PDF Laporan Lipid Compress
PDF Laporan Lipid Compress
Riska Ayu P
Lusianawati
LIPID
Kelompok 5
2011
Pendahuluan
Lipid adalah sekumpulan senyawa di dalam tubuh yang memiliki ciri-ciri yang serupa dengan malam,
gemuk (grease), atau minyak. Karena bersifat hidrofobik, golongan senyawa ini dapat dipakai tubuh
sebagai sarana yang bermanfaat untuk berbagai keperluan. Misalnya jenis lipid yang dikenal sebagai
trigliserida berfungsi sebagai bahan bakar yang penting. Senyawa ini sangat efisien untuk dipakai
sebagai simpanan bahan penghasil energi karena terkumpul dalam butir-butir kecil yang hampir-
hampir bebas air, membuatnya jauh lebih ringan daripada timbunan karbohidrat setara yang sarat
air. Jenis lipid yang lain lagi merupakan bahan structural yang penting. Kemampuan lipid jenis ini
untuk saling bergabung menyingkirkan air dan senyawa polar lain menyebabkannya dapat
membentuk membran sehingga memungkinkan adanya berbagai organisme yang kompleks.
Membran tersebut memisahkan satu sel dengan sel yang lain di dalam jaringan, serta memisahkan
berbagai organel di dalam sel menjadi ruangan-ruangan yang memiliki ciri kimia tertentu sehingga
dapat ditata dan diatur sendiri (Gilvery & Goldstein 1996).
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid dapat dibagi dalam beberapa golongan.. Ada beberapa cara
penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) lipid
sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin
(waxes); (2) lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya
fosfolipid, cerebrosida; (3) derivate lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid,
contohnya asam lemak, gliserol dan sterol. Di samping itu berdasarkan sifat kimianya yang penting,
lipid dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu lipid yang dapat disabunkan, yakni yang dapat
dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya
steroid. Lipid dibagi dalam beberapa golongan berdasarkan kemiripan struktur kimianya, yaitu: asam
lemak, lemak, lilin, fosfolipid, sfingolipid, terpen, steroid, lipid kompleks (Riawan, 1990).
Suatu asam lemak merupakan suatu rantai hodrokarbon dengan suatu gugusan karboksil terminal,
telah diidentifikasi lebih dari 70 asam lemak yang tersedia di alam. Walaupun asam lemak berantai
pendek, contohnya, asam lemak berantai empat-atau enam- adalah lazim ditemukan, namun
triasilgliserolutama ditemukan pada tumbuh-tumbuhan memiliki asam lemak dengan jumlah atom
karbon genap, dengan panjang 14 hingga 22 karbon. Asam lemak jenuh tidak mengandung ikatan
ganda C=C dalam strukturnya, sementara asam lemak tidak jenuh memiliki satu atau lebih ikatan
ganda, yang kadang-kadang berada dalam konfigurasi geometris cis. Asam lemak tidak jenuh paling
melimpah memiliki satu atau dua ikatan ganda (masing-masing, asam lemak monoenoat dan
dienoat); namun, asam lemak olefinik dengan tiga (trienoat) dan empat (tetraenoat) ikatan ganda
juga ditemukan secara alamiah (Armstrong 1995).
Percobaan lipid kali ini bertujuan untuk mengetahui sifat dan struktur lipid melalui uji-uji kualitatif.
Selain itu, bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat lipid melalui beberapa reaksi uji kualitatif lipid.
Metode Praktikum
Praktikum mengenai bifisik dilaksanakan di Labolatorium Biokimia pada hari Kamis, tanggal 10
November 2011 pukul 11.00-13.30 WIB.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum lipid antara lain tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas
piala, pipet tetes, pipet Mohr, bulb, gegep tabung reaksi, kertas floroglusinol, sudip, erlenmeyer,
tutup erlenmeyer, ruang asam, bunsen, dan penangas air.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain air, eter, kloroform, alkohol panas, alkohol dingin,
alkali, asam encer, kristal KHSO4, minyak kelapa, minyak kelapa tengik, lemak hewan, mentega,
margarin, gliserol, asam stearat, pati, asam oleat, kloroform anhidrat, dan florogusinol.
Uji kelarutan. Sebanyak 2 ml pelarut dimasukkan ke dalam tabung reaksi bersih. Bahan
percobaan ditambahkan sedikit ke dalam tabung. Tabung lalu dikocok kuat-kuat, kemudian diamati
kelarutannya. Uji dilakukan pada minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, gliserol, asam
oleat, dan asam stearat. Sedangkan pelarut yang digunakan adalah air, eter, kloroform, alkohol
panas, alkohol dingin alkali, dan asam encer.
Uji akrolein. Sedikit kristal KHSO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu bahan percobaan
dimasukkan dengan kadar sama pada percobaan pertama. Larutan dipanaskan langsung di atas api
yang mula-mula dibuat kecil. Akrolein yang terkandung pada bahan percobaan dapat diidentifikasi
dengan penciuman bau asap putih yang timbul. Uji ini dilakukan terhadap minyak kelapa, lemak
hewan, gliserol, asam palmitat, dan asam stearat, dan pati.
Uji ketengikan. Bahan percobaan sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml.
Lalu ditambahkan HCL pekat sebanyak 5 ml dan dicampurkan dengan hati-hati.Siapkan kertas saring
yang telah dicelupkan dalam floroglusinol. Kemudian larutan ditambahkan serbuk CaCO3 dan segera
ditutup dengan sumbat karet yang dijepitkan kertas floroglusinol sehingga kertasnya tergantung.
Keadaan ini dibiarkan selama 10-20 menit hingga terjadi perubahan warna pada kertas. Uji ini
dilakukan terhadap minyak kelapa, minyak kelapa tengik, lemak hewan, dan mentega dengan
takaran 2,5 ml untuk bahan cairan dan seujung sudip untuk bahan padatan.
Uji salkowski dan uji Lieberman Buchard. Uji kedua ini merupakan uji untuk kolesterol, prinsipnya
sama yaitu tambahkan 2 sendok kolesterol ke dalam tabung reaksi, dan 3 ml kloroform
anhidrat.setelah tercampur tambahkan 3 ml asam sulfat pekat, amati perubahan warna yang terjadi.
Untuk uji Lieberman Buchard tambahkan 10 tetes asam asetat anhidrat dan 2 tete asam sulfat pekat,
kocok dan amati warna yang terjadi.
Hasil
Pelarut
Sampel Alkohol Alkohol Asam
Air Eter Kloroform Alkali
panas dingin encer
Lemak - +++ ++ - - ++ -
hewan
Margarin +++ + - - ++ -
Gliserol + + - +++ - + ++
Keterangan :
(a)
Gambar 1 Hasil uji kelarutan : (a)air, (b)eter,(c)kloroform, (d)alkohol panas, (e)alkali, dan (f)asam
encer (minyak kelapa, minyak kelapa tengik, lemak hewan, mentega, margarin, dan asam olereat
[kiri-kanan])
Tabel 2 Hasil Uji Akrolein
Pati + -
Gliserol + ++
Lemak hewani + +
Keterangan :
1 : Minyak Kelapa
3 : Lemak Hewan
4 : Mentega
5 : Margarin
6 : Asam oleat
Keterangan
1 2 3 4 5 6
Salkowski + Merah
Pembahasan
Asam-asam lemak jenuh ataupun tidak jenuh yang dijumpai pada trigliserida, umumnya merupakan
rantai tidak bercabang dan jumlah atom karbonnya selalu genap. Ada dua macam trigliserida, yaitu
trigliserida sederhana dan trigliserida campuran. Trigliserida sederhana mengandung asam-asam
lemak yang sama sebagai penyusunnya, sedangkan trigliserida campuran mengandung dua atau tiga
jenis asam lemak yang berbeda. Pada umumnya, trigliserida yang mengandung asam lemak tidak
jenuh bersifat cairan pada suhu kamar, disebut minyak, sedangkan trigliserida yang mengandung
asam lemak jenuh bersifat padat yang sering disebut lemak. Trigliserida bersifat tidak larut dalam air,
namun mudah larut dalam pelarut nonpolar seperti kloroform, benzena, atau eter. Molekul oksigen
dalam udara dapat bereaksi dengan asam lemak, sehingga memutuskan ikatan gandanya menjadi
ikatan tunggal. Hal ini menyebabkan minyak mengalami ketengikan.
