. Penyiapan instrumen SSE
Instrumen School Self-Evaluation (SSE) disusun sebagai alat untuk melakukan
evaluasi diri oleh sekolah masing-masing. Kegiatan ini disusun secara bersama-sama antara
sekolah, LPMP dan Dinas Pendidikan serta dengan dukungan para pakar. Dalam penyiapan
instrumen SSE tetap melalui tahapan kegiatan sebagai berikut: penyusunan instrumen, uji
coba, pengolahan dan analisis, review, dan validasi instrumen.
e. Fasilitasi persiapan pelaksanaan SSE
Fasilitasi persiapan pelaksanaan SSE dimaksudkan untuk memberikan bimbingan
kepada pihak sekolah agar sekolah mempunyai kompetensi yang diperlukan dalam
melaksanakan SSE secara efektif. Kegiatan ini dilakukan oleh pihak LPMP.

2. Pelaksanaan SSE
a. Penerapan Standar Nasional Pendidikan
PP NO.19 Tahun 2005 Pasal 94 poin b menyatakan bahwa satuan pendidikan wajib
menyesuaikan diri dengan ketentuan PP ini paling lambat pada tahun 2012.
b. Monitoring
Kegiatan monitoring dilaksanakan pihak pengawas sekolah secara rutin (bulanan) dengan
mengacu pada standar-standar pendidikan yang telah ditetapkan, sedangkan monitoring yang
dilaksanakan LPMP sekurang-kurangnya satu kali dalam enam bulan.

3. Fasilitasi persiapan pelaksanaan SSE


Fasilitasi persiapan pelaksanaan SSE dimaksudkan untuk memberikan bimbingan kepada
pihak sekolah agar sekolah mempunyai kompetensi yang diperlukan dalam melaksanakan
SSE secara efektif. Kegiatan ini dilakukan oleh pihak LPMP

8
Pihak sekolah melakukan evaluasi dengan menggunakan instrumen SSE. Kegiatan ini
dilakukan sendiri oleh pihak sekolah secara mandiri. Laporan SSE dikirimkan sekolah ke
Dinas Pendidikan dan LPMP untuk dijadikan bahan tindaklanjut atau program peningkatan
mutu sekolah.

4. Audit Internal
Audit internal dapat dilakukan oleh sekolah dalam bentuk peer-assessment. Khususnya, yang
berkaitan dengan proses pembelajaran, yang merupakan komponen sangat penting dalam
penjaminan mutu, peer-assessment dapat dilakukan dalam bentuk observasi kelas antar guru
semata pelajaran.

5. Perumusan program pengembangan/peningkatan mutu sekolah.


Hasil Evaluasi Mandiri dan hasil audit internal yang dilakukan sekolah dijadikan bahan
kajian oleh LPMP, Dinas Pendidikan dan sekolah terkait untuk merumuskan program
pengembangan/peningkatan mutu sekolah.

6. Pelaksanaan pengembangan/peningkatan mutu sekolah


Pelaksanaan pengembangan/peningkatan mutu sekolah berkaitan dengan standar nasional
pendidikan dilakukan oleh sekolah dengan pihak LPMP, Dinas Pendidikan dan Perguruan
Tinggi sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

E. Komponen Penjaminan Mutu Pendidikan


Penjaminan mutu pendidikan harus mengacu pada standar nasional pendidikan yang
meliputi delapan standar, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian.
1. Penjaminan Mutu Isi
Standar isi meliputi struktur dan kerangka dasar kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP), dan kalender pendidikan.

a. Struktur dan kerangka dasar kurikulum, mengacu pada:


1) Peningkatan iman, taqwa, dan akhlak mulia
2) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik
3) Keragaman potensi daerah dan lingkungan

9
4) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
5) Tuntutan dunia kerja
6) Tuntutan era globalisasi.

b. Beban belajar mengacu pada panduan penyusunan KTSP dari BSNP.

c. Sekolah memiliki KTSP yang disusun dengan memperhatikan:


1) Kerangka dasar kurikulum yang mencakup lima kelompok mata pelajaran, yaitu:
 agama dan akhlak mulia
 kewarganegaraan dan kepribadian
 ilmu pengetahuan dan teknologi
 estetika
 pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan
2) Kondisi sekolah
3) Lingkungan
4) Kondisi peserta didik
5) Tuntutan dunia kerja lokal

d. Kalender Pendidikan, mengacu pada:


a. Jumlah minggu, hari, dan jam efektif untuk setiap mata pelajaran dalam satu tahun
mengacu pada Bab VI PP 19 Tahun 2005
b. Kondisi daerah, visi dan misi satuan pendidikan.

