Anda di halaman 1dari 17

ISLAM DAN POLITIK DI BRUNEI DARUSSALAM

(Suatu Tinjauan Sosio-Historis)

Abd. Ghofur
UIN Sultan Syarif Kasim Riau
ghofur06@yahoo.com

Abstrak
Brunei Darussalam sebuah negara kecil yang terletak di kawasan ASEAN tepatnya di
Barat Daya Pulau Borneo (Sabah). Luas wilayahnya ±5.765 Km2 dengan ibu kota
Bandar Sri Begawan. Sistem pemerintahan Brunei menggunakan sistem Monarki absolut,
berdasar hukum Islam dengan Sultan yang menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala
Pemerintahan, merangkap sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dengan
dibantu oleh Dewan Penasehat Kesultanan dan beberapa Menteri. Filosofi politik Brunei
adalah menerapkan secara ketat Ideologi Melayu Islam Beraja (MIB) yang terdiri dari 2
dasar yaitu: pertama, Islam sebagai Guiding Principle, dan kedua Islam sebagai Form of
Fortification. Bertumpu Dari dua dasar ini kemudian muncul penanaman nilai-nilai
keislaman dalam konteks kenegaraan (pengekalan) dengan tiga konsep, yaitu Mengekalkan
Negara Melayu; Mengekalkan Negara Islam (hukum Islam yang bermazhab Syafi’i – dari
sisi fiqhnya – dan bermazhab Ahl Sunnah wal Jamaah – dari sisi akidahnya); dan
Mengekalkan negara beraja. Hal tersebut menarik untuk ditelaah lebih mendalam tentang
Islam dalam hubungannya dengan politik di Brunei Darussalam, dengan tinjauan sosio-historis.

Kata kunci: Islam, Politik, dan Brunei


Pendahuluan kepala pemerintahan. Kesultanan Brunei
Brunei Darussalam adalah negara telah berdiri sejak abad ke-15 M,
yang memiliki corak pemerintahan diturunkan dari satu sultan ke sultan lain
monarki absolut berdasar hukum Islam sebagai kepala Negara dan kepala
dengan Sultan yang menjabat sebagai pemerintahan. Baginda Sultan dinasehati
Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, oleh beberapa majelis dalam sebuah
merangkap sebagai Perdana Menteri dan kabinet menteri, walaupun baginda
Menteri Pertahanan dengan dibantu oleh sebenarnya mer upakan pengendali
Dewan Penasehat Kesultanan dan pemerintahan tertinggi. Media amat
beberapa Menteri. Sultan Hassanal memihak kerajaan, dan kerabat kerajaan
Bolkiah adalah sultan yang kini melestarikan status yang dihormati di
memangku jabatan kepala negara dan dalam negeri.

53|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Abd. Ghofur: Islam dan Politik di Brunei Darussalam

Br unei Darussalam wilayahnya air, listrik, angkutan umum, pendidikan,


terletak di Barat Daya pulau Borneo kesehatan, dan lain-lain semuanya berada
(Sabah). Luas wilayahnya ±5.765 Km2 dalam tanggungan pemerintah atau gratis.
dengan ibu kotanya Bandar Sri Begawan. Tidak ada kewajiban penduduk
Brunei merdeka dari jajahan Inggris di membayar pajak perorangan, dan yang
bawah negara persemakmuran Inggris ada hanya kewajiban membayar pajak
tanggal 1 Januari 1984. Brunei didiami bagi perusahaan (minyak). Kebutuhan
oleh beragam etnis yang mayoritas dua hidupnya secara ekonomi sebagian besar
pertiganya etnik Melayu (90%) muslim; dipenuhi melalui impor, baik makanan
1/5 etnik Cina dan sisanya etnik India. maupun alat-alat elektronik dari negara
Filosofi politik Brunei adalah penerapan jiran seperti Singapura, Malaysia,
yang begitu ketat terhadap Melayu Islam Indonesia, termasuk dari Jepang, Amerika
Beraja (MIB) yang terdiri dari 2 dasar, dan Inggris. Sementara ekspor andalan
yaitu: pertama, Islam sebagai Guiding dari Brunei adalah minyak bumi dengan
Principle, dan kedua Islam sebagai Form of tujuan Amerika, Singapura dan Korea,
Fortification. Dari dua dasar ini kemudian dengan surplus devisa yang sangat besar.
muncul penanaman nilai-nilai keIslaman Kesultanan Brunei Darussalam
kenegaraan (pengekalan) dengan tiga berdiri sekitar tahun 1402 M dengan
konsep, yaitu: Mengekalkan Negara dipimpim oleh raja atau sultan yang telah
Melayu; Mengekalkan Negara Islam menduduki hingga sekarang. Adapun
(hukum Islam yang bermazhab Syafi’i – beberapa raja yang punya peran penting
dari sisi fiqhnya – dan bermazhab Ahl bagi pengembangan Islam di antaranya;
Sunnah wal Jamaah – dari sisi akidahnya); 1) Sulthan Muhammad Syah sultan ke-1
dan Mengekalkan negara beraja. Untuk (sebelum masuk Islam ia lebih dikenal
menerapkan Melayu Islam Beraja ini dengan Awang Alak Betatar).Ia
maka pemerintah menunjuk tim untuk memerintah sejak tahun 1402-1408. pada
menyusun materi secara cermat dan masanya terjadi pengislaman pejabat dan
lengkap untuk dimasukkan dalam perangkat kerajaan Brunei Darussalam 2)
kurikulum pelajaran dari pendidikan Sulthan Bolkiah (1485-1524) sultan ke-5.
terendah sampai tertinggi (Haji Pada masa kepemimpinannya Islam
Muhammad Saedon Awang: 21). disebarkan secara intensif hingga masuk
Dilihat dari status sosial ekonomi ke kawasan Borneo (Kalimantan)
masyarakatnya, Brunei merupakan negara ter masuk wilayah kesultanan Sulu
kaya berkat sumber daya alamnya seperti (Filipina) 3) Sulthan Abdul Mubin
minyak bumi dan gas alam.Selanjutnya (Momin) sultan ke-12, memerintah tahun
pembangunan berbagai fasilitas publik 1852-1885. Pada masanya dilakukan
terus digalakkan demi memanjakan penetapan mazhab secara resmi sebagai
rakyatnya. Fasilitas umum seperti telpon, mazhab di kerajaan, yaitu untuk fiqih

