Anda di halaman 1dari 16

DEMAM BERDARAH DENGUE

OLEH :

FITRI AULIA
J1A118140
REGULER B 018

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah
Epidemiologi Penyakit Menular “Demam Berdarah Dengue”.

1
Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan umum dan Mahasiswa(i) Universitas Halu Oleo
khususnya.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini,
maka dari itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar pada pembuatan
makalah berikutnya dapat lebih baik.

                                                                                    Kendari, 26 Apri 2020

                                                                                    Fitri aulia

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................1

KATA PENGANTAR ............................................................................................................2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................3

2
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................4

A.Latar Belakang........................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..................................................................................................................5

C.Tujuan.....................................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................. .......................................................................6

1.1 Definisi DBD..................................................................................................................6


1.2 Epidemiologi penyakit menular bersumber vektor berdasarkan orang tempat dan
waktu .............................................................................................................................6
1.3 Riwayat alamiah penyakit DBD.....................................................................................7
1.4 Rantai penularan penyakit DBD.....................................................................................8
1.5 Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD...............................................9

BAB III PENUTUP................................................................................................................15

KESIMPULAN........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

3
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus
Dengue (Arbovirus) yang masuk ketubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Demam
Berdarah Dengue adalah penyakit virus berat yang ditularkan oleh nyamuk endemic (Aedes
Aegypty) dibanyak Negara Asia Tenggara dan Selatan, Pasifik dan Amerika Latin. Ditandai
dengan meningkatnya Permeabilitas pembuluh darah, hipovolemia dan gangguan mekanisme
pembuluh darah.Wabah hebat terjadi saat penyakit menyebar ke daerah baru dengan angka
serangan tinggi pada orang-orang yang rentan.Demam Berdarah Dengue ini merupakan
infeksi yang berhubungan dengan bepergian, yang sering terjadi pada turis dari Negara non
endemic.
Penyakit Demam Berdarah Dengue ini ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty yang
terutama memiliki habitat perkotaan dan mendapat virus sewaktu menghisap darah manusia
yang terinfeksi (Infektip ssetelah 8-10 hari Penyakit demam berdarah dengue merupakan
masalah kesehatan di Indonesia. hal ini tampak dari kenyataan seluruh wilayah di Indonesia
mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit demam berdarah dengue. sebab baik virus
penyebab maupun nyamuk penularannya sudah tersebar luas di perumahan-perumahan
pendnuduk.
Penyakit Demam Berdarah Dengue pertama kali ditemukan di Manila (Filipina) pada
tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai Negara. Menurut perkiraan Pusat
Pengendalian dan Penyebaran Penyakit (Center for Diseases Control and Prevention), bahwa
setiap tahun terjadi 50-100 juta kasus DBD diseluruh dunia. Sedangkan di Indonesia,
penyakit DBD pertama kali ditemukan di Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968 kemudian
menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia. Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah
Dengue terbesar pertama kali yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 dengan Inciden Rate
(IR) sebesar 35,19/100.00 penduduk, dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2%.

Sejak pertama kali ditemukannya kasus DBD di Indonesia pada tahun 1968,
penyebaran penyakit ini dengan cepat terj adi ke berbagai daerah. Insiden rate pada tahun
2013 sebesar 41,25 per 100.000 penduduk, tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 35,8
per 100.000 penduduk, pada tahun 2015 sebesar 49,5 per 100.000 penduduk, dan pada tahun
2016 mengalami peningkatan menjadi 77,96 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2016
propinsi dengan jumlah kasus tertinggi DBD adalah Propinsi Jawa Barat, dengan jumlah
kasus 36.631 dan jumlah yang meninggal sebanyak 270 kasus.

