Anda di halaman 1dari 11

Visi.

Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan ketrampilan
keperawatan lansia berbasis IPTEK keperawatan.

RESPONSI KMB
Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Disusun Oleh:

Nabiilah Nur Syifa / P3.73.20.1.19.022

Pembimbing : Dahlia Simanjuntak., SKM,M.Kes

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
ANATOMI PARU-PARU
A. ANATOMI PARU
Paru-paru adalah organ pada system pernapasan (respirasi) dan berhubungan dengan
system peredaran darah (sirkulasi) vertebrata yang bernapas dengan udara. Fungsinya
adalah menukar oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah.
Paru-paru terdiri dari organ-organ yang sangat kompleks. Bernapas terutama digerakkan
oleh otot diafragma (otot yang terletak antara dada dan perut). Saat menghirup udara, otot
diafragma akan mengerut, ruang yang menampung paru-paru akan meluas. Begitu pula
sebaliknya, saat menghembuskan udara, diafragma akan mengembang dan paru-paru
akan mengempis mengeluarkan udara. Akibatnya, udara terhirup masuk dan terdorong
keluar paru-paru melalui trakea dan tube bronchial atau bronchi, yang bercabang-cabang
dan ujungnya merupakan alveoli, yakni kantung-kantung kecil yang dikelilingi kapiler
yang berisi darah. Di sini oksigen dari udara berdifusi ke dalam darah, dan kemudian
dibawa oleh hemoglobin. Selama hidup paru kanan dan kiri lunak dan berbentuk seperti
spons dan sangat elastic. Jika rongga thorax dibuka volume paru akan segera mengecil
sampai 1/3 atau kurang. Paru-paru terletak di samping kanan dan kiri mediastinum. Paru
satu dengan yang lain dipisahkan oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar serta
struktur lain di dalam mediastinum. Masing-masing paru berbentuk kerucut dan diliputi
oleh pleura visceralis, dan terdapat bebas di dalam cavitas pleuralis masing-masing,
hanya dilekatkan pada mediastinum oleh radix pulmonalis.
a. Setiap paru-paru memiliki :
Apeks ; tumpul, menonjol ke atas ke dalam leher sekitar 2,5cm di atas clavicula
Permukaan costo-vertebral ; menempel pada bagian dalam dinding dada
Permukaan mediastinal ; menempel pada pericardium dan jantung
Basis pulmonis ; terletak pada diafragma
b. Batas-batas paru :
Apeks ; atas paru (atas costae) sampai dengan di atas clavicula
Atas ; dari clavicula sampai dengan costae II depan
Tengah ; dari costae II sampai dengan costae IV
Bawah ; dari costae IV sampai dengan diafragma
1. Pulmo dextra/paru kanan
Pulmo dexter sedikit lebih besar dari pulmo sinister dan dibagi oleh fissura obliqua dan
fissura horizontalis pulmonis dexter menjadi tiga lobus ; lobus superior, lobus medius,
dan lobus inferior. Fissura oblique berjalan dari pinggir inferior ke atas dan ke belakang
menyilang permukaan medial dan costalis sampai memotong pinggir posterior sekitar
6,25cm di bawah apex pulmonis.
Fissura horizontalis berjalan horizontal menyilang permukaan costalis setinggi cartilage
costalis IV dan bertemu dengan fissure obliqua pada linea axillaris media. Pulmo dexter
mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dua buah
segmen pada lobus medial, dan tiga buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen
ini terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobules. Diantara lobules satu
dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah, getah bening,
dan saraf. Dalam tiap lobules terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobules, bronkeolus
ini bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3mm.
a. Segmen pulmo dexter :
Lobus superior :
1. Segmen apicale
2. Segmen posterior
3. Segmen anterior
Lobus medius :
1. Segmen lateral
2. Segmen medial
Lobus inferior :
1. Segmen apicobasal
2. Segmen mediobasal
3. Segmen anterobasal
4. Segmen laterobasal
5. Segmen posterobasal

2. Pulmo sinistra/paru kiri


Pulmo sinister dibagi oleh fissure oblique dengan cara yang sama menjadi dua lobus;
lobus superior dan lobus inferior. Pada pulmo sinister tidak ada fissure horizontalis.
a. Segmen pulmo sinister :
Lobus superior :
1. Segmen apicoposterior
2. Segmen anterior
3. Segmen lingual superior
4. Segmen lingual inferior
Lobus inferior :
1. Segmen apicobasal
2. Segmen antero medial basal
3. Segmen laterobasal
4. Segmen posterobasa
TRANFUSI DARAH

A. Tranfusi darah
Transfusi darah adalah prosedur yang menyelamatkan nyawa, khususnya pada kondisi gawat
darurat. Transfusi juga dapat dilakukan dengan segera dan aman serta telah terbukti memberikan
pemulihan pasien yang lebih cepat. Akan tetapi, setiap kantung darah yang diberikan kepada
pasien memiliki risiko memberikan reaksi Transfusi.

