161 513 1 SM
161 513 1 SM
ABSTRAK
Infeksi virus hepatitis B (HBV) menyebabkan hepatitis akut dan kronis, dengan
angka kematian 1,2 juta per tahun di seluruh dunia. Antivirus analog nukleosida dan vaksin
HBV dapat menekan perkembangan infeksi HBV namun penggunaan untuk terapi jangka
panjang dilaporkan menginduksi terjadinya mutasi. Mutasi yang menyebabkan timbul
mutan resisten-antivirus dan mutan lolos-vaksin menjadi kendala utama dalam pengobatan
dan pencegahan infeksi HBV. Telah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi mutasi
pada gen pengkode reverse transcriptase (RT) DNA polimerase dan HBsAg virus hepatitis
B. Penelitian menggunakan 24 sampel cetakan HBV yang berasal dari penderita hepatitis
B dari Medan (3), Jakarta (10), Bandung (9), Yogyakarta (1), dan Surabaya (1). Metode
yang dilakukan adalah amplifikasi fragmen gen pengkode DNA polimerase dan HBsAg,
konfirmasi produk PCR dengan elektroforesis gel agarosa, pemurnian produk PCR dengan
GFX column kit, penentuan urutan nukleotida, dan analisis hasil penentuan urutan
nukleotida. Hasil penelitian menunjukkan sampel 12273 dari Jakarta mengalami mutasi di
daerah gen pengkode RT DNA polimerase. Mutasi tersebut menyebabkan substitusi asam
amino M475L, V519L, L526M, dan M550V. Sampel 12273 juga mengalami mutasi pada
gen pengkode HBsAg yang menyebabkan substitusi asam amino M120L, V164L, L171M,
dan M195V. Mutasi tersebut terjadi di daerah yang tumpang tindih dengan gen pengkode
DNA polimerase, dan di luar determinan a. Mutan diklasifikasikan sebagai mutan resisten-
antivirus dengan substitusi asam amino ganda L526M dan M550V, dan tidak ditemukan
mutasi pada daerah DNA pengkode determinan a.
22
Fitofarmaka, Vol. 1 No.2 , Pebruari 2011: 22-30
terapi interferon (Ono-nita et al., 1999; menjadi salah satu faktor penting dalam
Seigneres et al., 2000). pengobatan dan pencegahan HBV.
Lamivudin terbukti dapat menekan Keberadaan mutan HBV dapat ditentukan
replikasi HBV dan memiliki sedikit efek dengan melihat urutan nukleotida sampel
samping sehingga digunakan untuk HBV. Penentuan urutan nukleotida
mengobati infeksi HBV kronis. Lamivudin dilakukan menggunakan metode PCR
juga dapat mencegah re-infeksi setelah (Polymerase chain reaction), suatu teknik
transplantasi hati. Penggunaan lamivudin biologi molekular untuk mereplikasi DNA
untuk pengobatan jangka panjang secara in vitro. PCR digunakan untuk
dilaporkan menyebabkan terjadinya mengamplifikasi daerah tertentu dari untai
resistensi virus. Pada 14% pasien yang DNA, dapat berupa gen tunggal, bagian
mendapat terapi lamivudin selama 1 tahun, dari gen, atau non-coding sequence.
terjadi substitusi asam amino pada motif Umumnya PCR mengamplifikasi fragmen
tirosin-metionin-aspartat-aspartat (YMDD) pendek (10 kbp) DNA (Sambrook &
dalam domain C DNA polimerase HBV, Russell, 2001).
dengan perubahan asam amino di kodon Penelitian ini bertujuan untuk
552, metionin menjadi valin (M552V) atau mengetahui adanya mutasi pada fragmen
metionin menjadi isoleusin (M552I). gen pengkode DNA polimerase dan
Substitusi asam amino lain pada domain B HBsAg dari sejumlah isolat HBV yang
polimerase virus, yaitu substitusi leusin berasal dari beberapa kota di Indonesia.
menjadi metionin pada kodon 528
(L528M), juga dilaporkan dapat muncul METODE PENELITIAN
bersamaan dengan substitusi asam amino Penelitian INI dilakukan pada bulan
pada motif YMDD. Substitusi asam amino Maret sampai dengan Oktober 2007 di
L528M sering terjadi pada pasien yang Laboratorium Mikrobiologi Farmasi,
mendapat terapi famsiklofir (Ono-nita et Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran,
al., 1999; Seigneres et al., 2000; Yuen et dan Laboratorium Bioteknologi Farmasi,
al., 2001). Sekolah Farmasi ITB.