Pada uji kelarutan derajat kelarutan lemak dapat dilihat dengan cara pengamatan secara langsung
pada bahan pelarut yang digunakan atau kalau belum cukup, cairan tersebut dapat dideteksi atau
disaring melalui kertas saring keatas gelas arloji, ada tidaknya residu yang tertinggal menunjukkan
derajat kelarutan zat.
Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dapat diadisi oleh
golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod Hubl akan mengoksidasi asam lemak yang
mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang
hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod Hubl
(Winarno 2002).
Ketengikan pada kebanyakan lemak atau minyak menunjukkan bahwa kebanyakan golongan
trigliserida tersebut telah teroksidasi oleh oksigen dalam udara bebas. Pada uji ketengikan, warna
merah muda menunjukkan bahwa bahan tersebut tengik. Warna merah muda dihasilkan dari reaksi
antara floroglusinol dengan molekul oksigen yang mengoksidasi lemak/minyak tersebut.
Uji Salkowski dan Lieberman-Buchard digunakan untuk mengidentifikasi adanya kolesterol. Pada uji
Salkowski, terbentuk cincin coklat yang menunjukkan terjadinya reaksi antara kolesterol dengan
asam sulfat pekat. Warna hijau pada uji Lieberman-Buchard menunjukkan reaksi antara kolesterol
dengan asam asetat anhidrat. Kedua uji tersebut diatas dapat digunakan untuk mengukur kadar
kolesterol secara kalorimetri (Poedjiadi 1994).
Penambahan pereaksi KHSO4 pada uji akrolein berfungsi untuk mengkatalisis gliserol yang ada
dalam sampel, sedangkan pemanasan dengan api yang kecil untuk menghilangkan keberadaan air
dalam larutan contoh. Fungsi iod dalam pengujian ketidakjenuhan adalah memutus ikatan rangkap
yang terdapat dalam molekul zat, kemudian iod tersebut akan menggantikan posisi dari ikatan
rangkap tersebut sehingga ikatan rangkap akan berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali
(Girindra 1988).
Gliserol lebih cepat tengik dibandingkan minyak kelapa karena minyak kelapa bila dihidrolisis akan
terlebih dahulu diubah menjadi gliserol dan asam lemak bebas, lalu gliserol menjadi akrolein yang
menyebabkan terjadinya bau. Sedangkan gliserol apabila terhidrasi akan langsung diubah menjadi
akrolein sehingga bau tengik lebih cepat timbul. Pereaksi KOH dibutuhkan untuk menitrasi pada
sampel minyak.
Aplikasi uji ini adalah penentuan adanya kolesterol atau tidak dalam zat makanan. Metode soklet
dalam mengukur kadar lemak pakan juga menggunakan prinsip uji lipid ( Despal 2007).
Daftar Pustaka
Despal, dkk. 2007. Pengantar Ilmu Nutrisi. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas
Peternakan IPB.
Gilvery, Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional Edisi 3. Airlangga University Press:
Surabaya
BAB 1
Materi
Alat yang digunakan dalam Praktikum Lemak adalah pipet tetes berfungsi untuk mengambil
larutan dan meneteskannya dalam tabung reaksi dan tabung reaksi berfungsi untuk tempat
mereaksikan larutan.. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu minyak kelapa, mentega,
margarine, air, alcohol, eter, kloroform, air sabun, Na2CO3 dan lemak ( gajih ).
Metode
Langkah kerja pada percobaan ini dilakukan dengan cara menyediakanminyak kelapa dan lemak
(gajih) pada tabung reaksi secara terpisah.Mengamati sifat kekentalan, bau, dan sifat fisik dari
minyak kelapa dan lemak (gajih). Mencatat hasil pengamatan pada buku praktikum.
Langkah kerja pada percobaan ini dilakukan dengan cara menyediakan lima tabung reaksi yang
masing-masing telah diiskan air, Na2CO3, alkohol, eter dan kloroform sebanyak 10 tetes secara urut.
MenambahkanMinyak Kelapa sebanyak 10 tetes pada tiap tabung. Kemudian menggojognya
sampai tercampur dan biarkan beberapa menit kemudian mengamati apa yang terjadi. Mengulangi
percobaan tersebut dengan menggunakan Mentega danMargarin.
Pembentukan Emulsi
Langkah kerja pada percobaan ini dilakukan dengan caramenyediakan tiga tabung reaksi. Tabung I
berisi 2 ml air dan 1 tetes minyak kelapa. Tabung II berisi 2 ml air, 1 tetes minyak dan 1 tetes
Na2CO3. Tabung III berisi 2 ml air, 1 tetes minyak kelapa dan 1 tetes air sabun. Menggojog sampai
tercampur dan mengamati hasilnya. Mengulangi percobaan dengan mentega dan margarine.
BAB 2
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Sifat Fisik, Kekentalan dan Bau Lemak
Percobaan dengan Uji Sifat Fisik, Kekentalan dan Bau Lemak memiliki tujuan untuk mengetahui sifat
fisik lemak, tingkat kekentalan, dan bau dari lemak. Hasil praktikum pada kedua sampel
menunjukkan hasil yang berbeda baik itu dari segi fisik, kekentalan maupun baunya, tetapi
sebenarnya zatnya sama. Hal ini sesuai pendapat Hawab (2004) bahwa lemak dan minyak hanya
berbeda wujud, tetapi zatnya sama. Pada suhu tinggi lipid menjadi cair, sedangkan pada suhu
rendah lipid menjadi padat. Lemak (gajih) memiliki tingkat kekentalan tinggi dan berbau amis ,
sedangkan minyak kelapa memiliki tingkat kekentalan rendah dan berbau tengik. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sastrohamidjoyo (2000) pada lemak memiliki sifat kental, padat,
sedangkan minyak kelapa mempunyai sifat kental namun sedang, berbau dan cair.
Pada Uji Kelarutan ini, minyak kelapa, margarin dan mentega digunakan sebagai bahan terlarut.
Bahan pelarut digunakan Air, Na2CO3,Alkohol, Eter, dan Kloroform. Uji kelarutan diperoleh hasil
bahwa ketiga sampel tidak larut dalam air, Na2CO3 dan alkohol. Namun semua sampel larit pada
pelarut organik polar yaitu eter dan kloroform. Hal ini sesuai dengan pendapat Hart et al (2003)
bahwa lipid tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik polar. Hawab (2004) juga
menambahkan bahwa ciri khusus dari zat atau senyawa lipid ialah tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarut-pelarut lemak, yaitu cairan pelarut nonpolar, seperti khloroform, eter, aseton, dan
sebagainya. Pelarut seperti eter dan klorofom yang digunakan disebut juga sebagai pelarut lemak.
Sesuai pendapat Poedjiadi (1994) bahwa pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzena
yang sering disebut “pelarut lemak”.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pengamatan uji emulsi bahwa mentega, margarine dan minyak kelapa dapat
membentuk emulsi oleh Na2CO3 dan air sabun yang dicampur dengan air, sedangkan untuk air tidak
mengemulsi. Hal ini sesuai pendapat Poedjiadi (1994) bahwa sabun digunakan sebagai bahan
pembersih kotoran, terutama kotoran yang bersifat lemak atau minyak karena sabun dapat
mengemulsikan lemak atau minyak. Serta margarin merupakan minyak kelapa sawit yang mengalami
proses hidrogenasi, yaitu proses perubahan asam lemak cair menjadi asam lemak padat.
Hart et al (2003) menambahkan bahwa lemak mempunyai sifat tidak larut dan teremulsi dalam air.
Percobaan emulsi saat pelarutnya berupa Na2CO3 dan air sabun yang dicampur dengan air juga
menunjukkan adanya sedikit endapan. Hal ini sesuai pendapat Hart et al(2003) bahwa apabila pada
suatu bahan yang diujikan terdapat lemak maka akan mengalami emulsi dengan sempurna yang
ditunjukkan dengan adanya endapan.
