ID Islam Dan Politik Di Brunei Darussalam Suatu Tinjauan Sosio Historis
ID Islam Dan Politik Di Brunei Darussalam Suatu Tinjauan Sosio Historis
Abd. Ghofur
UIN Sultan Syarif Kasim Riau
ghofur06@yahoo.com
Abstrak
Brunei Darussalam sebuah negara kecil yang terletak di kawasan ASEAN tepatnya di
Barat Daya Pulau Borneo (Sabah). Luas wilayahnya ±5.765 Km2 dengan ibu kota
Bandar Sri Begawan. Sistem pemerintahan Brunei menggunakan sistem Monarki absolut,
berdasar hukum Islam dengan Sultan yang menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala
Pemerintahan, merangkap sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dengan
dibantu oleh Dewan Penasehat Kesultanan dan beberapa Menteri. Filosofi politik Brunei
adalah menerapkan secara ketat Ideologi Melayu Islam Beraja (MIB) yang terdiri dari 2
dasar yaitu: pertama, Islam sebagai Guiding Principle, dan kedua Islam sebagai Form of
Fortification. Bertumpu Dari dua dasar ini kemudian muncul penanaman nilai-nilai
keislaman dalam konteks kenegaraan (pengekalan) dengan tiga konsep, yaitu Mengekalkan
Negara Melayu; Mengekalkan Negara Islam (hukum Islam yang bermazhab Syafi’i – dari
sisi fiqhnya – dan bermazhab Ahl Sunnah wal Jamaah – dari sisi akidahnya); dan
Mengekalkan negara beraja. Hal tersebut menarik untuk ditelaah lebih mendalam tentang
Islam dalam hubungannya dengan politik di Brunei Darussalam, dengan tinjauan sosio-historis.
Dua teori tersebut sebenarnya memiliki Brunei, fokusnya pada wilayah asal
benang merah dengan masuknya Islam pembawa Islam, para pembawa Islam,
secara menyeluruh di kawasan Nusantara dan waktu kedatanganya ke Asia
sebagaimana telah banyak diperdebatkan Tenggara dan Brunei.
oleh para sejarawan.
Para sejarawan berbeda pendapat dan Tempat Asal Kedatangan Islam
hingga kini belum tuntas mengenai Pada umumnya ahli sejarah
masuk dan datangnya Islam di Asia mengemukakan ada dua teori tentang
Tenggara, meski dalam beberapa sisi daerah asal yang membawa Islam ke
sudah ada titik temu. Hal ini berkaitan Nusantara, yaitu teori Gujarat dan Mekah.
dengan tiga masalah pokok, yaitu tempat Tetapi terdapat pula sejarawan yang
asal kedatangan Islam, para pembawa menyatakan tiga teori seperti Azyumardi
Islam, dan waktu kedatangannya. Azra yang menyatakan ada tiga asal
Perbedaan ini muncul karena kurangnya masuknya Islam ke Indonesia yaitu
informasi dari sumber-sumber yang telah Mekah, Gujarat, dan Benggal. Berbeda
ada (Abdul Aziz Thaba, 1998: 115), dengan A.M. Suryanegara yang juga
termasuk adanya sebagian sejarawan mengemukakan tiga teori, yaitu dari
maupun penulis sejarah yang mendukung Mekah,Gujarat, dan Persia. Untuk
atau menolak teori tertentu (Azyumardi melihat alasan-alasan para sejarawan
Azra, 1999: 24). Azyumardi Azra lebih dalam mendasarkan teori-teori yang
lanjut menjelaskan bahwa terdapat mereka dukung dapat dilihat dari
kecenderungan kuat suatu teori tertentu penjelasan berikut ini.
menekankan hanya aspek-aspek khusus Teori Gujarat , didasarkan atas
dari tiga masalah pokok, sementara pandangan yang mengatakan asal daerah
mengabaikan aspek-aspek lainnya. yang membawa Islam ke Nusantara
Karena itu, kebanyakan teori yang ada adalah dari Gujarat. Peletak dasar teori
dalam sisi-sisi tertentu gagal menjelaskan ini pertama dikemukakan olehPijnepel
kedatangan Islam, kapan konversi agama (1872 M) yang menafsirkan catatan
penduduk lokal terjadi, dan proses-proses perjalanan Sulaiman, Marcopolo, dan Ibn
islamisasi yang terlibat di dalamnya. Batutah (Abdul Aziz Thaba, 1998: 117).