B. Rumusan masalah

4
1. Apa definisi dari DBD?
2. Bagaimana Epidemilogi Penyakit Menular Bersumber Vektor
Berdasarkan Orang Tempat dan waktu?
3. Bagaimana Riwayat Alamiah Penyakit DBD?
4. Bagaimana Rantai Penularan Penyakit DBD?
5. Bagaimana Upaya Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit DBD?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari DBD.
2. Untuk mengetahui Epidemilogi Penyakit Menular Bersumber Vektor DBD
Berdasarkan Orang Tempat dan waktu.
3. Untuk mengetahui Riwayat Alamiah Penyakit DBD.
4. Untuk mengetahui Rantai Penularan Penyakit DBD.
5. Untuk mengetahui Upaya Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit DBD.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi DBD

5
Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan
oleh virus dengue. Menurut World Health (WHO), Demam Berdarah Dengue adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat
tipe virus dengue. Gejala yang muncul seperti demam mendadak, sakit kepala. Nyeri
belakang bola mata, mual dan manifestasi perdarahan seperti mimisan, atau gusi berdarah
serta adanya kemerahan dibagian permukaan tubuh pada penderita ( Kementrian Kesehatan
RI, 2017).

Ramdhan Tosepu 2016 mengatakan Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
demam akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebarang geografis yang mirip
dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus dari genus
Flavivirus, famili Flafifiridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi
silang dan wabah yang disebabkan oleh beberapa serotipe (hiperendemistas) dapat terjadi.
Demam berdarah disebarkan pada kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti (Tosepu,
2016).

Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty, yang ditandai dengan demam
mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lelah dan lesu, serta nyeri ulu
hati disertai pendarahan dibawah kulit berupa bintik pendarahan (petechiae), lebam
(echymsis) atau ruam (purpura). Kadan kadang ada epistaksis, muntah darah, kesadaran
menurun, atau rejatan (shock) (Amiruddin, 2012).

1.2 Epidemilogi Penyakit Menular Bersumber Vektor Berdasarkan Orang Tempat dan
waktu

1) Epidemiologi penyakit menular bersumber vektor berdasarkan orang


Faktor orang atau person adalah karakteristik dari individu yang
mempengaruhi keterpaparan atau kepekaan mereka terhadap penyakit. Orang yang
karakteristiaknya mudah terpapar atau peka terhadap penyakit akan mudah terkena
sakit. Karakteristik orang bisa berupa faktor genetik, umur, jenis kelamin,pekerjaan,
kebiasaan dan status sosial ekonomi. Seorang individu yang mempunyai faktor
genetik pembawa penyakit akan mudah terpapar faktor genetic tersebut dan peka
untuk sakit. Perbedaan berdasarkan umur, terdapat kemungkinan dalam mendapat

6
keterpaparan berdasarkan perjalanan hidup. Demikian pula dengan karakteristik lain
yang akan membedakan dalam kemungkinan mendapat keterpaparan.
2) Epidemiologi penyakit menular bersumber vektor berdasarkan tempat
Faktor tempat berkaitan dengan karakteristik geografis. Informasi ini dapat
batas alamiah seperti sungai, gunung,atau bisa dengan batas administrasi dan histori.
Perbedaan distribusi menurut tempat ini memberikan petunjuk pola perbedaan
penyakit yang dapat menjadi pegangan dalam mencari faktor-faktor lain yang belum
diketahui.
3) Epidemiologi penyakit menular bersumber vektor berdasarkan waktu
Waktu kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam, hari, bulan, atau tahun.
Informasi ini bisa dijadikan pedoman tentang kejadian yang timbul dalam masyarakat.

1.3 Riwayat Alamiah Penyakit DBD

Proses penyakit Demam Berdarah dengue dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti dan
Aedes Albopictus sebagai vektor /pembawa ketubuh manusia melalui gigitan. Infeksi yang
pertama kali dapat menimbulkan gejala demam dengue saja. Apabila orang tersebut
mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi
yang berbeda atau disebut Demam Berdarah Dengue (DBD). Virus dengue berkembang di
limpa manusia lalu menyebar keseluruh jaringan tubuh terutama kesistem kulit melalui
peredaran darah. Akibat virus ini, tubuh membentuk antibodi untuk melawan virus dengue
dengan cara mengaktifkan anafilatoksin c3a dan c5a, yang menimbulkan efek meningkatnya
daya tahan permeabilitas dinding pembuluh darah. Hal inilah yang menimbulkan bintik bintik
merah pada kulit.

