Anda di halaman 1dari 21

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Munakahat


Dosen pengampu: Achmad Wildan Suyuti,M.Pd.I

Disusun oleh :
1. Febri Juansyah (23010170240)
2. Ana Esmafidah (23010190268)

KELAS 5L
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Alhamdulillahhirobbil’alamin dengan mengucap puji syukur kehadirat
Allah SWT, atas segala rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Shalawat seta salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Ilmu Munakahat jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri
Salatiga Bapak Achmad Wildan Suyuti,M.Pd.I. yang telah membimbing dalam
proses pembelajaran. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
mahasiswa yang telah memberikan konstribusi baik langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini.
Harapannya melalui makalah ini mampu memberikan ilmu pengetahuan
mengenai pandangan Islam seputar Hak dan Kewajiban Suami Istri Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan agar terciptanya
pendekatan kepada taraf yang sempurna. Semoga apa yang tersajikan dalam
makalah ini berguna bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum wr.wb

Salatiga, 21 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR…........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN…..................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. ....................................................................................................................2
B. ....................................................................................................................2
C. ....................................................................................................................3
BAB III PENUTUP................................................................................................7
A. Simpulan...................................................................................................7
B. Saran..........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA….........................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT menciptakan seluruh makhluk berpasang-pasangan tanpa
kecuali, sekecil apapun ciptaan Allah SWT pasti mempunyai pasangannya
masing-masing tidak terkecuali manusia. Sebagai makluk Allah SWT yang paling
sempurna dan juga sebagai khalifah di muka Bumi, manusia mempunya tanggung
jawab mematuhi ketentuan-ketentuan yang Allah SWT. telah tetapkan baik
melalui Firman-Nya maupun memalui Sabda Rasul-Nya. Salah satu ketentuan-
Nya adalah tentang pernikahan dan tanggung jawab yang timbul akibat adanya
pernikahan tersebut.
Setiap manusia pasti punya keinginan untuk menikah dan membangun
rumah tangga yang harmonis karena menikah merupakan salah satu sunnatullah.
Namun banyak sekali rumah tangga yang tidak bahagia disebabkan kurangnya
pengetahuan pasangan suami istri tentang bagaimana membentuk suatu rumah
tangga yang sakinah mawadah dan rahmah sesuai petunjuk Al-Qur’an.
Menikah bukan hanya bertujuan untuk meneruskan keturunan, namun
seyogyanya menikah merupakan ikatan sah dari dua insan berbeda, dua karakter
yang berbeda, dua pikiran yang berbeda, dan dua sifat yang berbeda yang
kemudian disatukan dalam bahtera rumah tangga sebagai suami isteri. Penyatuan
tersebut tentu akan menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya, sehingga
Allah SWT sebagai Sang Maha Pencipta dalam Firmannya telah memberikan
aturan-aturan bagi manusia, agar manusia menyadari akan hak dan kewajibannya
sebagai suami istri sehingga pada akhirnya dapat mengantarkan rumah tangganya
sebagai suatu lingkungan yang harmonis sebagaimana nilai-nilai yang terkandung
dalam Al-Qur’an.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan islam seputar hak dan kewajiban suami istri?
2. Apa saja hak dan kewajiban seorang suami dan istri dalam rumh tangga ?
3. Apa saja hak dan kewajiban seorang istri dalan undang - undang ?
B. Tujuan
1. mengetahui Bagaimana pandangan islam seputar hak dan kewajiban suami
istri
2. Supaya memahami saja hak dan kewajiban seorang suami istri dalam rumah
tangga
3. Supaya memahami saja hak dan kewajiban seorang suami istri dalam undang –
undang
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian hak dan kewajiban suami istri


