Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sinta Adelia Fitriani

Nim : 2011101002

Prodi : PAI3/Semester 3

Mata kuliah : Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu : Syatria Adymas pranajaya S.Pd. , M.S.I

Hari/tgl : Senin, 6 September 2021

Mereview Materi Perkuliahan Umum

Materi 1 : Beberapa Aspek Stiliska dalam Ayat-Ayat Al-qur’an

Materi ini disampaikan oleh Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Fahmy Arief, MA. Beliau
menyampaikan bahwa Al-Qur’anul Kariim terdiri dari 30 juz, 114 surah, dan 6.236 ayat. Juz berasal
dari kata juz u (dalam bahasa arab) yang artinya adalah bagian, surah berasal dari kata suurotun
(dalam bahasa arab) yang artinya adalah tema, dan aayatun (dalam bahasa arab) yang artinya adalah
sub-tema. Para ulama Al-Qur’an memilah surah Al-Qur’an menjadi 4 macam, yaitu :

assab’uttiwaalu (7 surah yang panjang, diantaranya yaitu surah Al-Baqarah)

almii uuna (surah dengan jumlah ayat yang diatas 100, yaitu surah Al-kahfi)

almatsaanii (surah yang jumlah ayatnya kurang dari 100, yaitu surah yasin)

almufassolu (surah pendek,yaitu surah Al-ikhlas yang hanya terdiri dari 4 ayat.

Peristiwa turunnya Al-Qur’an disebut dengan Nuzulul Qur’an. Al-Qur’an diturunkan oleh
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat jibril dikota Mekkah dan Kota
Madinah Al-Munawaroh.

Apa itu Al-Lughoh ? Al-lughoh adalah suara, Aswat (suara yang dipakai oleh suatu kaum untuk
mengungkapkan isi fikiran mereka melalui suara) atau yang biasa kita sebut dengan bahasa. Adapun
pengertian lain yaitu pengungkapan fikiran dan perasaan suatu kaum dengan orang lain dengan
menggunakan media suara ( Al-Lughoh).

Al-fadzu : kata-kata yang digunakan suatu kaum untuk mengungkapkan pokok fikiran mereka.

Annakhu ( sintaksis, struktru kalimat), Assorfu (morfologis, perubahan kata), Al-usluub (stilistika,
gaya bahasa).
Materi 2 : Hijrah Generasi Milenial (Suatu Tinjauan Al-Qur’an)

Materi ini disampaikan oleh Bapak Dr. Mursalim, M.Ag. beliau menyampaikan bahwa
makna hijrah pada masa ini mengalam pergeseran makna. Dimana makna istilah hijrah disematkan
kepada gerakan yang mengajak umat muslim untuk berhijrah kepada kabaikan dengan menjalankan
syariat agama secara kaffah. Dalam konteks ini, hijrah dimaknai sebagai transformasi diri seorang
muslim dari yang kurang agamis menjadi lebih agamis. Dalam prespektif pelakunya, hijrah berarti
meninggalkan kebiasaan buruk seperti meninggalkan pakaian yang mengumbar aurat dan
menggantinya dengan berpakaian yang syar’i. sedangkan pada masa Nabi secara literal, kata hijrah
yang berarti “pindah” merupakan lawan kata dari Al-Washlu yang bermakna sampai. Orang yang
hijrah berarti orang yang pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Sedangkan makna hijrah
dalam Al-qur’an dibagi menjadi 5 yaitu :

1. Hijrah sebagai bukti komitmen atas keimanan.


2. Hijrah sebagai proses mencari kemerdekaan dan kedamaian hidup. Hijrah dalam artian ini
merupakan proses migrasi dari system sosial yang rusak untuk mencari suaka ke wilayah lain
yang dapat memberikan jaminan keamanan.
3. Hijrah intelektual. Hijrah/pengembaraan intelektual dalam rangka menuntut ilmu menjadi
cirri khas tersendiri dalam lintas sejarah keilmuan islam. Isyarat Al-Qur’an terkait urgensi
hijrah intelektual ini, di antaranya dapat ditemui pada QS. Ali-Imran: 137, An-Nahl: 36, dan
Ar-Rum: 9.
4. Hijrah dalam pengembangan ekonomi
5. Hijrah memperbaiki diri dan aspek kemanusiaan. Artinya merupakan proses yang
berkelanjutan yang harus dilakukan oelh setiap individu. Hijrah sebagai upaya memperbaiki
diri dan lingkungan dari keterpurukan, kebathilan menuju kondisi yang lebih baik.

Bagaimana hijrah yang subtansif ?


Hijrah harus dimaknai secara subtansif bukan simbolik-normatif. Hijrah bukan semata-mata
berpakaian syar’I serta memanjangkan jenggot dan mencukur kumis. Hijrah bukan sekedar
mengenakan celana cingkrang dan menghitamkan jidat. Hijrah bukan sekedar melafalkan berbagai
sapaan berbahasa arab. Hijrah bukan dan tidak identik dengan arabisasi. Hijrah harus dimaknai
sebagai proses transformasi diri, yaitu ikhtiar sungguh-sungguh seseorang untuk memperbaiki moral
dan meningkatkan kualitas diri.

