Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

Auditing 2

Completing The Tests In The


Acquisition And Payment
Cycle: Verification Of Selected
Accounts

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

05
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 84062 Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI

Abstract Kompetensi
Siklus pengadaan (pembelian) dan Mahasiswa memahami audit siklus
pengeluaran melibatkan dan pengadaan (pembelian) dan
memengaruhi banyak jenis akun-akun pengeluaran kas dalam akun-akun
akuntansi, baik akun-akun terkait neraca (aset) dan laba rugi (beban-
dengan aset dalam Laporan Neraca beban). Mahasiswa memahami sifat-
dan atau akun expense dalam Laporan sifat pergerakan transaksi-transaksi
Laba/Rugi. Auditor perlu memahami yang mengalir dalam siklus ini.
sifat pergerakan transaksi-transaksi
yang mengalir dalam siklus ini,
sehingga dapat membuat penilaian
berkaitan dengan salah saji material
dan merancang prosedur audit yang
efektif dalam mengevaluasi akun-akun
dalam siklus.
Topik (Akun) Bahasan terkait Siklus
Sebagaimana kita pelajari dalam bab sebelumnya, bahwa siklus pengadaan (pembelian) dan pengeluaran
(kas) merupakan sebuah siklus yang komplek dan memiliki pengaruh material yang dapat memengaruhi
Laporan Keuangan secara keseluruhan. Karena siklus ini melibatkan dan memengaruhi banyak akun-akun,
baik akun-akun yang terkait dengan neraca seperti akun-akun aset dan laporan L/R seperti akun-akun beban.
Auditor perlu memahami sifat pergerakan transaksi yang mengalir dan memengaruhi kelompok-kelompok
akun tersebut. Berikut akan dibahas beberapa akun yang berkait dengan siklus pengadaan (pembelian) dan
pengeluaran (kas), antara lain: tanah, gedung, dan peralatan; Beban dibayar di muka; Kewajiban-kewajiban
lain; dan Akun-akun pendapatan dan beban. Berikut ini merupakan klasifikasi akun-akun yang terkait dengan
siklus pembelian (pengadaan) dan pengeluaran (kas).

Adapun metodologi audit terkait akun-akun bersangkutan sama dengan metodologi audit yang telah kita
bahas dalam bab-bab sebelumnya. Gambar berikut adalah gambaran metodologi umum terkait perancangan
audit (diadaptasi dari Arens et all., 2012).

Memahami pengendalian
internal -
Selected account

Menilai pengendalian internal


-
Selected account

Batasan pengujian
pengendalian internal -
Selected account

Prosedur audit

Perancangan pengujian
pengendalian internal dan Ukuran sample
pengujian substantif yang
sesuai dengan tujuan (asersi)
khusus audit – for selected Pemilihan items
account

Waktu

Audit atas Aset Tetap


2017 Auditing 2
2 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tanah, gedung, dan peralatan merupakan aset (tetap) yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun dan
bukan (jenis) aset yang akan dijual kembali atau diperjualbelikan, dan memiliki nilai yang material. Karenanya,
aset tetap merupakan bagian dari aktivitas capital expenditure, yaitu aktivitas pembelian aset tetap bersumber
dari pengeluaran modal, sehingga untuk mengalokasikan biaya manfaatnya, maka aset tetap harus
disusutkan (biaya penyusutan). Pendebitan aset tetap bertambah dari siklus pengadaan (pembelian) dan
pengeluaran (kas). Penambahannya jarang dilakukan, dan melibatkan angka rupiah yang besar berasal dari
capital expenditure yang membutuhkan persetujuan direktur. Sehingga auditor tidak membuat penekanan
pada pengujian atas penambahan aset. Selain aktifitas pengadaan aset tetap, pembebanan biaya
penyusutan, aktifitas lain yang memengaruh akun ini adalah adanya disposal (penghentian) penjualan atau
pertukaran atas aset tetap. Akun-akun terkait aset tetap dan pengaruhnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Accumulated Depreciation
Equipment
Beginning Beginning Balance
Balance Disposal Disposal Current period
Acquisition depreciation