Bahkan bukannya tidak bisa jika suatu Teori ini kemudian mendapat dukungan
teori tidak mampu menjawab pertanyaan- dari Snouck Hurgronye yang
pertanyaan tandingan yang diajukan dari mendasarkan dengan alasan-alasan
teori-teori lain (Azyumardi Azra, 1994: berikut: pertama, kurangnya fakta yang
vi). menjelaskan peranan bangsa Arab dalam
Penelaahan secara kritis tentang penyebaran agama Islam ke Nusantara,
masuknya dan berkembangnya Islam di kedua, hubungan dagang antara
wilayah Asia Tenggara termasuk di Nusantara-India telah lama terjalin
dengan baik; ketiga, Inskripsi tertua Teori Mekkah , teori ini lebih
tentang Islam yang terdapat di Sumatera belakangan lahirnya jika dibandingkan
memberikan gambaran hubungan dagang dengan teori Gujarat yang telah lama
antara Sumatera dan Gujarat. muncul dalam khazanah ilmu
Pandangan Snouck Hurgronye pengetahuan sejarah. Teori Mekah baru
tersebut memiliki pengaruh besar pada muncul sekitar tahun 1958 M, sementara
masa-masa selanjutnya karena mendapat Teori Gujarat telah sejak tahun 1872 M.
legitimasi dari sejarawan Barat antara lain Teori Mekah muncul ketika banyaknya
Stutterheim dalam karyanya (De Islam en kritikan yang ditujukan pada teori Gujarat
Zijn Komst in De Archple), Bernard H.N. karena terdapat sisi-sisi lain yang tidak
Vlekke, (Nusantara A History of Indonesia), terungkap sehingga melemahkan teori itu
Schriekie (Indonesian Sociological Studies), sendiri. Penulis sejarah yang mengkritik
Clifford Geertz (The Religion of Java), teori tersebut misalnya Hamka dalam
Harry J. Benda (A History of Modern South suatu acara Dies Natalis IAIN Yogyakarta
East Asia) Van Leur (Indonesian Trade and ke-8 di Yogyakarta, di mana muncul
society), T.W. Arnold (The Preaching of Islam) temuan-temuan baru yang berusaha
(Ahmad Mansur Surya Negara, 2002: 75- memperkuat munculnya alasan-alasan
78). untuk melemahkan teori Gujarat dan
Moquette, seorang sarjana Belanda melahirkan cikal bakal teori Mekah. Pada
lainnya berkesimpulan bahwa tempat asal waktu yang lain kemudian teori Gujarat
Islam di Nusantara adalah Gujarat. juga mendapat kritikan dan dilemahkan
Kesimpulannya muncul setelah ia dalam seminar di IAIN Medan tanggal
mengamati bentuk batu nisan di Pasai, 17-20 Maret 1963 M.
kawasan Utara Sumatra (Aceh sekarang) Selanjutnya, di Aceh 10-16 Juli 1978
khususnya yang bertanggal 17 Dzulhijjah M diadakan seminardengan tema yang
831H/ 27 September 1428M. Batu Nisan hampir sama dan hasilnya adalah
yang kelihatannya mirip dengan batu memperkuat seminar sebelumnya.
nisan lain yang ditemukan di makam Apalagi dalam seminar di Aceh tersebut
Maulana Malik Ibrahim (w.822/1419M) diikuti oleh banyak ahli sejarah yang
di Gresik Jawa Timur ternyata sama berasal dari Indonesia, Malaysia, India,
bentuknya dengan batu nisan yang Australia dan Prancis (A. Hasymy, 1994:
terdapat di Cambay Gujarat. Berdasarkan 7). Sejarawan Barat yang pernah
contoh-contoh batu nisan inilah ia memunculkan teori Mekah dan
berkesimpulan bahwa batu nisan dari sependapat dengan teori ini adalah
Gujarat bukan hanya untuk pasar lokal, Crawfurd (1820 M), Keyzer (1859 M),
tetapi juga diimpor ke kawasan lain. Salah Veith (1878 M) (Azyumardi Azra, 1994:
satunya ke wilayah Nusantara (Azyumardi XL). Umumnya sejarawan nusantara yang
Azra, 1999: 24-25). giat memperjuangkan dan mendukung
teori Mekah adalah mereka yang terlibat bukan dari India (Azyumardi Azra, 1999:
langsung dan tak langsung dalam seminar 28). Termasuk penggunaan gelar Syarif,
masuk dan berkembangnya Islam di Said, Muhammad, Maulana juga identik
Nusantara, baik di Medan maupun di dengan asal mereka dari Mekah dan
Aceh, dan sejarawan yang paling gigih kedatangan mereka termasuk paling awal
adalah Hamka dan S.M.N. Naquib al- di kawaasan Nusantara ini. Kemudian
Attas. bukti lain adalah pada tahun 1297 M
Hamka menilai wilayah Gujarat Gujarat masih berada di bawah naungan
bukan tempat asal datangnya Islam, tetapi kerajaan Hindu, setahun kemudian baru
Gujarat hanya sebagai tempat singgah ditaklukkan tentara muslim.