54|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Abd. Ghofur: Islam dan Politik di Brunei Darussalam

ber mazhabkan syafi’i dan kalam pemerintah mengenai hukum, ketertiban,


bermazhabkan Ahli sunnah wal jamaah. Hal kesejahteraan, pendidikan, dan
ini dilakukan karena sering terjadinya pembangunan ekonomi mendominasi
perselisihan masalah agama dalam kehidupan rakyat. Proses sosial ini
masyarakat dan 4) Sulthan Hasanul menjadikan penduduk Brunei mampu
Bolkiah sultan ke-19 memerintah dari memiliki pola hidup yang toleran,
tahun 1968 hingga sekarang. Pada masanya harmonis, dan hidup bersama. Melayu
ditetapkan filosofi kerajaan Brunai sebagai Islam Beraja (MIB) pada dasarnya
tonggak pemerintahan, yaitu dikenal berkaitan erat dengan evolusi adat istiadat
dengan MIB (Melayu Islam Beraja). dan tradisi Melayu Brunei serta acara-
Setelah Brunei merdeka tahun 1984, acara upacara keagamaan yang banyak
Brunei dipimpin oleh Sultan Hasanul tertera dalam kalendar muslim yang
Bolkiah Mu’izaddin Wadaulah sultan ke memberikan wawasan tentang bagaimana
19. Sejak tahun 1991 Sultan menerapkan caranya ideologi nasional diungkapkan
MIB (Melayu Islam Beraja atau Kerajaan dalam kehidupan berbangsa dan
Islam Melayu) sebagai ideologi negara, bernegara (Form of Courtesy of Brunei
tujuannya adalah agar masyarakat setia Darussalam, 1991).
kepada rajanya, melaksanakan ajaran dan Berdasarkan penjelasan di atas,
hukum Islam serta menjadikannya menarik untuk ditelaah lebih mendalam
sebagai pedoman hidup dihubungkan tentang Islam dalam hubungannya
dengan karakteristik dan sifat bangsa dengan politik di Brunei Darussalam.
Melayu sejati, termasuk menjadikan Analisis yang digunakan adalah suatu
bahasa Melayu sebagai bahasa utama. tinjauan sosio-historis.
Penduduk Brunei seluruhnya, baik secara
kultural maupun psikologis mampu Masuk dan berkembangnya Islam
mengatasi keragaman yang ada. keragaman di Brunei
etnik mayoritas warga Melayu meliputi Islam telah masuk Brunei Darussalam
Melayu lokal, dusun, murut, kedayan, diperkirakan mulai pada tahun 977 M
bisayah, dan etnik Melayu lain dari Malaysia melalui jalur timur Asia Tenggara oleh
dan Indonesia. Kedua, adanya proses pedagang-pedagang dari negeri Cina,
birokrasi dalam pembentukan negara tetapi pada saat itu Islam belum
modern, dan harus dipahami serta dipatuhi berkembang secara meluas. Namun, ada
oleh masyarakat. Ketiga, adanya fenomena pula teori yang mengatakan Islam masuk
yang tampak perlunya membangun ideologi Brunei Darussalam diperkirakan pada
nasional dan mengartikulasikannya dalam abad ke-13 M dilanjutkan dengan masuk
budaya nasional di tengah-tengah ideologi Islamnya Raja Awang Alak Betatar pada
yang ada di wilayah Asia Tenggara atau tahun 1368 dan berganti nama dengan
belahan dunia lain. Kebijakan-kebijakan Muhammad Shah (Funston, 2001: 11).

55|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Abd. Ghofur: Islam dan Politik di Brunei Darussalam

Dua teori tersebut sebenarnya memiliki Brunei, fokusnya pada wilayah asal
benang merah dengan masuknya Islam pembawa Islam, para pembawa Islam,
secara menyeluruh di kawasan Nusantara dan waktu kedatanganya ke Asia
sebagaimana telah banyak diperdebatkan Tenggara dan Brunei.
oleh para sejarawan.
Para sejarawan berbeda pendapat dan Tempat Asal Kedatangan Islam
hingga kini belum tuntas mengenai Pada umumnya ahli sejarah
masuk dan datangnya Islam di Asia mengemukakan ada dua teori tentang
Tenggara, meski dalam beberapa sisi daerah asal yang membawa Islam ke
sudah ada titik temu. Hal ini berkaitan Nusantara, yaitu teori Gujarat dan Mekah.
dengan tiga masalah pokok, yaitu tempat Tetapi terdapat pula sejarawan yang
asal kedatangan Islam, para pembawa menyatakan tiga teori seperti Azyumardi
Islam, dan waktu kedatangannya. Azra yang menyatakan ada tiga asal
Perbedaan ini muncul karena kurangnya masuknya Islam ke Indonesia yaitu
informasi dari sumber-sumber yang telah Mekah, Gujarat, dan Benggal. Berbeda
ada (Abdul Aziz Thaba, 1998: 115), dengan A.M. Suryanegara yang juga
termasuk adanya sebagian sejarawan mengemukakan tiga teori, yaitu dari
maupun penulis sejarah yang mendukung Mekah,Gujarat, dan Persia. Untuk
atau menolak teori tertentu (Azyumardi melihat alasan-alasan para sejarawan
Azra, 1999: 24). Azyumardi Azra lebih dalam mendasarkan teori-teori yang
lanjut menjelaskan bahwa terdapat mereka dukung dapat dilihat dari
kecenderungan kuat suatu teori tertentu penjelasan berikut ini.
menekankan hanya aspek-aspek khusus Teori Gujarat , didasarkan atas
dari tiga masalah pokok, sementara pandangan yang mengatakan asal daerah
mengabaikan aspek-aspek lainnya. yang membawa Islam ke Nusantara
Karena itu, kebanyakan teori yang ada adalah dari Gujarat. Peletak dasar teori
dalam sisi-sisi tertentu gagal menjelaskan ini pertama dikemukakan olehPijnepel
kedatangan Islam, kapan konversi agama (1872 M) yang menafsirkan catatan
penduduk lokal terjadi, dan proses-proses perjalanan Sulaiman, Marcopolo, dan Ibn
islamisasi yang terlibat di dalamnya. Batutah (Abdul Aziz Thaba, 1998: 117).
Bahkan bukannya tidak bisa jika suatu Teori ini kemudian mendapat dukungan
teori tidak mampu menjawab pertanyaan- dari Snouck Hurgronye yang
pertanyaan tandingan yang diajukan dari mendasarkan dengan alasan-alasan
teori-teori lain (Azyumardi Azra, 1994: berikut: pertama, kurangnya fakta yang
vi). menjelaskan peranan bangsa Arab dalam
Penelaahan secara kritis tentang penyebaran agama Islam ke Nusantara,
masuknya dan berkembangnya Islam di kedua, hubungan dagang antara
wilayah Asia Tenggara termasuk di Nusantara-India telah lama terjalin

