Disusun oleh :
MUHAMMAD RIFKI FIRMANSYAH
1531120003/16
D. TUJUAN PROGRAM
Kegiatan Kewirausahaan ini memiliki banyak kegunaan, baik untuk diri sendiri,
kelompok, maupun bagi masyarakat secara umum, yaitu:
Usaha budidaya lele ini memanfaatkan jenis lele sangkuriang karena terkenal
memiliki perkembangan lebih cepat. Sebutan untuk lele organik didasari oleh
pemanfaatan kotoran sapi sebagai media campuran untuk tumbuh kembang lele.
Kotoran sapi ini akan dijadikan kompos untuk mengembangkan makanan alami pada
media lele serta mengurangi resiko kematian hingga 5%. Disertai dengan tahap
seleksi yang pas, akan menghasilkan lele yang hampir sama ukurannya dan sesuai
kebutuhan pasar.
H. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan kegiatan ini berisi langkah-langkah untuk
merealisasikan tujuan dari usulan kewirausahaan. Langkah-langkah tersebut
diantaranya:
a. Langkah Pembudidayaan
1. Pembuatan kompos
Pengomposan adalah suatu proses pengubahan bahan organik mentah secara alami
yang memerlukan waktu relatif lama. Proses pengomposan dapat dipercepat dengan
adanya suatu dekomposer tambahan.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan kompos:
Gambar 3.1 Kotoran sapi
- Kotoran sapi sebanyak 1 ton
- Bekatul 100 kg
- Arang sekam 100 kg
- Dolomit 25-50 kg
- Molase / tetes tebu
- Dekomposer
- Air secukupnya
Cara pembuatan pupuk kompos adalah sebagai berikut:
- Campur kotoran sapi, bekatul, arang sekam, dan dolomit sampai rata
- Campurkan molase, dekomposer, dan air
- Penambahan air sesuai dengan kondisi kelembapan bahan. Perkirakan bahwa kadar air
bahan adalah 30-40 %
- Campur semua bahan sampai merata.
- Bahan ditumpuk dengan ketinggian 40-50 cm.
- Simpan dalam tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung dan tidak terkena
hujan. Bahan jangan ditutup secara anaerob.
- Setelah 5 hari lakukan pembalikan, agar kompos matangnya dapat merata dan untuk
meratakan kelembapan air di bahan.
- 5 hari berikutnya lakukan pembalikan kembali.
- Setelah dibiarkan 5 hari lagi, kompos telah matang dan siap untuk digunakan.
Kompos dalam kolam lele organik memiliki fungsi sebagai media tumbuh
mikroorganisme yang ada dalam kolam. Beberapa bahan tambahan yang ada dalam kompos
membuat kandungan dalam kompos lebih lengkap sehingga pertumbuhan mikroorganisme
lebih terjamin.
2. Pembuatan Kolam
Pembuatan kolam untuk budidaya lele organik diharuskan dengan kolam tertutup.
Biasanya kolam terbuat dari semen dan terpal. Sistem kolam tertutup digunakan sebagai
upaya untuk mengatur kondisi kolam sehingga tercapai suatu keseimbangan kehidupan di
dalam kolam. Syarat bangunan kolam adalah tinggi kolam mampu menampung air setinggi
75-100 cm. Setiap 1 m3 diisi dengan 500 ekor lele.
3. Pengkondisian Air
Kondisi air sangat berpengaruh terhadap perkembangan lele. Lele adalah hewan
yang habitat alaminya hidup di lumpur. Dengan mengkondisikan kolam menyerupai habitat
alami lele, maka dapat menekan angka kematian lele selama pembudidayaan. Langkah-
langkah yang perlu dilakukan adalah:
- Kompos yang telah matang diletakkan di dasar kolam dengan ketinggian 10-20 cm.
- Tambahkan air di atas kompos dengan ketinggian 30 cm.
- Diamkan kolam tersebut selama 15 hari. Pada sore atau malam ditambahkan dekomposer
sebanyak 200-400 cc ke dalam kolam dengan ukuran 3x4 m2.
- Pada 5 hari pertama, air kolam akan berubah menjadi coklat muda.
- Pada hari ke-10, warna air kolam akan berubah menjadi cokelat tua.
- Pada hari ke-15 air kolam akan berwarna coklat kebiru-biruan yang menandakan kolam
siap digunakan.
Gambar 3.1 alat pemisah ukuran Gambar 3.2 proses pemisahan ukuran
Pemisahan ukuran lele dilakukan 2-3 kali sampai masa pemanenan. Pemisahan
dilakukan saat:
1. 10-15 hari setelah bibit dimasukkan ke kolam organik. Pemisahan dengan alat pemisah
diameter 8-10 mm. Lele yang tidak lolos alat pemisah diletakkan dalam kolam tersendiri.
Pada pemisahan pertama merupakan upaya pengendalian terjadinya kanibal. Ini
dikarenakan, lele yang memiliki ukuran lebih besar dan lebih cepat pertumbuhannya
akan dipisahkan tersendiri. Setelah pemisahan pertama pertumbuhan lele dalam satu
kolam akan relatif seragam.
2. Pemisahan kedua dilakukan setelah 10-15 hari setelah pemisahan ukuran pertama.
Pemisahan dengan memakai alat pemisah diameter 10-15 mm.
3. Pemisahan ketiga apabila dianggap perlu. Dilakukan 10-15 hari setelah pemisahan kedua
dengan alat pemisah diameter 25-27 mm.
8. Melakukan pemanenan
Pemanenan dilakukan sekitar umur 40-55 hari setelah bibit dimasukkan di dalam
kolam organik. Pada umur tersebut akan terdapat ukuran lele yang dihasilkan:
1. Ukuran 10-12 ekor tiap kilogramnya. Ukuran ini biasanya diserap oleh pasar lokal.
2. Ukuran 6-7 ekor tiap kilogramnya. Diserap oleh pasar di Bali. Lele ukuran ini didapat
pada waktu pemanenan awal dan pembesaran lele ukuran 10-12 ekor tiap kilogramnya
selama 10 hari.
3. Ukuran 3-4 ekor tiap kilogramnya. Biasanya ukuran ini merupakan lele sisa yang tidak
terserap pasar sehingga terjadi telat panen atau lele yang memiliki ukuran jumbo pada
waktu pemanenan awal. Lele ukuran ini biasanya masuk ke pasar kolam pemancingan.
I. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 4 bulan sesuai dengan jadwal di bawah ini
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
kegiatan
2 Pengadaan
alat dan
bahan
3 Proses
Budidaya
4 Evaluasi
kegiatan
5 Pelaporan
Kolam dari terpal mempunyai umur pemakaian selama 2 tahun. Setiap tahunnya,
budidaya lele secara organik mampu panen sebanyak 4 kali, sehingga selama umur
pemakaian kolam terpal terjadi pemanenan selama 8 kali. Apabila digunakan asumsi
pembudidayaan selama 2 tahun maka, biaya yang diperlukan adalah:
Biaya tetap untuk setiap kali pembesaran adalah:
Biaya Tetap = Total Biaya Tetap/8
= Rp 931.500/8
= Rp 116.437
Biaya total didapatkan dengan:
Biaya Total = Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap
= Rp 116.437 + Rp. 637.750
= Rp 754.187
Hasil pemanenan 1250 lele didapatkan lele seberat 121 kg, dengan harga penjualan
Rp 9.500 tiap kilogramnya maka diperoleh:
Total Pendapatan = 121 x 9.500
= Rp 1.149.500
Keuntungan Bersih = Total Pendapatan – Biaya Total
= Rp. 1.149.500 – Rp 754.187
= Rp 395.313
Jadi untuk setiap kali pembesaran sebanyak 1250 ekor lele, didapatkan keuntungan
bersih sebesar Rp 395.313.
Lokasi Produksi
Lokasi yang digunakan dalam budidaya lele organik ini sebagian besar dilakukan
di salah satu rumah anggota kami di jalan Asngari, Kecamatan Garum, Ds. Bence Kab.
Blitar. Pemilihan lokasi tersebut dengan mempertimbangkan letak yang strategis dan
mudah untuk pemasaran ikan lele.