KESIMPULAN
Percobaan mengenai lemak dapat diambil kesimpulan bahwa lemak tidak larut dan tidak
mengemulsi dalam air, tetapi larut dalam pelarut-pelarut lemak yaitu cairan pelarut non polar
seperti chloroform, eter, aseton dan sebagainya. Lemak mengemulsi saat dilarutkan dengan Na2CO3
dan air sabun yang telah dicampur dengan air. Wujud atau fisik antara lemak dan minyak berbeda
pada saat uji fisik, kekentalan dan bau. Sebenarnya zat antara lemak dan minyak sama.
DAFTAR PUSTAKA
Hart, H,. L.E Craine dan D.J Hart. 2003. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.
Hawab, H.M. 2004. Pengantar Biokimia Edisi Revisi. Bayumedia Publishing, Jakarta.
In: Uncategorized
1 Komentar
JUDUL : Lipida
TUJUAN :
2.1 Menguji kelarutan lemak dan minyak pada berbagai jenis pelarut.
2.2 Menguji sistem emulsi lemak/minyak dalam air dan larutan Na2CO3.
Suatu Lipid didefinisikan sebgai senyawa organic yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air,
tetapi larut dalam pelarut organic non polar sperti suatu hidrokarbon atau dietil eter ( Fessenden &
Fessenden,1982)
Lipid adalah senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-kadang
mengandung gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic se[erti eter,
aseton, kloroform, dan benzene (Salirawati et al,2007)
Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari beberapa golongan yang
berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa
golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan fosfolipid ( Salirawati et al,2007)
Lemak secara kimiadiartikan sebagai ester dari asam lemak dan gliserol. Rumus umum lemak yaitu:
R1,R2,dan R3 adalah rntai hidrokarbin dengan jumlah atom karbon dari 3 sampai 23, tetapi yang
paling umum dijumpai yaitu 15 dan 17 (Salirawati et al,2007).
Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol,kedua istilah ini berarti “triester (dari)
gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat sebarang: pada temperatur kamar
lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa
lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak (fessenden & fessenden,
1982)
Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun penggolongannya
adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh (Salirawati et al,2007).
Lemak yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan
rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak
jenuhnya lebih dominan (Salirawati et al,2007).
Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini
dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk
asam lemak jenuh (Salirawati et al,2007).
Dengan reagen HubI’s Iod yang berupa larutan iod dalam alkohol dan mengandung sedikit HgCl2,
maka kemungkinan hilangnya warna iod akan berbeda untuk penambahan jenis minyak yang
berbeda, karena kandungan ikatan rangkap setiap jenis minyak memang berbeda. Semakin banyak
ikatan rangkap semakin cepat warna iod hilang, karena berarti seluruh I2 telah digunakan untuk
memutuskan ikatan rangkap ( Salirawatiet al,2007).
Derajat ketiakjenuhan dinyatakan dengan bilangan iodin, yaitu jumah garam yang dapat diserap oleh
100 gram lemak untuk reaksi penjenuhan. Semakin besar bilangan Iodin semakin tinggi
ketidakjenuhannya ( Salirawati et al,2007).
Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat
berjalan dengan menggunakan asam, basa, atau enzim tertentu. Contohnya hidrolisis gliseril
tristearat akan menghasilkan gliserol dan asam stearat (salirawati et al,2007)
Proses hidrolisis yang menggunakan basa akan menghasilkan gliserol dan sabun. Oleh karena itu
sering disebut reaksi penyabunan (Saponifikasi). Apabila rantai karbon pendek, maka jumlah mol
asam lemak besar, sedangkan jika rantai karbon panjang, jumlah mol asam lemak kecil. Jumlah
miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak disebut bilangan penyabunan
(Salirawati et al,2007)
Besar kecilnya bilangan penyabunan tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon. Semakin
pendek rantai karbon, semakin kecil bilangan penyabunannya (salirawati et al,2007)
Gambar3.2 Reaksi penyabunan gliseril stearat
Jika digunakan NaOH maka akan dihasilka sabun yang bersifat lebih keras atau biasa disebut “sabun
cuci”, sedangkan jika digunakan KOH maka dihasilkan sabun yang lebih lunak atau biasa disebut
“sabun mandi”. (Salirawati et al,2007)
Diantara sekian banyak jenis Minyak, manyak kelapalah yang paling sering digunakan. Minyak kelapa
diperoleh dari ekstraksi terhadap. Minyak kelapa kasar mengandung komponen bukan minayk
seperti fosfatida, gum, sterol (0,06%-0,8%), tokoferol (0,003%) dan asam lemak nenas kurang dari
5% .
Menurut ketaren(1986), warna pada minyak disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen warna alam
karoten yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh. Sedangkan menurut Kisshenbuar (1960), warna
pada minyak selain disebabkan oleh zat warna karoten juga disebabkan oleh kotoran lain karena
asam-asam lemak dan gliserida murni tidak berwarna.
Karoten merupakan hidrokarbon sangat tidak jenuh dan tiak stabil pada suhu tinggi. Karoten tidak
dapat dihilangkan dengan proses oksidasi, walaupun minyak sampai menjadi tengik, tetapi dapat
diserap oleh beberapa absorben, sehingga minyak tidak berwarna lagi (Ketaren, 1986).
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemaknya digolongkan dalam minyak asam laurat,
karena kandungan asam lauratnya paling besar, yaitu 44-52% dalam minyak. Berdasarkan tingkat
ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan iod, maka minyak kelapa dapat dimasukkan
kedlam golongan non drying oil, karena bilangan iod minyak berkisar antara 7,5-10,5. (Ketaren,
1986).
Asam lemak jenuh minyak kelapa kurang lebih 90%. Minyak kelapa mengandung 84% trigliserida
dengan tiga molekul asam lemak jenuh, 12% trigliserida dengan dua asam lemak jenuh dan 4%
trigliserida denganasam lemak jenuh (ketaren,1986).
Sifat fisik Minyak kelapa yang terpenting adalah tidak mencair tahap demi tahap seperti lemak yang
lain akan tetapi langsung berubah menjadi cair, hal ini disebabkan karena titik cair asam lemak
penyusunnya bedekatan, asam lemak laurat 44○C,asam lemak miristat 54○C, asam lemak palmitat
63○C. Dengan demikian plastisitasa trigliserida juga terbatas (Murdijati gardjito,1980)
Metode Percobaan
4.1 Alat
- Tabung reaksi
- Kertas lakmus
- Gelas kimia
- Pipet tetes
4.2 Bahan
- Mentega
- Margarin
- Alkohol panas
- Asam encer
- Aquades
- Alkali
Uji Kelarutan
Derajat kelarutan lemak/minyak dapat dilihat atau ditentukan dengan pengamatan secara langsung
pada bahan pelarut yang dipakai.
Cara kerja :
3 mL pereaksi dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih. Sedikit bahan percobaan dibubuhkan
ke dalam tabung yang sudah berisi pelarut. Isi tabung dikocok kuat-kuat dan diamati kelarutannya.
Emulsi
Minyak/lemak tidak dapat larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi yang stabil bila ada bahan
lain yang dapat berfungsi sebagai emulgator.
Cara Kerja:
Kira-kira 5 mL air dimasukkan ke tabung reaksi yang bersih. 3 tetes bahan percobaan dimasukkan
pada tabung reaksi berisi air. Dikocok kuat-kuat selama 1-2 menit. Diamati dan dicatat hasilnya.
5 mL air dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih. 2-3 tetes larutan Na2CO3 dibubuhkan
kedalam tabung yang berisi air. Dikocok dan diperiksa larutan dengan indicator hingga laritan
bersifat basa. Kemudian, 3 tetes bahan percobaan dibubuhkan ke dalamnya dan dikocok kuat-kuat
selama 1-2 menit. Diamati dan dicatat hasilnya.
2,5 g bahan percobaan (lemak/minyak) dan 25 ml KOH 0,1 M dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250
ml. dibuat juga blankonya(pengerjaannya sama, tetapi tanpa menggunakan bahan percobaan). Baik
bahan percobaan maupun blako dibuat duplo (2 kali ulangan)
Direfluks diatas api kecil sampai penyabunan sempurna (kira-kira 30 menit). Untk mengetahui
apakah proses penyabunan telah selesai/sempurna, hasil refluks diteteskan dalam tabung yang
berisi air. Bila bening berarti proses penyabunan telah selesai.
Setelah didinginkan, hasil refluks ditambah 2 tetes indicator fenolftalein dan dititrai denganlarutan
HCl 0,5 M.