56|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Abd. Ghofur: Islam dan Politik di Brunei Darussalam

dengan baik; ketiga, Inskripsi tertua Teori Mekkah , teori ini lebih
tentang Islam yang terdapat di Sumatera belakangan lahirnya jika dibandingkan
memberikan gambaran hubungan dagang dengan teori Gujarat yang telah lama
antara Sumatera dan Gujarat. muncul dalam khazanah ilmu
Pandangan Snouck Hurgronye pengetahuan sejarah. Teori Mekah baru
tersebut memiliki pengaruh besar pada muncul sekitar tahun 1958 M, sementara
masa-masa selanjutnya karena mendapat Teori Gujarat telah sejak tahun 1872 M.
legitimasi dari sejarawan Barat antara lain Teori Mekah muncul ketika banyaknya
Stutterheim dalam karyanya (De Islam en kritikan yang ditujukan pada teori Gujarat
Zijn Komst in De Archple), Bernard H.N. karena terdapat sisi-sisi lain yang tidak
Vlekke, (Nusantara A History of Indonesia), terungkap sehingga melemahkan teori itu
Schriekie (Indonesian Sociological Studies), sendiri. Penulis sejarah yang mengkritik
Clifford Geertz (The Religion of Java), teori tersebut misalnya Hamka dalam
Harry J. Benda (A History of Modern South suatu acara Dies Natalis IAIN Yogyakarta
East Asia) Van Leur (Indonesian Trade and ke-8 di Yogyakarta, di mana muncul
society), T.W. Arnold (The Preaching of Islam) temuan-temuan baru yang berusaha
(Ahmad Mansur Surya Negara, 2002: 75- memperkuat munculnya alasan-alasan
78). untuk melemahkan teori Gujarat dan
Moquette, seorang sarjana Belanda melahirkan cikal bakal teori Mekah. Pada
lainnya berkesimpulan bahwa tempat asal waktu yang lain kemudian teori Gujarat
Islam di Nusantara adalah Gujarat. juga mendapat kritikan dan dilemahkan
Kesimpulannya muncul setelah ia dalam seminar di IAIN Medan tanggal
mengamati bentuk batu nisan di Pasai, 17-20 Maret 1963 M.
kawasan Utara Sumatra (Aceh sekarang) Selanjutnya, di Aceh 10-16 Juli 1978
khususnya yang bertanggal 17 Dzulhijjah M diadakan seminardengan tema yang
831H/ 27 September 1428M. Batu Nisan hampir sama dan hasilnya adalah
yang kelihatannya mirip dengan batu memperkuat seminar sebelumnya.
nisan lain yang ditemukan di makam Apalagi dalam seminar di Aceh tersebut
Maulana Malik Ibrahim (w.822/1419M) diikuti oleh banyak ahli sejarah yang
di Gresik Jawa Timur ternyata sama berasal dari Indonesia, Malaysia, India,
bentuknya dengan batu nisan yang Australia dan Prancis (A. Hasymy, 1994:
terdapat di Cambay Gujarat. Berdasarkan 7). Sejarawan Barat yang pernah
contoh-contoh batu nisan inilah ia memunculkan teori Mekah dan
berkesimpulan bahwa batu nisan dari sependapat dengan teori ini adalah
Gujarat bukan hanya untuk pasar lokal, Crawfurd (1820 M), Keyzer (1859 M),
tetapi juga diimpor ke kawasan lain. Salah Veith (1878 M) (Azyumardi Azra, 1994:
satunya ke wilayah Nusantara (Azyumardi XL). Umumnya sejarawan nusantara yang
Azra, 1999: 24-25). giat memperjuangkan dan mendukung

57|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Abd. Ghofur: Islam dan Politik di Brunei Darussalam

teori Mekah adalah mereka yang terlibat bukan dari India (Azyumardi Azra, 1999:
langsung dan tak langsung dalam seminar 28). Termasuk penggunaan gelar Syarif,
masuk dan berkembangnya Islam di Said, Muhammad, Maulana juga identik
Nusantara, baik di Medan maupun di dengan asal mereka dari Mekah dan
Aceh, dan sejarawan yang paling gigih kedatangan mereka termasuk paling awal
adalah Hamka dan S.M.N. Naquib al- di kawaasan Nusantara ini. Kemudian
Attas. bukti lain adalah pada tahun 1297 M
Hamka menilai wilayah Gujarat Gujarat masih berada di bawah naungan
bukan tempat asal datangnya Islam, tetapi kerajaan Hindu, setahun kemudian baru
Gujarat hanya sebagai tempat singgah ditaklukkan tentara muslim.
dari saudagar-saudagar Arab seperti dari Teori Persia, dipelopori oleh P.A.
Mekah, Mesir, dan Yaman. Sebenarnya Hoesin Djajadiningrat dari Indonesia.
Mekkah atau Mesir adalah tempat asal Titik pandang teori ini memiliki
pengambilan ajaran Islam (Ahmad perbedaan dengan teori Gujarat dan
Mansur Surya Negara, 2002: 82). Ia juga Mekah mengenai masuk dan datangnya
mendasarkan bahwa mazhab terbesar Islam di Nusantara. Islam masuk ke
yang dianut sebagian besar umat Islam Indonesia menurut Hoesin Djajadiningrat
Nusantara adalah Mazhab Syafi’i sama berasal dari Persia abad ke-7 M. Teori ini
dengan mazhab yang dianut masyarakat memfokuskan tinjauannya pada sosio-
Mekkah masa itu. kultural di kalangan masyarakat Islam
Alasan lain yang memperkuat lahirnya Indonesia yang ada kesamaan dengan di
teori Mekah dikemukakan oleh Sayyid Persia. Di antaranya adalah perayaan
Muhammad Naquib al-Attas bahwa Tabut di beberapa tempat di Indonesia,
sebelum abad ke-17 M. Seluruh literatur dan berkembangnya ajaran Syekh Siti
keagamaan yang relevan tidak satupun Jenar zaman penyebaran Islam Wali Sanga
pengarang muslim tercatat berasal dari ada kesamaan dengan ajaran Sufi al-Hallaj
India. Penulis yang dipandang Barat dari Iran Persia (Ahmad Mansur Surya
sebagai berasal dari India terbukti berasal Negara, 2002: 90). Teori ini banyak
dari Arab atau Persia. Benar bahwa mendapat kritikan ketika diadakan
sebagian karya yang relevan tentang seminar masuk dan berkembangnya Islam
keagamaan itu ditulis di India, tetapi asal di Indonesia yang diselenggarakan di
kedatangan penulis tersebut adalah dari Medan tahun 1963. Kritik itu muncul dari
kawasan jazirah Arab (Mekkah, Mesir, Dahlan Mansur, Abu Bakar Atceh,
Yaman) dan Persia. Ada pula Saifuddin Zuhri, dan Hamka.
kemungkinan kecil sebagiannya berasal Penolakan teori ini didasarkan pada
dari penulis Turki atau Maghrib dan yang alasan bahwa, bila Islam masuk abad ke-
lebih penting bahwa kandungan nilai-nilai 7 M. yang ketika itu kekuasaan dipimpin
ajaran Islam adalah dari Timur Tengah Khalifah Umayyah (Arab), sedangkan

58|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Abd. Ghofur: Islam dan Politik di Brunei Darussalam