Ending
Ending Balance
Balance

Depreciation
Gain or loss on disposal
Expense

Auditor dalam melakukan verifikasi atas aset tetap seperti tanah, bangunan, dan perlengkapan secara
berbeda dengan akun-akun aset lainnya, seperti persediaan, piutang usaha, dan lainnya. Hal dikarenakan
oleh:
1. Volume transaksi akuisisi untuk aset tetap relatif jarang dilakukan dan harga per unit dari aset tetap
relatif besar.
2. Aset tetap biasanya umumnya membutuhkan perawatan dan disimpan dalam waktu yang lama
(beberapa tahun) dalam pencatatan akuntansi.
3. Mutasi aset tetap biasanya jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan mutasi aktiva lain seperti
persediaan dan piutang.
4. Pemeriksaan cut off biasanya bukan sebuah prosedur yang penting dalam pemeriksaan.
Karenanya, audit aset tetap (peralatan) lebih menekankan verifikasi periode akuisisi saat ini daripada saldo
rekening dilakukan ke depan dari tahun sebelumnya. Selain itu periode masa manfaat aset tetap yang lebih
dari setahun, mengharuskan pembebanan penyusutan aset (atas penggunaan masa manfaatnya) dan
akumulasi penyusutan.

Tujuan Audit

Tujuan audit atas aset tetap adalah sebagai berikut:


1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas aset bersangkutan.

2017 Auditing 2
3 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Untuk memeriksa apakah aset yang tercantum dalam neraca benar-benar ada keberadaannya dan
merupakan hak (milik) perusahaan, serta apakah masih dipergunakan.
3. Untuk memeriksa apakah penambahan aset dalam periode berjalan merupakan capital expenditure
yang sudah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang dan didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan
dicatat dengan benar.
4. Untuk memeriksa disposal aset, apakah sudah dicatat dan diotorisasi pejabatyang berwenang.
Disposal aset bisa dalam bentuk penjualan, yang dapat menimbulkan laba/rugi penjualan; tukar
tambah (trade-in) akan berdampak pada kerugian/keuntungan, keuntungan trade-in akan dicatat
sebagai pengurang harga perolehan aset tetap; dan penghapusan aset akan dicatat sebagai kerugian
jika masih memiliki nilai buku.
5. Untuk memeriksa pembebanan penyusutan dalam tahun (periode) pemeriksaan, apakah telah
dilakukan dengan benar sesuai SAK, konsisten, dan perhitungannya benar.
6. Untuk memeriksa apakah terdapat aset tetap yang dijadikan jaminan.
7. Untuk memeriksa penyajian aset tetap dalam LK, apakah telah memenuhi ketentuan standar.

Prosedur Pemeriksaan Aset Tetap


Dalam audit aset tetap terkait saldo, perlu dilakukan pemisahan pengujian berdasarkan kategori sebagai
berikut:
1. Prosedur analitis
2. Verifikasi mutasi penambahan dari akuisisi aset tahun berjalan.
3. Verifikasi penghentian aktiva tahun berjalan.
4. Verifikasi saldo akhir dalam neraca.
5. Verifikasi pembebanan penyusutan.
6. Verifikasi saldo akhir akumulasi penyusutan.

Prosedur Analitis

Perusahaan harus mencatat secara benar mutasi penambahan pada tahun berjalan, karena aset tetap
memiliki pengaruh yang lama terhadap LK sampai aset terkait dihentikan. Laporan Laba Rugi akan
dipengaruhi oleh aset terkait sampai sampai aset secara penuh terdepresiasi.