B. Penyimpanan darah
Gunakan darah yang telah diskrining dan bebas dari penyakit yang dapat ditularkan melalui
transfusi darah. Jangan gunakan darah yang telah kedaluwarsa atau telah berada di luar lemari es
lebih dari 2 jam. Transfusi darah secara cepat dan jumlah yang besar dengan laju >15
ml/kgBB/jam dengan darah yang disimpan pada suhu 4°C, dapat menyebabkan hipotermi,
terutama pada bayi kecil.

C. Masalah yang berkaitan dengan transfusi darah


Darah dapat menjadi media penularan infeksi (seperti malaria, hepatitis B dan C, HIV). Oleh
karena itu lakukan skrining donor darah seketat mungkin. Untuk memperkecil risiko, beri
transfusi darah hanya jika sangat diperlukan.

D. Indikasi pemberian transfusi darah


Lima indikasi umum transfusi darah:
1. Kehilangan darah akut, bila 20–30% total volume darah hilang dan perdarahan masih
terus terjadi.
2. Anemia berat
3. Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah dan sebagai
tambahan dari pemberian antibiotik)
4. Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor pembekuan, karena
komponen darah spesifik yang lain tidak ada
5. Transfusi tukar pada neonatus dengan ikterus berat.

E. Memberikan Transfusi Darah


Sebelum pemberian transfusi, periksa hal sebagai berikut:
1. Golongan darah donor sama dengan golongan darah resipien dan nama serta nomornya
tercantum pada label dan formulir (pada kasus gawat darurat, kurangi risiko terjadinya
ketidakcocokan atau reaksi transfusi dengan melakukan uji silang golongan darah spesifik
atau beri darah golongan O bila tersedia)
2. Kantung darah transfusi tidak bocor
3. Kantung darah tidak berada di luar lemari es lebih dari 2 jam, warna plasma darah tidak
merah jambu atau bergumpal dan sel darah merah tidak terlihat keunguan atau hitam
4. Tanda gagal jantung. Jika ada, beri furosemid 1mg/kgBB IV saat awal transfusi darah pada
yang sirkulasi darahnya normal. Jangan menyuntik ke dalam kantung darah.
5. Lakukan pencatatan awal tentang suhu badan, frekuensi napas dan denyut nadi .
6. Jumlah awal darah yang ditransfusikan harus sebanyak 20 ml/kgBB darah utuh, yang
diberikan selama 3-4 jam.
Selama transfusi
1. Jika tersedia, gunakan alat infus yang dapat mengatur laju transfusi
2. Periksa apakah darah mengalir pada laju yang tepat
3. Lihat tanda reaksi transfusi, terutama pada 15 menit pertama transfusi
4. Catat keadaan umum, suhu badan, denyut nadi dan frekuensi napas setiap 30 menit
5. Catat waktu permulaan dan akhir transfusi dan berbagai reaksi yang timbul.
Setelah transfusi
Nilai kembali . Jika diperlukan tambahan darah, jumlah yang sama harus ditransfusikan
dan dosis furosemid (jika diberikan) diulangi kembali.

Reaksi yang timbul setelah transfusi


1. Jika timbul reaksi karena transfusi, pertama periksa label kemasan darah dan identitas
pasien. Jika terdapat perbedaan, hentikan transfusi segera dan hubungi bank darah.

- Reaksi ringan (karena hipersensitivitas ringan)


Tanda dan gejala: Ruam kulit yang gatal
Tatalaksana:
Lambatkan transfusi
1. Beri klorfenamin 0.1 mg/kgBB IM, jika tersedia
2. Teruskan transfusi dengan kecepatan normal jika tidak terjadi perburukan gejala setelah
30 menit
3. Jika gejala menetap, tangani sebagai reaksi hipersensitivitas sedang.

- Reaksi sedang-berat (karena hipersensitivitas yang sedang, reaksi non-hemolitik, pirogen


atau kontaminasi bakteri)
Tanda dan gejala:
1. Urtikaria berat
2. Kulit kemerahan (flushing)
3. Demam > 38°C (demam mungkin sudah timbul sebelum transfusi diberikan)
4. Menggigil
5. Gelisah
6. Peningkatan detak jantung.
Tatalaksana:
1. Stop transfusi, tetapi biarkan jalur infus dengan memberikan garam normal
2. Beri hidrokortison 200 mg IV, atau klorfenamin 0.25 mg/kgBB IM, jika tersedia
3. Beri bronkodilator, jika terdapat wheezing (lihat halaman 100-102)
4. Kirim ke bank darah: perlengkapan bekas transfusi darah, sampel darah dari
5. tempat tusukan lain dan sampel urin yang terkumpul dalam waktu 24 jam
6. Jika terjadi perbaikan, mulai kembali transfusi secara perlahan dengan
7. darah baru dan amati dengan seksama
8. Jika tidak terjadi perbaikan dalam waktu 15 menit, tangani sebagai reaksi
9. yang mengancam jiwa (lihat bagian bawah) dan laporkan ke dokter jaga
10. dan bank darah.