Persia Iran belum menduduki Kemudian nama Kerajaan Budha


kepemimpinan dunia Islam. Masuknya Sriwijaya dituliskan dengan nama Cina,
Islam dalam suatu wilayah, bukankah San Fo Tsi. Namun, menurut Selamat
tidak identik langsung berdirinya Muljana ia tidak menyebutkan bahwa ratu
kekuasaan Islam(KH. Sauddin Zuhri, Shita atau Su King Ta adalah orang
1984: 188). peranakan Cina dan kerajaan Budha
Teori Cina , dikemukakan oleh Sriwijaya atau San Fo Tsi adalah kerajaan
Selamet Muljana yang mengatakan bahwa Cina.
sultan-sultan di Kerajaan Demak adalah Kelemahan data dan sistem
peranakan Cina. Demikian pula ia interpretasi data yang dilakukan oleh
menjelaskan bahwa para Wali Sanga Selamat Muljana mendapat kritikan dari
adalah peranakan Cina. Pendapat Selamat G. W.J. Drewes (Islamolog University of
Muljana ini didasarkan dari sebuah Kronik Leiden Belanda), saat beliau berkunjung
klenteng Sam Po Kong (Selamet Muljana, di IAIN Suan Kalijaga Yogyakarta tahun
1968). 1971 M. Ia mencontohkan tulisan J.P
Selamet Muljana memberikan contoh Coen dalam tradisi Jawa penulisan nama
Sultan Demak Panembahan Patah, tokoh sejarah tersebut dijawakan menjadi
sebagai pendukung teori ini dalam Kronik Mur Jangkung. Pengindonesiaan
Sam Po Kong bernama Panembahan Jin Nederland menjadi Belanda bukan berarti
Bun nama Cinanya. Arya Damar sebagai Negara Belanda adalah Indonesia. Alasan
pengasuh Panembahan Jin Bun pada lain bisa juga dikemukakan bahwa tokoh
waktu di Palembang bernama Cina, Swang pendiri Nahdhatul Ulama (NU) KH.
Liong. Sultan Trenggono disebutkan Hasyim As’ary dan KH Ahmad Dahlan
dengan nama Cina yaitu, Tung Ka Lo. Pendiri Muhammadiyah meski namanya
Sedangkan Wali Sanga antara lain Sunan berbahasa Arab tidak berarti mereka
Ampel dengan nama Cina Bong Swee Hoo. adalah orang Arab atau peranakan Arab
Sunan Gunung Jati dengan nama Cina (Ahmad Mansur Surya Negara, 2010:
Toh A Bo (Ahmad Mansur Surya Negara, 101).
2010: 100-101). Sebenarnya menurut Anthony Reid mengungkapkan
A.M. Surya Negara bahwa dalam budaya bahwa konversi massal masyarakat
Cina penulisan sejarah nama tempat yang Melayu kepada Islam terjadi bersamaan
bukan negeri Cina, dan nama orang yang dengan apa yang disebutnya sebagai
bukan bangsa Cina, juga dicinakan ‘masa perdagangan’ (the age of commerce),
penulisannya. Sebagai contoh putri raja masa ketika Asia Tenggara mengalami
Vikramawardana (Raja Kerajaan ‘trade boom’ (abad 15-17) karena
Majapahit terakhir) adalah Suhita dan meningkatnya posisi Nusantara dalam
sebagai Ratu kerajaan Hindu Majapahit, perdagangan Timur-Barat. Van Leur
dituliskan nama Cinanya yaitu Su King Ta. menjelaskan terjadinya konversi massal

59|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Abd. Ghofur: Islam dan Politik di Brunei Darussalam

masyarakat Nusantara kepada Islam Negara, 2002: 75). Sing gahnya


karena adanya perubahan politik di India. Marcopolo selama 5 bulan di pesisir
Pada waktu itu kekuasaan Brahmana telah pantai Utara Sumatera (Aceh sekarang)
runtuh dan digantikan oleh kekuasaan tahun 1292, lalu ia menjelaskan bahwa
Islam Mongol (1526). Lebih lanjut Van selur uh penduduk setempat masih
Leur menegaskan bahwa motivasi bupati menganut kepercayaan Pelbagu, kecuali di
pantai utara Jawa memeluk Islam bertujuan suatu kerajaan yaitu Peurlak yang terletak
untuk mempertahankan kedudukannya. di ujung Timur laut pulau Sumatera telah
Pada saat ini, para bupati menjadikan Islam memeluk Islam, dan itupun hanya
sebagai instrumen politik untuk penduduk kota (pesisir pantai) yang
memperkuat kedudukannya. Hal ini memeluk Islam (Arnold, 1986: 319).
memberikan indikasi bahwa Islam pada Berkaitan dengan masuknya Islam di
masa itu telah tersebar ke seluruh pelosok Brunei pertama sekali, dapat diketahui
nusantara dan telah menjadi agama berdasarkan bukti sejarah Brunei, yaitu
rakyat. Kota-kota di wilayah pesisir batu di perkuburan Islam Rangas, Tutong
muncul dan berkembang menjadi pusat- Bandar Sri Begawan bertuliskan Cina
pusat perdagangan, kekayaan dan bernama P’ukung Chih-mu meninggal
kekuasaan. Pada masa inilah bahasa 1264 M, ia adalah keturunan dari Dinasti
Melayu memainkan peranan yang penting Sung Selatan yang telah banyak memeluk
dalam kegiatan perdagangan dan dakwah Islam. Beliau adalah orang Cina yang
Islamiyah, sehingga menjadikan bahasa masuk Islam. hal ini bisa dibandingkan
Melayu sebagai bahasa lingua franca di dengan masuknya Islam di Cina (Canton)
nusantara. Azyumardi Azra menyebutkan tahun 610 M; Phang Ray Vietnam tahun
bahwa masa-masa ini tidak hanya 1039 M; Trengganu 1303 M; dan Jawa
mengantarkan wilayah Melayu ke dalam (Leran Jawa Timur) tahun 1082 M. Brunei
internasionalisasi perdagangan, tetapi juga bagi kawasan Borneo adalah pusat
kosmopolitanisme kebudayaan yang tidak perkembangan Islam sampai ke wilayah
pernah dialami masyarakat kawasan ini Philipina, karena zaman pemerintahan
pada masa sebelumnya. Sultan Bolkiah (1485-1524) – sultan ke-5
Pendapat kedua didasarkan atas – sangat intensif melakukan penaklukan
sumber-sumber asing yang ditulis oleh dan menyebarkan Islam di wilayah
orang-orang Eropa seperti W.F. Borneo dan Sulu (Philipina Selatan).
Stuterhein; di mana ia berpendapat bahwa Islam semakin berkembang di
Islam masuk ke nusantara pada abad ke kawasan Brunei Darussalam dan Islam
13 M dengan dasar atas bukti Batu Nisan menjadi agama resmi negara sejak
Sultan pertama di Kerajaan Samudra Muhammad Shah memeluk Islam dan
Pasai, yaitu Sultan Al-Malik Al-Saleh yang memerintah di Kerajaan Br unei
wafat 1292 (Ahmad Mansur Surya Darussalam (1406-1408). Islam semakin

