Anda di halaman 1dari 9

Nama : I Gede Angga Mardika

NIM : P07134014029
Semester : IV

ANTI STREPTOLISIN O (ASTO) SLIDE TEST

Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 17 Maret 2016


Tempat Praktikum : Laboratorium Imunoserologi JAK Poltekkes Denpasar

A. Tujuan

Untuk determinasi kualitatif dan semikuantitatif adanya ASTO ( anti streptolisin


O ) dalam serum secara aglutinasi latex.

B. Prinsip

Berdasarkan reaksi aglutinasi antara Streptolisin O sebagai antigen yang terikat


pada partikel latex polisterene dengan Anti Streptolisin O ( ASTO ) yang tedapat
dalam serum sebagai antibody.

C. Metode

Slide aglutination test.

D. Dasar Teori
Demam rematik (RF) dan penyakit jantung rematik (RHD) adalah komplikasi
non-supuratif dari kelompok streptokokus A yang menyebabkan faringitis karena
respon imun tertunda. RF & RHD menimbulkan masalah kesehatan yang serius pada
masyarakat karena merupakan penyebab utama morbiditas pada anak-anak usia
sekolah dan satu dari jenis penyakit yang paling umum dari penyakit cardio-vascular
pada remaja. RF & RHD sering terjadi di India. Mengingat tingkat prevalensi 4-6 per
1.000 anak per tahun, ada sekitar 1,25 juta kasus RF dan RHD di India hingga kini.
Identifikasi gejala awal demam rematik / karditis adalah sangat penting, karena
dengan terapi antibiotik antistreptococcal dan profilaksis, gejala lebih lanjut atau
kerusakan jantung residual dapat dicegah jika diagnosis dan pengobatan yang cepat.(
DR. D. M. Kulkarni,dkk.,2015 ).
Streptokokus adalah bakteri gram positif; mereka memiliki beberapa kelompok
imunologi yang diberi kode huruf A-H dan K-O. Organisme ini menghasilkan enzim
dimana kelompok C, G, dan A menghasilkan enzim yang sama yaitu streptolysin O,
toksin hemolitik oksigen labil yang menyebabkan hemolisis sel darah merah. Ketika
tubuh terinfeksi dengan salah satu kelompok di atas (C, G, atau A), tubuh akan
menghasilkan antibodi terhadap racun streptolysin O, disebut antistreptolisin O atau
ASO.Tes ASO adalah tes yang mengukur antibodi dalam serum darah. Antibodi akan
mulai naik 1-3 minggu setelah infeksi streptokokus, puncaknya adalah dalam 3-5
minggu, dan kemudian kembali ke tingkat yang tidak signifikan selama 6-12 bulan,
sehingga tes positif dapat mengindikasikan infeksi streptokokus grup A, C, dan G
serta dapat mendukung diagnosis pasca komplikasi infeksi streptokokus.
Meningkatnya titer dari waktu ke waktu menunjukkan infeksi yang membutuhkan
lebih dari satu tes tunggal,sehingga diperlukan tes ulang 10 hari setelah tes
sebelumnya.( Tarek Hammad,dkk.,2014 ).
Diagnosis RF melalui pemeriksaan streptococcus dari kultur swab tenggorokan
yang positif dan penggunaan tes imunologi seperti Anti-streptolisin O (ASO) akan
memberikan manfaat dalam diagnosis infeksi streptokokus. Tes ASO menggunakan
suspensi buffered stabil dari partikel lateks polistirena yang telah dilapisi dengan
streptolysin O. Ketika reagen latex dicampur dengan serum yang mengandung ASO,
aglutinasi terjadi. Sensitivitas reagen latex telah disesuaikan untuk menghasilkan
aglutinasi ketika tingkat ASO lebih besar dari 200 IU / ml. Hasil positif pada tes
ASO menegaskan infeksi sebelumnya sehingga berguna untuk mendukung diagnosis
penyakit poststreptococcal.Seperti glomerulonephritis, poststreptococcal merupakan
pediatrik gangguan neuropsikiatri autoimun yang terkait dengan streptokokus dan
demam rematik. Tingkat ASO pada pasien dinyatakan positif jika ASO berkisar dari
400 IU / ml untuk 3200 IU / ml.( Ella,2015 ).
Meskipun demam rematik akut (ARF) relatif jarang terjadi di negara maju
melainkan lebih umum terjadi di negara berkembang.Diperkirakan bahwa di seluruh
dunia 15,6 juta orang memiliki RHD.Daerah yang paling banyak memiliki masalah
kesehatan ini adalah Timur Tengah, anak benua India, dan beberapa daerah di Afrika
dan Selatan Amerika.Prevalensi RHD dilaporkan menjadi 5,1 per 1000 pada anak-
anak sekolah di Mesir.( Alyaa Amal Kotby,dkk.2012 ).
E. Sampel