Keterangan :
Minyak sebanyak 5 g ditimbang dalam Erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan30 ml campuran pelarut
yang terdiri dari 60% CH3COOH dan 40% CHCl3, lalu dikocok
Selanjutnya, larutan tersebut ditanbahkan 0,5 mL larutan KI jenuh sambil dikocok dan dibiarkan
dalam ruangan gelap selama 2 menit.
Larutan ditambahkan 30 mL aquades dan 3 tetes indicator kanji lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,01
M. Proses yang sama dilakukan juga terhadap blanko.
Penentuan bilangan asam
Campuran kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam pemanas air sambil diaduk, kemudian
dtambahkan 3 tetes indicator pp dan dititrasi dengan KOH 0,1 M.
V. Hasil Percobaan
Minyak kelapa + - - -
Mentega + - - -
Margarin + + - -
Minyak kelapa - +
Mentega - +
Margarin - +
Meniskus awal 10 1 6 2
= 75,735
Volume Na2S2O3 = 10 ml
= 20
Berat sampel = 20 gr
Titrasi
Meniskus awal =0
= 4,90875
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan pertama yaitu uji kelarutan, minyak kelapa, mentega dan margarine ketiganya larut
dalam kloroform, tetapi pada alcohol panas hanya margarine yang larut sedangkan pada alkali
ketiganya tidak larut. Menurut Lehninger (1982), lipid merupakan sekumpulan senyawa biomolekul
yang dapat larut dalam pelarut-pelarut organik nonpolar seperti kloroform, eter, benzene, aseton,
dan petroleum eter. Jadi, hasil percobaan ini membuktikan bahwa lipid larut dalam kloroform karena
kloroform merupakan pelarut non polar sedangkan alcohol tidak karena alcohol merupakan pelarut
polar begitu pula dengan alkali (salirawati et al,2007).
Pada percobaan kedua, pembentukan emulsi terlihat bahwa untuk percobaan bagian A Minyak,
mentega dan margari hanya dilarukan dengan menggunkan air. Tidak terjadi pembentukkan emulsi
karena minyak, mentega dan margarine tidak dapat larut didalam air Karena air merupakan pelarut
polar (salirawati et al,2007).
Tetapi pada percobaan bagian B, dengan adanya larutan Na2CO3 Minyak kelapa membentuk emulsi
ketika dilarutkan kedalam larutan campuran air dan Na2CO3. Karena Na2CO3 merupakan zat
emulgator sehingga pada penambahan lipid kedalam larutan air dan Na2CO3 terjadi emulsi karena
larutan Na2CO3 membantu menurunkan tegangan permukaan air. (Fessenden & Fesenden, 1982)
Pada percobaan ketiga yakni penentuan bilangan penyabunan minyak direaksikan dengan KOH.
Sabun yang dihasilkan dari reaksi ini berupa sabun yang mempunyai sifat yang lebih keras
(Salirawati et al,2007).
Dalam penentuan bilangan penyabunan, besar kecilnya bilangan penyabunan ditentukan oleh
panjang pendeknya rantai karbon. Hasil dari bilangan penyabunan dari minyak adalah 75,735 hal ini
menunjukan bahwa minyak memiliki rental yang panjang karena bilangan penyabunannya besar
(Salirawati et al,2007).
Pada percobaan keempat yakni penentuan bilangan peroksida, minyak dilarukn dalam pelarut yang
merupakan campuran kloroform dan asam asetat. Dan ditambhkan larutan kanji kemudian dititrasi.
Hasil akhir dari titrasi larutan membentuk dua fase. Bilangan peroksida dari minyak yang didapat
sesuai hasil percobaan adalah 20. Penentuan bilangan peroksida ini bertujuan untk melihat kualitas
minyak. Karena seringkali minyak mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh autooksidasi
radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Untk menghambatnya biasanya ditambahkan
antioksidan. Antioksidn bersifat sebagai akseptor radikal bebas dan mampu menghentikan reaksi
oksidasi minyak (stuckey,1968).
Reaksi autooksidasi dimulai ketika radikal bebas hasil tahap inisiasi bereaksi dengan oksigen
membentuk radikal peroksida. Reaksi ini berntai dan sangat cepat dengan energy hamper nol,
sehingga konsentrasi radikal peroksida yang terbentuk lebih besar dalam siste makanan dimana
oksigen tersebut berada. Radikal peroksida tersebut akan mengekstrak ion hydrogen dari lipid
membentuk hidroperoksida dan molekul radikal lipida baru (Trilaksani,2003)
Dan untuk percoban selanjutnya yakni penentuan bilangan asam. Sesuai hasil percobaan diperoleh
4,98075. Asam yang berasal dari antioksidan bertindak sebagai donor proton (hydrogen) terhadap
radikal bebas yang terbentuk sehingga tahap propagasi dapat terhambat dan jumlah radikal bebasa
yang dapat menstimulasi terjadinya kankerpun dapat dikurangi jumlahnya. Semakin banyak
antioksidan yang ditambahkan pada minyak, kerusakan minyak karena oksidasipun dapat dikurang
(Salirawati et al,2007).
VII. Kesimpulan
Lemak dan minyak tidak larut di dalam asam, alkohol dan alkali(pelarut Polar), tetapi dalam pelarut
organik seperti: eter, kloroform, dll.
Lemak dan minyak tidak membentuk emulsi di dalam air, tetapi di dalam larutan garam seperti
Na2CO3 membentuk emulsi
Bilangan penyabunan adalah Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram
lemak. Besar kecilnya bilangan penyabunan tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon.
Semakin pendek rantai karbon, semakin kecil bilangan penyabunannya.
DAFTAR PUSTAKA
Budha,K.1981. Kelapa dan hasil pengolahannya. Denpasar: Fakultas teknologi dan pertanian
Universitas Udayana
Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air, dapat diekstrak
dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform dan eter. Asam lemak adalah
komponen unit pembangun pada hampir semua lipid. Asam lemak adalah asam organik berantai
panjang yang mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak memiliki gugus karboksil
tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang. Hal ini membuat kebanyakan lipid bersifat
tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak (Lehninger 1982).
Lipid secara umum dapat dibagi ke dalam dua kelas besar, yaitu lipid sederhana dan lipid kompleks.
Yang termasuk lipid sederhana antara lain adalah: 1) trigliserida dari lemak atau minyak seperti ester
asam lemak dan gliserol, contohnya adalah lemak babi, minyak jagung, minyak biji kapas, dan butter,
2) lilin yang merupakan ester asam lemak dari rantai panjang alkohol, contohnya adalah beeswax,
spermaceti, dan carnauba wax, dan 3) sterol yang didapat dari hidrogenasi parsial atau menyeluruh
fenantrena, contohnya adalah kolesterol dan ergosterol (Scy Tech Encyclopedia 2008).
Lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyusunnya
adalah triasilgliserol, juga sering disebut lemak, lemak netral, atau trigliserida. Jenis lipid ini
merupakan contoh lipid yang paling sering dijumpai baik pada manusia, hewan, dan tumbuhan.
Triasilgliserol adalah komponen utama dari lemak penyimpan atau depot lemak pada sel tumbuhan
dan hewan, tetapi umumnya tidak dijumpai pada membran. Triasilgliserol adalah molekul hidrofobik
nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional dengan
polaritas tinggi (Lehninger 1982).
Triasilgliserol terakumulasi di dalam beberapa area, seperti jaringan adiposa, dalam tubuh manusia
dan biji tanaman, dan triasilgliserol ini mewakili bentuk penyimpanan energi. Lipid yang lebih
kompleks berada dekat dan berhubungan dengan protein dalam membran sel dan partikel
subselular. Jaringan yang lebih aktif mengandung lipid kompleks yang lebih banyak, contohnya
adalah dalam otak, ginjal, paru-paru, dan darah yang mengandung konsentrasi fosfatida dalam
jumlah tinggi pada mamalia (Scy Tech Encyclopedia 2008).
Terdapat berbagai macam uji yang berkaitan dengan lipid yang meliputi analisis kualitatif maupun
kuantitatif.
2. Uji Akrolein
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk
bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech
Encyclopedia (2008), uji akrolein digunakan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika
lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka
bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein
(CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih (Scy Tech
Encyclopedia 2008).