2. Penjaminan Mutu Standar Proses


a. Standar proses berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan
untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
b. Proses pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
c. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

10
d. Dalam proses pembelajaran, pendidik memberikan keteladanan.
e. Peserta didik yang mengalami kesulitan mencapai kompetensi dasar pada waktu terjadwal
memperoleh layanan remidi.
f. Peserta didik yang memiliki kemampuan mencapai kompetensi standar lebih dari standar
yang telah ditetapkan memperoleh layanan percepatan (akselerasi).
3. Penjaminan Mutu Kompetensi Lulusan
Standar kompetensi lulusan dalam satuan pendidikan merupakan standar pendidikan
tentang kualifikasi kemampuan yang berkaitan dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar kompetensi lulusan tersebut digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Rumusan kompetensi lulusan meliputi kompetensi lulusan jenjang pendidikan, kompetensi
lulusan kelompok mata pelajaran, dan kompetensi lulusan mata pelajaran.
b. Kompetensi lulusan dirumuskan mengacu pada standar kompetensi lulusan yang disusun
oleh BSNP dan ditetapkan Menteri Pendidikan Nasional dengan memperhatikan tuntutan
lokal, jenjang pendidikan yang lebih tinggi, serta tuntutan dunia kerja.
c. Memiliki dokumen rumusan kompetensi seperti dimaksud butir no 1 –

4. Penjaminan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan


a. Kualifikasi pendidikan bagi pendidik minimal Sarjana (S1) atau Diploma 4 dilengkapi
dengan akta IV.
b. Pendidik memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial.
c. Satuan pendidikan menugasi pendidik dan tenaga kependidikan yang mempunyai latar
belakang bidang pendidikan sesuai dengan tugas pokoknya.
d. Jumlah pendidik ditetapkan berdasarkan rasio antara jumlah jam mengajar minimal dan
jumlah rombongan belajar.
e. Jumlah tenaga kependidikan ditetapkan berdasarkan beban pekerjaan, jumlah jam kerja
minimal, bidang tugas, dan jumlah peserta didik di sekolah, serta jumlah tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan.
f. Pendidik menjadi model dalam pembentukan sikap peserta didik.
g. Pempendampingan pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan berdasarkan hasil evaluasi
melalui tes tulis dan tes unjuk kerja.
h. Setiap satuan pendidikan memiliki pendidik yang bersertifikat profesi.
5. Penjaminan Mutu Sarana dan Prasarana

11
a. Sarana yang tersedia harus mengacu pada ketentuan BSNP yang ditetapkan dengan Permen
Diknas, meliputi; perabot, perlatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar,
dan bahan abis pake.
b. Prasarana yang tersedia harus mengacu pada ketentuan BSNP yang ditetapkan dengan
Permen Diknas, meliputi; lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, ruang pendidik, ruang tata
usaha, ruang perpustkaan, ruang lab, ruang bengkel, unit produksi, kantin, instalasi daya dan
jasa, tempat olah raga , tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi.
6. Penjaminan Mutu Pengelolaan
a. Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan
manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi,
keterbukaan, dan akuntabilitas.
b. Manajemen sekolah membentuk tim-tim pengembang untuk urusan:
1) penyusunan rencana pengembangan sekolah (RPS) yang di dalamnya mencakup
perumusan kompetensi lulusan dan kriteria kompetensi minimal yang harus dicapai peserta
didik.
2) penyusunan KTSP dan pedoman pelaksanaannya.
3) pedoman proses pembelajaran, antara lain tentang bentuk dan isi persiapan mengajar,
jumlah maksimum peserta didik per kelas.
4) sistem penilaian, termasuk pengembangan instrumen penilaian bagi peserta didik.
5) penilaian unjuk kerja pendidik.
6) pelaporan akademik dan keuangan.
7. Penjaminan Mutu Pembiayaan
a. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi satuan pendidikan, dan
biaya personal.
b. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber
daya manusia, dan modal kerja tetap.
c. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi:
1) gaji pendidik dan tenaga kependidikan dan segala tunjangan yang melekat pada gaji.
2) bahan atau peralatan habis pakai.
3) biaya operasi pendidikan tidak langsung berupa daya listrik, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi dan
sebagainya.
d. Sekolah menetapkan standar biaya operasi satuan pendidikan sesuai dengan ketentuan dari
BSNP yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri.