60|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Abd. Ghofur: Islam dan Politik di Brunei Darussalam

berkembang terutama semenjak Malaka yang mengamalkan nilai-nilai dan tradisi


sebagai pusat penyebaran dan kebudayaan Melayu yang memiliki unsur-
kebudayaan Islam, jatuh ke tangan unsur kebaikan dan menguntungkan.
Portugal (1511) yang menyebabkan “Islam” artinya suatu kepercayaan yang
banyak ahli dalam bidang agama pindah dianut negara yang bermazhab “ahluss
ke Br unei Darussalam dan sunnah wal jama’ah” sesuai dengan
perkembangan Islam semakin nyata lagi konstiutsi dan citi-cita kemerdekaannya.
semenjak masa pemerintahan Sultan “Beraja” artinya suatu sistem tradisi
Bolkiyah (sultan ke-5) yang wilayah Melayu yang telah lama ada.
kekuasaannya meliputi Suluk, Selandung,
Borneo, kepulauan Sulu, Kepulauan Politik Islam di Brunei Darussalam
Balabac, Pulau Banggi, Pulau Istilah negara dalam kajian ilmu
Balambangan, Matanani dan utara Pulau politik mengandung banyak sekali
Palawan sampai ke Manila. pengertian. Salah satu makna terminologi
Pada masa Sultan Hassan (Sultan ke- negara dikemukakan oleh Roger F. Soltau
9) beliau melakukan beberapa kebijakan bahwa “The State is an agency or authority
yang menyangkut tata pemerintahan: 1) managing or controlling these (common) affairs
menyusun institusi pemerintahan agama on behalf of and in the name of the community”
karena agama memainkan peranan (Soltau,1982: 1). Maksudnya negara
penting dalam memandu negara Brunei adalah alat (agency) atau wewenang
ke arah kesejahteraan rakyat; 2) menyusun (authority) untuk mengatur atau
adat istiadat yang dipakai dalam semua mengendalikan persoalan-persoalan
upacara, baik suka maupun duka di bersama atas nama masyarakat. Dalam
samping menciptakan atribut kebesaran terminologi tersebut paling tidak ada
dan perhiasan raja; 3) menguatkan bebesrapa aspek yang tercakup dalam
undang-undang Islam, yaitu Hukum negara di antaranya: memaksa, artinya
Qanun yang mengandung 46 pasal dan 6 agar undang-undang yanag diterapkan
bagian. pemerintah untuk mengatur masyarakat
Pada tahun 1888-1983 M Brunei dapat dilaksanakan, terutama apabila
Darussalam berada di bawah penjajahan sebagian masyarakat yang menentang
Inggris. Br unei memproklamirkan undang-undang tersebut (anarki), dan hal
kemerdekaannya pada tanggal 31 ini perlu ada tindakan tegas dari
Desember 1983 dan Inggris angkat kaki pemerintah; ada pula unsur all encompasing,
dari Brunei pada tanggal 1 Januari 1984 artinya undang-undang yang akan
maka secara resmi Brunei bebas dari diterapkan harus mencakup semua orang
penjahan Inggris. Setelah merdeka Brunei tanpa kecuali, yaitu tidak mengenal
menjadi sebuah negara Melayu Islam perbedaan suku, ras, keturunan, dan
Beraja. “Melayu” artinya negara Melayu agama.

61|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Abd. Ghofur: Islam dan Politik di Brunei Darussalam

Dalam memahami hubungan antara dan Muhammad Imarah (Munawir


Islam dan negara, terdapat tiga teori yang Syadzali, 2004: 1-2).
menarik untuk dimunculkan sebagaimana Kedudukan dan hubungan antara
dikemukakan Munawir Syadzali. Ia Islam dan sistem politik pemerintahan
mengelompokkan hubungan ini menjadi Brunei Darussalam amat jelas dapat
tiga aliran yang memiliki pandangan dikelompokkan pada aliran: pertama, yaitu
berbeda-beda satu dengan lainnya. dalam perundang-undangan Islam yang
Pertama, Islam dianggap bukanlah semata- mengatur sendi kehidupan negara
mata ajaran dalam pengertian Barat, dikendalikan oleh sultan, namun dalam
yakni hanya menyangkut hubungan praktiknya Undang-undang Dasar Islam ini
manusia dengan Tuhan. Sebaliknya Islam masih terbatas dan belum menggambarkan
adalah agama yang sempurna untuk kewenangan negara terhadap Islam. Namun
segala aspek kehidupan manusia, begitu, kedudukan Sultan sebagai pemimpin
termasuk dalam urusan negara. Tokoh- agama amat kuat, ia dibantu oleh Perdana
tokoh aliran ini antara lain Hasan al- Menteri, menteri-menteri, dan jabatan
Banna, Sayyid Kuttub, dan Al-Maududi. strategis lainnya. Mereka yang dilantik oleh
Kedua, Islam dipandang sebagai agama Sultan sebagai pembantu-pembantunya
dalam pengertian Barat yang tidak ada diharuskan berlatar dari etnik Melayu
hubungannya dengan urusan kenegaraan. yang beragama Islam dan lebih khusus
Nabi Muhammad dipandang sebagai harus bermazhab Syafi’i dari segi fiqih
seorang rasul biasa, seperti rasul lainnya, dan Ahli sunnah wal jama’ah dari sisi
tidak pernah dimaksudkan untuk aqidahnya (Perlembagaan Brunei 1959,
mendirikan dan mengepalai satu negara. Bab 5, 1984).
Tokoh aliran ini antara lain Ali Abdul Untuk menunjukkan identitas
Raziq; dan Thaha Husein. ideologi Negara Brunei, sultan dalam
Kemudian aliran ketiga menolak beberapa kesempatan mengeluarkan
pandangan bahwa Islam adalah suatu dekrit yang isinya: Membuat garis pemisah
agama yang serba lengkap, termasuk di antara Islam pribumi dan Islam luar,
dalamnya memiliki sistem kenegaraan, terutama kaum fundamentalis, termasuk
tetapi aliran ini juga menolak anggapan gerakan al-Arqam dari Malaysia; Sultan
bahwa Islam dalam pengertian Barat, mengharuskan warga Melayu mampu
yang hanya mengatur hubungan antara membaca al-Qur’an dengan mengeluarkan
manusia dengan Tuhan. Kelompok ini dana 2 juta dolar Brunei untuk merealisasikan
berpendirian bahwa dalam Islam tidak kebijakan ini; Memerintahkan pentingnya
terdapat sistem kenegaraan, tetapi terdapat pengajaran bahasa Melayu dalam aksara Jawi
seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan (Arab-Melayu), agar masyarakat memahami
bernegara. Tokoh aliran ini antara lain hubungan antara bahasa Melayu dengan
Moh. Husei Haikal, Komaruddin Khan warisan budaya Islamnya; Pemerintah