Perkawinan adalah perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk
menempuh kehidupan rumah tangga. Sejak mengadakan perjanjian
melalui akad, kedua belah pihak telah terikat dan sejak itulah mereka
mempunyai kewajiban dan hak, yang tidak mereka miliki sebelumnya1
Peran dan fungsi antara suami dan istri ini dikonstruksikan dalam
bentuk hak dan kewajiban yang melekat pada diri kedua belah pihak. Hak
adalah yang sesuatu yang melekat dan mesti diterima atau dimiliki oleh
seseorang, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus diberikan dan
dipenuhi oleh seseorang kepada orang lain. Rumusan dari hak dan
kewajiban inilah yang kemudian akan dijadikan barometer untuk menilai
apakah suami dan istri sudah menjalankan fungsi dan perannya secara
benar.2
Sedangkan Yang dimaksud dengan hak di sini adalah apa-apa yang
diterima oleh seseorang dari orang lain, dan kewajiban adalah apa yang
mesti dilakukan seseorang terhadap orang lain. Kewajiban timbul karena
hak yang melekat pada subyek hukum. Karena Sesudah pernikahan
dilangsungkan, kedua belah pihak suami istri harus memahami hak dan
kewajiban masing-masing. Hak bagi istri menjadi kewajiban bagi suami.
Begitu pula, kewajiban suami menjadi hak bagi istri. Seperti yang
terkandung Dalam Al-Quran dinyatakan oleh Allah SWT:

1
Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat 2, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2010), 11.
2
Hamim Ilyas, Perempuan Tertindas: Kajian Hadis-hadis “Misoginis”, (Yogyakarta:
elSAQ Press & PSW, 2003), hlm. 122
Artinya: “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru'. Dan tidak boleh mereka
Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika
mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-
suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika
mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan Para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang ma'ruf. Akan tetapi Para suami, mempunyai satu
tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al-Baqarah: 228)3
Dari definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa kewajiban
adalah segala perbuatan yang harus dilaksanakan oleh individu atau
kelompok sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. Jadi Dalam membangun
rumah tangga suami istri harus sama-sama menjalankan
tanggungjawabnya masing-masing agar terwujud ketentraman dan
ketenangan hati sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup berumah
tangga. Hak dan kewajiban suami istri adalah hak istri yang merupakan
kewajiban suami dan sebaliknya kewajiban suami yang menjadi hak istri.
B. Kewajiban Suami
Kewajiban suami adalah Hak istri atas suami yang terdiri dari dua
macam. Pertama, hak finansial, yaitu mahar dan nafkah. Kedua hak
nonfinansial, seperti hak untuk diperlakukan secara adil (apabila sang
suami menikahi perempuan lebih dari satu orang) dan hak untuk tidak
disengsarakan.
1. Mahar

3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta: Sari Agung, 2002), 64.
Mahar adalah bentuk pemeliharaan dan penghormatan Islam
kepada perempuan adalah dengan memberikan hak kepadanya untuk
memilikinya. Bahwa Hak-hak yang harus diterima oleh istri, pada
hakikatnya, merupakan upaya Islam untuk mengangkat harkat dan
martabat kaum perempuan pada umumnya. Dengan itu mahar adalah
Salah satu upaya mengangkat harkat dan martabat perempuan adalah
pengakuan terhadapa segala sesuatu yang menjadi hak-haknya.
Sebagaimana dalam perkawinan bahwa hak yang pertama ditetapkan
oleh Islam adalah hak perempuan menerima mahar.
Mahar dalam bahasa Arab shadaq. Asalnya isim masdar dari
kata asdaqa, masdarnya ishdaq diambil dari kata shidqin (benar).
Dinamakan shadaq memberikan arti benar-benar cinta nikah dan inilah
yang pokok dalam kewajiban mahar atau maskawin. Pengertian mahar
menurut syara’ adalah sesuatu yang wajib sebab nikah atau bercampur
atau keluputan yang dilakukan secara paksa seperti menyusui dan ralat
para saksi. Pemberian mahar dari suami kepada isteri adalah termasuk
keadilan dan keagungan hukum Islam. Sebagaimana firman Allah
Swt., dalam surat An-Nisa’ ayat 4:
َ ‫ ٰاتُوا النِّ َسآ َء‬ ‫َو‬
‫ َّم ِر ْٓیــٴًـا‬ ‫هَنِ ْٓیــٴًـا‬ ُ‫ َش ْی ٍء ِّم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُوْ ه‬ ‫ع َْن‬ ‫فَا ِ ْن ِط ْبنَ لَ ُك ْم‬-ًؕ‫صد ُٰقتِ ِه َّن نِحْ لَة‬

