Anda di halaman 1dari 4

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ( TAK ) WAHAM

A. Latar belakang
Gangguan waham menetap di definisikan sebagai suatu gangguan spikiatrik di
mana gejala utama adalah waham. Gangguan waham menetap mungkin timbul sebagai
repon normal terhadap pengalaman abnormal di dalam lingkungan atau system saraf pusat.
Mekanisme pasti dari gangguan waham menetap belum di ketahui, namun ada beberapa
teori mengenai hal tersebut, yaitu adanya hubungan dengan factor genetic dan biological
yang di sebabkan oleh adanya ketidak seimbangan neorotasmiter di otak angka kejadian
gangguan waham menetap hanya berkisar 0,03% dari seluruh gangguan spikiatrik lainnya
dimana gangguan ini lebih sering mengenai perempuan dari pada laki-laki, dengan ratio
perbandingan 3:1.
Selain factor usia dan jenis kelamin, faktir budaya di sangkakan berhubungan
dengan terjadinya gangguan ini. Dimana beberapa kebudayaan beranggap bahwa adanya
waham merupakan bagian dari adat istiadat dan budaya di suatu daerah. Angka kematian
pada penyakit ini adalah sekitar 0,05% sampai 0,1%.
Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya memiliki fungsi yang baik di
dalam keluarganya dan pekerjaan nya. Dimana gangguan ini berbeda dengan skizofrenia
yang mungkin memiliki ketidak mampuan dalam menjalankan fungsinya. Waham yang di
miliki pun berbeda, dimana pada pasien gangguan waham menetap, wahamnya mungkin
tidak dapat di percaya, namun dapat terjadi dikehidupan ini.

B. Tujuan
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk mefasilitasi sepikoterapis
terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan
hubungan interpersonal antar anggota. Secara umum tujuan terapi aktifitas kelompok
adalah meningkatkan kemampuan uji realitas melalui komunikasi dan umpan balik dengan
atau dari orang lain, meningkatkan kesadaran terhadap hubungan reaksi emosi dan
tindakan atau prilaku densentif, dan meningkatkan komunikasi untuk kemajuan fungsi
kognitif dan afektif.
Secara khusus nya tujuannya kontruktif, meningkatkan keterampilan hubungan
interpersonal atau social. Disamping itu tujuan rehabilitasinya adalah meningkatkan
kepercayaan diri, empati, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemecahan
masalah.
1. Tujuan Umum
Klien mampu melakukan sosialisasi
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu mengetahui keuntungan bersosialisasi.
b. Klien mampu mengetahui kerugian tidak bersosialisasi.
c. Klien mampu memperaktekkan cara bersosialisasi, khususnya dengan teman
seruangan.
3. Tujuan hari ini
a. Klien mampu berkenalan dan bersosialisasi
b. Klien mampu menceritakan perasaannya setelah melakukan sosialisasi.

C. Karakteristik pasien
Berdasarkan pengamatan dan kajian setatus klien maka karakteristiknya klien
dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah keperawatan
seperti resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, perilaku kekerasan,
defisit perawatan diri, isolasi social: menarik diri dan perubahan persepsi sensori.

D. Landasan Teori
1. Model Terapi Aktifitas Kelompok
a. Fokal Konflik Model
Dikembangkan berdasasrkan konflik yang tidak di sadari dan
berfokus pada kelompok individu. Tugas Leader adalah membantu kelompok
memahami konflik dan membantu penyelesaian masalah. Misal : adanya perbedaan
pendapat antar anggota, bagaimana masalah di tanggapi anggota dan leader
mengarahkan alternative penyelesaian masalah.
b. Model Komunikasi
Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip komunikasi. Bahwa tidak
efektifnya komunikasi akan membawa kelompok menjadi tidak puas. Tujuan
membantu meningkatkan keterampilan interpersonal dan social anggota kelompok.
Tugas Leader adalah memfasilitasi komunikasi yang efektif antar anggota dan
mengajarkan pada kelompok perlu adanya komunikasi dalam kelompok, anggota
bertanggung jawab terhadap apa yang di ucapkan. Komunikasi pada semua jenis:
verbal, non verbal, terbuka dan tertutup, serta pesan yang disampaikan harus di
pahami oranglain.
c. Model Interpersonal
Tingkahlaku (pikiran, perasaan dan tindakan) di gambarkan melalui
hubungan interpersonal dalam kelompok. Pada model ini juga menggambarkan
sebab akibat tingkah laku anggota merupakan akibat dari tikahlaku anggota yang
lain. Terapi bekerja dengan individu dan kelompok, anggota belajar dari iteraksi
antar anggota dan terapi. Melalui proses ini, tingkahlaku atau kesalahan dapat di
koreksi dan di pelajari.
d. Model Spikodrama
Dengan model ini dapat memotivasi anggota kelompok untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu, sesuai peran
yang di peragakan. Anggota di harapkan dapat memainkan peran sesuai peristiwa
yang pernah dialami.
2. Metode
a. Kelompok ditaktik
b. Kelompok social
c. Kelompok inspirasi revresif
d. Spikodrama
e. Kelompok interaksi bebas
3. Fokus Terapi aktifitas kelompok
a. Orientasi realitas
Memberikan terapi aktifitas kelompok yang mengalami gangguan orientasi
terhadap orang, waktu dan tempat. Tujuannya, klien mampu mengidentifikasi
stimulus internal (pikiran, perasaan, sensasi somatik) dan stimulus ekternal ( iklim,
bunyi, situasi alam sekitar), klien dapat membedakan antara lamunan dan
kenyataan, pembicaraan klien sesuai realitas, klien mampu mengenal diri sendiri,
dan klien mampu mengenal oranglain, waktu dan tempat. Karakteristik klien:
Gangguan Orientasi Realita (GOR), Halusinasi, Waham, Ilusi dan Depersonalisasi
yang sudah dapat beriteraksi dengan oranglain, klien kooperatif, dapat
berkomunikasi verbal dengan baik, dan kondisi fisik dalam keaadan sehat.

Anda mungkin juga menyukai