Makalah KMB
Makalah KMB
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
disusun oleh :
Kelompok 1
Elvina (302017044)
M. Ramlan (302017046)
Putri Nur Habibah (302017056)
Putri Pramitha N.F (302017057)
Sania Suci Defrianti (302017064)
Sekar Ayu Atresia (302017065)
Sylvi Nurdiyanti (302017073)
Teguh Tresna Nuralam (302017074)
Winy Anggraeni (302017082)
Wulan Dari Febrianti (302017083)
Puji syukur kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih dan sayangnya
kepada kita semua khususnya kepada penulis serta selalu memberikan hidayah dan
inayahnya sehingga penulis dapat membuat makalah ini dengan penuh suka cita dan dapat
mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat dan salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada nabi besar kita,nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III. Dalam penyusunannya pun penulis mendapatkan bantuan dari dosen
mata kuliah yang bersangkutan, dari teman-teman dan dari referensi buku serta artikel
media massa.
Penyusunan makalah ini belum mencapai kata sempurna, sehingga penulis dengan
lapang dada menerima kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sehingga
di kemudian hari penulis dapat membuat makalah jauh lebih baik dari makalah ini. Penulis
berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca serta
menjadi inspirasi bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini akan diuraikan dalam bab pembahasan.
Rumusan masalah makalah ini terdiri dari :
1. Bagaimana anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal?
2. Bagaimana pengkajian sistem muskuloskeletal?
3. Bagaimana modalitas penatalaksanaan gangguan sistem muskuloskeletal?
4. Jelaskan gangguan-gangguan pada sistem muskuloskeletal!
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dari tujuan pembuatan makalah ini diharapkan pembaca mengetahui dan
memahami tentang sistem muskuloskeletal.
2. Tujuan Khusus
Tujuan pembuatan makalah ini dapat disebut juga jawaban dalam setiap rumusan
masalah. Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal.
2. Untuk mengetahui pengkajian sistem muskuloskeletal.
3. Untuk mengetahui modalitas penatalaksanaan gangguan sistem muskuloskeletal.
4. Untuk mengetahui gangguan-gangguan pada sistem muskuloskeletal.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
4
2) Sindesmosis
Sindesmosis terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan dihubungkan dengan
serat-serat jaringan ikat kolagen.
b. Diartrosis
Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan adanya gerak bebas antara
tulang-tulang yang bersendi. Diartrosis juga disebut sebagai persendian sinovial
dengan ciri-ciri truktural sebagai berikut: persendian diselubungi oleh kapsul dan dari
jaringan ikat fibrosa dan disebelah dalam kapsul ini dibatasi oleh jaringan ikat halus,
yang disebut membran sinovial yang berfungsi menghasilkan cairan pelumas untuk
mengurangi gesekan antar tulang.
1) Sendi peluru, pada sendi ini permukaan sendi pertama brbentuk seperti bola
masuk kepermukaan cekung
2) Sendi putar
3) Sendi pelana
4) Sendi engsel
5) Sendi elipsoid, pada sendi ini ujung tulang yang berbentuk oval masuk
kecekungan tulang lain yang berbentuk elips. Persendian ini memungkinkan
gerak kiri-kanan dan muka-belakang, sehingga termasuk persendian biaksial
6) Sendi luncur, permukaan sendi biasanya datar, hanya mungkin melakukan gerkan
kiri kanan dan muka belakang,persendian yang memungkinkan gerakan pada dua
bidang dasar seperti disebut persendian dua sudut (biaksial).
c. Sinartrosis
Sinartrosis adalah persendian yang tidak memungkinkan adanya gerak sama
sekali antara dua tulang yang bersambungan. Oleh karena itu sendi ini disebut juga
dengan sendi mati .
1) Sinartrosis sinkondrosis merupakan sinartrosis yang dihubungkan oeleh tulang
rawan kartilago.
2) Sinartrosis sinfibrosis meruapakan sinartrosis yang tulangnya dihubungkan oelh
jaringan ikat serabut (fibrosa).