Menurut WHO(13),1986, diagnosis DBD dapat ditegakkan apabila :

 Suhu badan yang tiba tiba meninggi


 Demam yang berlangsung beberapa hari
 Kurva demam menyerupai pelana kuda, saat suhu tubuh mencapai puncaknya (>38
derajat C) lalu turun secara perlahan lahan.
 Nyeri tekan terutama di otot otot dan persendian.
 Adanya bintik bintik merah pada kulit
 Leukopenia /sel darah merah yang kurang dari normal.

7
Masa inkubasi selama 3-15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, pada
umumnya 5-8 hari. Permulaan penyakit biasanya mendadak. Gejalanya meliputi nyeri kepala,
nyeri bagian tubuh, anoreksi, menggigil dan malaise. Pada umumnya ditemukan sindrom
trias, yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan dan timbulnya ruam. Ruam timbul 5-12
jam sebelum naiknya suhu pertama kali. Ruam mula-mula dilihat di dada tubuh serta
abdomen dan menyebar ke anggota gerak dan muka.

Pada beberapa penderita dapat dilihat kurve yang menyerupai pelana kuda tetapi pada
penelitian selanjutnya tidak ditemukan pada semua penderita sehingga tidak dapat dianggap
patognomonik.

Who (1975) membagi derajat penyakit DHF dalam 4 derajat:

 Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
ialah uji tornikuet positif.
 Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
 Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi
menurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab,
dan penderita menjadi gelisah.
 Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah yang
tidak dapat di ukur.

1.4 Rantai Penularan Penyakit DBD

Cara penularan virus dengue yaitu virus masuk ketubuh manusia melaui gigitan
nyamuk selanjutnya beredar dalam sirkulasi darah selama priode sampai timbul gejala
demam. Priode ini dimana virus beredar didalam sirkulasi darah manusia disebut fase
viremia. Apabila nyamuk yang belum terinfeksi menghisap darah manusia dalam fase
viremia maka virus akan masuk kedalam tubuh nyamuk dan berkembang biak selama priode
8-10 hari sebelum virus siap di transmisikan kepada manusia lain. Rentang waktu yang
diperlukan untuk inkubasi ekstrinstik tergantung pada kondisi lingkungan terutama
temperatur sekitar. Siklus penularan virus dengue dari manusia – nyamuk – manusia dan
seterusnya (Ecological of Dengue Infection) (Eka, 2009).

Cara penularan penyakit ini adalah melalui perantara nyamuk yang sebelumnya sudah
menggigit orang yang terinfeksi dengue.

8
1.5 Upaya Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit DBD

Upaya pencegahan yang penting di antaranya :

1. Mencegah nyamuk berkembang biak. Upayakan memberantas jentik;

Pemerintah Indonesia melalui Dinas Kesehatan telah mensosialisasikan kepada


masyarakat tentang upaya pengendalian vektor DBD yang dapat dilakukan secara mandiri
oleh masyarakat di rumah. Program tersebut dikenal dengan sebutan Pemberantasan Sarang
Nyamuk dengan Menutup, Menguras dan Mendaur ulang Plus (PSN 3M Plus). PSN 3M Plus
memberikan penjelasan tentang perilaku menghilangkan sarang nyamuk vektor DBD dan
langkah untuk mengurangi kontak atau gigitan nyamuk Aedes. PNS 3M Plus merupakan
salah satu contoh perilaku hidup sehat kerena berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit
dengan memutus mata rantai penularan DBD (Priesley, dkk, 2018).

Laksanakan program 3 M Plus dengan rutin yakni;

1. Menguras wadah-wadah penampungan air seperti bak mandi, akurium, kolam dan lain-
lain.

2. Menutup tempat-tempat penampungan air di rumah tangga.

3. Mengubur benda-benda yang tak berguna yang dapat digenangi air, seperti kaleng,
tempurung kelapa, plastic, dll. Bunuh jentik nyamuk, misalnya dengan pemberian bubuk
abate (Suryandono, 2009).

Kegiatan 3M Plus yang merupakan dari PSN dipercaya efektif untuk penanggulangan
DBD. Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan melalui mangemen lingkungan seperti
pengendalian biologis, pengendalian kimiawi dengan dukungan peran serta masyarakat
secara aktif, pemberantasan sarang nyamuk merupakan tindakan yang paling efektif dalam
pemberantasan DBD (Ernawati, dkk, 2018).