Beberapa prosedur analitis penting yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Membandingkan biaya dan atau akumulasi penyusutan terhadap biaya kotor aset tetap tahun
sebelumnya, hal ini ditujukan untuk melihat kemungkinan terjadinya salah saji material dalam
pembebanan penyusutan dengan akumulasi penyusutan.
2. Membandingkan biaya perawatan dan reparasi, supplies expense, small tools epense, dan akun biaya-
biaya sejenis pada tahun sebelumnya. Hal ini ditujukan untuk melihat biaya kapitalisasi yang seharusnya.

2017 Auditing 2
4 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Membandingkan biaya manufakturing kotor dengan beberapa ukuran produksi dengan tahun sebelumnya.
Hal ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat idle equipment, dihentikan atau dihapuskan, namun tidak
dicatat hapuskan.

Pengendalian Internal

Beberapa ciri pengendalian internal yang baik atas aset tetap adalah:
1. Penambahan aset tetap berdasarkan anggaran.
2. Otorisasi dari pejabat berwenang atas penambahan dan penarikan aset tetap.
3. Adanya kebijakan tertulis dari manajemen mengenai capitalization dan depreciation policy.
4. Adanya kartu aset tetap atau sub buku besar aset tetap.
5. Setiap aset tetap diberi kode.
6. Minimal dalam setahun dilakukan inventarisasi untuk mengecek keberadaan aset.
7. Bukti-bukti pemilikan aset tetap disimpan di tempat yang aman.
8. Aset tetap diasuransikan dengan jumlah insurance coverage (nilai pertanggungan) yang cukup.

Pengujian Substantif

Prosedur audit atas aset tetap adalah sebagai berikut:


1. Lakukan pemeriksaan pada top dan supporting schedule aset tetap yang berisikan: saldo awal,
penambahan serta pengurangannya dan saldo akhir, baik untuk harga perolehan maupun akumulasi
penyusutannya. Periksa footing dan cross footing dan cocokkan totalnya dengan general ledger atau
sub-ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.
2. Lakukan vouching atas penambahan dan pengurangan dari aset tetap tersebut. Untuk penambahan
lihat approval dan kelengkapan supporting document-nya. Untuk pengurangan, periksa otorisasi dan
penjurnalannya, misalnya jika terjadi keuntungan atau kerugian pada saat penjualan aset tetap.
Periksa penerimaan hasil penjualan aset tetap.
3. Melakukan pemeriksaan fisik, periksa kondisi dan nomor kode aset tetap.
4. Memeriksa bukti kepemilikan aset dan mencocokkannya dengan aset terkait. Apakah aset seperti
tanah atau gedung benar-benar dimiliki oleh perusahaan berdasarkan dokumen-dokumen terkait.
5. Pelajari dan lakukan pemeriksaan atas capitalization serta depreciation policy-nya, apakah
pemberlakuannya dilakukan secara konsisten dengan tahun sebelumnya dan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan standar. Tentang capitalization policy, perhatikan jumlahnya apakah perlu
dikapitalisasi atau tidak; berdasarkan masa manfaat; atau berdasarkan jumlah dan masa manfaatnya.
Mengenai depreciation policy, perhatikan kapan aset mulai disusutkan, apakah berdasarkan tanggal
pembelian atau pemakaian, perhatikan pula masa penyusutannya apakah pada 15 hari pertama atau
terakhir dalam bulan disusutkan.
6. Lakukan analisis mengenai perkiraan repair and maintenance, apakah nilainya harus dikapitalisasi
pada modal atau merupakan revenue expenditure. Dalam akun ini terdapat kemungkinan terjadinya