12
8. Penjaminan Mutu Penilaian
a. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
1) penilaian hasil belajar oleh pendidik
2) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
3) penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
b. Penilaian kemajuan belajar peserta didik mencakup pengusaan aspek kognitif,
keterampilan, dan sikap.
c. Penilaian kemajuan belajar mencakup penilaian proses, formatif, dan sumatif.
d. Penilaian proses dan hasil belajar peserta didik menggunakan instrumen penilaian yang
sudah divalidasi oleh tim dan sudah diuji-cobakan.
e. Hasil penilaian formatif digunakan sebagai bahan perbaikan proses pembelajaran.
f. Hasil penilaian sumatif digunakan sebagai dasar penentuan pencapaian peserta didik
terhadap kompetensi mata pelajaran, standar kompetensi, dan kompetensi dasar.
g. Setiap pendidik harus memiliki instrumen penilaian yang digunakan untuk menilai peserta
didik terhadap penguasaan kompetensi mata pelajaran, standar kompetensi, dan kompetensi
dasar.
h. Satuan pendidikan harus memiliki instrumen penilaian yang digunakan untuk menilai
proses dan hasil belajar peserta didik terhadap penguasaan standar kompetensi.
i. Satuan pendidikan harus melaporkan hasil penilaian peserta didik kepada peserta didik,
orang tua peserta didik, dan instansi terkait.
j. Satuan pendidikan menerima adanya tim penilai pemerintah untuk menjaring penguasaan
standar kompetensi peserta didik, yang mencakup aspek kognitif, keterampilan, dan sikap.
k. Penguasaan kompetensi, minimal sama dengan batas ketentuan nasional.
F. Prosedur Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah Standar.
1. Prosedur Penjaminan.
Sebagaimana tertulis dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, LPMP sendiri bertugas membantu Pemerintah Daerah dalam berbagai upaya
penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan. Karena
badan atau kelengkapan pemerintah daerah yang bertanggung jawab dalam hal menentukan
kelayakan, kinerja, dan produktivitas satuan pendidikan di daerah adalah Badan Akreditasi
Sekolah Daerah (BASDA) yang meliputi Badan Akreditasi Sekolah-Propinsi (BAS-Prop) dan
Badan Akreditasi Sekolah-Kabupaten/Kota (BAS-Kab/Kota), maka perlu adanya kerjasama
yang erat antara pihak kami dan BASDA yang diharapkan mampu menciptakan sinergi yang
optimal dalam upaya penjaminan mutu pendidikan di daerah.