Selain mutasi pada daerah gen
Bahan
pengkode DNA polimerase yang Sampel yang digunakan merupakan
mengakibatkan resistensi virus, HBV juga cetakan HBV yang diperoleh dari
mengalami mutasi pada gen pengkode Laboratorium Klinik Utama Pramita
protein permukaan (HBsAg) yang cabang Jakarta dan Bandung, kalium
menimbulkan fenomena mutan lolos- klorida, magnesium klorida, gelatin,
vaksin. Mutan lolos-vaksin merupakan etidium bromida.
mutan HBV yang tidak dapat dikenali oleh
anti-HBsAg sehingga dapat menginfeksi
Alat
individu yang sudah divaksinasi. Penelitian Cawan petri, pipet mikro, tabung
Aprilia pada tahun 2004 menunjukkan eppendorf, gelas kimia, termometer,
terdapat mutan lolos-vaksin dalam sampel thermal cycler, mesin PCR.
isolat klinik dari empat kota di Pulau Jawa.
Mutan lolos-vaksin terdapat pada sampel
Cara Kerja
yang berasal dari Yogyakarta (M133T) dan
Amplifikasi fragmen DNA
Jember (G145R), serta terjadi insersi pada
a. Gen Pengkode HBsAg
sampel dari Jakarta (pada kodon 117 dan Primer yang digunakan ialah P1 5’
antara kodon 136 dan 137) (Aprilia, 2004). CAA GGT ATG TTG CCC GTT TG 3’
Informasi mengenai mutasi yang dan P2 5’ AAA GCC CTG CGA ACC
terjadi di daerah gen pengkode DNA ACT GA 3’ (Aprilia, 2004). Primer P1
polimerase dan HBsAg virus hepatitis B akan menempel pada urutan nukleotida
23
Fitofarmaka, Vol. 1 No.2 , Pebruari 2011: 22-30
fragmen S HBsAg pada posisi 329-348 dan menit; siklus reaksi terdiri dari denaturasi
primer P2 akan menempel pada urutan pada suhu 940C selama 1 menit,
nukleotida fragmen S HBsAg pada posisi penempelan pada suhu 470C selama 1
587-568. Pasangan primer ini dapat menit, dan pemanjangan pada suhu 720C
mengamplifikasi urutan fragmen genom selama 1 menit. Amplifikasi dilakukan
HBV yang mengandung kodon 122 dan sebanyak 35 siklus; dan pemanjangan
160 pada gen S HBsAg, yang menentukan (pada siklus terakhir) pada suhu 720C
subtipe HBV(Aprilia, 2004). selama 10 menit(Aprilia, 2004).
Sampel berupa isolat HBV
Elektroforesis gel agarosa
sebanyak 5 μL dicampurkan dengan Konfirmasi produk PCR dilakukan
larutan dapar Taq [Magnesium klorida 1,5 dengan elektroforesis gel agarosa 2% ( b/v),
mM, Tris (pH 8,3) 10 mM, kalium klorida dengan cara membandingkan hasilnya
50 mM dan gelatin 200 μg/mL], dengan dengan marka DNA yang sesuai serta
dNTP 200 μM, Taq polimerase 5U; 1 μL kontrol negatif produk PCR tanpa cetakan
primer forward 30 pmol; 1 μL primer
DNA. Produk PCR ditambah dengan
reverse 30 pmol, dan magnesium klorida marka pUC19/HinfI dan loading buffer di
25 mM, kemudian ditambah air suling atas kertas parafilm, dengan perbandingan
ganda hingga 25 μL (Aprilia, 2004). 5:1, kemudian dimasukkan ke sumur agar
yang telah disiapkan. Elektroforesis
b. Gen Pengkode DNA Polimerase dilakukan pada tegangan 80-90 volt selama
Primer yang digunakan ialah 75 menit. Setelah itu gel agarosa direndam
PfwdHBVRT 5’ TGT GTC TGC GGC dalam larutan etidium bromida selama 30
GTT TTA TC3’ dan PrevHBVRT 5’ GCA detik dan dilihat di bawah lampu
AAT(G) CCC AAA AGA CCC UV(Aprilia, 2004).