Artinya: “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita


(yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh
kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada
kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka
makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang
sedap lagi baik akibatnya”. (QS. An-Nisa’: 4)4
Ayat tersebut ditunjukkan pada suami sebagaimana yang
dikatakan oleh Ibnu Abas, Qatadah, Ibnu Zaid, dan Ibnu Juraij.
Perintah pada ayat ini wajib dilaksanakan karena tidak ada bukti
(qarinah) yang memalingkan dari makna tersebut. Mahar wajib

4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia…, 141
atas suami terhadap isteri. Sedangkan untuk kadar atau ukuran
mahar para Fuqaha’ sepakat bahwa mahar tidak memiliki ukuran
batas yang harus dilakukan dan tidak noleh melebihinya.
2. Nafkah
Maksud dari nafkah dalam hal ini adalah penyediaan kebutuhan
isteri, seperti pakaian, makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya
yang menjadi kebutuhan isteri. Nafkah hanya diwajibkan atas suami,
karena tuntutan akad nikah dan karena keberlangsungan bersenang-
senang sebagaimana istri wajib taat kepada suami, selalu
menyertainya, mengatur rumah tangga, dan mendidik anak-anaknya. Ia
tertahan untuk melaksanakan haknya, Setiap orang yang tertahan untuk
hak orang lain dan manfaatnya, maka nafkahnya untuk orang yang
menahan karenanya. Dalil diwajibkanya nafkah adalah firman Allah
berikut ini:
‫ َو َعلَى ْال َموْ لُــوْ ِد‬-َؕ‫َّض ـا َعة‬
َ ‫ض ْعنَ اَوْ اَل َده َُّن َحوْ لَی ِْن َكا ِملَ ْی ِن لِ َم ْن اَ َرا َد اَ ْن یُّتِ َّم الر‬ ُ ‫َو ْال َوالِ ٰد‬
ِ ْ‫ت یُر‬
ِ ْ‫لَهٗ ِر ْزقُه َُّن َو ِك ْس َوتُه َُّن بِ ْال َم ْعرُو‬
‫اَل تُ َكلَّفُ نَ ْفسٌ اِاَّل ُو ْس َعهَا‬-ؕ‫ف‬
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya
selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara
ma'ruf.” (QS. Al-Baqarah : 233)5
Ayat diatas mewajibkan nafkah secara sempurna bagi
wanita ber-iddah, lebih wajib lagi bagi istri yang tidak ditalak.
Maksud dari kata  ٗ‫ ْال َموْ لُوْ ِد لَه‬pada ayat di atas adalah ayah kandung si
anak. Artinya, ayah si anak diwajibkan memberi nafkah dan
pakaian untuk ibu dari anaknya dengan cara yang ma’ruf. Yang
ِ ْ‫ بِ ْال َم ْعرُو‬adalah menurut kebiasaan yang telah
dimaksud dengan  ‫ف‬
berlaku di masyarakat tanpa berlebih-lebihan, juga tidak terlalu di
bawah kepatutan, dan disesuaikan juga dengan kemampuan