2017 Auditing 2
5 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
overstatement pada revenue expenditure (yang seharusnya biaya merupakan capital expenditure)
untuk tujuan memperkecil laba.
7. Kecukupan insurance coverage, jangan terlalu besar atau terlalu kecil. Penilaian kecukupannya
didasarkan pada mendekati harga pasar.
8. Tes perhitungan penyusutan dan alokasi biaya penyusutan aset tetap dengan melakukan cross
reference angka penyusutan dengan biaya penyusutan di perkiraan L/R. Auditor harus memeriksa
keakuratan dalam penghitungan penyusutan oleh klien dan ketepatan alokasi biaya penyusutan
sebagai bagian dari biaya produksi tidak langsung (overhead). Perhatikan pula aset-aset tetap yang
tidak perlu dilakukan penyusutan, seperti tanah atau tanah dengan hak guna bangun.
9. Periksa notulensi rapat, perjanjian kredit, atau jawaban dari Bank sekiranya aset dijaminkan. Jika ada,
maka perlu dilakukan pengungkapan atas jaminan terhadap aset terkait.
10. Untuk construction in progress, lakukan pengecekan apakah penambahannya mencukupi dan harus
ditransfer ke nilai aset tetap.
11. Untuk aset tetap yang diperoleh melalui perjanjian leasing, lakukan pemeriksaan pada berkas-berkas
perjanjiannya dan periksalah accounting treatment-nya apakah telah sesuai dengan standar.
12. Periksa penyajian aset tetap dalam LK, baik di neraca (akun (perolehan) aset tetap dan akumulasi
penyusutan) dan beban penyusutan pada Laporan L/R, apakah telah sesuai dengan standar
(SAK/ETAP/IFRS); pada catatan atas LK yaitu mengenai kebijakan kapitalisasi dan penyusutan garis
besar aset tetap maupun di lampiran berupa rincian aset tetap.

Audit atas Pembayaran Dibayar di Muka


Biaya dibayar di muka, biaya yang ditangguhkan, dan aset tidak berwujud mempunyai masa manfaat kurang
atau sama dengan satu tahun, sehingga dimasukkan dalam kategori harta lancar (current asset). Beberapa
jenis akun terkait, misanya: sewa dibayar di muka; biaya-biaya organisasi; premi asuransi; pajak dibayar di
muka; paten; trademarks; copyrights; serta biaya-biaya dibayar di muka lainnya. Dalam beberapa kasus,
akun-akun ini bernilai material dan memiliki pengaruh signifikan, namun bagaimana pun biasanya perusahaan
tidak memiliki daftar akun terkait, dan dianggap tidak material. Berkaitan dengan hal ini, prosedur analitis
merupakan prosedur yang tepat (mencukupi) untuk melakukan pengujian pada akun ini. Menurut SAK, Biaya
dibayar di muka adalah, (1) biaya yang telah terjadi, yang akan digunakan untuk aktifitas perusahaan yang
akan datang; (2) bagian dari biaya dibayar di muka akan memberikan manfaat untuk beberapa periode dan
diklasifikasikan sebagai aset lancar. Sedangkan yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun disajikan
sebagai aset tak lancar. Untuk pajak dibayar di muka biasanya disajikan sebagai harta lancar atau di-offset
dengan utang pajak yang sejenis (PPh atau PPN).

Tentang Akun Biaya dan Pajak Dibayar di Muka

Pajak dibayar di muka adalah pajak yang dibayar oleh perusahaan setiap bulan, dipotong/dipungut oleh pihak
ketiga dan akan diperhitungkan sebagai kredit pajak di akhir tahun (untuk pajak penghasilan) atau di akhir
bulan (untuk PPN). Contoh pajak dibayar di muka adalah PPh 22 (dari impor barang); PPh 23 (dari bunga,
2017 Auditing 2
6 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
deviden, royalty, dan management fee); PPh 25 (setoran masa pajak penghasilan); dan PPN masukan (Pajak
pertambahan nilai yang dipungut oleh pengusaha kena pada waktu perusahaan membeli barang atau jasa
kena pajak). Hubungan akun dalam biaya dibayar di muka dapat dilihat dalam gambar berikut. Biaya dibayar
di muka memiliki hubungan dengan siklus pengadaan dan pembayaran melalui pendebetan akun biaya
dibayar di muka.

Prepaid Expense Expense

Beginning
Balance Current Period
Acquisition expense

Ending
Balance

Saldo awal (pendebitan akun) merupakan bagian dari siklus pengadaan dan pembayaran, dan pembayaran
biaya dibayar di muka diperiksa secara parsial pada uji pengendalian dan substantif pada siklus pengeluaran
kas dan setara kas.