Serum ( Serum disimpan dalam suhu 2-8 oC jika tidak diperiksa dalam 24 jam dan
suhu -20oC dalam 4 minggu )

F. Bahan
1. Reagen latex
2. Bauffer saline
3. Control serum positif dan negatif
G. Alat
1. Mikropipet
2. Yellow tip
3. Petak slide warna hitam
4. Rotator
5. Pengaduk plastic dalam kit
6. Tabung reaksi
7. Rak tabung reaksi
H. Interpretasi Hasil

( - ) = tidak ada ( + ) = ada


aglutinasi aglutinasi

I. Cara Kerja
 Cara kerja kualitatif
1. Alat dan bahan disiapkan di atas meja praktikum
2. Diteteskan 1 tetes reagen ASTO latex
3. Serum di pipet 50 mikron dan diteteskan di atas slide
4. Serum dan antigen diaduk menggunakan batang pengaduk atau tusuk gigi
steril selama 5 detik lalu digoyangkan selama 2 menit
5. Setelah digoyangkan,hasilnya langsung diamati dan dibandingkan dengan
kontrol positif dan negatifnya
 Cara kerja semikuantitatif
1. Disiapkan 4 buah tabung serologis
2. Masing-masing tabung dimasukkan 100 mikron buffer saline
3. Kemudian tabung 1 dimasukkan 100 mikron serum lalu dihomogenkan
campuran dengan memasukkan dan mengeluarkan kembali campuran
menggunakan mikropipet
4. Dimasukkan 100 mikron campuran 1 ke tabung 2,lalu dihomogenkan
seperti campuran sebelumnya
5. Dipipet 100 mikron campuran 2 ke tabung 3 begitu pula selanjutnya
hingga tabung keempat
6. Setelah campuran sampai ke tabung 4 dan sudah dihomogenkan,buang
100 mikron campuran 4
7. Dipipet semua campuran masing-masing 50 mikron dan diteteskan di atas
slide
8. Pada campuran 1 diteteskan reagen ASTO latex,jika menghasilkan hasil
positif maka dieteskan reagen ASTO latex ke campuran 2,3 dan 4 yang
telah diteteskan di atas slide
9. Diamati hasil positif pada pengenceran terendah dan ditentukan hasil akhir
atau titernya

J. Hasil pengamatan

No. Nama pasien JK Usia

1. Mr.X Tidak diketahui Tidak diketahui

 Uji kualitatif

Serum + reagen ASTO latex aglutinasi ( + )

 Uji semikuantitatif

Pengenceran 1/2 1/4 1/8 1/16

hasil + + + -
Hasil positif terlihat pada pengenceran terendah terakhir yaitu pada
pengenceran 1/8 sehingga titer ASTO pada antibody pasien adalah sebagai
berikut