5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia…, 67.
finansial ayahnya. Adapun syarat-syarat seorang istri agar
mendapatkan nafkah adalah sebagai berikut:
a. Akad pernikahan yang dilakukan adalah sah.
a. Istri menyerahkan dirinya kepada suami.
b. Istri memungkinkan suami untuk
menikmatinya.
c. Istri tidak menolak untuk berpindah ke
tempat manapun yang dikehendaki oleh
suami.
d. Keduanya meiliki kemampuan untuk
menikmati hubungan suami istri.
Apabila salah satu dari syarat-syarat itu tidak terpenuhi
maka nafkah tidak wajib untuk diberikan.
3. Menggauli istri secara baik.
Menggauli istri dengan baik dan adil merupakan salah satu
kewajiban suami terhadap istrinya. Sebagaimana Firman Allah dalam
Alquran surat an-Nisa ayat 19 yang berbunyi:
‫ْض َمـ ۤـا‬ِ ‫ لِتَـ ْـذهَبُوْ ا بِبَع‬ ‫ْضـلُوْ ه َُّن‬ ُ ‫ لَ ُك ْم اَ ْن ت َِرثُوا النِّ َسـآ َء كَرْ هًــاؕ َواَل تَع‬  ُّ‫ٰۤیاَیُّهَا الَّ ِذ ْینَ ٰا َمنُوْ ا اَل یَ ِحل‬
‫فَـا ِ ْن َك ِر ْهتُ ُمــوْ ه َُّن فَ َع ٰۤسـى اَ ْن‬-‫ف‬ ِ ‫ٰاتَ ْیتُ ُموْ ه َُّن اِاَّل ۤ اَ ْن یَّاْتِ ْینَ بِفَا ِح َش ٍة ُّمبَیِّنَ ۚـ ٍة َوع‬
ْ ‫َاشـرُوْ ه َُّن بِـ‬
ِ ۚ ْ‫ـال َم ْعرُو‬
‫تَ ْك َرهُوْ ا َشیْــٴًـا َّویَجْ َع َل هّٰللا ُ فِ ْی ِه َخ ْیرًا َكثِ ْی ًر‬
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi
kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan
janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu
berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan
pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka
secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka,
(maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak.”
ْ ‫ َوعَا ِشرُوْ ه َُّن بِـ‬adalah ditujukan kepada
ِ ْ‫ـال َم ْعرُو‬
Maksud dari kata ‫ف‬
suami-suami agar berbicara dengan baik terhadap para istri dan
bersikap dengan baik dalam perbuatan dan penampilan. Sebagaimana
suami juga menyukai hal tersebut dari istrinya, maka hendaklah suami
melakukan hal yang sama. Sebagaimana hadist dari riwayat ‘A’isyah
ra., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah
yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang
paling baik terhadap keluargaku”. Dan di antara akhlak Rasulullah
saw. adalah memperlakukan keluarganya dengan baik, selalu
bergembira bermain dengan keluarga, bermuka manis, bersikap lemah
lembut, memberi kelapangan dalam hal nafkah, dan bersenda gurau
bersama istri-istrinya.6
4. Menjaga istri dari dosa
Sudah menjadi kewajiban seorang kepala rumah tangga untuk
memberikan pendidikan agama kepada istri dan anak-anaknya agar
taat kepada Allah dan RasulNya. Dengan ilmu agama seseorang
mampu membedakan baik dan buruknya prilaku dan dapat menjaga
diri dari berbuat dosa. Selain ilmu agama, seorang suami juga wajib
memberikan nasehat atau teguran ketika istrinya khilaf atau lupa atau
meninggalkan kewajiban dengan kata-kata bijak yang tidak melukai
hati sang istri, sebagaimana Firman Allah SWT. surah At-Tahrim ayat
6 berikut :
ٌ‫ٰۤیاَیُّهَا الَّ ِذ ْینَ ٰا َمنُوْ ا قُ ۤوْ ا اَ ْنفُ َس ُك ْم َو اَ ْهلِ ْی ُك ْم نَارًا َّو قُوْ ُدهَــا النَّاسُ َو ْال ِح َجـ ا َرةُ َعلَ ْیهَــا َم ٰلٓ ٕى َكـ ةٌ ِغاَل ظ‬
َ‫ِشدَا ٌد اَّل یَ ْعصُوْ نَ هّٰللا َ َم ۤا اَ َم َرهُ ْم َو یَ ْف َعلُوْ نَ َما ی ُْؤ َمرُوْ ن‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah

6
Shalah ‘Abdul Fattah Al-Khalidi, Mudah Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2: Shahih, Sistematis,
Lengkap, terj. Engkos Kosasih, et al., cet. kedua (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2017), 248.
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
5. Memberikan cinta dan kasih sayang kepada istri
Sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat Ar Rum ayat 21
di atas pada kalimat ًؕ‫ َو َج َع َل بَ ْینَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمة‬dapat juga dimaknai bahwa
seorang suami wajib memberikan cinta dan kasih sayang kepada
istrinya yang terwujud dalam perlakuan dan perkataan yang mampu
membuat rasa tenang dan nyaman bagi istri dalam menjalankan
fungsinya sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga. Adapun bentuk
perlakuan tersebut bisa berupa perhatian, ketulusan, keromantisan,
kemesraan, rayuan, senda gurau, dan seterusnya.
Dalam memberikan cinta dan kasih sayang bukanlah atas
dasar besar kecilnya rasa cinta kita kepada istri, akan tetapi hal
tersebut merupakan perintah Allah SWT. agar suami istri saling
mencinta dan berkasih sayang sebagai wujud kepatuhan kepada
Allah SWT. Jika memberikan cinta dan kasih sayang antara suami
istri sudah disandarkan pada perintah Allah SWT. maka as-
sakiinah (ketentraman) dalam rumah tangga akan mudah kita raih.
C. Kewajiban Suami Dalam UU
Dalam Kompilasi Hukum Islam, kewajiban suami terhadap istri
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
Pasal 80
1. Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya,
akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-
penting diputuskan oleh suami istri bersama.
2. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan
member kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan
bermanfaat bagi agama, dan bangsa.
4. Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung:
a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri.
b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya
pengobatan bagi istri dan anak.
c. Biaya pendidikan bagi anak.
5. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4)
huruf a dan b di atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna
dari istri.
6. Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap
dirinya sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
7. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (2) gugur apabila
istri nusyuz.
Pasal 81 Tentang Tempat Kediaman
1. Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-
anaknya, atau bekas istri yang masih dalam iddah.
2. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri
selama dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah
wafat.
3. Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anak-
anaknya dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman
dan tentram. Tempat kediaman juga berfungsi sebagai harta
kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah
tangga.
4. Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan
kemampuannya serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan
tempat tinggalnya, baik berupa alat perlengkapan rumah tangga
maupun sarana penujang lainnya.
Pasal 82 Kewajiban Suami yang Beristri Lebih dari Seorang
1. Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban
member tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing
istri secara berimbang menurut besar kecilnya keluarga yang
ditanggung masing-masing istri, kecuali jika ada perjanjian
perkawinan.
2. Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan
istrinya dalam satu tempat kediaman.7
D. Kewajiban isteri terhadap suami
1. Taat Kepada Suami
Mentaati suami merupakan perintah Allah SWT. sebagaimana
yang tersirat dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 34 sebagai berikut:
-ؕ‫ْض َّو بِ َمـ ۤـا اَ ْنفَقُــوْ ا ِم ْن اَ ْمـ َوالِ ِه ْم‬ ٰ ‫اَل ِّرجـ ا ُل قَ ٰ ّومــوْ نَ َعلَى النِّس ـآء بمــا فَ َّ هّٰللا‬
ٍ ‫ْض ـهُ ْم عَلى بَع‬ َ ‫ض ـ َل ُ بَع‬ َِ ِ َ ُ َ
‫ َو ٰالّتِ ْی تَ َخـ افُوْ نَ نُ ُشـوْ َزه َُّن فَ ِعظُــوْ ه َُّن َو ا ْه ُجـ رُوْ ه َُّن‬-ُؕ ‫ظ هّٰللا‬ َ ِ‫ب بِ َما َحف‬ ٌ ‫ت ٰحفِ ٰظ‬
ِ ‫ت لِّ ْل َغ ْی‬ ٌ ‫ت ٰقنِ ٰت‬ ّ ٰ ‫فَال‬
ُ ‫صلِ ٰح‬
‫اِ َّن هّٰللا َ َكانَ َعلِیًّا َكبِ ْیرًا‬-ؕ ‫فَا ِ ْن اَطَ ْعنَ ُك ْم فَاَل تَ ْب ُغوْ ا َعلَ ْی ِه َّن َسبِ ْیاًل‬-‫ضا ِج ِع َو اضْ ِربُوْ ه ۚ َُّن‬ َ ‫فِی ْال َم‬
Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,
oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki)
atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka
wanita yang salehah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara
diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu,
maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Menurut Ibnu Abbas dalam tafsir Ibnu Katsir, yang dimaksud dari َ‫ا‬
‫ِّجـ ا ُل قَ ٰ ّو ُمــوْ نَ َعلَى النِّ َس ـآ ِء‬
َ ‫ لر‬adalah kaum laki-laki merupakan pemimpin bagi
kaum wanita. Artinya dalam rumah tangga seorang suami adalah kepala
rumah tangga yang harus didengar dan ditaati perintahnya, oleh karenaa
itu sudah seharusnya jika seorang Istri mentaati suaminya
memerintahkannya dalam kebaikan. Menurut Ibnu Abbas maksud kata ‫ت‬ٌ ‫ٰقنِ ٰت‬