Sedangkan yang dimaksud sewa dibayar di muka berdasarkan SAK ETAP 2009 adalah pembayaran sewa
merupakan beban sewa yang diakui berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa, meskipun
pembayaran sewa dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode.

Tujuan Pemeriksaan Biaya dan Pajak Dibayar di Muka

Tujuan pemeriksaan atas akun pajak dibayar di muka adalah:


1. Untuk memeriksa apakah pengendalian internal terkait akun berjalan cukup baik.
Beberapa ciri pengawasan internal yang baik, antara lain: (1) Setiap pengeluaran untuk pajak dan
biaya dibaya di muka diotorisasi oleh pejabat yang berwenang; (2) Setiap pengeluaran atas akun
terkait didukung oleh bukti yang sah dan lengkap, misalnya polis asuransi, perjanjian sewa menyewa,
kontrak untuk advertensi, dll.
2. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun berikutnya sudah dicatat
sebagai biaya dibayar di muka. Auditor harus memastikan bahwa bagian yang masih memiliki
kegunaan di masa mendatang tidak diakui sebagai beban tapi biaya dibayar di muka.
3. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka yang mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan
telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun berjalan.
4. Untuk memeriksa apakah pajak dibayar di muka didukung oleh bukti setoran/pemungutan pajak yang
sah dan lengkap sehingga bisa diperhitungkan sebagai kredit pajak pada akhir periode. Untuk itu
perusahaan harus mempunyai bukti pendukung, seperti: PPh 22, bukti pungutan dari bank devisa dan
PIUD (Pemberitahuan Impor untuk Dipakai); PPh 23, bukti pemotongan dari perusahaan yang
membayar deviden, sewa, royalty, atau bank yang membayar bunga deposito/jasa giro; PPh 25, SSP;
PPn Masukan, faktur pajak dari pengusaha kena pajak.

2017 Auditing 2
7 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
5. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dan pajak dibayar di muka dalam LK sudah sesuai dengan
standar akuntansi keuangan (SAK/ETAP/IFRS).

Prosedur Pemeriksaan

Prosedur pemeriksaan akan dibagi dua, yaitu complience test dan substantive test.

Complient Test. Terdapat dua tahapan yang dapat dilakukan dalam melakukan pengujian complience pada
akun biaya dan pajak dibayar di muka, yaitu:
1. Pelajari dan evaluasi pengendalian internal yang berkaitan dengan pengeluaran kas dan setara kas
dan lakukan pengujian detil transaksi. Pengujian pengendalian yaitu berkaitan dengan apakah: (1)
pembayaran biaya dan pajak dibayar di muka didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap; (2)
pembayaran diotorisasi oleh pejabat yang berwenang; (3) Bukti setoran pajak, faktur pajak masukan;
bukti pemotongan pajak oleh pihak ketiga difiling dengan rapi dan benar; (4) Lease agreement atau
insurance policy difiling dengan benar dan rapi. Uji transaksi yaitu dengan mengambil sampel bukti
transaksi seperti bukti pengeluaran kas dan bank secara random, lakukan prosedur tracing dan
vouching. Rekaplah dalam kertas kerja complience test untuk biaya dan pajak dibayar di muka.
2. Buatlah simpulan mengenai pengendalian internal, jika dari pengujian transaksi auditor tidak
menemukan kesalahan, maka auditor bisa melakukan uji substantif yang dipersempit.