2. Menanggulangi sarang nyamuk;

Jangan dibiarkan nyamuk bersarang dalam rumah kita. Bila perlu dibunuh dengan anti
nyamuk malathion. Menanggulangi sarang nyamuk di lingkungan dengan mewujudkan

9
kebersihan lingkungan. Sebaiknya dalam interval tertentu dilaksanakan fogging dengan
malathion, apalagi bila terjangkit wabah.

3. Menjaga diri jangan sampai digigit nyamuk;

Tidur pakai kelambu mungkin masih perlu, terutama untuk anak balita. Juga dapat
dipertimbangkan memakai anti nyamuk oles di kulit.

4. Perawatan Penderita

Penderita dirawat dengan baik dan jangan sampai menjadi sumber penular untuk
orang lain (tidak dilindungi dari gigtan nyamuk) (Wulandari, 2016).

Selain kegiatan 3M Plus, pencegahan biologis yang dapat dilakukan oleh masyarakat
adalah dengan menggunakan ikan pemangsa jentik (ikan cupang atau ikan adu). Upaya
pencegahan DBD juga dilakukan oleh petugas kesehatan dengan cara penyuluhan dan
pemantauan jentik berkala setiap 3 bulan sekali di rumah dan tempat umum. Kegiatan
pengasapan (fogging) hanya akan membunuh sebagian nyamuk dewasa Aedes aegypti.
Selama jentik yang ada di tempat perindukan tidak diberantas setiap hari maka akan muncul
nyamuk-nyamuk baru yang menetas dan penularan akan terus terjadi. Cara pencegahan yang
paling efektif adalah dengan mengkombinasikan beberapa cara yang telah disebutkan

Menurut WHO, upaya pengendalian vektor harus mendorong penanganan sampah


yang efektif dan memperhatikan lingkungan dengan meningkatkan aturan dasar “mengurangi,
menggunakan ulang, dan daur ulang.” Ban bekas adalah bentuk lain dari sampah padat yang
sangat penting untuk pengendalian Aedes aegypti perkotaan. Ban bekas ini harus didaur
ulang atau dibuang dengan pembakaran yang tepat dalam fasilitas transformasi sampah
(misalnya alat pembakar, tumbuhan penghasil energi).

Pengendalian vector adalah upaya menurunkan factor riisiko penularan oleh vector
dengan meminimalkan habitat perkembangbiakan vector, menurunkan kepadatan dan umur
vector, mengurangi kontak antara vector dengan manusia serta memutus rantai penularan
penyakit.

Teknik pengendalian vector DBD bersifat spesifik local, dengan mempertimbangkan


factor-faktor lingkungan fisik (cuaca/iklim, permukiman, habitat perkembangbiakan);
lingkungan sosial-budaya (pengetahuan sikap dan perilaku) dan aspek vector.

10
Pada dasarnya metode pengendalian vektor DBD yang paling efektif adalah dengan
melibatkan peran serta masyarakat (PSM). Sehingga berbagai teknik pengendalian vektor
cara lain merupakan upaya pelengkap untuk secara cepat memutus rantai penularan.

Berbagai teknik pengendalian vektor (PV) DBD, yaitu :