1. Hendaknya berfikir secara moderat akan tidak liberal, faham benar batasan-batasan akan
tetapi tidak kaku dalam menjalankan syari’at. QS. Al-Baqarah : 143
2. Hendaknya lebih bijaksana dalam menerima perbedaan ada keterbukaan tidak boleh merasa
diri paling benar, ekslusif, intoleran. QS. Yunus : 99
3. Memperbanyak referensi lagi mengenai dasar-dasar yang di anut seseorang yang memiliki
pemikiran berbeda. Setidaknya membaca sendiri, dan berdiskusi dengan orang lain hingga
memperluas wawasan.
4. Hijrah harus dibarengi dengan komitmen kebangsaan yang kuat. Selain komitmen keislaman,
seorang pelaku hijrah mestinya memiliki komitmen kebangsaan.
Mark Twain mengatakan bahwa “ cara terbaik untuk membahagiakan diri sendiri adalah dengan
membahagiakan orang lain.”
“ menyenangkan seseorang dengan suatu tindakan adalah lebih baik daripada ribuan kali
menundukkan kepala dalam doa.”
“ syarat mendapat ilmu ada 6, yakni cerdas (akal sehat), rakus yaitu rakus dalam menyerap ilmu-ilmu,
bersungguh-sungguh, cukupnya modal (harta,kemampuan, dan usaha yang keras), guru yang
mengajarkan, dan waktu yang lama.”

Materi 3 : Paralelisme Retoris Al-Qur’an

Materi ini disampaikan oleh Bapak Dr. Iskandar, M.Ag. Beliau menyampaikan bahwa Al-
Qur’an diambil dari kata dasar Qoro’a yang bermakna menghimpun/menyatukan/memadukan.
Menurut Imam Al-Ashari dan Imam Al-farro akar katanya bisa saja terdiri dari kata dasar yang tidak
ada hamzah. Ketika Al-Qur’an kita pandang berasal dari unsur kata Qoro’a, maka kita harus
memahami Al-Quran secara padu dan utuh, tidak ada yang tercecer dan terpisah. Jika kita
memandang Al-Qur’an menurut Imam Al-Asyhari dan Imam Al-farro yaitu Qorana/Qoro’I yang
artinya adalah menyertai/ menguapkan sesuatu. Berarti ayat yang satu dengan ayat yang lain saling
menyertai, saling mengikuti sehingga menjadi satu bacaan yang logistic. Sehingga jika kita
mengabaikan satu ayat pada ayat yang lain maka keutuhan tidak akan terwujud dalam pemahaman
kita kepada Al-Qur’an.
Dalam perdebatan ilmu kalam, kita sering menemukan fasikh itu apa? dan kafir itu apa?
Fasikh diterjemahkan sebagai orang yang islam tapi kemudia berbuat maksiat. Terlepas dari ilmu
kalam, secara retoris Al-Qur’an memberikan pemaparan fasikh itu setelah iman, kufur setelah
iman,maka fasikh sama dengan kafir.
Suatu kata di Al-Qur’an dapat kita pahami dengan melihat lawan kata. Memahami suatu kata,
makna kata, terkadang cukup dengan memahami apa yang menjadi lawan kata. Misal, iman adalah
keterbukaan hati, maka sebaliknya, kafir adalah ketutupan hati.

Materi 4 : Al-I’jaz Al-Balaghy dan Penemuan Sains dalam Studi Al-Qur’an

Materi ini disampaikan oleh Bapak Dr.H. Fakhrul Ghazi, LC, M.A. beliau menyampaikan
bahwa sebuah lukisan yang digambar oleh Nicholas di Prancis. Lukisan ini menceritakan tentang
orang-orang yahudi pengikut nabi Musa menyebrangi lautan merah, Al-I’jaz ada kaitannya dengan
mukjizat yang diberikan kepada rasul dan anbiya, jadi I’jaz adalah suatu pemberian dari
Allah/kemukjizatan yang tidak bisa dimiliki oleh manusia walaupun manusia itu berkumpul untuk
membuat satu mukjizat sekecil apapun. Al-Balaghy berasal dari akar kata balagh yang artinya sampai.
Al-Balaghoh adalah salah satu disiplin ilmu bahasa arab yang berkaitan dengan ilmu shorof, imlak,
jamak,dll. Balagh disini penekanannya pada makna. Penggunaan kata kalimat makna yang tepat untuk
suatu fakta, menggambarkan suatu fakta. Jadi Al-I’jaz Al-Balaghoh adalah kemukjizatan, yaitu hal
yang tidak mampu oleh manusia, makhluk alam semesta, untuk mencontohi membuat sekecil apapun
yang kaitannya dengan kata kalimat makna yang tepat yang diminta oleh fakta.

Ayat semut salah satunya terdapat disurah An-Naml ayat 18 yang mempunyai arti :
“ hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “wahai semut-semut!
Masuklah kedalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman as dan bala tentaranya,
sedangkan mereka tidak menyadari.”.

Ayat gunung salah satunya terdapat di surah An-Naml ayat 88 yang mempunyai arti :
“dan engkau melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap ditempatnya, padahal ia berjalan
(seperti) awan berjalan. (itulah) ciptaan Allah yang menciptakan dengan sempurna segala sesuatu.
Sungguh, Dia Maha teliti apa yang kamu kerjakan.”.

Ayat sains/ayat alien, dengan mengetahui Al-I’jaz Al-Balaghy membuktikan Al-Qur’an


adalah wahyu Allah, Membaca Al-Qur’an dengan iman, selanjutnya memulailah membaca Al-Quran
dengan la raiba fiihi, serta jauhi At-Tasykik dalam studi Al-Qur’an.

Anda mungkin juga menyukai