Pengujian Substantif Sewa Dibayar di Muka. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:
1. Periksa rincian prepaid rent per tanggal neraca
2. Periksa ketelitian matematisnya.
3. Cocokkan saldo prepaid rent per tanggal neraca dengan saldo buku besar.
4. Cocokkan saldo awal dengan kertas kerja tahun lalu (prosedur analitis).
5. Dengan merefer pada prosedur complience test yang sudah dilakukan untuk melihat pembayaran
prepaid rent tahun berjalan dan lease agreement yang terjadi. Dalam hal ini adalah apakah terdapat
biaya sewa yang langsung dibebankan ke perkiraan biaya sewa – tanpa melalui prepaid, sehingga
biaya sewa yang nampak pada buku besar terlihat lebih besar.
6. Buatlah usulan audit adjusment (jika diperlukan).

Pengujian Substantif Prepaid Insurance. Prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:


1. Periksa rincian prepaid insurance per tanggal neraca
2. Periksa ketelitian matematisnya
3. Cocokkan saldo prepaid insurance per tanggal neraca dengan saldo buku besar
4. Cocokkan saldo awal dengan kertas kerja tahun lalu (prosedur analitis).
5. Lakukan vouching atas pembayaran akun pada periode berjalan, perhatikan apakah ada discount
untuk pembayaran tersebut.
6. Periksalah polis asuransi dan cocokkan dengan rincian yang ada.
7. Tie-up total yang dibebankan sebagai biaya asuransi ke buku besar biaya asuransi.

2017 Auditing 2
8 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
8. Periksalah kecukupan insurance coverage apakah terlalu besar atau kecil, sehingga akan
menimbulkan masalah bagi operasional perusahaan.
9. Perhatikan polis asuransi berkaitan dengan klausul asuransi berkaitan dengan klaim.
10. Buatlah usulan audit adjusment (jika diperlukan).

Pengujian Substantif Prepaid Advertising. Prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:


1. Periksa rincian prepaid advertising per tanggal neraca.
2. Check footing dan cocokkan saldo akhir ke buku besar dan saldo awal ke kertas kerja pemeriksaan
tahun lalu.
3. Periksa bukti pembayaran dan srat perjanjian (untuk iklan) dan bukti pembelian (untuk barang-barang
souvenir).
4. Periksa kebenaran pembebanan ke biaya; untuk barang-barang souvenir perlu dilakukan stock
opname pada akhir tahun.

Pengujian Substantif Prepaid tax. Prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:


1. Periksa rincian prepaid tax per tanggal neraca (rincian bisa per jenis pajak atau dicampur)
2. Check footing dan cocokkan saldo akhir ke buku besar
3. Untuk PPh, bandingkan angka prepaid tax di rincian dengan SPT PPh Badan
4. Untuk PPN (PPN masukan), bandingkan angka prepaid tax di rincian dengan SPT Masa.

Di dalam kertas kerja, auditor harus membuat simpulan hasil pemeriksaan atas kewajaran angka saldo akun
terkait.
Menurut SAK ETAP, untuk sewa operasi, lease menggunakan hal-hal berikut:
1. Jumlah pembayaran harus dibayar selama masa sewa.
2. Jumlah pembayaran sewa selama periode berjalan yang diakui sebagai beban sewa.
3. Jaminan yang diberikan, sehubungan dengan transaksi sewa.
4. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amostisasinya sehubungan dengan transaksi
jual atau sewa balik
5. Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa.
Sedangkan untuk lessor, pembayaran sewa selama tahun berjalan dari lease harus diakui sebagai
pendapatan sewa. Pendapatan sewa harus diakui dan diukur berdasarkan metode garis lurus sepanjang
masa sewa, meskipun pembayaran sewa guna usaha mungkin dilakukan dalam jumlah yang tidak sama
setiap periode.