dari saudagar-saudagar Arab seperti dari Teori Persia, dipelopori oleh P.A.
Mekah, Mesir, dan Yaman. Sebenarnya Hoesin Djajadiningrat dari Indonesia.
Mekkah atau Mesir adalah tempat asal Titik pandang teori ini memiliki
pengambilan ajaran Islam (Ahmad perbedaan dengan teori Gujarat dan
Mansur Surya Negara, 2002: 82). Ia juga Mekah mengenai masuk dan datangnya
mendasarkan bahwa mazhab terbesar Islam di Nusantara. Islam masuk ke
yang dianut sebagian besar umat Islam Indonesia menurut Hoesin Djajadiningrat
Nusantara adalah Mazhab Syafi’i sama berasal dari Persia abad ke-7 M. Teori ini
dengan mazhab yang dianut masyarakat memfokuskan tinjauannya pada sosio-
Mekkah masa itu. kultural di kalangan masyarakat Islam
Alasan lain yang memperkuat lahirnya Indonesia yang ada kesamaan dengan di
teori Mekah dikemukakan oleh Sayyid Persia. Di antaranya adalah perayaan
Muhammad Naquib al-Attas bahwa Tabut di beberapa tempat di Indonesia,
sebelum abad ke-17 M. Seluruh literatur dan berkembangnya ajaran Syekh Siti
keagamaan yang relevan tidak satupun Jenar zaman penyebaran Islam Wali Sanga
pengarang muslim tercatat berasal dari ada kesamaan dengan ajaran Sufi al-Hallaj
India. Penulis yang dipandang Barat dari Iran Persia (Ahmad Mansur Surya
sebagai berasal dari India terbukti berasal Negara, 2002: 90). Teori ini banyak
dari Arab atau Persia. Benar bahwa mendapat kritikan ketika diadakan
sebagian karya yang relevan tentang seminar masuk dan berkembangnya Islam
keagamaan itu ditulis di India, tetapi asal di Indonesia yang diselenggarakan di
kedatangan penulis tersebut adalah dari Medan tahun 1963. Kritik itu muncul dari
kawasan jazirah Arab (Mekkah, Mesir, Dahlan Mansur, Abu Bakar Atceh,
Yaman) dan Persia. Ada pula Saifuddin Zuhri, dan Hamka.
kemungkinan kecil sebagiannya berasal Penolakan teori ini didasarkan pada
dari penulis Turki atau Maghrib dan yang alasan bahwa, bila Islam masuk abad ke-
lebih penting bahwa kandungan nilai-nilai 7 M. yang ketika itu kekuasaan dipimpin
ajaran Islam adalah dari Timur Tengah Khalifah Umayyah (Arab), sedangkan
juga melarang jual beli minuman keras di Adat di Brunei dijadikan undang-
toko-toko atau hotel. undang tetapi berakulturasi dengan ajaran
Penetapan Mazhab Syafi’i (fiqh) dan Islam. Undang-undang ini telah menjadi
Mazhab Ahl Sunnah wal Jamaah yang pegangan hidup masyarakat sebelum
ter maktub dalam MIB sebenarnya kedatangan Inggris ke Brunei. Apabila
dilatarbelakangi beberapa faktor historis orang Melayu menganut Islam, maka
yaitu: undang-undang Islam telah diterima dan
a. Sekitar abad ke-17 dan 18 M sampai adat Melayu mulai disesuaikan dengan
masa abad ke-20-an di Kesultanan Islam supaya tidak bertentangan dengan
Brunei dijumpai kitab-kitab yang undang-undang Islam. Sungguhpun adat
dijadikan standar kurikulum tidak menjadi suatu sumber undang-
cenderung mengarah ke Mazhab undang Islam, tetapi Islam membolehkan
Syafi’i dan Ahl Sunnah waj Jama’ah, adat diterima dan diikuti oleh pemeluk
seperti: Sabilul Muhtadin (karya Daud Islam, selama adat itu tidak bertentangan
Fatani); al-Mukhtasar dan Siratal dengan undang-undang Islam. Adat yang
Mustaqim (karya ar-Raniry); Ghayatut dianggap baik, bermanfa’at dan tidak
Taqrib fil Irthi wat-Ta’shib, dan lain- bertentangan dengan Islam dapat
lain. diterima dan dijadikan pedoman bagi
b. Mazhab Syafi’i juga menjadi pemeluk Islam (Ahmad Ibrahim &
pegangan para ulama Brunei dan Mahmud Saedon Awang Othman, 1988:
kebanyakan ulama nusantara. Karena 1).