5
3. Gerak Persendian
a. Fleksi
Fleksi adalah gerakan yang memperkecil sudut antara dua tulang atau dua
bagian tubuh, seperti menekuk siku
b. Ekstensi
Ekstensi adalah gerakan yang memperbesar sudut anatara dua tulang atau dua
bagian tubuh
c. Abduksi
Abduksi adalah gerakan bagian tubuh menjauhi garis tengah tubuh seperti saat
lengan berabduksi atau mnjauhi aksis longitudinal tungkai, seperti grakan
abduksi jari tangan dan jari kaki
d. Aduksi
Aduksi adalah gerakan bagian tubuh saat kembali ke aksis utama tubuh atau akis
longitudinal tungkai, merupakan kebalikan dari abduksi.
e. Depresi
Depresi adalah menggerakan suatu truktur kearah inferior seperti saat membuka
mulut.
f. Elevasi
Elevasi adalah pergerakan struktur kearah superior seperti saat mengatup mulut
(mengelevasi mandibula).
g. Rotasi
Rotasi adalah gerakan tulang yang berputar disekitar aksis pusat tulang itu
sendiri tanpa mengalami dislokasi lateral seperi saat menggelengkan kepala
untuk menyatakan tidak.
H 3,4
G 15,5
N 4,0
O 44,0
Mg 0,2
7
P 10,2
S 0,3
Ca 22,2
Campuran 0,2
a) Inspeksi jaringan lunak, kulit, tulang dan sendi, jaringan parut, benjolan,
pembengkakan, posisi dan bentuk dari eksremitas.
b) Palpasi suhu kulit, jaringan lunak, tulang, penilaian deformitas yang
menetap, nyeri tekan, pengukuran panjang anggota gerak.
c) Pergerakan sendi (move) evaluasi gerakan sendi secara akif dan pasif,
stabilitas sendi, pengkajian ROM.
3) Pengkajian sendi
a) Palpasi pada sendi
b) Range of motion (ROM)
4) Pengkajian Otot
a) Kekuatan otot dan kemampuan mengubah posisi otot
b) Fasikulasi (kedutan kelompok otot secara involunter)
c) Lingkar ekstremitas
5) Pengkajian saraf
6) Pengkajian pembuluh darah
c. Pengkajian diagnostik radiologis
1) Rontgen foto
2) MRI (magnetic resonance imaging)
3) Computed Tomography Scan
4) Angiografi
5) Venogram
6) Mielografi
7) Artografi
d. Pengkajian diagnostik artroskopi
Merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan pandangan langsung
ke dalam sendi. Prosedur ini dilakukan dikamar operasi dalam kondisi steril,
perlu dilakukan injeksi anetesi lokal ataupun anestesi umum. Secara umum
sendi tetap diekstensikan dan dielevasikan untuk mengurangi pembengkakakn.
Pasien dianjurkan untuk membatasi aktivitasnya. Komplikasi jarang tapi dapat
mencakup infeksi, hemartrosis, tromboflebitis, kaku sendi dan penyembuhan
luka yang lama.
e. Pengkajian diagnostik artrosentesis
Artrosentesis (aspirasi sendi) dilakukan untuk memperoleh cairan sinovia
untuk keperluan pengkajian atau untuk menghilangkan nyeri akibat
9
menjadi lemah karena tumor atau proses patologis lainnya. Tulang sering kali
menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur-
fraktur semacam ini adalah tumor , baik primer maupun metastasis.
3) Fraktur stress
Disebabkan oleh trauma yag terus-menerus pada satu tempat tertentu.
c. Klasifikasi Fraktur
Berikut beberapa fraktur yang dinyatakan pleh Price & Lorraine (2005: 1365).
1) Fraktur Multipel Pada Satu Tulang
Fraktur segmental adalah fraktur berdekatan dengan satu tulang yang
menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. Biasanya satu
ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh, da
kondisi seperti ini membutuhkan pengobatan secara bedah. Fraktur kominuta
adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari
dua fragmen tulang.
2) Fraktur Impaksi
Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk (akibat tubrukan)
tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti satu vertebra denga dua vertebra
lainnya. Fraktur pada korpus vertebra ini dapat terdiagnosis dengan radiogram.
Pandangan lateral dai tulang punggung menunjukkan pengurangan tinggi
vertical dan sedikit membentuk sudut pada satu atau beberapa vertebra. Pada
orang muda, fraktur kompresi dapat disertai perdarahan retroperitoneal yang
cukup berat. Seperti pada fraktur pelvis, pasien dapat secara cepat mengalami
syok hipovolemik dan meninggal jika tidak dilakukan pemeriksan denyut nadi,
tekanan darah dan pernafasan secara akurat dan berulang dalam 24 jam sampai
48 jam pertama setelah cidera. Ileus dan retensio urin dapat terjadi pada cidera
ini.