4. Uji Ketengikan
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji ini, diidentifikasi lipid mana yang sudah
tengik dengan yang belum tengik yang disebabkan oleh oksidasi lipid. Minyak yang akan diuji
dicampurkan dengan HCl. Selanjutnya, sebuah kertas saring dicelupkan ke larutan floroglusinol.
Floroglusinol ini berfungsi sebagai penampak bercak. Setelah itu, kertas digantungkan di dalam
erlenmeyer yang berisi minyak yang diuji. Serbuk CaCO3 dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
segera ditutup. HCl yang ditambahkan akan menyumbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat
memecah unsur lemak sehingga terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua
bentuk radikal ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akan dihasilkan peroksida
(Syamsu, 2007).
5. Uji Salkowski untuk kolesterol
Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan kolesterol.
Kolesterol dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam
sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut
terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan asam sulfat
terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens hijau (Pramarsh, 2008).
REFERENSI
D14100064
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Minyak dan lemak adalah senyawa kimia yang banyak terdapat di alam. Minyak umumnya
berwujud cair pada suhu ruang sedangkan lemak cenderung berwujud padat pada suhu ruang.
Asam-asam lemak merupakan komponen penyusun minyak dan lemak, dan asam lemak ini
merupakan senyawa rantai karbon. Dalam rantai karbon asam lemak tersebut, terdapat ikatan antar
karbon yang berjenis tunggal maupun rangkap. Ikatan jenis tunggal pada rantai karbon memiliki
kestabilan oksidatif yang lebih baik dibandingkan ikatan rangkap. Sebaliknya, ikatan rangkap
memberikan sifat minyak yang cair pada suhu ruang. Jenis ikatan yang ada dalam asam lemak akan
berpengaruh terhadap jenis aplikasi yang cocok digunakan terhadapnya. Secara keseluruhan,
susunan trigliserida minyak dan lemak mempunyai kesamaan pada gliserol, maka perbedaan sifat-
sifat minyak dan lemak dilihat pada komponen asam lemaknya.
Lemak merupakan sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak yang
beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati,
yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi. Fungsi lemak adalah sebagai
sumber energi, pelindung organ tubuh, pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat angkut
vitamin larut lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas,
dan memelihara suhu tubuh. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat penting didalam
menguji derajat kelarutan lemak sehingga dalam penggunaannya, lemak dapat berfungsi secara
optimal.
Tujuan
Praktikum lemak bertujuan untuk mempelajari derajat kelarutan lemak nabati dan hewani di
dalam berbagai jenis pelarut organik, sedangkan praktikum spektrofotometer bertujuan untuk
menentukan kadar protein berdasarkan reaksi ninhidrin.
TINJAUAN PUSTAKA
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid , yaitu
senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya,
lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak
mempunyai polaritas yang sama dengan pelaut tersebut (Hart, 1983).
Kirshman dan Pomeroy (1949) in Klein (1971) mengatakan bahwa minyak sebagai komponen cair
yang relative non-volatil. Minyak dapat diperoleh dari bahan yang mengandung minyak dengan cara
pengepresan, dengan cara ekstraksi mengunakan berbagai zat pelarut yang mudah menguap
(Ketaren, 1986).
Johnson dan Davenport (1971) mendefinisikan lemak sebagai suatu kelompok bahan yang secara
umum larut dalam ether, chloroform atau pelarut yang lainnya. Minyak dan lemak mempunyai sifat
tidak larut dalam air, hidrophobik dan terdapat pada tumbuhan hewan darat dan laut dan biasa
disebut trigliserides (Marley, 1968 in Sonntag, 1979).
Protein Susu
Kandungan protein dalam susu sekitar 3,4%. Protein susu terbagi menjadi dua kelompok
utama, yaitu casein yang dapat diendapkan oleh asam dan enzim rennin dan protein whey yang
dapat mengalami denaturasi oleh panas. Casein merupakan protein utama susu yang jumlahnya
mencapai 80% total protein susu. Pengasaman susu dapat mengendapkan casein. Bila terdapat
cukup asam akan terjadi pengendapan disertai dengan melarutnya garam-garam kalsium dan fosfor
yang semula terikat pada protein (Buckle et al., 1987).
Spektrofotometri
Alat yang digunakan untuk mengukur panjang gelombang absorpsi suatu larutan atau suatu
molekul dalam larutan yaitu spektrofotometer. Absorbsi cahaya suatu molekul merupakan suatu
bentuk interaksi antara gelombang cahaya (foton) dan molekul. Energi cahaya diserap oleh molekul
dan digunaka oleh elektron di dalam molekul tersebut untuk bertransisi ke tingka eneri elektroik (E)
yang lebih tiggi (Sentra Biosains Dinamika, 2001). Macam-macam spektrofotometer diantaranya
spektrofotometer ultraungu (UV), sinar tampak, dan inframerah yang dibuat atas dasar yang sama.
Sebuah sumber cahaya menghasilkan cahaya dari bagian spektrum elektromagnetik dar
spektrofotometer dengan panjang gelombang tertentu, tergantung pada strukturnya.
Pada spektrofotometer sinar tampak, molekul senyawa yang dianalisis tidak akan mengabsorbsi
cahaya. Oleh karena itu, senyawa tersebut harus diikat untk suatu senyawa kimia sehingga
menghasilkan warna senyawa berwarna tersebut akan mengabsorbsi cahaya pada rantai panjang
gelombang yang terbatas (Wilson dan Warker 2000). Metode pengukuran ini disebut sebagai dasar
dari kolorimeri. Pelarut spektrofotometri yang dapat digunakan adalah semua cairan tertentu yang
dapat diperoleh dalam bentuk mrni dalam daerah ukur 220 nm-800 nm serta yang tidak atau hanya
sedikit meμnunjkkan absorbsi sendiri dan dapat melarutkan degan mudah senyawa yag hendak
dianalisis. Letak maksimum absorbsi tergantung pada pelarut yang digunakan dan akan bergeser ke
arah panjang gelombang yang lebih panjang dengan bertambahnya polaritas pelarut.
Minyak Sawit
Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah merupakan senyawa
yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen penyusunnya yang utama adalah trigliserida dan
nontrigliserida (Nurhida Pasaribu, 2004). Minyak sawit adalah fraksi cair berwarna kuning
kemerahan yang diperoleh dengan cara fraksinasi minyak kelapa sawit kasar (Crude Palm Oil) dan
telah mengalami proses pemurnian (Ketaren, 1986). Muchtadi (1996) menyatakan bahwa munyak
sawit sebagai salah satu jenis minyak nabati tidak mengandung kolesterol, pada saat proses
pemurnian CPO menjadi minyak sawit kolesterol yang dimiliki CPO mengalami degradasi. Sterol yang
dimiliki minyak sawit adalah fitosterol yang sebenarnya akan dapat menurunkan LDL (Low Density
Lipoprotein) dan meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein).
Minyak sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting disamping minyak kelapa, kacang-
kacangan, jagung dan sebagainya (Tim Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 1996).
Minyak kelapa sawit memiliki kadar air 0,25% (Hardja, 2001).
Minyak Kedelai
Kandungan minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi oleh varietas dan
keadaan iklim tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari trigliserida sebesar 90-95 persen, sedangkan
sisanya adalah fosfatida, asam lemak bebas, sterol dan tokoferol. Minyak kedelai mempunyai kadar
asam lemak jenuh sekitar 15% sehingga sangat baik sebagai pengganti lemak dan minyak yang
memiliki kadar asam lemak jenuh yang tinggi seperti mentega dan lemak babi. Hal ini berarti minyak
kedelai sama seperti minyak nabati lainnya yang bebas kolestrol (Admin, 2011). Titik cair yang
dimiliki minyak kedelai sangat tinggi, yaitu sekitar -16oC dan biasanya berbentuk padat (solid) pada
ruang yang mempunyai suhu tinggi. Hal ini berarti minyak kedelai dapat digunakan untuk biodiesel
dan bahan bakar pada musim panas (summer fuel) ( Al Arif, 2011).
Hampir 90 persen dari produksi minyak kedelai digunakan di bidang pangan dan dalam bentuk telah
dihidrogenasi, karena minyak kedelaimengandung lebih kurang 85 persen asam lemak tidak jenuh (
Al Arif, 2011).
Minyak Kelapa
Minyak kelapa adalah minyak yang dihasilkan dari daging kelapa segar yang berasal dari
kelapa matang, yang diproses secara mekanis senatural mungkin sehinga tidak membuat minyak
yang dihasilkan berubah. Menurut Codex Stan 19-1981 (rev. 2-1999), VCO mempunyai kadar air 0,1-
0,5%, bilangan asam maksimal 13 mg KOH/g contoh, kadar asam lemak bebas maksimal 0,5% asam
laurat, berwarna jernih kristal air, serta bebas dari bau dan rasa asing (tengik). VCO dapat
merangsang metabolisme. Komponen minyak kelapa ini terdiri dari asam lemak jenuh (90%) dan
asam lemak tak jenuh (10%). Asam lemak jenuh berantai pendek pada VCO berperan positif dalam
proses pembakaran nutrisi makanan menjadi energi (Fife, 2004).
Minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh cenderung untuk mengalami oksidasi sedangkan
yang mengandung lebih banyak asam lemak jenuh mudah terhidrolisis. Pembentukkan peroksida
dipercepat oleh adanya cahaya, suasana asam, kelembapan udara, dan katalis (Widiyanti, 1995).
Lemak Ayam
Lemak hewan dicirikan dengan relatif tingginya kandungan kolesterol dan mengandung
sedikit asam lemak tidak jenuh, lemak hewan merupakan salah satu potensi yaitu menyebabkan
timbulnya penyakit. Tingginya konsumsi daging dan produk olahan daging dapat meningkatkan
resiko terjadinya penyakit pada sistem sirkulasi darah. Lemak tubuh pada ayam broiler biasanya
ditimbun dalam tiga bagian yaitu rongga abdomen terutama sekeliling tembolok yaitu beratnya
sekitar 2%-2,5% dari bobot karkas bahkan dapat mencapai 5-6%, kedua pada kulit terutama pada
pangkal bulu dan bagian belakang dekat pangkal ekor sehingga berat lemaknya dapat mencapai 12-
20% dari berat karkas dan ketiga, pada organ tubuh lain (Natawihardja, 1981). Prosentase lemak
abdomen pada ayam jantan berkisar antara 1,4-2,6% dari berat hidup, sedangkan untuk ayam betina
antara 3,2-4,8% (Leeson dan Summer, 1980).
Lemak Sapi
Letak perlemakan pada ruminansia berbeda dengan lemak pada unggas. Ternak ruminansia
yang masihmuda mempunyai kemampuan untuk mengkonversi gula menjadi asam-asam lemak,
namun ketika rumen mulai berfungsi, kemampuan itu hilang dan asetat menjadi sumber karbon
utama yang digunakan untuk mensintesis asam-asam lemak. Asetat akan berdifusi masuk ke dalam
darah dari rumen dan dikonversi di jaringan menjadi asetil Co-A, dengan energi berasal dari hidrolisis
ATP menjadi AMP. Jalur ini terjadi di tempat penyimpanan lemak tubuh yaitu jaringan adiposa (di
bawah kulit, jantung dan ginjal). Hal tersebut juga yang terjadi di monogastrik (Despal et al., 2007).
Lemak Jagung
Butir jagung mempunyai kadar minyak rata rata 3 %, tetapi jika diambil lembaganya saja,
maka kadar minyak dalam lembaga itu rata rata antara 22 – 28%. Minyak jagung adalah ester dari
glyserol dengan asam lemak, dimana semua radikal (OH) dari glyserol sudah di esterifikasi,
karenanya disebut : Tri Glyserida Ester. Minyak jagung merupakan minyak yang kaya akan poly
unsaturated fat, yaitu lemak tak jenuh yang justru aktif menurunkan kadar cholesterol dalam darah.
Cholesterol adalah sterol yang terdapat dalam fat, dan bersifat dapat membuat kerak dalam
pembuluh darah, sehingga akan terjadi penyempitan dalam pembuluh darah tersebut akibatnya
orang yang terkena akan menderita penyakit tekanan darah tinggi. Rumus molekul Cholesterol :
C27 H46 O yang umumnya banyak terdapat dalam lemak hewan (Tedy, 2011).
Alkohol
Alkohol dapat mengeliminasi bakteri dengan mengkoagulasi protein. Alkohol mempunyai sifat
mudah menguap. Alkohol menghilangkan lapisan lemak dan sebum kulit yang merupakan pelindung
alami kulit terhadap infeksi bakteri (Lay dan Hastowo, 1992).
NaOH
NaOH disebut juga kaustik soda dengan sifat dapat membirukan lakmus merah. Larutannya
dalam air menghasilkan ion yang bermuatan positif dan ion hidroksil yang bermuatan negatif. NaOH
biasa digunakan sebagai pelarut. NaOH berguna untuk menetralkan asam, bahan baku pembuatan
sabun, detergen, serat rayon, serta pemisah belerang dari minyak bumi. NaOH dari elektrolisis
larutan NaCl merupakan basa kuat. NaOH sangat reaktif dalam bereaksi dengan larutan asam.
(Fauzan, 2001).
Detergen termasuk salah satu kebutuhan yang dapat diusahakan sendiri dalam
pembuatannya. Detergen cair mempunyai mutu atau kualitas yang dapat bersaing dengan detergen
yang sudah ada saat ini, yaitu detergen bubuk. Metode pembuatan deterjen cair adalah mencampur
10 % SLS – DG, 20 % soda abu, CMC lokal 5 %, pewarna secukupnya dan air 64.5% ke dalam reactor,
memanaskan campuran bahan diatas kemudian diaduk, setelah tercampur homogen api dimatikan,
lalu didinginkan, setelah dingin ditambah parfum sebanyak 1 %, mengalirkan larutan ke bak filter,
mengalirkan larutan ke bak penampung. Dari pembuatan deterjen cair yang telah dilakukan dapat
diambil kesimpulan yaitu proses pembuatan deterjen cair itu mudah, Harganya murah dan lebih
hemat dibandingkan dengan deterjen bubuk. Karakteristik deterjen cair adalah sebagai berikut yaitu
Larutan agak kental, Jika belum digunakan tidak berbusa, jika digunakan busanya sedikit. Warnanya
bening putih keruh jika tidak ditambahkan pewarna (Danang setiawan, M. Sidik, Farihah Isnayanti,
M. Risal Al amin, Afif Ependi, 2008).
Asam Asetat
Asam asetat dikenal dengan sebutan asam cuka. Asam asetat berbentuk larutan yang
berwarna putih bening. Konsentrasi asam asetat murni adalah 96% (Kurniawan, 1991). Asam asetat
termasuk asam organik lemah berupa cairan tak berwarna dan berbau sangit. Ikatan hidrogen dalam
asam asetat mampu mencegah ikatan H20 (Cuningham,1976). Asam asetat adalah zat pengatur
keasaman pada produk pangan (BSN, 1995). Penambahan asam asetat memiliki tujuan untuk
meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman, kebasaan, serta
memantapkan bentuk dan rupa dari produk pangan (Winarno, 1982).
MATERI DAN METODE
Materi
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi beserta rak, spektrofotometer,
dan spoit. Sedangkan bahan yang digunakan adalah VCO, minyak canola, lemak rusa , minyak
kedelai, lemak ayam, minyak sawit, lemak daging, minyak ikan, minyak zaitun, asam asetat,
kloroform, alkohol, campuran alkohol, NaOH, aquadest, larutan SDS, deterjen, sabun colek, larutan
standar casein 10 mg/ml, susu skim, dan susu dancow.
Prosedur
Uji Lemak
Deret standar dibuat dengan cara memipet larutan standar casein sebanyak 0 ml, 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8
ml, dan 10 ml ke dalam 6 buah tabung reaksi, kemudian dengan menggunakan aquadest volumenya
dijadikan 10 ml. Masing- masing tabung dikocok sampai homogen. Sebanyak 5 ml dari masing-
masing tabung dipipet ke dalam tabung reaksi yang lain. Masing-masing ditambahkan sebanyak 4 ml
larutan biuret 0,1%, Tabung reaksi didiamkan pada suhu ruang selama 30 menit. Serapan dibaca
pada lamda 540 nm.