• Fisik

A. Pengendalian terhadap nyamuk dewasa Aedes Aegypti.

1. Tidak menggantung baju secara bertumpuk dalam rumah

2. Pasang kawat kasa di ventilasi rumah

3. Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar

B. Pengendalian terhadap jentik nyamuk Aedes Aegypti

1. Ganti air dalam vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lainnya seminggu sekali

2. Tidur menggunakan kelambu

• Kimia

A. Pengendalian terhadap nyamuk dewasa Aedes Aegypti.

Pengendalian vektor secara kimiawi dengan menggunakan insektisida merupakan


salah satu teknik pengendalian yang lebih populer di masyarakat dibanding dengan cara
pengendalian lain. sasaran insektisida adalah stadium dewasa dan pra dewasa. karena
insektisida adalah racun, maka penggunaannya harus mempertimbangkan dampak terhadap
lingkungan dan organisme bukan sasaran termasuk mamalia. disamping itu penentuan jenis
insektisida, dosis dan metode aplikasi merupakan syarat yang penting untuk dipahami dalam
kebijakan pengendalian vektor. aplikasi insektisida yang berulang disatuan ekosistem akan
menimbulkan terjadinya resistensi serangga sasaran.
Golongan insektisida kimiawi untuk pengendalian DBD adalah :
 sasaran dewasa (nyamuk) adalah : Organophospat (Malathion, methyl pirimiphos),
Pyrethroid (Cypermethrine, lamda-cyhalotrine, cyflutrinePermethrine & S-
Bioalethrine). Yang ditujukan untuk stadium dewasa yangdiaplikasikan dengan cara
pengabutan panas/Fogging dan pengabutan dingin/ULV
 Sasaran pra dewasa (jentik) : Organophospat (Temephos).

11
Selain menggunakan insektisida sebagai bahan fooging bisa juga dengan :
1. Penggunaan obat nyamuk untuk menegah gigitan nyamuk
2. Penggunaan lotion anti nyamuk
B. Pengendalian terhadap jentik nyamuk Aedes Aegypti

 Larvasida
Larvasidasi terutama dilakukan di daerah yang banyak menampung air/susah air dan
pada penampungan air terbuka yang susah dikuras/dibersihkan.
Manfaat kegiatan Larvasidasi adalah memberantas jentik-jentik nyamuk demam
berdarah dengan menggunakan bubuk abate terutama di daerah yg banyak
menampung air/susah air dan pada penampungan air terbuka yang susah
dikuras/dibersihkan.

• Biologi

Pengendalian vektor biologi menggunakan agent biologi seperti predator atau


pemangsa, parasit, bakteri sebagai musuh alami stadium pra dewasa vektor DBD. Jenis
predator yang digunakan adalah ikan pemakn jenti (cupang, tampalo, gabus, guppy, dll),
sedangkan larva Capung, Toxorrhyncites, Mesocyclops dapat juga berperan sebagai predator
walau bukan sbagai metode yang lazim untuk pengendalianvektor DBD.
Jenis pengendalian vektor biologi :
 Parasit : Romanomermes iyengeri
 Bakteri : Baccilus thuringiensis israelensis
Golongan insektisida biologi untukpengendalian DBD (Insect Growth Regulator/IGR
dan Baccilus thuringiensis israelensis/BTI), ditujukan untuk stadium pra dewasa yang
diaplikasikan kedalam habitat perkembangbiakan vektor.
Insect Growth Regulators (IGRs) mampu menghalangi pertumbuhannyamuk di masa
pra dewasa dengan cara merintangi/menghambat proses chitinsynthesis selama masa jentik
berganti kulit atau mengacaukan proses perubahan pupae dan nyamuk dewasa. IGRs
memiliki tingkat racun yang sangat rendah terhadap mamalia (nilai LD50 untuk keracunan
akut pada methoprene adalah 34.600 mg/kg ).
Bacillus thruringiensis (BTi) sebagai pembunuh jentik nyamuk/larvasidayang tidak
menggangu lingkungan. BTi terbukti aman bagi manusia bila digunakan dalam air minum

12
pada dosis normal. Keunggulan BTi adalah menghancurkan jentik nyamuk tanpa menyerang
predator entomophagus dan spesies lain. Formula BTi cenderung secara cepat mengendap di
dasar wadah, karena itu dianjurkan pemakaian yang berulang kali. Racunnya tidak tahan sinar
dan rusak oleh sinar matahari

• Manajemen lingkungan

Lingkungan fisik seperti tipe pemukiman, sarana-prasarana penyediaanair, vegetasi


dan musim sangat berpengaruh terhadap tersedianya habitatperkembangbiakan dan
pertumbuhan vektor DBD. Nyamuk Aedes aegyptisebagai nyamuk pemukiman mempunyai
habitat utama di kontainer buatan yangberada di daerah pemukiman. Manajemen lingkungan
adalah upaya pengelolaanlingkungan sehingga tidak kondusif sebagai habitat
perkembangbiakan ataudikenal sebagai source reduction seperti 3M plus (menguras, menutup
danmemanfaatkan barang bekas, dan plus: menyemprot, memelihara ikan predator,menabur
larvasida dll); dan menghambat pertumbuhan vektor (menjaga kebersihanlingkungan rumah,
mengurangi tempat-tempat yang gelap dan lembab di lingkunganrumah dll).

