Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan merupakan wujud nyata dari penjaminan mutu

pendidikan oleh pemerintah. Pada Bab II pasal 2 ayat 1 Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa “Lingkup Standar

Nasional Pendidikan meliputi : Standar Isi, Standar Proses, Standar

Kompetensi Lulusan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar

Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan

Standar Penilaian Pendidikan”.

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan memiliki peran penting

dalam peningkatan mutu pendidikan. Oleh sebab itu pemerintah melakukan

menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 13

Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah yang mengatur

tentang persyaratan kualifikasi dan kompetensi yang harus dimiliki oleh

seorang kepala sekolah. Hal ini menyadarkan kita bahwa kepala sekolah

memiliki peran penting dalam pendidikan. Keberhasilan kepala sekolah dalam

meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tidak dapat dileaskan dari

kompetensi dan kemampuannya utuk memainkan tugas, peran dan fungsinya.

Untuk dapat menjadi kepala sekolah, guru harus memenuhi beberapa

persyaratan. Hal ini telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional (Permendiknas) No. 28 Tahun 2010 tentang penugasan guru

Sri Hastuti, M. Pd

1
2

sebagai kepala sekolah. Permendiknas tersebut memberikan angin segar bagi

peningkatan profesionalisme seorang kepala sekolah. Dalam permendiknas

tersebut dijelaskan bahwa seorang guru dapat diangkat menjadi kepala

sekolah/madrasah harus memiliki sertifikat kepala sekolah. Dimana sertifikat

kepala sekolah memberikan legaltas kompetensi kepala Sekolah. Artinya

Seorang calon kepala sekolah harus melalui tahapan dalam mendapatkan

Sertifikat tersebut. Tahapan ini berupa rekrutmen serta pendidikan dan

pelatihan sebagai kegiatan pemberian pengalaman pembelajaran teoritik

maupun praktik yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan pengetahuan,

sikap dan keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian,

manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.

Pelaksanaan tahapan sertifikasi kepala sekolah dilakukan oleh lembaga

pemerintah dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam hal ini

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS).

Tahapan yang dilakukan oleh LPPKS berguna untuk menghasilkan kepala

sekolah yang berkompeten dan profesional. LPPKS bekerjasama dengan

Pemerintah daerah Sijunjung. Dimana Pemerintah Kabupaten Sijunjung

berkomitmen dalam peningkatan mutu pendidikan.

Tahapan rekrutmen telah dilakukan dan menghasilkan sejumlah

peserta. Kemudian dilanjutkan dengan Pendidikan dan pelatihan. Pendidikan

dan pelatihan dilaksanakan dalam 2 bentuk yaitu kegiatan tatap muka (in

servis-1) dalam kurun waktu 70 jam, dan Kegiatan on the job learning (OJL)

dalam kurun waktu 200 Jam. Serta kegiatan in servis 2 dalam kurun waktu 32

Jam. .

Sri Hastuti, M. Pd
3

Kegiatan OJL penting bagi peserta diklat untuk mempraktikkan

kompetensi yang telah dipelajari selama kegiatan tatap muka. Kegiatan OJL

dilaksanakan di 2 sekolah yaitu di Sekolah asal (Sekolah Magang 1) dan

Sekolah magang 2. Kegiatan yang dilakukan selama OJL diharapkan dapat

meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah dalam meningkatkan

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi manajerial,

kompetensi kewirausahaan dan kompetensi supervisi.

Kegiatan OJL telah diatur dan dijelaskan pada saat kegiatan in servis 1.

Kegiatan itu meliputi: pelaksanaan rencana tindak kepemimpinan, oservasi

pembelajaran guru yunior, penyusunan perangkat pembelajaran,

melaksanakan tuas mandiri kajian manajerial, peningkatan kompetensi di

sekolah magang berdasarkan hasil AKPK calon kepala Sekolah.

Penulis sebagai peserta diklat calon kepala sekolah bertugas di SMK

Negeri 2 Sijunjung semenjak tahun 2009 sampai sekarang. Penulis memulai

karir sebagai guru di SMP Negeri 22 Sijunjung pada tahun 2003 hingga maret

2009.