3) Fraktur Patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjdai
lemah oleh karena tumor atau penyakit patologik lainnya. Tulang sering sekali
menunjukkan penurunan densitas. Penyebab paling sering fraktur- semacam
ini adalah tumor primer atau tumor metastasis.
4) Fraktur Beban (Kelelahan) Lainnya
12
Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru
saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru diterima untuk berlatih
dalam angkatan bersenjata atau orang-orang yang baru memulai latihan lari.
Pada saat awitan timbul, radiogram mungkin tidak menunjukkan adanya
fraktur. Tetapi, biasanya setalah 2 minggu, timbul garis-garis radiopak linear
tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Fraktur semacam ini akan sembuh
dengan baik jika tulang itu dimobilisasikan selama beberapa minggu.
Tetapi, jika tidak terdiagnosis, tulang-tulang itu dapat bergeser dari tempat
asalnya dan tidak menyembuh dengan seharusnya. Jadi, setiap pasien yang
mengalami nyeri berat setelah meningkatkan aktivitas kerja tubuh, mungkin
mengalami fraktur dan seharusnya diproteksi dengan memakai tingkat, atau
bidai gips yang tepat. Setelah 2 minggu, harus dilakukan pemeriksaan
radiografi.
5) Fraktur Greenstick
Adalah fraktur tidak sempuurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks
tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur ini
akan segera sembuh dan segera mengalami remodeling ke bentuk dan fungsi
normal.
6) Fraktur Avulsi
Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi
tendon ataupun ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan yang spesifik yang
diperluka. Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal
lain yang menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk
membuang atau meletakan kembali fragmen tulang tersebut pada banyak
kasus.
7) Fraktur Sendi
Catatan khusus perlu diuat untuk yang mengalami kecacatan sendi,
terutama apabila geometri sendi terganggu secara bermakna.jka tidak
ditangani secara tepat, cedera semacam ini akan menyebabkan osteoarthritis
pasca trauma yang progresif [ada sendi yang cedera tersebut.
d. Manifestasi Klinis Fraktur
Smeltzer & Brenda (2001: 2358) menyatkan bahwa manifestasi klinis pada
fraktur adalah nyer, hilangnya fungus, deformitas, pemendekan ektremitas,
krepitus, pembengkakan local, dan perubahan warna.
13
e. Manifestasi Klinis
1) Nyeri pada sendi.
2) Deformitas pada persedian.
3) Gangguan gerakan sendi.
4) Pembengkakan sendi.
f. Penatalaksaan Medis
Menurut (Istianah) penatalaksaan medis pada dislokasi ada beberapa seperti:
1) Nonmedis
a) Dislokasi reduksi dilakukan dengan mengembalikan tulang dan sendi ke
tempat semula tanpa anastesi, atau dengan anastesi jika dislokasi termasuk
berat.
b) Istirahat
c) Kompres dengan es
d) Kompresi/pemasangan pembalut tekan
e) Elevasi, yaitu dengan meninggikan bagian dislokasi
2) Medis
a) Pemeriksaan penunjang
1. Sinar-X (rontgen)
2. CT scan
3. MRI adalah pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif,
dengan pemeriksaan MRI dapat ditemukan bagian pergerseran sendi
dari mangkuk sendi dengan tepat
4. Pemberian obar-obatan analgesik nonnarkotik, fungsinya adalah
untuk mengatasi nyeri pada otot dan sendi
b) Pembedahan
21
1. Operasi ortopedi
Prosedur pembedahan yang sering dilakukan adalah reduksi terbuka
dengan fiksasi interna (open reduction and fixation)
2. Graft tulang
Penggantian jaringan tulang (graft autolog maipun heterolog) untuk
memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti
tulang yang berpenyakit
3. Amputasi
4. Artroplasti
Memperbaiki masalah sendi dengan melalui pembedahan sendi terbuka
atau dengan menggunakan artroskop. Artorskop adalah suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanaoa irisan
besar
5. Penggantian sendi
Penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis
3. Osteomielitis
a. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Suzzane dan Brenda, 2001).
b. Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi
saluran nafas ata). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di
tempat di mana terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi rendah,
kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(mis. Uluks dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi
langsung tulang (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak,
pembedahan tulang).