8 x 200 IU/ml = 1600 IU/ml

Foto-foto Pengamatan

1. Slide hitam 2. Reagen control negatif 3. Reagen control positif

4. Penetesan reagen ASTO 5. Penetesan serum 6. Proses pencampuran


latex serum dengan reagen
ASTO

7. Hasil dari uji kualitatif 8. Hasil dari uji


semikuantitatif

K. Pembahasan

Demam rematik (RF) dan penyakit jantung rematik (RHD) adalah komplikasi
non-supuratif dari kelompok streptokokus A yang menyebabkan faringitis karena
respon imun tertunda. RF & RHD menimbulkan masalah kesehatan yang serius pada
masyarakat karena merupakan penyebab utama morbiditas pada anak-anak usia
sekolah dan satu dari jenis penyakit yang paling umum dari penyakit cardio-vascular
pada remaja. RF & RHD sering terjadi di India. Mengingat tingkat prevalensi 4-6 per
1.000 anak per tahun, ada sekitar 1,25 juta kasus RF dan RHD di India hingga kini.
( DR. D. M. Kulkarni,dkk.,2015 ).
Streptokokus adalah bakteri gram positif; mereka memiliki beberapa kelompok
imunologi yang diberi kode huruf A-H dan K-O. Organisme ini menghasilkan enzim
dimana kelompok C, G, dan A menghasilkan enzim yang sama yaitu streptolysin O,
toksin hemolitik oksigen labil yang menyebabkan hemolisis sel darah merah.( Tarek
Hammad,dkk.,2014 ).Menurut Emiliano Chiarot ( 2013 ), Streptolysin O adalah
racun yang diproduksi oleh pori-pori kelompok Streptococcus A.

Pada praktikum pemeriksaan ASTO kali ini,praktikan menggunakan sampel


serum yang berasal dari Rumah Sakit Sanglah Denpasar atas nama
mr.X.Karakteristik dari sampel serum ini yaitu berwarna kekuningan dengan
volume sekitar 2 ml.Hal pertama yang dilakukan praktikan untuk tes ASTO ini yaitu
meneteskan reagen ASTO latex ke 3 slide pemeriksaan berwarna hitam.Dalam
penetesannya dilakukan dengan hati-hati dan tidak menyentuhkan reagen yang
keluar ke permukaan slide secara langsung,melainkan membiarkannya jatuh
langsung ke permukaan sehingga volume yang dikeluarkan dari botol reagen sesuai
dan konstan.Kemudian diteteskan kontrol positif (+) dan negatif (-) serta sampel
serum masing-masing sebanyak 50 µ.Penetesannya dilakukan disamping reagen
ASTO latex tadi sehingga antara reagen,control dan serum tidak tercampur
langsung,sebab jika saat penetesan reagen dan control atau serum tercampur
langsung maka dapat menyebabkan reagen langsung bereaksi dengan control atau
serum tersebut sehingga waktu dalam penghomogenannya tidak sesuai dan dapat
menyebabkan hasil positif palsu.Setelah itu,dihomogenkan campuran tadi dengan
tusuk gigi bersih hingga membentuk lingkaran berdiameter 3 cm selama 5
detik.Lalu digoyangkan slide secara konstan selama 2 menit dan diamati hasilnya
dengan cara membandingkan hasil yang dibentuk oleh serum dengan kontrol
( positif dan negatif ).Pada praktikum,didapatkan hasil positif yang ditandai dengan
terbentuknya aglutinasi ( penggumpalan ) berupa pasir-pasir halus.Dikarenakan
hasil yang didapat adalah positif aglutinasi,maka pemeriksaan dilanjutkan ke tahap
semikuantitatif dimana pada langkah semikuantitatif ini dilakukan pengenceran
terhadap serum yakni 1/2,1/4,1/8 dan 1/16 dengan langkah pertama adalah
memasukkan 100 µ buffer saline ke dalam empat buah tabung serologis dalam hal
ini,tabung 1 berfungsi untuk pengenceran 1/2 ,tabung 2 untuk pengenceran 1/4
,tabung 3 untuk pengenceran 1/8 dan tabung 4 untuk pengenceran 1/16 .Tabung
yang digunakan harus bersih agar tidak terjadi kontaminasi dari mikroba yang tidak
diinginkan yang menyebabkan hasil palsu selain itu,dalam pemindahan reagen harus
melewati dinding tabung agar tidak terjadi letupan atau hal-hal yang tidak
diinginkan.Kemudian dimasukkan 100 µ serum ke dasar tabung 1 sebagai
pengenceran 1/2 untk menghindari terjadinya gelembung udara dan dihomogenkan
menggunakan mikropipet yang sama.Lalu diambil 100 µ campuran 1 ke tabung 2
dan dilakukan hal yang sama hingga tabung ke-4.Pada tabung 4,diambil 100 µ
campuran dan dibuang.Lalu diambil 50 µ campuran 1 dan diteteskan ke atas slide
test lalu ditambahkan 1 tetes reagen ASTO latex.Diomogenkan selama 5 detik dan
digoyangkan selama 2 menit kemudian dibaca hasilnya.Pada praktikum,ditemukan
aglutinasi (+),sehingga dilanjutkan dengan memipet 50 µ campuran 2,3 dan 4 ke
slide test.Ditambahkan 1 tetes reagen ASTO latex ke masing-masing campuran
tadi,lalu dihomogenkan dan digoyangkan sama seperti campuran 1.Berdasarkan
praktikum,di dapatkan hasil aglutinasi (+) pada pengenceran 1/2,1/4 dan 1/8 dan
hasil negatif pada pengenceran 1/16.Dalam penentuan kadar titer antibodi ASTO
dilakukan dengan mengalikan pengenceran terendah yang masih positif dengan 200
IU/ml,dalam hal ini,kadar titer antibodi ASTO mr.X adalah 1600 IU/ml.