7
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh
Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 162-163
adalah para istri yang taat kepada suami.8 Artinya wanita sholeh itu salah
satu tandanya adalah taat kepada suami selama perintahnya tidak
menyelisihi Allah dan Rasulnya.
2. Mengikuti Tempat Tinggal Suami
Setelah menikah biasanya yang jadi permasalahan suami istri
adalah tempat tinggal, karena kebiasaan orang Indonesia pada masa-masa
awal menikah suami istri masih ikut di rumah orang tua salah satu
pasangan lalu kemudian mencari tempat tinggal sendiri. Dalam hal ini
seorang istri harus mengikuti dimana suami bertempat tinggal, entah itu di
rumah orang tuanya atau di tempat kerjanya. Karena hal tersebut
merupakan kewajiban seorang istri untuk mengikuti dimana suami
bertempat tinggal, sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:
ُ ‫…اَ ْس ِكنُوْ ه َُّن ِم ْن َحی‬
‫ْث َس َك ْنتُ ْم ِّم ْن ُّوجْ ِد ُك ْم‬
Artinya “Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu
(suami) bertempat tinggal menurut kemampuan kamu,…”
(QS. Ath Thalaaq: 6)

3. Menjaga diri saat suami tak ada


Seorang wanita yang sudah menikah dan memulai rumah tangga
maka harus membatasi tamu-tamu yang datang ke rumah. Ketika ada tamu
lawan jenis maka yang harus dilakukan adalah tidak menerimanya masuk
ke dalam rumah kecuali jika ada suami yang menemani dan seizin suami.
Karena perkara yang dapat berpotensi mendatangkan fitnah haruslah
dihindari. Allah SWT berfirman, “Wanita shalihah adalah yang taat
kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada oleh karena
Allah telah memelihara mereka.” (QS. Annisa:34).
ٌ‫الص>لِ ٰحتُ ٰقنِ ٰتت‬ ‫اَلرجال قَوامونَ َعلَى النِّس ۤاء بما فَ هّٰللا‬
ّ ٰ َ‫>والِ ِه ْم ۗ ف‬ ٍ ‫ض> ُه ْم ع َٰلى بَ ْع‬
ْ >ُ‫ض َّوبِ َم>ٓا اَ ْنفَق‬
َ >‫>وا ِمنْ اَ ْم‬ َ ‫ض َل ُ بَ ْع‬ َّ َِ ِ َ ْ ُ َّ ُ َ ِّ
ْ‫اض ِربُ ْوه ُۚنَّ فَ>اِن‬ ٰ ‫ٰحف ٰظتٌ لِّ ْل َغيب بما حف َ هّٰللا‬
ْ ‫اج ِع َو‬ َ ‫ظ ُ ۗ َوالّتِ ْي ت ََخافُ ْونَ نُش ُْوزَ هُنَّ فَ ِعظُ ْوهُنَّ َواه ُْج ُر ْوهُنَّ فِى ا ْل َم‬
ِ ‫ض‬ ِ َ َِ ِ ْ ِ
‫هّٰللا‬
‫سبِ ْياًل ۗ اِنَّ َ َكانَ َعلِيًّا َكبِ ْي ًرا‬ َ َّ‫اَطَ ْعنَ ُك ْم فَاَل تَ ْب ُغ ْوا َعلَ ْي ِهن‬

Shalah ‘Abdul Fattah Al-Khalidi, Mudah Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2: Shahih, Sistematis,
8

Lengkap, terj. Engkos Kosasih, et al., (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2017),288.


"Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari
hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang
taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena
Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu
khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka,
tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu)
pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu
mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi,
Mahabesar." QS. An-Nisa'[4]:349
4. Memberikan ketenteraman pada suami
Istri wajib mencintai suaminya dengan sepenuh hati dan
mengabdikan dirinya untuk kegembiraan suaminya secara sukarela, dan
berusaha semaksimal mungkin agar suaminya selalu merasa tenteram dan
nyaman saat bersamanya. Kewajiban ini sesungguhnya merupakan
imbangan dari tanggungjawab suami terhadap keluarganya

Dan diantara tanda-tanda-Nya adalah Dia menciptakan untuk kamu


pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, supaya kamu tenang
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu mawaddah dan rahmat.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berpikir. (Q.S Ar-Rum : 21)10
Ayat di atas mencerminkan pembuktian kuasa Allah dengan
menciptakan seorang istri agar para suami merasakan ketenangan dan
ketenteraman dari mereka. Dan mereka harus mengetahui bahwa adanya
istri yang diciptakan untuk mereka adalah nikmat Allah yang sangat indah.
Secara alami bahwa jika seorang istri berbuat baik dalam melayani
9
Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliki dalam ‫ االسرة نظام فى االسالم اداب‬hlm. 52.
10
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 11..., hlm. 33
suaminya, ia akan memiliki indra tersendiri pada jiwa dan hati suami. Ia
adalah teman bersama dalam kehidupan pasangannya tersebut. Dan ia juga
tinggal bersamanya dengan jiwanya dan selalu mampu menenteramkan
hati pasangannya.
E. Kewajiban Isteri dalam UU
Pasal 83 KHI menjelaskan tentang kewajiban istri terhadap suaminya,
yaitu: Pasal 83
a. Kewajiban utama bagi seorang istri adalah berbakti lahir dan batin di
dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam.
b. Istri menyelanggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-
hari dengan sebaik-baiknya.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Al-Quran telah memberi
petunjuk kepada pasangan suami istri tentang bagaimana semestinya membina
rumah tangga agar dapat mendatangkan sakinah mawaddah  dan  rahmah  dalam
rumah tangga. Tentu caranya tidak lain adalah dengan menjalankan kewajiban
masing-masing sebagai suami istri.
Adapun kewajiban suami terhadap isteri yakni memberikan mahar kawin, nafkah
yang layak sesuai kemampuan, pakain dan Tempat Tinggal, menggauli istri secara
makruf (baik), menjaga istri dari dosa , memberikan cinta dan kasih sayang.
Selain suami, istri juga harus menjalankan kewajibannya terhadap suami, yakni
mentaati suami, mengikuti tempat tinggal suami, melayani kebutuhan biologis
suami kecuali ada halangan syar’i, menjaga diri saat suami tak ada, dan tidak
keluar rumah kecuali dengan izin suami
Keseimbangan hak dan kewajiban suami istri menurut hukum Islam ialah
adanya hak-hak berimbang dengan kewajibankewajibannya secara makruf (baik),
artinya memang diantara suami istri ini biasa saling memenuhi kewajibannya
masing masing secara baik, sehingga hak-hak mereka biasa di dapatkan secara
baik pula. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang harus didapatkan
seseorang dari orang lain dan harus melakukan sesuatu untuk orang lain, karena
memang keduanya harus berimbang sebagai salah satu kesetaraan yang
merupakan jalan yang harus ditempuh oleh suami istri sebagai pasangan yang