AC3’(Aprilia, 2004). Primer PfwdHBVRT
Pemurnian produk PCR dengan GFX
akan menempel pada urutan nukleotida
column kit
daerah reverse transkriptase (RT) DNA Fragmen DNA dalam gel yang
Polimerase pada posisi 1287-1306 dan sudah ditetapkan beratnya ditambah dapar
primer PrevHBVRT akan menempel pada penjerat (capture buffer) sebanyak 1 kali
urutan nukleotida daerah reverse volum gel (10 μL untuk 10 mg). Campuran
transkriptase (RT) DNA Polimerase pada ini diinkubasi pada suhu 600C sampai gel
posisi 1909-1928. Pasangan primer ini larut, kemudian disentrifugasi dengan
dapat mengamplifikasi urutan fragmen kecepatan 3000-4000 rpm selama 30
genom HBV yang mengandung gen detik(Aprilia, 2004).
pengkode motif YMDD (Aprilia, 2004). Sampel yang sudah larut
Sampel berupa isolat HBV dimasukkan ke dalam kolom GFX,
sebanyak 5-7 μL dicampurkan dengan diinkubasi selama 1 menit pada suhu
larutan dapar Taq [Magnesium klorida 1,5 ruang, kemudian disentrifugasi dengan
mM, Tris (pH 8,3) 10 mM, kalium klorida kecepatan 12000 rpm selama 1 menit.
50 mM dan gelatin 200 μg/mL], dengan Filtrat yang ada di collect tube dibuang.
dNTP 200 μM, Taq polimerase 5U; 0,5 μL Dapar pencuci (wash buffer) sebanyak 500
primer forward 30 pmol; 0,5 μL primer μL ditambahkan ke dalam kolom,
reverse 30 pmol, dan magnesium klorida diinkubasi, kemudian disentrifugasi
25 mM, kemudian ditambah air suling kembali. Filtrat yang ada di collect tube
ganda hingga 25 μL (Aprilia, 2004). kembali dibuang. Kolom GFX dimasukkan
Kedua PCR mix masing-masing ke dalam tabung Eppendorf steril,
diamplifikasi pada alat thermal cycler 96 ditambahkan dapar pengelusi (elution
well, dengan kondisi PCR sebagai berikut : buffer) sebanyak 50 μL, kemudian
denaturasi awal, suhu 940C, selama 5
24
Fitofarmaka, Vol. 1 No.2 , Pebruari 2011: 22-30
25
Fitofarmaka, Vol. 1 No.2 , Pebruari 2011: 22-30
Sebanyak 16 sampel cetakan DNA pita DNA yang diinginkan (berukuran 622
HBV lainnya dengan nomor sampel 1-16 pb).
diamplifikasi dengan pasangan primer P1
dan P2, kemudian dikonfirmasi dengan
elektroforesis gel agarosa. Dari 16 sampel,
13 sampel ( yaitu sampel 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 14, 15, dan 16) memberikan
pita DNA yang diinginkan. Produk PCR
kemudian dipekatkan dengan metode
freeze dry dan ditentukan urutan
nukleotidanya setelah sebelumnya Gambar 3. Hasil Elektroforesis roduk PCR
mengalami pemurnian dari larutan. fragmen gen DNA polimerase
Ternyata produk PCR tidak dapat Keterangan :
ditentukan urutan nukleotidanya karena (8) 2338 (13) 10111
terdapat dua pita DNA dengan ukuran yang (9) 8961 (14) 7331
hampir sama dalam satu produk PCR. Hal (11) 12273 (15) 10844
ini dapat terjadi karena primer menempel (12) 10367 (16) 11414
pada dua tempat (akibat kondisi PCR yang
kurang tepat sehingga primer tidak spesifik Pemurnian Produk PCR dengan GFX
menempel pada satu tempat). column kit
Produk PCR dimurnikan dari gel
dengan GFX column kit untuk
menghilangkan produk dimer. Hasil
pemurnian ini dielektroforesis untuk
melihat kebenaran pita DNA yang
dimurnikan. Elektroforesis juga dilakukan
untuk menentukan konsentrasi pita DNA
yang telah dimurnikan karena terjadi
kehilangan konsentrasi pita akibat
Gambar 2.Hasil Elektroforesis produk pemurnian.
PCR fragmen gen HbsAg.