62|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Abd. Ghofur: Islam dan Politik di Brunei Darussalam

juga melarang jual beli minuman keras di Adat di Brunei dijadikan undang-
toko-toko atau hotel. undang tetapi berakulturasi dengan ajaran
Penetapan Mazhab Syafi’i (fiqh) dan Islam. Undang-undang ini telah menjadi
Mazhab Ahl Sunnah wal Jamaah yang pegangan hidup masyarakat sebelum
ter maktub dalam MIB sebenarnya kedatangan Inggris ke Brunei. Apabila
dilatarbelakangi beberapa faktor historis orang Melayu menganut Islam, maka
yaitu: undang-undang Islam telah diterima dan
a. Sekitar abad ke-17 dan 18 M sampai adat Melayu mulai disesuaikan dengan
masa abad ke-20-an di Kesultanan Islam supaya tidak bertentangan dengan
Brunei dijumpai kitab-kitab yang undang-undang Islam. Sungguhpun adat
dijadikan standar kurikulum tidak menjadi suatu sumber undang-
cenderung mengarah ke Mazhab undang Islam, tetapi Islam membolehkan
Syafi’i dan Ahl Sunnah waj Jama’ah, adat diterima dan diikuti oleh pemeluk
seperti: Sabilul Muhtadin (karya Daud Islam, selama adat itu tidak bertentangan
Fatani); al-Mukhtasar dan Siratal dengan undang-undang Islam. Adat yang
Mustaqim (karya ar-Raniry); Ghayatut dianggap baik, bermanfa’at dan tidak
Taqrib fil Irthi wat-Ta’shib, dan lain- bertentangan dengan Islam dapat
lain. diterima dan dijadikan pedoman bagi
b. Mazhab Syafi’i juga menjadi pemeluk Islam (Ahmad Ibrahim &
pegangan para ulama Brunei dan Mahmud Saedon Awang Othman, 1988:
kebanyakan ulama nusantara. Karena 1).
umumnya kitab yang dikarang Di Brunei Darussalam adat yang
berbahasa Arab Melayu. menjadi rujukan masyarakat ialah Adat
c. Pada tahun 1930-an s/d 1940-an Istiadat dan Resam. Misalnya Adat
terdapat pergesekan atau konflik Istiadat Diraja Brunei, di antaranya
dalam masyarakat, antara kelompok mengandung beberapa hal terkait tentang
“bergondol” (tidak berkupiah) sultan, panggilan nama kehormatan,
karena alasan modern dengan susunan dan adat istiadat pembesar-
kelompok berkupiah. Dalam pembesar negara, adat kesopanan, adat
masyarakat ada yang saling menggelar, ciri, susunan duduk, dan adat
mendukung dan menolak. dalam Majlis kerajaan, alat-alat dan
d. Untuk menetralisir perselisihan dalam perhiasan-perhiasan kebesaran diraja dan
masyarakat dari berbagai kelompok peraturan memberi penghor matan
yang ada, maka sejak Sultan Abdul kepada sultan dan pembesarnya.
Momin (raja ke-12 tahun 1852-1885) Sedangkan pemberlakuan dan
kerajaan terlibat menjadi pendukung perlaksanaan hukum syarak lebih
salah satu mazhab yaitu Syafii dan Ahl menonjol di zaman pemerintahan Sultan
Sunnah wal Jamaah. Syarif Ali (Siti Zaliha Haji Abu Salim,

63|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Abd. Ghofur: Islam dan Politik di Brunei Darussalam

1995: 65). Pada saat Sultan Syarif Ali Brunei itu sebagian besarnya berdasarkan
diangkat menjadi raja, baginda mulai ajaran Islam, apalagi dalam persoalan
membuat undang-undang yang didasarkan perkawinan dan perceraian, jinayah dan
pada hukum syara’. Pemakaian hukum mahkamah, demikian juga dalam hal jual
syara’ sebagai pegangan dan undang- beli dan riba. Sedangkan sebagian yang
undang dilaksanakan secara berangsur- lainnya terdapat pula hukum yang
angsur. Sultan Syarif Ali di awal bersandar pada adat, seperti yang
pemerintahannya berusaha mengukuhkan dinyatakan dalam mukaddimah Hukum
ajaran Islam dan ia juga membina Kanun tersebut.
masyarakat yang berbasis pada masjid. Setelah masuknya Inggris di kawasan
Hukum Kanun Brunei diyakini telah Brunei Darussalam tahun 1847 M untuk
ditulis dan dikukuhkan pada zaman menjalin hubungan kerjasama dalam
pemerintahan Sultan Hassan. Sultan bidang perdagangan. Maka pada tahun
Hasan adalah sultan Brunei ke 9. Ia 1888 M Brunei resmi masuk sebagai
memerintah sekitar tahun 1598-1659 M. negara-negara dalam wilayah
Pada masa pemerintahan baginda telah Perlindungan atau persekutuan Inggris.
mengamalkan dan melaksanakan Perjanjian kerjasama kedua belah pihak
beberapa adat istiadat, peraturan- di kemudian hari memberikan pengaruh
peraturan negara dan Hukum Kanun. dalam pesnyelenggaraan kekuasaan
Namun, ada kemungkinan besar Sultan. Pada tahun 1906 M beberapa
penulisannya telah dimulai sultan perjanjian lagi ditandatangani yang
sebelumnya tetapi belum ada bukti kukuh dinamakan Perjanjian Tambahan, yang
mengenainya. Walau bagaimanapun mengangkat seorang Residen dari pihak
pelaksanaan dan pelaksanaan Hukum Inggris. Nasehat Residen perlu diperoleh
Kanun sudah berlaku sejak zaman dahulu dalam semua hal kecuali yang berkaitan
lagi. Dalam hal ini, jelas bahwa sebelum dengan agama Islam. Sedangkan sistem
kedatangan Inggris, kesultanan Brunei kerajaan pihak Inggris tidak boleh
telah diperintah berdasarkan Undang- melakukan intervensi sebagaimana terjadi
undang Hukum Kanun Islam Brunei di negeri-negari Melayu ter masuk
yang berdasarkan hukum syara’. Semenanjung Malaya Malaysia juga
Pemakaian dan perlaksanaan Hukum berada dalam naungan Inggris.
Konun Islam berlaku meluas dan Kemudian pada tahun 1959 Brunei
menyeluruh di wilayah kekuasaan Sultan telah mempunyai perlembangan
(Mahmud Saedon Awang Othman: 26). tersendiri. Dalam perlembagaan itu telah
Setelah diteliti dan dikaji berkaitan memberikan kedudukan istimewa
tentang Hukum Kanun Brunei itu dan mengenai agama Islam. “The religion of
dibandingkan dengan ajaran Islam, maka Brunei Darussalam shall be the Muslim
dapat dipahami bahawa Hukum Kanun Religion according to the Shafei Sect of that