Sebanyak 2,5 ml sampel susu murni dipipet ke dalam tabu takar 100 ml dan ditambahkan aquadest
sampai tanda tera, selanjutnya dikocok hingga homogen. Larutan sampel dipipet sebanayk 10 ml ke
dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 4 ml larutan biuret, didiamkan pada suhu ruang selama 30
menit, dan serapannya dibaca pada ( 540 nm. Kadar protein sampel ditentukan dengan cara
menggunakan hukum Lambert beer.
Sebanyak 1 ml larutan sampel protein (susu skim, susu murni, sari kedelai) dimasukan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 2 ml larutan NaOH 2N. Selanjutnya 2 tetes larutan CuSO4 1 %
ditambahkan melalui dinding tabung, dan dicampur hingga homogen. Semua prosedur ini dilakukan
pada setiap sampel protein, selanjutnya warna cincin diamati, apakah berwarna merah jambu atau
violet.
Sedikit contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 ml larutan NaOH 5 %
dan 3 ml larutan alkohl 95 %. Air yang mendidih disiapkan untuk memanaskan larutan tersebut
selama 1,5 menit. Selanjutnya larutan yang terbentuk dipisahkan menggunakan kertas saring, dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi lainnya. Setelah itu didinginkan pada suhu ruangan, dan setelah
cukup dingin ditambahkan 1 ml larutan NaOH 40 % dan 2 tetes larutan CuSO4 melalui dinding
tabung reaksi. Warna violet yang terbentuk pada lapisan alkohol diamati, dan jika belum terbentuk
lapisan ditambahlan larutan NaOH lagi.
Hasil
Jenis
Lemak Sabu Asam Alkoho
Alkoho Deterge Aquade SD NaO Hexa
n Aseta l1
l n s S H n
Colek t :NaOH
Lemak
+++ ++ ++ +++ +++ ++ +++ ++ +++
Sapi
Lemak
- + ++ _ _ _ _ +++ +
Ayam
Minya
k ++ ++ ++ _ _ ++ _ +++ +
Kelapa
Minya
k
+ ++ ++ _ _ ++ _ +++ +
Kedela
i
Minya ++
+ +++ +++ _ _ + +++ ++
k Sawit +
Minya
k ++
+ +++ +++ _ _ + +++ ++
Dedak +
Padi
Minya
++
k + ++ +++ _ _ _ +++ +++
+
Jagung
Keterangan :
(++) : larut
Susu Murni ü
Susu Skim ü
Sari Kedelai ü
Susu Skim :+
Susu Murni :+
Sari Kedelai : +
Air :-
Keterangan :
0 ml (blanko) : 0,1345
2 ml : 0,020
4 ml : 0,002
6 ml : 0,022
8 ml : 0,048
10 ml : 0,071
Pembahasan
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid , yaitu
senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya,
lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak
mempunyai polaritas yang sama dengan pelaut tersebut (Hart, 1983).
Kirshman dan Pomeroy (1949) in Klein (1971) mengatakan bahwa minyak sebagai komponen cair
yang relative non-volatil. Minyak dapat diperoleh dari bahan yang mengandung minyak dengan cara
pengepresan, dengan cara ekstraksi mengunakan berbagai zat pelarut yang mudah menguap
(Ketaren, 1986).
Johnson dan Davenport (1971) mendefinisikan lemak sebagai suatu kelompok bahan yang secara
umum larut dalam ether, chloroform atau pelarut yang lainnya. Minyak dan lemak mempunyai sifat
tidak larut dalam air, hidrophobik dan terdapat pada tumbuhan hewan darat dan laut dan biasa
disebut trigliserides (Marley, 1968 in Sonntag, 1979).
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa setiap pelarut mempunyai daya
melarutkan yang berbeda-beda terhadap lemak-lemak yang diuji. Pelarut yang paling sulit
melarutkan lemak adalah asam asetat, aquadest, dan NaOH, sedangkan pelarut yang paling banyak
dan paling mudah melarutkan lemak adalah hexan. Pada uji kualitatif juga terlihat bahwa lemak susu
yang berasal dari hewan tidak mudah larut dalam air, sedangkan lemak susu yang berasal dari
tumbuhan (kedelai) dapat larut dalam air. Hal tersebut menunjukkan bahwa lemak atau minyak
tidak mudah untuk dilarutkan sehingga di dalam tubuh pun digunakan zat khusus untuk melarutkan
lemak yang akan digunakan sebagai energi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pelarut yang paling baik atau
dapat melarutkan lemak dengan baik adalah Hexan. Cara kerja spektrofotometer adalah mengukur
konsentrasi suatu zat pada larutan dengan sistem pembacaan absorbansi larutan terhadap cahaya.
Spektrofotometer dapat digunakan untuk menentukan kadar protein dalam susu.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2011. Minyak kelapa dari dapur menuju industry. [terhubung
berkala]http://www.komplemen.com/minyak-kelapa-dari-dapur-menuju-industri-123.html (6 Mei
2012).
Al Arif. 2011. Manfaat Minyak Kelapa Murni (VCO, Virgin Coconut Oil). [terhubung berkala]
.http://www.minyak-kelapa.com/artikel/pengertian.php (6 Mei 2012).
Despal et al. 2007. Pengantar Ilmu Nutrisi, Modul Kuliah NTP-231. Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan-Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hardja, B. S. 2001. Studi pembuatan mentega coklat tiruan dan minyak sawit dengan proses
interestifikasi enzimatik. Laporan Penelitian, Hibah Bersaing. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Hart, Harold. 1983. Organic Chemistry, a Short Course, Sixth Edition, Michigan State University,
Houghton Mifflin Co.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. 1st Edition. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Muchtadi, T. 1996. Peranan teknologi pangan dalam peningkatan nilai tambah produk minyak sawit
Indonesia. Orasi Ilmiah. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pasaribu, Nurhida. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Makalah. Jurusan Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Setiawan, Danang. M. Sidik, Farihah Isnayanti, M. Risal Al amin, Afif Ependi. 2008. Indusrti kecil
sabun cair. Jurusan D III Teknik Kimia, Institut Teknologi 10 Nopember, Surabaya.
LEMBAR
PENGESAHAN
Satuan cara I (Uji Lemak/ minyak) pada praktikum mata kuliah biokimia dilakukan pada
hari : Rabu
tanggal : 20 Mei 2009
waktu : 15.30 WIB s.d 18.00 WIB
tempat : Laboratorium Pragram Studi Ilmu Kelautan kampus FPIK Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudarto, SH. Tembalang Semarang.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahua dan teknologi yang telah menjerat kepada seluruh komponen
sisi keberlangsungan hidup manusia tidak bisa masuk begitu saja. Dibutuhkan komitmen
bersama baik pemereintah sebagai wadah penggerak utama maupun komponen masarakat
yang secara langsung berhadapan untuk dapat menguasai dan memanfaatkannya. Sehingga
didapat hasil yang berkesinambungan antara perkembangan ilmu pengetahuan, penemuan
teknologi baru dengan daya guna yangbisa dipakai oleh masyarakat.
Atas dasar komitmen tersebut maka tidak bisa dipungkiri keberadaaan seoarang mahasiswa
khususnya mahasiswa Ilmu kelautan dituntut harus memiliki dayan guna baik dalam
menciptakan keilmuan dan teknologi terbaru maupun memanfaakan keilmuan dan teknologi
yang sudah ada yang bisa diterapkan di lingkungan masarakat dalam cakupan kecilnya dan
bangsa dalam cakupan besarnya.
Untuk mencapai komitmen tersebut di atas, maka langkah awal yang bisa dilakukan oleh
seorang mahasiswa ilmu Kelautan adalah dengan mempelajari konsep keilmuan yang berkaitan
erat dengan Progran Strudi Ilmu kelautan salah satunya adalah dengan melakukan satuan acara
praktikum pada mata kuliah Biokimia dengan sub bahasan yang diparktikumkan adalah “ Uji
Lemak / Minyak, dan Ektrasi Alginat Pada Rumpu Laut”.
Lemak atau minyak ialah triester dari gliserol dan disebut trigliserida. Bila minyak atau lemak
dididihkan dengan alkali, kemudian mengasamkan larutan yang dihasilakan, maka akan
didapatkan gliserol dan campuran asam lemak. Reaksi ini disebut penyabunan.