- Reaksi yang mengancam jiwa (karena hemolisis, kontaminasi bakteri dan syok septik,
kelebihan cairan atau anafilaksis)
Tanda dan gejala:
1. demam > 380 C (demam mungkin sudah timbul sebelum transfusi diberikan)
2. menggigil
3. gelisah
4. peningkatan detak jantung
5. napas cepat
6. urin yang berwarna hitam/gelap (hemoglobinuria)
7. perdarahan yang tidak jelas penyebabnya
8. bingung
9. gangguan kesadaran.
Catatan: pada yang tidak sadar, perdarahan yang tidak terkontrol atau syok mungkin
merupakan tanda satu-satunya reaksi yang mengancan jiwa.
Tatalaksana
1. stop transfusi, tetapi biarkan jalur infus dengan memberikan garam normal
2. jaga jalan napas anak dan beri oksigen
3. beri epinefrin 0.01 mg/kgBB (setara dengan 0.1 ml dari 1 dalam larutan 10 000)
4. tangani syok
5. beri hidrokortison 200 mg IV, atau klorfeniramin 0.25 mg/kgBB IM, jika tersedia
6. beri bronkodilator jika terjadi wheezing
7. lapor kepada dokter jaga dan laboratorium sesegera mungkin
8. jaga aliran darah ke ginjal dengan memberikan furosemid 1 mg/kgBB IV
9. beri antibiotik untuk septisemia.
ELEKTROKARDIOGRAPH
A. Prinsip kerja EKG
Elektrokardiograph bekerja dengan prinsip mengukur perbedaan potensial listrik. Seperti yang
sudah disebutkan di atas, tubuh manusia menghasilkan listrik walaupun dengan jumlah yang
sangat kecil. Apabila ada listrik, maka pasti ada perbedaan potensial atau tegangan listrik.
Tegangan listrik ini dapat menggamabarkan atau mengilustrasikan keadaan denyut jantung
manusia.

Cara merekam denyut jantung menggunakan EKG tidaklah sembarang. Sensor atau dalam hal ini
elektroda, harus diletakkan pada tempat-tempat tertentu. Biasanya ditempatkan pada lengan
tangan dan kaki. Kenapa ditempatkan pada bagian-bagian tersebut? Sebab pada bagian-bagian
tersebutlah pulsa tegangan menggambarkan kerja denyut jantung mendekati keadaan sebenarnya.

Elektroda yang digunakan pada EKG biasanya dibuat dari bahan Ag atau AgCl. Bahan-bahan ini
digunakan untuk mengurangi noise karena pergerakan. Selain elektroda, EKG juga
membutuhkan tranducer. Tranducer ini digunakan untuk mengkonversi informasi yang
didapatkan oleh elektroda menjadi sesuatu yang dapat kita baca pada kertas EKG.Tatapi pada
zaman sekarang EKG menggunakan ADC, sehingga pulsa listrik analog yang ditangkap oleh
elektroda akan dikonversi menjadi digital dan akan diolah di komputer.

B. Teknik monitoring EKG


Saat ini berbagaimacam teknik monitoring EKG yang sering digunakan yaitu :
1. Teknik monitoring standar ekstremitas (metoda Einthoven) atau standard limb leads
Dalam menggunakan teknik ini, dilakukan 3 tempat monitoring EKG yakni :
a. Lead I dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda positif dan lengan kanan
(RA- right arm) elektroda negatif. Sudut orientasi 0º
b. Lead II dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif dan lengan kanan
(RA- right arm) elektroda negatif. Sudut orientasi 60º
c. Lead III dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif dan lengan kiri
(LA- left arm) elektroda negatif. Sudut orientasi 120º.

2.Teknik monitoring tambahan atau augmented limb leads Dalam menggunakan teknik ini,
dilakukan 3 tempat monitoring EKG yakni :
a. aVL dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda positif dan anggota tubuh
lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut orientasi -30º
b. aVR dibentuk dengan membuat lengan kanan (RA- right arm) elektroda positif dan anggota
tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut orientasi -150º
c. aVF dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif dan anggota tubuh
lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut orientasi +90º monitoring EKG prekordial/ dada
atau standard chest leads monitoring EKG.
Sumber:

Diakses pada tangal 28 November 2020 https://www.sipatilmuku.xyz/2020/03/anatomi-paru-


pulmonal-pada-tubuh-manusia.html?m=1

Diakses pada tangal 28 November 2020 https://docnesia.com/id/anatomi-fisiologi-respirasi/

Diakses pada tangal 28 November 2020. Hospital Care for Children. https://www.ichrc.org/106-
transfusi-darah

Diakses pada tangal 28 November 2020 https://whitecoathunter.com/reaksi-transfusi-darah/

Diakses pada tangal 28 November 2020 http://med-tation.blogspot.com/2011/04/salah-satu-


instrumen-yang-berpengaruh.html

Anda mungkin juga menyukai