13
Dalam menjalankan fungsi layanannya, saya bisa bekerjasama, baik dengan BAS
Propinsi maupun BAS Kabupaten/Kota karena memang lingkup kerja saya meliputi semua
jenjang pendidikan dalam lingkungan pendidikan dasar dan menengah, sementara BAS-
Propinsi bertanggungjawab pada jenjang SMA serta SMK dan BAS-Kabupaten/Kota
bertanggung jawab pada jenjang TK, SD serta SMP.
2. Pola Layanan Penjaminan Mutu
Dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya, saya bisa menggunakan 2 jenis pola layanan,
yaitu:
a. Pola layanan yang bersifat supervisi, bimbingan, arahan, saran dan bantuan teknis
Pola layanan yang bersifat supervisi, bimbingan, arahan, saran dan bantuan teknis terhadap
satuan pendidikan yang belum memenuhi standar akreditasi yang telah ditetapkan ini
digunakan untuk menangani permasalahan yang berkenaan dengan standar proses dan standar
penilaian pendidikan.
Pola layanan Penjaminan Mutu yang akan saya kembangkan guna pencapaian standardisasi
mutu pendidikan adalah :
1. Ada kesepakatan antara saya dengan satuan pendidikan tentang kinerja guru yang akan
ditingkatkan.
2. Kinerja yang akan ditingkatkan adalah aspek-aspek kinerja guru dalam proses
pembelajaran yang spesifik, seperti : penyusunan perangkat pembelajaran, menciptakan
proses pembelajaran yang aktif, kreatif, evektif dan menyenangkan, pendalaman dan
penguasaan materi bahan ajar, pembuatan dan pemanfaatan media pembelajaran, melakukan
penelitian tindakan kelas, serta teknik menangani anak bermasalah dalam pembelajaran.
Langkah-langkah proses layanan ini adalah:
1. Pertemuan awal.
a. Menciptakan hubungan yang baik dengan cara menjelaskan makna supervisi sehingga
partisipasi guru meningkat.
b. Menemukan aspek-aspek kinerja apa dalam proses pembelajaran yang perlu
diperbaiki/ditingkatkan.
c. Menemukan bentuk perbaikan pada sub topik bahan pelajaran tertentu.
2. Persiapan
a. Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan bentuk
perbaikan yang disepakati.
b. LPMP membuat instrumen untuk kepentingan observasi dan pendampingan.
3. Pelaksanaan
a. Guru melaksanakan pembelajaran dengan RPP yang telah dibuat.

14
b. LPMP melakukan pendampingan terhadap satuan pendidikan.
4. LPMP melakukan advokasi.
b. Pola layanan yang bersifat pemberian saran melalui hasil kajian
Pola layanan yang bersifat pemberian saran melalui hasil kajian ini digunakan untuk
menangani permasalahan yang berkenaan dengan standar isi, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan
serta standar pembiayaan.

Saya bersama para ahli baik ahli pendidikan maupun ahli dari berbagai disiplin ilmu
bertemu dalam suatu forum kajian tentang mutu. Hasil kajian itu selanjutnya
direkomendasikan kepada dinas pendidikan sebagai bahan pengambilan keputusan yang akan
diimplementasikan oleh sekolah. Namun apabila dinas pendidikan merasa bahwa hasil kajian
tersebut masih kurang tepat, dinas pendidikan juga bisa memberikan revisi melalui forum
kajian tentang mutu pendidikan. Selain itu, saya juga bisa memberikan bantuan berupa saran
kepada sekolah, demikian pula sebaliknya, sekolah juga bisa memberikan evaluasinya
terhadap hasil-hasil kajian yang telah dilakukan oleh LPMP.

F. Sistem Pendampingan dalam Penjaminan Mutu Pendidikan


Dalam kerangka program sekolah pendampingan, saya akan mengembangkan suatu
sistem/pola kegiatan pendampingan yang melibatkan berbagai unsur pejabat struktural dan
fungsional LPMP. Kegiatan pendampingan dapat dilaksanakan dalam dua kegiatan utama,
yaitu (1) IHT (In-house Training) atau INSET (in-service training), (2) ONSET (On-service
Training).
1. IHT (In-house Training)
Sesudah didapat profil mutu sekolah pendampingan, LPMP melakukan penyusunan program
pendampingan. Profil ini akan menjadi base-line data yang akan menjadi dasar awal untuk
menentukan kegiatan pendampingan. Salah satu program awal kegiatan pendampingan
adalah IHT. Semua unsur sekolah yang meliputi kepala sekolah, guru dan tenaga
kependidikan lain di sekolah tersebut perlu mendapat informasi tentang prinsip-prinsip dasar
yang mencakup delapan standar pendidikan.