• Pemberantasan Sarang Nyamuk/PSN

Pengendalian Vektor DBD yang paling efisien dan efektif adalah dengan memutus
rantai penularan melalui pemberantasan jentik. Pelaksanaannya di masyarakat dilakukan
melalui upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dalam
bentuk kegiatan 3 M plus. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, kegiatan 3 M Plus ini
harus dilakukan secara luas/serempak dan terus menerus/berkesinambungan. Tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku yang sangat beragam sering menghambat suksesnya gerakan
ini. Untuk itu sosialisasi kepada masyarakat/ individu untuk melakukan kegiatan ini secara
rutin serta penguatan peran tokoh masyarakat untuk mau secara terus menerus menggerakkan
masyarakat harus dilakukan melalui kegiatan promosi kesehatan, penyuluhan di media masa,
serta rewardbagi yang berhasil melaksanakannya.

• Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated Vector Management/IVM)

Pengendalian vektor terpadu atau dikenal sebagai Integrated VectorManagement (IVM)


adalah pengendalian vektor yang dilakukan denganmenggunakan kombinasi beberapa metode
pengendalian vektor, berdasarkanpertimbangan keamanan, rasionalitas dan efektivitas
pelaksanaannya sertakesinambungannya.

13
Keunggulan Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) adalah (a) dapatmeningkatkan efektifitas
serta efisiensi berbagai metode/cara pengendalian, (b) dapat meningkatkan program
pengendalian terhadap lebih dari satu penyakit tularvektor, (c) melalui kerjasama lintas sektor
hasil yang dicapai lebih optimal dan saling menguntungkan.

Pedoman PVT diharapkan menjadi kerangka kerja dan pedoman bagipenentu kebijakan serta
pengelola program pengendalian penyakit tular vektor di Indonesia. Pedoman ini disusun
sebagai acuan dalam pelaksanaan PVT bagi para pengambil keputusan tingkat Pusat
,Propinsi, Kabupaten/kota dan sektor terkait.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

14
Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan
oleh virus dengue. Menurut World Health (WHO), Demam Berdarah Dengue adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat
tipe virus dengue.

Ramdhan Tosepu 2016 mengatakan Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
demam akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebarang geografis yang mirip
dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus dari genus
Flavivirus, famili Flafifiridae.

Proses penyakit Demam Berdarah dengue dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti dan
Aedes Albopictus sebagai vektor /pembawa ketubuh manusia melalui gigitan. Infeksi yang
pertama kali dapat menimbulkan gejala demam dengue saja. Apabila orang tersebut
mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi
yang berbeda atau disebut Demam Berdarah Dengue (DBD).

DAFTAR PUSTAKA

Ningtyas, Nurma Retno. 2020. Analisis Spasial Penderita DBD Pada Daerah Endemik
Diwilayah Utara Kota Bndar Lampung.

15
Sunarya, Adik.2019. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam
Berdarah Dengue (Dbd) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan
Perjuangan Kota Medan.

Palupi, Retno Weike.2017. Perilaku Masyarakat Dan Hubungannya Dengan Kejadian


Demam Berdarah Dengue (Dbd) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya.

Aini,Dina Arfa.2016. Makalah Epidemiologi “Demam Berdarah Dengue” Sumatera Utara


Medan.

Dr. Irwan SKM.M.Kes.2017. Epidemiologi Penyakit Menular CV. ABSOLUTE MEDIA


Krapyak Kulon RT 03 No. 100, Panggungharjo Sewon Bantul Yogyakarta.

Mulya,Wildan Afta.2019. Pengukuran House Index (Hi), Container Index (Ci), Breteau Index
(Bi), Aedes Sp. Sebagai Upaya Penentuan Resiko Penularan Penyakit Dbd Di Universitas
Lampung.

16

Anda mungkin juga menyukai