Keterangan:
(1) 12141 (4) 4092
(11) 12273 (5) 11312
(12) 10367 (6) 9805
(14) 7331 (7) 9730
(15) 10844 (8) 2338
(16) 11414 (9) 8961
(10) 7784 Gambar 4. Hasil Elektroforesis produk
pemurnian dengan GFX
B. Gen Pengkode DNA Polimerase column kit
Sampel cetakan DNA HBV dengan Keterangan :
nomor sampel 1-16 diamplifikasi dengan (8) 2338 (13) 10111
pasangan primer PfwdHBVRT dan (9) 8961 (14) 7331
PrevHBVRT, kemudian dikonfirmasi (11) 12273 (15) 10844
dengan elektroforesis gel agarosa untuk (12) 10367 (16) 11414
mengetahui kebenaran produk PCR. Dari
16 sampel, delapan sampel (sampel 8, 9, Penentuan Urutan Nukleotida
11, 12, 13, 14, 15, dan 16) memberikan (sekuensing)
26
Fitofarmaka, Vol. 1 No.2 , Pebruari 2011: 22-30
Produk PCR yang telah dimurnikan pengkode DNA Polimerase dari database
(hasil GFX) kemudian dipekatkan dulu GenBankuntuk melihat ada tidaknya mutasi
dengan metode freeze dry, agar konsentrasi pada daerah gen pengkode reverse
produk PCR mencukupi untuk ditentukan transcriptase (RT) DNA Polimerase HBV,
urutan nukleotidanya. Delapan produk terutama pada daerah yang mengkode
PCR masing-masing ditentukan urutan motif YMDD di domain C. Penjajaran
nukleotidanya dengan menggunakan (alignment) juga dilakukan dengan
sepasang primer PfwdHBVRT dan menggunakan program BLAST dari situs
PrevHBVRT dari dua arah yang NCBI. Hasil alignment tersebut
berlawanan. Primer PfwdHBVRT menunjukkan bahwa satu sampel (sampel
menentukan urutan nukleotida sampel dari 12273) mengalami perubahan urutan
5’ ke 3’, sedangkan primer PrevHBVRT nukleotida (mutasi) pada fragmen gen
menentukan urutan nukleotida sampel dari pengkode DNA polimerasenya.
3’ ke 5’. Sampel 12273 menunjukkan
homologi 98% dengan gen pengkode DNA
Analisis Hasil Sekuensing polimerase HBV (nomor akses AF533983),
Hasil sekuensing kemudian terdapat perubahan urutan nukleotida di
dianalisis homologi urutan nukleotidanya empat titik pada daerah gen pengkode RT
dengan database yang terdapat di GenBank DNA polimerase, termasuk pada motif
untuk mengetahui identitas DNA sampel, YMDD (lihat tabel 2). Sampel 12, 13, dan
dengan menggunakan program BLAST 15 tidak mengalami perubahan urutan
(Basic Local Alignment Searching Tools) nukleotida (mutasi) pada daerah gen
dari situs NCBI (www.ncbi.nlm.nih.gov). pengkode RT DNA Polimerase.
Hasil BLAST menunjukkan 4 sampel
merupakan gen HBV, sedangkan 4 sampel Tabel 2. Perubahan Urutan Nukleotida
lainnya tidak menunjukkan homologi dan Asam amino Sampel 12273
dengan gen HBV yang ada di GenBank. Kodon Urutan Urutan Asam Asam
nukleotida nukleotida amino amino
Tabel 1. Hasil BLAST Urutan Nukleotida wildtype mutan wildtype mutan
Sampel terhadap GenBank 475 ATG CTG M L
519 GTG CTG V L
No. Kode Hasil BLAST Homo Nomor 526 CTG ATG L M
Sampel Sampel (Identitas logi Akses 550 ATG GTG M V
Sampel) GenBank
8 2338 - - Analisis lebih lanjut dilakukan
9 8961 - - dengan melihat apakah perubahan urutan
11 12273 HBV genotipe 98% AF5339 nukleotida di atas berpengaruh pada asam
C 83
amino yang dihasilkan. Urutan nukleotida
12 10367 HBV genotipe 95% DQ4637 keempat sampel ditranslasikan menjadi
B 93
asam amino dengan menggunakan program
13 10111 HBV subtipe 91% AB2194 DNA Translate Tools dari situs ExPasy
adw 30
(www.expasy.ch). Hasil translasi masing-
14 7331 - - masing sampel disejajarkan dengan hasil
15 10844 HBV genotipe 94% DQ4637 translasi gen pengkode DNA polimerase
B 93 dari GenBank (AF533983, AB219430, dan
16 11414 - -
DQ463793). Penjajaran dilakukan dengan
program SIM (Alignment of Two Protein
Hasil sekuensing (urutan Sequences) dari situs ExPasy. Jika terjadi
nukleotida) sampel 11, 12, 13, dan 15 perubahan asam amino yang dihasilkan,
disejajarkan (aligned) dengan gen maka sifat-sifat asam amino tersebut dilihat
27
Fitofarmaka, Vol. 1 No.2 , Pebruari 2011: 22-30
28
Fitofarmaka, Vol. 1 No.2 , Pebruari 2011: 22-30
SIMPULAN
Hasil penentuan keberadaan mutan
HBV menunjukkan bahwa terjadi mutasi
Gambar 5. Skema overlapping gen pada gen pengkode reverse transcriptase
pengkode HBsAg dan DNA (RT) DNA polimerase yang menyebabkan
polimerase HBV substitusi asam amino M475L, V519L,
L526M, dan M550V pada sampel 12273
Sampel 12273 menunjukkan dari Jakarta (1 dari 24 sampel atau 0,04%).