menginginkan hidup rukun dalam rumah tangga.
Keseimbangan hak dan kewajiban suami istri menurut hukum positif yaitu
hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam
kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. Dalam
pelaksanaan memenuhi kewajiban bagi suami atau istri, keduanya memiliki hak
yang berimbang, akan tetapi baik suami maupun istri memiliki tugas masing-
masing, yaitu suami sebagai kepala keluarga sedangkan ibu sebagai ibu rumah
tangga.
Perbedaan hak dan kewajiban suami istri menurut hukum Islam dan
hukum positif ialah hak dan kewajiban suami istri memiliki arti yang berbeda.
Hak diartikan sebagai kekuasaan untuk berbuat sesuatu, dan apa-apa yang
diterima oleh seseorang dari orang lain merupakan arti dari kata hak. Sedangkan
kewajiban ialah apa yang mesti dilakukan seseorang terhadap orang lain. Dari
pengertian dua kata tersebut dapat disimpulkan bahwa hak berarti sesuatu yang
didapatkan dari pekerjaan yang dilakukan, sedangkan kewajiban adalah pekerjaan
yang harus dilakukan. Adapun persamaan hak dan kewajiban suami istri yaitu
sama-sama menerima hak dari masing-masing pasangan suami-istri, bahwa
seorang istri mendapatkan hak dari suami dan suami mendapatkan hak dari istri,
dimana keduanya sudah melakukan kewajibannya sebagai sepasang suami istri
dalam ikatan pernikahan.
SARAN
1. Untuk masyarakat umum di Indonesia, bahwa melaksanakan hak dan kewajiban
suami-istri perlu ada pembelajaran yang harus benar-benar dipahami, sehingga
hak dan kewajibannya bisa terpenuhi secara maksimal, sehingga setelah menikah
suami maupun istri mengetahui dimana yang harus dilakukannya sebagai
kewajiban, dan dimana yang harus di dapatkannya sebagai hak, jangan sampai hal
ini terbalik dan akhirnya bisa menimbulkan kesalah pahaman dalam rumah
tangga.
2. Untuk suami istri, dalam melaksanakan hak dan kewajiban, haruslah ada
keterkaitannya dengan hal yang bersangkutan, artinya diantara kedua belah pihak
baik suami maupun istri mendapatkan haknya dengan baik. Karena ketika
seseorang menuntut haknya dengan baik, tentu dia akan sadar mana yang harus
dilakukannya sebagai kewajiban. Agar dalam menjaga keutuhan rumah tangga
tetap dalam bahtera yang penuh dengan kedamaian dan ketentraman.
3. Untuk pembaca karya tulis ini, bahwa hidup dalam sebuah rumah tangga pasti
ada masalah yang berkaitan dengan suami maupun istri, oleh karenannya cobalah
untuk saling mengerti dan memahami sifat perbedaan diantara kedua belah pihak
tersebut, sehingga kerukunan tetap terjalin dengan baik. Oleh karena itu suami
maupun istri alangkah lebih baiknya mengetahui dan memahami terlebih dahulu
kewajibankewajiban yang harus dilakukannya sehingga hak-haknya pun akan
terpenuhi, dan yang paling penting adalah suami istri saling menerima dan saling
memberi.
Daftar Pustaka

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta: Sari Agung,


2002).
Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006).
Ilyas Hamim, Perempuan Tertindas: Kajian Hadis-hadis “Misoginis”
(Yogyakarta: elSAQ Press & PSW, 2003).
Saebani Beni Ahmad, Fiqh Munakahat 2, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2010),
11.
2017).
Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliki dalam ‫ االسرة نظام فى االسالم اداب‬.
Shalah ‘Fattah Al-Khalidi Abdul, Mudah Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2: Shahih,
Shihab Muhammad Quraish, Tafsir al-Mishbah, Vol. 11.
Sistematis, Lengkap, terj. Engkos Kosasih, et al., cet. kedua (Jakarta: Maghfirah
Pustaka, 2017).
Syarifuddin Amir, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara

Anda mungkin juga menyukai