Audit atas Accrued Liabilities


Kategori ketiga dari akun-akun siklus pengadaan dan pembayaran adalah accrued liabilities yang merupakan
estimasi kewajiban yang belum dibayar untuk layanan atau manfaat yang telah diterima sebelum tanggal
neraca. Beberapa akun-akun yang termasuk dalam kategori ini adalah: gaji yang masih harus dibayar; pajak
penghasilan karyawan yang masih harus dibayar; bonus yang masih harus dibayar; komisi yang masih harus
dibayar; biaya profesional yang masih harus dibayar; sewa yang masih harus dibayar; bunga yang masih
2017 Auditing 2
9 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
harus dibayar. Verifikasi biaya yang masih harus dibayar biasanya bervariasi bergantung pada sifat akrual
atas akun terkait dan keadaan klien. Bagi beberapa auditor, audit atas biaya akrual biasanya membutuhkan
waktu yang relatif pendek. Berikut ini akan digambarkan hubungan antara biaya akrual dengan siklus akuisisi
(pengadaan) dan pembayaran melalui pendebitan pada akun biaya yang masih harus dibayar. Karena sumber
pendebitan adalah dari jurnal pengeluaran kas dan (setara kas), pembayaran biaya akrual harus diuji secara
terpisah dengan siklus akuisisi (pengadaan) dengan pengeluaran.
Biaya yang masih
Biaya
harus dibayar

Saldo awal
Pembayaran

Biaya pada
periode berjalan
Saldo akhir

Tujuan Pemeriksaan pada Biaya yang Masih Harus Dibayar

Tujuan pemeriksaan pada akun biaya yang masih harus dibayar adalah:
1. Untuk memeriksa apakah pengendalian internal terkait akun telah berjalan dengan baik.
2. Untuk melakukan verifikasi apakah biaya yang masih harus dibayar telah diakui dan dicatat dalam
jumlah dan periode yang benar; apakah terdapat bukti-bukti yang lengkap dan sah.
3. Untuk memeriksa apakah basis metode akrual yang digunakan beralasan dan dilakukan secara
konsisten dengan tahun sebelumnya.
4. Untuk memeriksa apakah biaya yang masih harus dibayar telah diklasifikasikan dalam LK dengan
benar dan ada pengungkapan yang cukup sesuai dengan ketentuan standar.

Prosedur Pemeriksaan: Gaji yang Masih Harus Dibayar

Gaji dan upah akrual terjadi setiap kali karyawan belum menerima upah yang telah menjadi haknya selama
beberapa hari atau jam terakhir hingga periode selanjutnya.
Prosedur analitis. Prosedur analitis yag dapat dilakukan berkaitan dengan akun gaji yang masih harus
dibayar adalah:
1. Bandingkan biaya gaji yang masih harus dibayar periode berjalan dengan tahun sebelumnya, apakah
terdapat fluktuasi perbedaan yang mencurigakan (disesuaikan dengan kenaikan tingkat upah dan
kenaikan volume).
2. Bandingkan biaya aktual dengan anggaran.
3. Lakukan reviu akun pada general ledger dan investigasikan catatan yang tidak biasa terjadi.
4. Membandingkan beban pajak penggajian sebagai persentase dari gaji dan upah dengan tahun – tahun
sebelumnya (disesuaikan dengan perubahan tarif pajak.
5. Membandingkan akun pajak penggajian akrual dengan tahun – tahun sebelumnya.

Prosedur pengujian substantif. Prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:


2017 Auditing 2
10 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Lakukan pemeriksaan pada jumlah biaya yang masih harus dibayar pada balance sheet dengan
pembayaran subsequent yang dibuat (subsequent event).
2. Lakukan penelusuran pada pencatatan biaya gaji yang masih harus dibayar pada tanggal neraca
dengan general ledger (buku besar).
3. Bandingkan upah dan pajak gaji per pengembalian pajak gaji ke buku besar.
4. Lakukan reviu pada perjanjian kompensasi yang potensial menimbulkan kewajiban tambahan.

Daftar Pustaka
Agus, Sukrisno. 2012. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Buku 1. Edisi 4.
Salemba Empat. Jakarta.
Arens, A.A., R.J. Elder, dan M.S. Beasley. 2012. Auditing And Assurance Services: An Integrated Approach.
Pearson Prentice Hall. New Jersey.
Jusuf, Al. Haryono. 2002. Auditing. Penerbitan SekolahTinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.

2017 Auditing 2
11 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai