Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORAGIC

FEVER (DHF) DI RUANG WIJAYA KUSUMA RSUD DR SOEKADJO KOTA


TASIKMALAYA

Tugas Individu Keterampilan Dasar Profesi (KDP)

Disusun Oleh:
Nama : Yola Tania
NIM : 211FK0902

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA
2021
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh
karena virus dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegygti betina. Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah
Dengue (Hidayat, 2006). Demamberdarah dengue adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue (arbo virus) yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk aides aegypti.
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri
demam tinggi mendadak,disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi
menimbulkan renjatan/syok dan kematian (Amin & Hardi, 2013).
B. Penyebab
Virus dengue sejenis arbo virus (Arthropod borne viruses) artinya virus
yang ditularkan melalui gigitan antropoda misal nyamuk aedes aegypti
(betina). Infeksi yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai dengue fever
dengan gejala utama demam,nyeri otot/sendi.
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae.Terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2,DEN -3,DEN-4. Keempatnya ditemukan
diindonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak . Infeksi salah satu serotype
akan menimbulkan antibody terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan
tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotype lain
tersebut .
Seorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3
atau 4 serotype selama hidupnya.Keempat serotype virus dengue dapat
ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Sujono, 2010).
C. Manifestasi klinik
1. Demam tinggi selama 5-7 hari
2. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit; ptechie, ekhimosis,
hematoma
3. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria
4. Trombositopenia <100.000/ul
5. Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, konstipasi
6. Nyeri otot,tulang sendi,abdomen dan ulu hatI
7. Sakit kepala
8. Pembengkakan sekitar mata
9. Pembesaran hati,limpa,dan kelenjar getah bening
10. Tanda – tanda renjatan ( sianosis,kulit lembab dan dingin ,tekanan darah
menurun,gelisah, capillary refill lebih dari dua detik.
D. Klasifikasi
1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
turniket positif, trombositopenia, dan hemokosentrasi.
2. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan
lain
3. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit
dingin lembab, gelisah.
4. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat
diukur. Yang disertai dengan Dengue Shock Sindrom. (Suriadi dan Rita
Yuliani, 2006).

E. Patofiologi
1. Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegepty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem
komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a dan C5a, 2
peptida berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah
dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Terjadinya
trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen ) merupakan
faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.
2. Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diathesis hemoragik, Renjatan terjadi secara akut.
3. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui
endotel dinding pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien
mengalami
hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis
metabolic dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
F. Pathway

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap : hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2. Serologi uji HI (hemoglutination inhibition test)
3. Rontgen toraks : efusi pleura. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan
pada derajat I hingga derajat IV.
1. Derajat I dan II
Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg
BB/hari untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama
diberikan oralit, air buah atau susu secukupnya, atau pemberian cairan dalam
waktu 24 jam antara lain
a. 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
b. 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
c. 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
d. 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
e. Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
f. Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
g. Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg
BB/hari.
b Derajat III
Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg
BB/jam, dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila
setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam keadaan tekanan darah
kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan yang cukup
berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan selanjutnya. Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg
BB/jam keadaan tensi masih menurun dan dibawah 80 mmHg maka
penderita harus mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam
diulang maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan diatas.
c . Derajat IV
Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30
ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL
sebanyak 10 ml/kgBB/jam. Apabila keadaan tensi memburuk maka harus
dipasang. 2 saluran infuse dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam
dan satunya pemberian palasma ekspander atau dextran L sebanyak 20
ml/kgBB/jam selam 1 jam. Apabila keadaan masih juga buruk, maka
berikan plasma ekspander 20ml/kgBB/jam.
Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10
ml/kgBB/jam diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan
maka konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang central
vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat A Aziz Alimul, 2008).
H. Fokus Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada anak dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue
Menurut Nursalam 2005 adalah :
a. Identitas pasien : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama
orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama : Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam
Berdarah Dengue untuk dating ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan
anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang : Didapatkan adanya keluhan panas mendadak
yang disertai menggigil, dan saat demam kesadaran komposmentis.
Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah.
Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena,
atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita Penyakit apa saja yang pernah
diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa mengalami serangan
ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
e. Kondisi lingkungan, Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan
gantungan baju di kamar).
f. Pola kebiasaan Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan,
napsu makan berkurang, napsu makan menurun.
g. Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa
terjadi melena.
h. Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing
sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade
IV sering terjadi hematuria.
i. Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur
maupun istirahatnya kurang.
j. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat sarang
nyamuk Aedes Aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang
sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
k. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade)
Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat,
dan kulit tampak biru.
l Sistem integument : Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan
muncul keringat dingin, dan lembab.
a) Kuku sianosis/tidak
b) Kepala dan leher. Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa
mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing ( pada Grade II,
III, IV).
c) Dada: Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto
thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (
efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade
III dan IV.
d) Abdomen: Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali),
asites.
e) Ekstremitas: Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
m Kemungkinan Diagnosa Keperawatan yang muncul
1) Hipertemia berhubungan dengan penyakit
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
n intervensi keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Nanda Nic Noc
NO Diagnosa Keperawatan Perencanaan Implementasi

Kriteria hasil Intervensi


1 Hipertemia berhubungan Setelah dilakukan asuhan - Pantau suhu dan tanda- - mempantau suhu dan
dengan penyakit keperawatan selama 3x24 jam tanda vitalnya tanda-tanda vitalnya
masalah teratasi dengan - Monitor warna kulit - memonitor warna kulit
kriteria hasil dan suhu dan suhu
- Tidak ada peningkatan - Monitor asupan dan - memonitor asupan dan
suhu kulit keluaran sadari keluaran sadari
- Adanya penurusan perubahan kehilangan perubahan kehilangan
suhu kulit cairan yang tidak cairan yang tidak
- Tidak ada hipertermia dirasakan dirasakan
- Tidak ada sakit kepala - Beri obat cairan iv - memberi obat cairan iv
- Tidak ada sakit otot atau obat seperti atau obat seperti
antipiretik antipiretik
- Tutup pasien dengan - menutup pasien dengan
pakaian ringan pakaian ringan
- Dorong konsumsi - mendorong konsumsi
cairan cairan
- Mandikan pasien - memandikan pasien
dengan spons hangat dengan spons hangat
2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan - Lakukan pengkajian - melakukan pengkajian
dengan agen cidera keperawatan selama 3x24 jam komprehensif yang komprehensif yang
biologis. masalah teratasi dengan meliputi lokasi, meliputi lokasi,
kriteria hasil karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
- tidak ada mengerang frekuensi, kualitis, frekuensi, kualitis,
kesakitan intensitas, atau intensitas, atau
- tidak ada ekspresi beratnya nyeri beratnya nyeri
wajah kesakitan - Observasi adanya - mengbservasi adanya
- Tprs dalam keadaan petunjuk nonverbal petunjuk nonverbal
normal mengenai mengenai
ketidaknyamanan ketidaknyamanan
terutama pada mereka terutama pada mereka
yang yang tidak dapat yang yang tidak dapat
berkomunikasi berkomunikasi
- Gunakan strategi - menggunakan strategi
komunikasi terapetik komunikasi terapetik
untuk mngetaahui untuk mngetaahui
pengalaman nyeri dan pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri pasien terhadap nyeri
- Berikan individu - memberikan individu
penurun nyeri yang penurun nyeri yang
optimal dengan optimal dengan
peresepan obat peresepan obat
analgesic analgesic
- Dukung istirahat dan - mendukung istirahat
tidur yang adekuat dan tidur yang adekuat
untuk membantu untuk membantu
penurunan nyeri penurunan nyeri
- Berkolaborasi dengan - Berkolaborasi dengan
dokter jika tindakan dokter jika tindakan
tidak berhasil atau jika tidak berhasil atau jika
keluahan pasien saat keluahan pasien saat ini
ini berubah signifikan berubah signifikan
o. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan
hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh,
pencegahan komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim
medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.
p. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan
untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Daftar Pustaka
Amin, N.F. dan Hardhi. ( 2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA NIC-
NOC Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta : Media Action publishing.
Doenges, Marilyn. E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk
Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa I Made Kariasa. Jakarta:
EGC
North American Nursing Diagnosis Assosiation. 2001. Nursing Diagnosis:
Deffinition and
Clasification, the assosiation. Philadelphia
www. nicnoc@ Harcourt.com.2000. Nursing Intervention Classification and
Nursing
Outcomes Clasification.
Silvya . 1995. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi. EGC, Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul A. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid 2.
Jakarta : Salemba
Medika.
Johnson, M.,et all (2002) Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA, (2012) Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Nuzulul. (2009). Askep Appendicitis. Diakses
http://nuzulul.fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35840-Kep%20Pencernaan
Askep%
20Apendisitis.html tanggal 09 Oktober 2017.
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &
suddart. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta:EGC
13

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen2 halaman
    Bab 1
    Olla Tania
    Belum ada peringkat
  • Proposal Waham
    Proposal Waham
    Dokumen4 halaman
    Proposal Waham
    Olla Tania
    100% (1)
  • Guys
    Guys
    Dokumen12 halaman
    Guys
    Olla Tania
    Belum ada peringkat
  • Guys
    Guys
    Dokumen12 halaman
    Guys
    Olla Tania
    Belum ada peringkat