(Hart, 2003)
Lemak/minyak merupakan asam karboksilat/asam alkanoat jenuh alifatis (tidak terdapat ikatan
rangkap C=C dalam rantai alkilnya, rantai lurus, panjang tak bercabang) dengan gugus utama –
COOH dalam bentuk ester/gliserida yaitu sesuatu jenis asam lemak atau beberapa jenis asam
lemak dengan gliserol suku tinggi.
(smk3ae.wordpress.com /23/05/09)
Lemak/ minyak ialah trigliserida, yaitu trimester dari dliserol. Asam lemak ialah asam yang
diperoleh dari proses penyabunan lemak/ minyak.
(Hart, 2003)
Minyak / lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak merupakan senyawa
turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Struktur umumnya adalah :
CH2-O-C-R1
CH-O–C–R2
CH2–O–C–R3
R1,R2, R3 adalah gugus alkil mungkin saja sama atau juga beda. Gugus alkil tersebut
dibedakan sebagai gugus alkil jenuh (tidak terdapat ikanatanrangkap) dan tidak jenuh (terdapat
ikan rangkap).
(Hart, 2003)
Lemak adalah suatu gliserida dan merupakan suatu ester. Apabila ester ini bereaksi dengan
basa maka akan terjadi saponifikasi yaitu proses terbentuknya sabun dengan residu gliserol.
Sabun dalam air akan bersifat basa. Sabun ( R COONa atau R COOK ) mempunyai bagian yang
bersifat hidrofil (- COO -) dan bagian yang bersifat hidrofob (R – atau alkil). Bagian karboksil
menuju air dan menghasilkan buih (kecuali pada air sadah), sedangkan alkil (R -) menjauhi air
dan membelah molekul atau kotoran (flok) menjadi partikel yang lebih kecil sehingga air mudah
membentuk emulsi atau suatu lapisan film dengan kotoran. Air adalah senyawa polar sedangkan
minyak adalah senyawa non polar, jadi keduanya sukar bercampur oleh karena itu emulsinya
mudah pecah. Untuk memantapkan suatu emulsi perlu ditambahkan suatu zat emulgator atau
zat pemantap, antara lain ;
1. Ca Butirat, Ethanol.
2. Senyawa pembentuk sel liofil,protein, gum, dan gelatin.
3. Garam Fe, BaOH, SO4, Fe(OH)SO4, PbSO4, Fe2O3, Tanah liat, CaCO3, dll.
(smk3ae.wordpress.com /23/05/09)
Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C
lebih dari 6). Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam
lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di
antara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit
satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya.
(Wikipedia Indonesia /23/05/09)
Asam lemak, bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun utama minyak nabati atau
lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah
dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai
gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis)
maupun terikat sebagai gliserida.
Pembangun otak. Lemak menyediakan komponen penyusun tidak hanya bagi membran sel otak,
tapi juga myelin, 'jaket' lemak yang menyelimuti tiap serat syaraf, yang membuatnya mampu
menghantar pesan dengan lebih cepat.
Bilangan Penyabunan
2.9.2. HCl
Larutan yang berwarna jernih tak berwarna baunya merangsang hidung, titik didih 850 C titik
beku -1100 C termasuk asam kuat.
2.9.3. Aquadest
Air murni hasil dari penyulingan memiliki titik didih1000 C titik beku 00 C rumus molekulnya dalah
H2O tidak berwarna sifatnya netral, dan sebagai pelarut.
2.9.4. NaOH
Termasuk basa kuat padatan putih larut dalam air membesarkan kalor dan dapat merusak kulit.
BAB III
METODOLOGI
Satuan cara I (Uji Lemak/ minyak) pada praktikum mata kuliah biokimia dilakukan pada
hari : Rabu
tanggal : 20 Mei 2009
waktu : 15.30 WIB s.d 18.00 WIB
tempat : Laboratorium Pragram Studi Ilmu Kelautan kampus FPIK Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudarto, SH. Tembalang Semarang.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada satuan acara I (uji lemak/ Minyak) adalah :
1.5 gram Minyak Ikan
NaOH metanoat
Indikatir Penopillin (PP)
HCl 0,5 N
Etanol (CH3CH2OH.
Sebagai alat untuk mendapatkan campuran larutan Minyak Ikan dan NaOH Metanoat.
3
kompor listrik
8
Gelas Ukur
NaOH metanoat
Hasil
Menentukan Bilangan Penyabunan
Setelah melakukan beberapa langkah didapat hasil sebagai berikut:
V1 (HCl) = 7.4 ml
V2 (HCl) = 6,4 ml
BM NaOH = 40
N HCl = 0,5
Berat minyak = 1,5 gram
Pembahasan
Menentukan Bilangan Penyabunan
Setelah melakukan langkah-langkah dalam praktikum ini, antara lain dengan mencampuran
minyak ikan sebanyak 4 gram dengan etanol sebanyak 4 tetes di dalam Erlenmeyer kemudian
dipanaskan setelah itu dilakukan titrasi dengan menggunakan NaOH didapat nilai titrasi sebagai
V1 sebanyak 7.4 ml dan V2nya 6,4 ml. maka dengan mengunakan rumus
Pada percobaan diatas, semua bahan diuji secara organoleptis yaitu uji yang meliputi panca
indera, dalam hal ini adalah penglihatan. Pada uji kelarutan minyak ikan dengan air, saat minyak
ikan ditambahkan sebanyak 1 tetes pada aquades (Tb. 2) minyak tidak bisa laruta dalam air
karena air adalah senyawa polar, sementara minyak senyawa non polar.
Pada uji kelarutan minyak ikan dengan alkohol, saat minyak ikan ditambahkan sebanyak 1 tetes
pada alcohol terjadi kelarutan tetapi tidak sempurna masih terlihat pemisahan antara minyak ikan
dengan alkokoh hal ini disebabkan karena alcohol (ROH)/ (CH2OH) “R” adalah gugus alkil masih
memiliki kesamaan rumus kimia dengan air (H2O). dimana pada tabung 2 (air dengan minyak)
tidak terjadi kelarutan.
Sementara pada uji kelarutan minyak ikan dengan etanol (CH3CH2OH) terjadi kelarutan
sempurna dibuktikan dengan terlihatnya larutan yang koloid tidak terilihat ada pemisahan. Hal ini
dikarenakan etanol merupakan zat pelarut yang baik. alasan selanjutnya terlihat dari rimus
kimiannya terdapat du gugus alkil (etil alcohol) sehingga apa bila terjadi reaksi gugus alkil
yangpaling luar lebih mudah untuk lepas sehingga terjadila ikatan kimia.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan peraktikum biokimia dapat disimpulkan bahwa lemak atau minyak ialah suatu
ester asam lemak dengan gliserol dan gliserol adalah suatu trihidoksi alcohol.
Dengan menggunakan rumus dibawah ini, kita bisa mengetahui bahwa melakukan penyabunan
1 gram minyak/ lemak dibutuhkan sekian gram KOH yang dibutuhkan.
Kemudian minyak atau lemak tidak bisa laruta dalam air karena air adalah senyawa polar,
sementara minyak senyawa non polar, serta minyak/ lemak dapat larut apabila dicampurkan
dengan senyawa etanol.
5.2. Saran
Diharapkan untuk pelaksanaan paktikum selanjutnya praktikan lebih mempersiapkan dalam
penguasaan konsep raktikum, alat, serta bahan yang diperlukan dalam praktimun.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Hart, Harold. (2003) Kimia Organik Suatau Kulaih Singkat. Erlangga: Jakarta
Keenan, Kleinfelter, Wood. (1992). Kimia Untuk Universitas Jilid 2, Erlangga: Jakarta.
Mastjah, Sabirin, dkk. (1993). Kimia organik Dasar I. Departemen P&K: Yogyakarta.
Rawn. J. D. 1989. Biochemistry. Carolina : Neil Patterson Publisher
Riduan, S. (1990). Kimia Organik. Binarupa Aksara: Jakarta.
Sastrohamidjojo, Hardjono. (2001). Kimia Dasar. Gadjah Mada Unuversity Press: Yogyakarta.
Willbraham dan Matta. (1992). Kimia Organik dan Hayati. ITB: Bandung.
Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
http://smk3ae.wordpress.com/2008/07/17/minyak-dan-lemak/
http://one.indoskripsi.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/asam-lemak/