umumnya kitab yang dikarang Di Brunei Darussalam adat yang
berbahasa Arab Melayu. menjadi rujukan masyarakat ialah Adat
c. Pada tahun 1930-an s/d 1940-an Istiadat dan Resam. Misalnya Adat
terdapat pergesekan atau konflik Istiadat Diraja Brunei, di antaranya
dalam masyarakat, antara kelompok mengandung beberapa hal terkait tentang
“bergondol” (tidak berkupiah) sultan, panggilan nama kehormatan,
karena alasan modern dengan susunan dan adat istiadat pembesar-
kelompok berkupiah. Dalam pembesar negara, adat kesopanan, adat
masyarakat ada yang saling menggelar, ciri, susunan duduk, dan adat
mendukung dan menolak. dalam Majlis kerajaan, alat-alat dan
d. Untuk menetralisir perselisihan dalam perhiasan-perhiasan kebesaran diraja dan
masyarakat dari berbagai kelompok peraturan memberi penghor matan
yang ada, maka sejak Sultan Abdul kepada sultan dan pembesarnya.
Momin (raja ke-12 tahun 1852-1885) Sedangkan pemberlakuan dan
kerajaan terlibat menjadi pendukung perlaksanaan hukum syarak lebih
salah satu mazhab yaitu Syafii dan Ahl menonjol di zaman pemerintahan Sultan
Sunnah wal Jamaah. Syarif Ali (Siti Zaliha Haji Abu Salim,
1995: 65). Pada saat Sultan Syarif Ali Brunei itu sebagian besarnya berdasarkan
diangkat menjadi raja, baginda mulai ajaran Islam, apalagi dalam persoalan
membuat undang-undang yang didasarkan perkawinan dan perceraian, jinayah dan
pada hukum syara’. Pemakaian hukum mahkamah, demikian juga dalam hal jual
syara’ sebagai pegangan dan undang- beli dan riba. Sedangkan sebagian yang
undang dilaksanakan secara berangsur- lainnya terdapat pula hukum yang
angsur. Sultan Syarif Ali di awal bersandar pada adat, seperti yang
pemerintahannya berusaha mengukuhkan dinyatakan dalam mukaddimah Hukum
ajaran Islam dan ia juga membina Kanun tersebut.
masyarakat yang berbasis pada masjid. Setelah masuknya Inggris di kawasan
Hukum Kanun Brunei diyakini telah Brunei Darussalam tahun 1847 M untuk
ditulis dan dikukuhkan pada zaman menjalin hubungan kerjasama dalam
pemerintahan Sultan Hassan. Sultan bidang perdagangan. Maka pada tahun
Hasan adalah sultan Brunei ke 9. Ia 1888 M Brunei resmi masuk sebagai
memerintah sekitar tahun 1598-1659 M. negara-negara dalam wilayah
Pada masa pemerintahan baginda telah Perlindungan atau persekutuan Inggris.
mengamalkan dan melaksanakan Perjanjian kerjasama kedua belah pihak
beberapa adat istiadat, peraturan- di kemudian hari memberikan pengaruh
peraturan negara dan Hukum Kanun. dalam pesnyelenggaraan kekuasaan
Namun, ada kemungkinan besar Sultan. Pada tahun 1906 M beberapa
penulisannya telah dimulai sultan perjanjian lagi ditandatangani yang
sebelumnya tetapi belum ada bukti kukuh dinamakan Perjanjian Tambahan, yang
mengenainya. Walau bagaimanapun mengangkat seorang Residen dari pihak
pelaksanaan dan pelaksanaan Hukum Inggris. Nasehat Residen perlu diperoleh
Kanun sudah berlaku sejak zaman dahulu dalam semua hal kecuali yang berkaitan
lagi. Dalam hal ini, jelas bahwa sebelum dengan agama Islam. Sedangkan sistem
kedatangan Inggris, kesultanan Brunei kerajaan pihak Inggris tidak boleh
telah diperintah berdasarkan Undang- melakukan intervensi sebagaimana terjadi
undang Hukum Kanun Islam Brunei di negeri-negari Melayu ter masuk
yang berdasarkan hukum syara’. Semenanjung Malaya Malaysia juga
Pemakaian dan perlaksanaan Hukum berada dalam naungan Inggris.