64|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Abd. Ghofur: Islam dan Politik di Brunei Darussalam

religion: Provided that all other religions may be sistem residensi dalam persekutuan
practised in peace and harmony by the persons Inggris pada tahun 1959 M di Brunei,
professing them in any part of Brunei maka selanjutnya otonomi internal
Darussalam.The Head of the Religion of diberikan pada Br unei dan Sultan
Brunei Darussalam shall be His Majesty the diberikan kekuasaan eksekutif. Dibuatlah
Sultan and Yang Dipertuan” (Perlembagaan Undang-undang baru mulai diberlakukan
Brunei 1959, Bab 3, 1984). Dengan pada tahun 1959 yang menjadi dasar
dijadikannya agama Islam sebagai agama pembentukan Dewan Legislatif yang
resmi negara, pengembangan Islam dapat anggotanya sebagian dipilih berdasarkan
dikembangkan dengan seluas-luasnya ke pemilihan(B A Hussainmiya, 1995). Partai
dalam berbagai aspek kehidupan baik Rakyat Brunei (PRB) kemudian
sosial, ekonomi, pendidikan, politik memenangkan semua kursi untuk Dewan
maupun lainnya. Sehingga agama Islam Legislatif berdasarkan hasil pemilihan.
dapat dijadikan tong gak dalam Tetapi, adanya perlawanan bersenjata
pembangunan negara. yang diprakarsai oleh PRB pada tahun
Meskipun kedudukan agama Islam 1962 terhadap rencana persatuan Brunei
begitu jelas dalam Perlembagaan negara dan Malaysia menghambat para kandidat
tetapi undang-undang Islam sebagai terpilih untuk memulai tugas mereka
undang-undang dasar masih sangat terbatas secara resmi. Perlawanan bersenjata
dan belum menggambarkan Negara Islam tersebut, walaupun dengan cepat
yang sebenarnya. Kedudukan Sultan yang dikendalikan oleh Inggris, merupakan
begitu absolut di dalam negara dan suatu peristiwa penting di dalam sejarah
pemerintahan, termasuk sebagai Ketua politik Brunei; peristiwa tersebut
Agama tentulah mempunyai peran istimewa menyebabkan perasaan tak berdaya dan
dalam Perlembagaan negara. Apalagi bila tidak aman yang masih bertahan sampai
terjadi pergantian kepemimpinan seperti sekarang. Peristiwa tersebut juga
perlantikan Perdana Menteri, menteri- menyediakan alasan bagi Omar Ali
menteri, dan Pejabat negara, kesemuanya Saifuddin III, yang kemudian menjadi
berada di bawah kendali Sultan (Pindaan Sultan Brunei, dengan alasan untuk
Perlembagaan tahun 1984). Mereka yang memberlakukan peraturan-peraturan
dilantik untuk menduduki jabatan tersebut darurat, untuk menunda perubahan
disyaratkan mesti orang yang berbangsa konstitusi dan juga mempengaruhi
Melayu, beragama Islam yang bermazhab keputusan sultan untuk menolak
Syafi’i dari aspek pemahaman fiqih dan Ahli penggabungan Brunei dengan Malaysia.
al-Sunnah wa al-Jama’ah dari aspek Menolak untuk mengalah pada tekanan
pemahaman akidahnya (Perlembagaan Inggris untuk mengadakan perubahan
Brunei 1959, Bab 5, 1984). konstitusi, Sultan mengundurkan diri
Selanjutnya memasuki akhir periode pada tahun 1967 dan menyerahkan tahta

65|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Abd. Ghofur: Islam dan Politik di Brunei Darussalam

kerajaan pada putranya, haji Hassanal didukung oleh program kesejahteraan


Bolkiah (Saunders,1994: 147). Dengan yang melimpah (Roberts and Lee Poh
demikian, bisa dikatakan bahwa Onn, 2009: 74).
kolonialisasi Inggris memberi nafas Konsepsi tentang politik
kehidupan bagi kesultanan yang telah pemerintahan Islam Brunei Darussalam
melemah dan terpecah-pecah, dan tentu amat berbeda dengan yang banyak
mengubahnya menjadi suatu sistem dilontarkan oleh para pemikir Islam
kekuasaan yang masih terpusat pada seperti Abu A’la al-Maududui, Hasan al-
kekuasaan Sultan. Banna, Ali al-Nadvi, Sayyid Kutub, dan
Bila ditinjau dari sisi sistem politik lainnya. Pandangan mereka tentang
modern, bahwa sistem pemerintahan hubungan Islam dan negara amat berbeda
kerajaan yang absolut tidak akan mampu dengan pemikir-pemikir muslim lain
bertahan melawan tekanan negara seperti Muhammad Imarah dan
modern. Para penguasa kerajaan Qomaruddin Khan. Kelompok terakhir
dihadapkan pada dilema sistem ini lebih memahami Islam dengan tidak
pemerintahan yang sentralistik, sementara menentukan suatu sistem pemerintahan
sistem politik modern berusaha tertentu bagi kekuasaan kaum muslimin
mengurangi kekuasaan dan otoritas para yang menjadi penguasa di suatu negeri.
Raja, dan mengharuskan para raja untuk Lebih lanjut Muhammad Imarah
berbagi kekuasaan dengan beragam menjelaskan bahwa Islam sebagai agama
kelompok sosial baru, seperti kelas tidak menentukan suatu sistem
menengah urban, yang tumbuh dengan pemerintahan tertentu bagi kaum
pesat sebagaimana model Montesque, muslimin, karena logika tentang kesesuaian
yaitu terpisahnya antara kekuasaan agama Islam untuk sepanjang zaman dan
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. tempat menuntut agar persoalan-persoalan
Namun, uniknya Brunei telah berhasil yang selalu berubah oleh kekuatan evolusi
menghambat kemungkinan ini dan justru harus diserahkan kepada akal manusia
berkembang dan tumbuh sebagai negara untuk memikirkannya, dibentuk untuk
neo-tradisional yang konservatif. Mereka kepentingan umum dan dalam kerangka
menggunakan suatu formula legitimasi prinsip umum yang telah digariskan oleh
yang dilandaskan atas dasar agama, agama (Imarah, 1980: 76-77; Bakhtiar
budaya, dan tradisi, untuk mengikuti Efendi, 2005: 13).
perkembangan sosial ekonomi yang Hal senada juga dikemukakan oleh
pesat. Pemerintah Brunei telah mampu Qomaruddin Khan (1992: 75-76), bahwa
mengembangkan sistem legitimasi ada pandangan yang salah dalam pikiran
kekuasaan yang bisa mengambil hati sebagian kaum muslimin dewasa ini yang
rakyat sehingga mampu mensejahterakan menganggap al-Qur’an berisi penjelasan
rakyatnya di bidang ekonomi yang yang menyeluruh tentang segala sesuatu.

66|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Abd. Ghofur: Islam dan Politik di Brunei Darussalam