Kadar ASTO yang tinggi dapat dikarenakan ketika terjadi infeksi streptococcus
secara berulang kali, tidak dilakukan pengobatan, infeksi berulang biasanya
menghasilkan titer berkelanjutan atau terus meningkat. Selain itu kadar ASTO yang
tinggi dapat pula disebabkan oleh populasi yang berbeda di lokasi geografis yang
berbeda terdapat perbedaan yang signifikan dalam titer antibodi sehingga hal ini
dapat dikaitkan dengan kondisi iklim masing- masing.Kadar ASTO tinggi dapat
terlihat pada karditis rematik akut yang dikarenakan selang waktu antara infeksi
streptococcus dan terjadinya karditis yang memungkinkan ASTO untuk mencapai
tingkat puncaknya. Di sisi lain, pada pasien dengan chorea ketika gerakan choreic,
antibodi ASTO menurun karena periode latency lebih panjang antara infeksi
streptococcus dan manifestasi klinis. Kadar ASTO yang tinggi tidak cukup untuk
mendiagnosa terjadinya demam rematik akut sehingga harus dipertimbangkan
ketika mendiagnosis gejala rematik berulang (Kotby, Alyaa Amal, dkk, 2012).

L. Simpulan

Berdasarkan praktikum pemeriksaan ASTO pada serum pasien atas nama


mr.X yang berasal dari Rumah Sakit Sanglah didapatkan hasil titer antibodi
ASTO positif (+) 1600 IU/ml.
Daftar Pustaka

Kotby, Alyaa Amal, dkk. 2012. Antistreptolysin O Titer In Health And Disease:
Levels And Significance. [online]. tersedia:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3357621/. [diakses: 19
Maret 2016, 20.00 wita]

Kulkarni,DR. D. M.,dkk.2015. Aso Titre In Acute Rheumatic Fever/Rheumatic

Heart Disease In Pediatric Age Group [ online ].tersedia :


www.ijpbs.net/cms/php/upload/4360_pdf.pdf [ diakses : 20 Maret 2016 ,
20.15 wita ]

Hammad ,Tarek ,dkk.2014. Antistreptolysin O Titer [ online ].tersedia :


http://emedicine.medscape.com/article/2113540-overview#a4 [ diakses : 20
Maret 2016,20.30 wita ]

Chiarot ,Emiliano,dkk.2013. Targeted Amino Acid Substitutions Impair


Streptolysin O Toxicity and Group AStreptococcus Virulence.
[online].tersedia :http://mbio.asm.org/content/4/1/e00387-12.short [ diakses
: 20 Maret 2016,20.30 wita ]

Ella,dkk.2015. Anti -Streptolysin O Titre In Comparism To Positive Blood


Culture In Determining The Prevalence Of Group A Streptococcus
Infection In Selected Patients In Zaria, Nigeria.[online].tersedia :
http://www.eajournals.org/wp-content/uploads/Anti-Streptolysin-O-Titre-
in-Comparism-to-Positive-Blood-Culture-in-Determining-the-Prevalence-
of-Group-a-Streptococcus-infection-in-Selected-Patients-in-Zaria-
Nigeria.pdf [diakses : 20 Maret 2016,20.30 wita ]

Anda mungkin juga menyukai