homologi 98% dengan gen pengkode Mutan diklasifikasikan sebagai mutan
HBsAg HBV (nomor akses AF533983), resisten-antivirus dengan substitusi asam
terdapat perubahan urutan nukleotida pada amino ganda L528M dan M552V.
4 titik di daerah gen pengkode HBsAg
(tabel 3). Sampel 12, 13, dan 15 tidak DAFTAR PUSTAKA
mengalami perubahan urutan nukleotida
Aprilia, H. 2004. Mutan Lolos-Vaksin dan
(mutasi) di daerah gen pengkode HBsAg. Subtipe Virus Hepatitis B dari Empat
Kota di Pulau Jawa [Skripsi].
Bandung: Sekolah Farmasi ITB.
29
Fitofarmaka, Vol. 1 No.2 , Pebruari 2011: 22-30
Lam, W.; Y. Li; J.Y. Liou; G.E. Dutschman; Sambrook, J. and D.W. Russell. 2001.
and Y.C. Cheng. 2004. Reverse Molecular Cloning: A Laboratory
Transcriptase Activity of Hepatitis B Manual; 3rd ed. New York: Cold
Virus (HBV) DNA Polymerase within Spring Harbor Laboratory Press. p.5
Core Capsid: Interaction with
Seigneres, B.; C. Pichoud; S.S. Ahmed; O.
Deoxynucleoside Triphosphates and
Hantz; C. Trepo; and F. Zoulim. 2000.
Anti-HBV L-Deoxynucleoside Analog
Evolution of Hepatitis B Virus
Triphosphates. Mol Pharmacol
Polymerase Gene Sequence during
65:400-406.
Famciclovir Therapy for Chronic
Leon, B.; L. Taylor; M. Vargas; R.B. Lutfig; F. Hepatitis B. JID; 181:1221-1233.
Albertazzi; L. Herrero; and K. Visona.
Yeh, C.T.; R.N. Chien; C.M. Chu; and Y.F.
2005. HBx M130K and V131I (T – A)
Liaw. 2000. Clearance of the Original
mutations in HBV genotype F during
Hepatitis B Virus YMDD-Motif
follow-up study in chronic carriers.
Mutants With Emergence of Distinct
Virology Journal; 2:60 doi:10.1186/
Lamivudine-Resistant Mutants During
1743-422X-2-60. Available online at
Prolonged Lamivudine Therapy.
http://www.virologyj.com/content/2/1/
Hepatology; 31:1318-1326.
60 [diakses Desember 2006].
Yuen, M.F.; E. Sablon; C.K. Hui; H.J. Yuan;
Ono-Nita, S.K.; N. Kato; Y. Shiratori; T.
H. Decraemer; and C.L. Lai. 2001.
Masaki; K.H. Lan; F.J. Carrilho; and
Factors Associated With Hepatitis B
M. Omata. 1999. YMDD Motif in
Virus DNA Breakthrough in Patients
Hepatitis B Virus DNA Polymerase
Receiving Prolonged Lamivudine
Influences on Replication and
Therapy. Hepatology; 34:785-791.
Lamivudine Resistance: A Study by In
Vitro Full-Length Viral DNA
Transfection. Hepatology; 29:939-945.
30
Fitofarmaka, Vol. 1 No.2 , Pebruari 2011: 22-30
32