Konun Islam berlaku meluas dan Kemudian pada tahun 1959 Brunei
menyeluruh di wilayah kekuasaan Sultan telah mempunyai perlembangan
(Mahmud Saedon Awang Othman: 26). tersendiri. Dalam perlembagaan itu telah
Setelah diteliti dan dikaji berkaitan memberikan kedudukan istimewa
tentang Hukum Kanun Brunei itu dan mengenai agama Islam. “The religion of
dibandingkan dengan ajaran Islam, maka Brunei Darussalam shall be the Muslim
dapat dipahami bahawa Hukum Kanun Religion according to the Shafei Sect of that
religion: Provided that all other religions may be sistem residensi dalam persekutuan
practised in peace and harmony by the persons Inggris pada tahun 1959 M di Brunei,
professing them in any part of Brunei maka selanjutnya otonomi internal
Darussalam.The Head of the Religion of diberikan pada Br unei dan Sultan
Brunei Darussalam shall be His Majesty the diberikan kekuasaan eksekutif. Dibuatlah
Sultan and Yang Dipertuan” (Perlembagaan Undang-undang baru mulai diberlakukan
Brunei 1959, Bab 3, 1984). Dengan pada tahun 1959 yang menjadi dasar
dijadikannya agama Islam sebagai agama pembentukan Dewan Legislatif yang
resmi negara, pengembangan Islam dapat anggotanya sebagian dipilih berdasarkan
dikembangkan dengan seluas-luasnya ke pemilihan(B A Hussainmiya, 1995). Partai
dalam berbagai aspek kehidupan baik Rakyat Brunei (PRB) kemudian
sosial, ekonomi, pendidikan, politik memenangkan semua kursi untuk Dewan
maupun lainnya. Sehingga agama Islam Legislatif berdasarkan hasil pemilihan.
dapat dijadikan tong gak dalam Tetapi, adanya perlawanan bersenjata
pembangunan negara. yang diprakarsai oleh PRB pada tahun
Meskipun kedudukan agama Islam 1962 terhadap rencana persatuan Brunei
begitu jelas dalam Perlembagaan negara dan Malaysia menghambat para kandidat
tetapi undang-undang Islam sebagai terpilih untuk memulai tugas mereka
undang-undang dasar masih sangat terbatas secara resmi. Perlawanan bersenjata
dan belum menggambarkan Negara Islam tersebut, walaupun dengan cepat
yang sebenarnya. Kedudukan Sultan yang dikendalikan oleh Inggris, merupakan
begitu absolut di dalam negara dan suatu peristiwa penting di dalam sejarah
pemerintahan, termasuk sebagai Ketua politik Brunei; peristiwa tersebut
Agama tentulah mempunyai peran istimewa menyebabkan perasaan tak berdaya dan
dalam Perlembagaan negara. Apalagi bila tidak aman yang masih bertahan sampai
terjadi pergantian kepemimpinan seperti sekarang. Peristiwa tersebut juga
perlantikan Perdana Menteri, menteri- menyediakan alasan bagi Omar Ali
menteri, dan Pejabat negara, kesemuanya Saifuddin III, yang kemudian menjadi
berada di bawah kendali Sultan (Pindaan Sultan Brunei, dengan alasan untuk
Perlembagaan tahun 1984). Mereka yang memberlakukan peraturan-peraturan
dilantik untuk menduduki jabatan tersebut darurat, untuk menunda perubahan
disyaratkan mesti orang yang berbangsa konstitusi dan juga mempengaruhi
Melayu, beragama Islam yang bermazhab keputusan sultan untuk menolak
Syafi’i dari aspek pemahaman fiqih dan Ahli penggabungan Brunei dengan Malaysia.
al-Sunnah wa al-Jama’ah dari aspek Menolak untuk mengalah pada tekanan
pemahaman akidahnya (Perlembagaan Inggris untuk mengadakan perubahan
Brunei 1959, Bab 5, 1984). konstitusi, Sultan mengundurkan diri
Selanjutnya memasuki akhir periode pada tahun 1967 dan menyerahkan tahta