Kesalahpahaman ini disebakan pemerintahan yang ia bentuk dengan


pemahaman keliru terhadap ayat yang tujuan untuk mengurangi ketidakpuasan
artinya “Dan kami turunkan kepadamu kitab di antara beragam kelompok sosial yang
suci untuk menjelaskan segala sesuatu dan bar u muncul. Dengan menjalin
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi persekutuan dengan para kelompok-
orang yang berserah diri” (QS. 16: 89). Ayat kelompok elit baru dalam masyarakat ini,
ini dimaksudkan untuk mengatakan Sultan juga berhasil mengurangi
bahwa al-Qur’an mengandung penjelasan ketergantungannya pada keluarga kerajaan
tentang segala aspek panduan moral. Dan dan golongan elit tradisional.
bukan mengatur secara sistemik segala Golongan masyarakat elit
aspek kehidupan manusia. berpendidikan tinggi diberikan posisi
Ada beberapa perubahan terjadi yang penting di dalam pemerintahan yang
dalam sistem politik di Brunei dibentuk oleh Sultan. Putra sultan,
Darussalam setelah memperoleh pangeran haji Al-Muhtadee Billah,
kemerdekaan pada tahun 1984. Brunei diangkat sebagai putra mahkota pada
dihadapkan pada tugas yang sulit untuk tahun 1998 dan dipromosikan sebagai
membentuk institusi pemerintahan. menteri senior pada tahun 2005. Selama
Sultan memiliki kekuasaan mutlak, tapi dekade terakhir, ia telah diberi peran yang
pada saat yang sama ia memahami lebih penting lagi, Dalam event-event
pentingnya pengembangan institusi penting kerajaan, ia mewakili sultan,
profesional milik pemerintah yang akan menghadiri acara publik dan menyambut
membantu dirinya dalam memenuhi tamu-tamu penting dari negara asing
kebutuhan untuk memerintah dalam untuk menjamin terjadinya transisi
sistem politik negara modern. Suatu kekuasaan yang berjalan mulus. Sejak
bentuk pemerintahan kabinet kemerdekaan, jarang sekali ada upaya
diumumkan pada tahun 1984. Tetapi, di untuk memperkenalkan perwakilan
dalam kabinet tersebut, Sultan masih pemerintah dengan posisi penting, dan
memiliki kekuasaan yang luar biasa. Ia kekuasaan tersentralisasi pada sultan.
berfungsi sebagai perdana menteri,
menteri keuangan, dan menteri dalam Kesimpulan
negeri pada saat yang bersamaan, Dari uraian di atas dapat diambil
disamping sebagai pimpinan tertinggi beberapa kesimpulan, yaitu masuknya
Angkatan Bersenjata Kerajaan (Leake, Islam di Br unei dapat diketahui
1990: 68). Untuk membangun komunikasi berdasarkan bukti sejarah Brunei, berupa
kepada semua golongan lapisan batu nisan Cina muslim di Ranggas,
masyarakat, sultan memperkerjakan Tutong Bandar Sri Begawan bertuliskan
golongan elit baru masyarakat yang Cina bernama P’ukung Chih-mu meninggal
berpendidikan tinggi di dalam 1264 M, ia adalah keturunan dari Dinasti

67|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Abd. Ghofur: Islam dan Politik di Brunei Darussalam

Sung Selatan yang telah banyak memeluk Menemukan Sejarah, Wacana


Islam. Brunei didiami oleh beragam etnis Pergerakan Islam di Indonesia.
yang 2/3 etnis Melayu muslim; kemudian Bandung: Mizan.
1/5 etnik Cina dan sisanya etnis India ———.(2010). Api Sejarah. Bandung:
Ideologinegara yang dibangun Salamadani.
pemerintahan Brunei, yaitu Melayu Islam Azyumardi Azra. (1994). Perspektif Islam
Beraja (MIB) yang terdiri dari 2 dasar, yaitu: di Asia Tenggara. Jakarta: Yayasan
pertama, Islam sebagai Guiding Principle, dan OborIndonesia.
kedua Islam sebagai Form of Fortification. Dua ———. (1999). Jaringan Ulama Timur Tengah
dasar ini kemudian membentengi dan Kepulauan Nusantara Abad XVII
penanaman nilai-nilai keislaman dalam dan XVIII M. Bandung: Mizan.
konteks kenegaraan (pengekalan) tiga Bakhtiar Efendi. (2005). Islam dan Negara:
konsep, yaitu Mengekalkan Negara Melayu; Transformasi Pemikiran dan Praktek
Mengekalkan Negara Islam (hukum Islam Politik Islam di Indonesia. Jakarta:
yang bermazhab Syafii – dari sisi fiqhnya – Paramadina.
dan bermazhab Ahl Sunnah wal Jamaah B A Hussainmiya. (1995). Sultan Omar Ali
dari sisi akidahnya); dan Mengekalkan Saifuddin III and Britain: The Making
negara beraja. Kedudukan agama Islam of Brunei Darussalam. Kuala
begitu jelas dalam Perlembagaan negara Lumpur: OxfordUniversity Press.
tetapi undang-undang Islam sebagai Deliar Noer. (1986). Bunga Rampai dari
undang-undang dasar jabarannya masih Negeri Kangguru Australia. Jakarta:
sangat terbatas dan belum menggambarkan Panji Masyarakat.
Negara Islam yang sebenarnya. Kedudukan Funston, John (ed.). (2001). Government
Sultan yang begitu absolut di dalam negara and Politicsin Southeast Asia.
dan pemerintahan, termasuk sebagai Ketua Singapure: ISEAS.
Agama mempunyai peran istimewa dalam https://freedomhouse.org/report/
Perlembagaan negara. freedom-world/2011/brunei.
http://www.gov.bn/bm/Pages/About-
Brunei.aspx.
Daftar Kepustakaan http://www.kerajaannusantara.com/id/
brunei-darussalam/sejarah
A. Hasymy. (1994). Sejarah Masuk dann Imarah,Muhammad. (1980). Al-Islam wa
Berkembangnya Islam di Indonesia. al-Sulthah al-Diniyah. Kairo: Dar-
Bandung: Al Maarif. al Saqafah al-Jadidah.
Abdul Aziz Thaba. (1998).Islam dan Khan,Qomaruddin. (1992). Political
Negara Dalam Politik Orde Baru. Consepts in The Quran. Lahore:
Jakarta: Gema Insani Press. Islamic Book Foundation.
Ahmad Mansur Surya Negara. (2002). Leake, David. (1990).Brunei:The Modern

68|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015
Abd. Ghofur: Islam dan Politik di Brunei Darussalam

Southeast Asian of Islamic Sultanate. Brunei.Kuala Lumpur: Oxford


Kuala Lumpur: Forum. University Press.
Mahmud Saedon Awang Othman. Selamet Muljana. (1968). Runtuhnya
Perlaksanaan dan Pentadbiran Kerajaan Hindu Jawa dann Timbulnya
Undang-undang Islam di Negara Negara-negara Islam di Nusantara.
Brunei Darussalam: Satu Tinjauan. Jakarta: Bhatara.
Marwati Djuneid & Nugroho Noto Siti Zaliha Haji Abu Salim.
Susanto. (1988). Sejarah Nasional ”Perkembangan Undang-undang
Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka. Di Brunei Sebelum Sistem
Munawir Syadzali. (2004). Islam dan Tata Pemerintahan Beresiden”. dalam
Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran. Jurnal Beriga, April-Jun 1995.
Jakarta: Universitas Indonesia Press. Soltau, Roger F. (1982). An Introduction to
Perlembagaan Brunei 1959. Politics. London: Longmans.
Pindaan Perlembagaan Brunei tahun 1984. Taufik Abdullah. (1994). Sejarah dan
Saifuddin Zuhri. (1984). Sejarah Kebangkitan Masyarakat: Lintasan Historis Islam
Islam dan Perkembangannya di di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia. Bandung: al-Maarif. Indonesia.
Saunders, Graham. (1994). A History of

69|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.7, No.1 Januari-Juni 2015

Anda mungkin juga menyukai