22
d. Manifestasi Klinis
Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi
cepat, dan malaise umum). Gejala sistemik pada awalnya dapat menutupi gejala
lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks
tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang
terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan
nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan
dengan tekanan pus yang terkumpul.
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang terlalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada
jaringan parut akibat kurangnya asupan darah (Suzzane dan Brenda, 2001).
e. Penatalaksanaan Medis
1) Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai
kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita
2) Pemberian cairan intravena dan kalau perlu tranfusi darah.
3) Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan
antibiotic tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan nanah,
dan menstabilkan tulang serta ruang kosong yang ditinggalkan dengan cara
mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
4) Istirahat di tempat tidur untuk menghemat energy dan mengrangi hambatan
aliran pembuluh baik.
5) Asupan nutrisi tinggi, vit A,B,C,D dan K.
24
Terapi farmakologi
4. Osteosarkoma
a. Definisi
Osteosarkoma adalah suatu tumor ganas yang berada pada tulang, periosteum
dan jaringan ikat di luarnya. Osteosarkoma ini cukup fatal serta pertumbuhan
sangat cepat, osteosarkoma ini tumbuh karena mutasi dari sel osteoblastik.
Osteosarkoma biasanya terdapat pada metafisis tulang panjang dimana lempeng
pertumbuhannya sangat aktif, yaitu pada distal femur, froksimal tibia dan fibula,
froksimal humerus dan pelvis (Zairin, 2016).
b. Etiologi
Osteosarkoma untuk saat ini masih belum diketahui secara jelas penyebabnya,
tetapi diduga ada beberapa faktor yang menjadi pemicu yaitu trauma, infeksi virus,
radiasi dan paparan zat kimia. Osteosarkoma juga dapat di jumpai pada kelainan
genetik seperti penyakit paget dan retinoblastoma herediter.
c. Patofisiologi
Osteosarkoma ini memang belum diketahui secara pasti apa itu penyebabnya
tetapi para peneliti berpendapat bahwa osteosarkoma di sebabkan karena radiasi,
gentik dan mutasi gen. Sehingga terbentuklah tumor, tumor ini akan terus
menyerang jaringan karena tumor ini bersifat ganas dan cenderung pertumbuhanya
lebih cepat dan terganggunya osteoblastik yang fungsinya terganggu sehingga
tidak dapat membentuk tulang yang baru melainkan tumbuh tulang abortif (kanker)
dan tumbuh 2x lebih cepat dan adanya perubahan bentuk tulang yang dapat
menimbulkan komplikasi lain seperti kerusakan kulit karena adanya benjolan dan
lesi.
d. Manifestasi Klinis
Osteosarkoma sering menyerang daerah lutut pada anak-anak atau pun orang
dewasa, osteosarkoma ini paling sering di jumpai pada daerah femur bagian
distalnya, sangat jarang di temukan osteosarkoma ini pada tulang-tulang kecil di
kaki maupun di tangan.
26
Pada anamnesa awal keluhan yang paling sering muncul yaitu nyeri disertai juga
hambatan mobilitas fisik. Kondisi yang dirasakan secara perlahan-pahan nyeri
dirasakan dan adanya kesulitan menggerakan ektremitas. Nyeri makin lama makin
terasa berat, biasanya terdapat benjolan dekat sendi dan sering kali sangat besar
(Zairin, 2016).
BAB III
PENUTUP
Tulang adalah struktur hidup yang tersusun oleh protein dan mineral. Penyusun
utama tulang adalah protein yang disebut kolagen serta mineral tulang (kalsium fosfat).
Lebih dari 99% kalsium tubuh terdapat dalam tulang dan gigi, dan 1% terdapat dalam
darah. Terdapat dua tipe tulang dalam tubuh, yaitu cortical dan trabecular. Ada
beberapa gangguan pada system musculoskeletal diantaranya; 1) Fraktur, adalah patah
tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari
tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan
apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. 2) Dilokasi, adalah kondisi
ketika tulang-tulang terlepas dari sendi, dan merupakan keadaan darurat yang
memerlukan pertolongan medis sesegera mungkin. 3) Osteomielitis, adalah infeksi
tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena
terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan
jaringan dan pembentukan involukrum. 4) Osteosarkoma adalah suatu tumor ganas
yang berada pada tulang, periosteum dan jaringan ikat di luarnya.
27
DAFTAR PUSTAKA