Dalam kegiatan Rencana Tindak kepemimpinan (RTK) harus didasarkan

hasil EDS SMK Negeri 2 Sijunjung dan peningkatan AKPK penulis sebagai

calon kepala sekolah pada kompetensi sosial, kepribadian dan

kewirausahaan. Dari hasil EDS SMK Negeri 2 Sijunjung pelaksanaan

penilaian oleh pendidik belum optimal. Dan disertai dengan mulai berlakunya

kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2016/2017 ini, maka perlu adanya

upaya peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian.

Sehingga pelaksanaan penilaian dapat berjalan dengan baik maka perlu

diadakan kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensi guru, serta

Sri Hastuti, M. Pd
4

meningkatkan kompetensi penulis sebagai calon kepala Sekolah. Kegiatan

ini dilakukan di sekolah asal penulis melalui kegiatan Bimtek.

Sedangkan di sekolah magang 2, penulis memfokuskan kegiatan pada

kompetensi Kewirausahaan. Hal ini berdasarkan hasil analisis kebutuhan

pengembangan kompetensi (AKPK) penulis yang menunjukkan bahwa

kompetensi kewirausahaan yang terlemah. Hal ini juga didukung dengan

potensi yang dimiliki oleh kepala sekolah magang 2 dalam kompetensi

kewirausahaan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menyusun rencana

tindak kepemimpinan dengan judul “ Upaya Peningkatan Kompetensi Guru

SMK Negeri 2 Sijunjung dalam Pelakasanaan Penilaian Kurikulum 2013

melalui Kegiatan Bimtek”

B. Tujuan On The Job Learning

Secara umum tujuan kegiatan OJL ini adalah untuk meningkatkan

kemampuan 5 kompetensi Calon kepala sekolah dengan mempraktikkannya

pada sekolah magang 1 dan sekolah magang 2. Secara khusus tujuan

kegiatan OJL adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kompetensi kepribadian, sosial dan kewirausahaan calon

kepala sekolah dalam bentuk pelaksanaan tindak kepemimpinan di

sekolah magang 1

2. Meningkatkan kompetensi manajerial calon kepala sekolah dengan

melakukan pengkajian 9 aspek manajerial di sekolah magang 1 dan 2

Sri Hastuti, M. Pd
5

3. Meningkatkan kompetensi supervisi akademiik calon kepala sekolah

dalam bentuk pelaksanaan observasi guru yunior pada sekolah magang

4. Meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah dalam menyusun

perangkat pembelajaran di sekolah magang 1

5. Meningkatkan kompetensi kewirausahaan calon kepala sekolah

berdasarkan hasil AKPK terendah sekolah magang 2 melalui kegatan

praktik dan teori dengan pembimbingan kepala sekolah magang 2

6. Meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah dalam kegiatan non

akademis di sekolah magang 1 dan 2

C. Hasil yang diharapkan

Hasil yang diharapkan setelah kegiatan on the job learning (OJL)

adalah, suatu kondisi dimana calon kepala sekolah memiliki kemampuan

sebagai berikut:

1. Mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dan sosial dalam setiap kegiatan

OJL, khususnya pada pelaksanaan RTK.

2. Mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan dalam setiap kegiatan OJL,

khususnya pada pelaksanaan RTK.

3. Tersusunnya perangkat pembelajaran (RPP, Bahan Ajar, dan Evaluasi)

sesuai standar.

4. Mengintegrasikan nilai-nilai kepemimpinan yang selalu menempatkan

pembelajaran pada prioritas utama dalam pengambilan keputusan.

5. Memetakan kesenjangan sekolah sendiri dan sekolah magang lain dan

menyusun alternatif solusi untuk mengatasi kesenjangan.

Sri Hastuti, M. Pd
6

6. Melaksanakan pra observasi, observasi dan post observasi dalam

supervisi guru junior.

7. Mengelola teman sejawat untuk menyusun bahan ajar sebagai solusi

untuk perbaikan standar kelulusan (SKL).

Sri Hastuti, M. Pd

Anda mungkin juga menyukai