Dalam IHT itu guru dilatih untuk mengembangkan berbagai instrumen yang diperlukan
dalam mengimplementasikan kurikulum. Salah satu kegiatan itu ,adalah mengembangkan
silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Selain itu, guru juga mendapatkan
pelatihan dan workshop untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan landasan filosofis
KTSP yaitu pembelajaran yang berbasis pengembangan kompetensi. IHT ini dapat
dilaksanakan di sekolah dalam beberapa pertemuan awal secara berkala.

15
Selain IHT, para guru dari sekolah pendampingan dapat diikutkan dalam kegiatan pelatihan
yang relevan dalam in-service training (INSET) yang dilaksanakan di LPMP. Kegiatan
INSET akan dapat membekali para guru dengan pemahaman konsep dan workshop
pengembangan KTSP secara intensif dan mendalam. Dengan kegiatan IHT atau in-service
training (INSET), kepala sekolah dan guru serta staf diharapkan mempunyai wawasan yang
benar tentang implementasi manajemen sekolah menuju kualifikasi sekolah berstandar
nasional. Wawasan dan pengetahuan yang benar stake holder diharapkan dapat
diimplementasikan pada delapan standar nasional pendidikan dengan baik dan lancar.

2. ONSET ( On-service Training )


Sesudah IHT atau INSET pihak sekolah siap melaksanakan program pendidikan guna
mencapai delapan standar nasional pendidikan. Tentu saja dalam tahun-tahun pertama
pelaksanaan program sekolah, pihak sekolah masih banyak menghadapi berbagai kendala dan
hambatan. Hal ini sangat wajar terjadi. Oleh sebab itu, sekolah pendampingan perlu
mendapat pendampingan secara langsung ketika mereka mempraktikkan program
pelaksanaan pendidikan, baik kegiatan di kelas maupun kegiatan manajerial lainnya.
Pendampingan ini dilaksanakan oleh berbagai unsur pejabat di LPMP secara berkala,
baik pada tataran manajemen sekolah yang dilaksanakan oleh kepala sekolah beserta
wakilnya, maupun pada tataran manajemen pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di
kelas. Para pendamping dari LPMP adalah para pejabat struktural dan
fungsional/widyaiswara akan datang ke sekolah pendampingan secara berkala dan
berkesinambungan dalam periode waktu yang telah ditetapkan. Kegiatan inilah yang disebut
on-service training (ONSET)

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah di Indonesia,
pemerintah telah menetapkan standar nasional pendidikan yang secara minimal harus dapat
dicapai oleh setiap satuan pendidikan dasar dan menengah. Hal ini dimaksudkan agar mutu
proses dan hasil pendidikan di Indonesia dapat bersaing dengan negara lain.
Untuk memberikan gambaran yang jelas bagi semua sekolah di provinsi, perlu
dikembangkan sekolah model yang dibina secara terus menerus dan berkelanjutan oleh
LPMP agar dapat mencapai standar nasional pendidikan. Sekolah pendampingan tersebut
dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain. Peran saya selaku kepala LPMP dalam
penjaminan mutu pendidikan di daerah sangat signifikan. Dalam melakukan penjaminan

16
mutu, saya tidak bisa bekerja sendiri. Oleh sebab itu harus bekerjasama dengan pemerintah
daerah/dinasdiknas kabupaten-kota.

DAFTAR PUSTAKA

Gilley, Jerry W. & Eggland, Steven A., 1989. Principles of Human Resource Development,
Addison-Wesley Publishing Company Inc., Masachusetts.
Ilyas, E. 2005. Dasar-Dasar sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2000, Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23, dan 24 Tahun 2006 tentang Standar
Isi, Standar Kompetensi Lulusan dan Implementasi Kepmendiknas Nomor 22 dan 23
Tahun 2006.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Winingsih, Lucia H. Peran Pemerintah Dfaerah, LPMP, dan P4TK dalam Meningkatkan
Profesionalitas Guru. Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemendikbud.

17

Anda mungkin juga menyukai