Anda di halaman 1dari 42

BAB III

PELAKSANAAN RENCANA TINDAK LANJUT

Rencana tindak lanjut (RTL) pada kegiatan OJL adalah rencana kegiatan

yang dilaksanakan penulis sebagai calon kepala sekolah dalam meningkatkan

kompetensi sesuai dengan aturan yang berlaku. Rencana tindak lanjut

dilaksanakan dalam bentuk kegiatan praktik dan kajian teoritis yang

dilaksanakan di 2 sekolah. Sekolah magang 1 adalah SMK Negeri 2 Sijunjung

dan sekolah magang 2 adalah SMK Negeri 3 Sijunjung. Dalam Pelakanaannya

RTL terbagi atas beberapa bagian yaitu:

1. Rencana Tindak Kepemimpinan (RTK) yang dilaksanakan di sekolah

magang 1 dengan pelaksanaan 40 jam pelajaran.

2. Observasi Pembelajaran Guru Yunior dilaksanakan di sekolah magang 1

selama 20 jp

3. Penyusunan program pembelajaran 40 jp

4. Kajian Manajerial terhadap 8 standar nasional pendidikan yang terdapat

pada sekolah magang 1 dan 2. Pelaksanaan kajian matriks manajerial di

sekolah magang 1 adalah 40 jp, sedangkan kajian manajerial untuk sekolah

magang 2 adalah 10 jp.

5. Upaya peningkatan kompetensi di sekolah magang 2 selama 20 jp.

6. Penyusunan Portofolio kegiatan OJL selama 10 jp

Dalam perancangan Rencana tindak kepemimpinan calon kepala sekolah

berdasar kesimpulan hasil pemetaan AKPK. Hasil AKPK penulis diperoleh

sebelum seleksi Akademik. Adapun tingkatan penguasaan kompetensi penulis

sebagai calon kepala sekolah pada kompetensi kepribadian adalah 96,43, pada

1 Sri Hastuti, M. Pd
2

kompetensi manajerial 73,21,pada kompetensi kewirausahaan 70,00,

kompetensi supervisi 70,83, dan kompetensi sosial 75,00. Berikut grafik dan

tabel hasil AKPK penulis.

Kod Jumla
Hasil AKPK Kepribadian
Calon Kepala Sekolah
Kompetensi e h
100
Kepribadian 1 94,63

50 Manajerial 2 73,21
Sosial Kompetensi Manajerial
Kewirausahaa
0 n 3 70,00
Supervisi 4 70,83
Sosial 5 75,00

Supervisi Kewirausahaan

Hasil kompetensi di atas menjadi acuan bagi penulis dalam menyusun

rencana tindak kepemimpinan dan pengembangan program peningkatan

kompetensi penulis sebagai calon kepala sekolah. Sehingga bagian yang kurang

dapat dipenuhi dengan adanya kegiatan tindak lanjut (OJL) yang dilaksanakan

dengan pola 200 jp.

A. RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN

Rencana Tindak Kepemimpinan (RTK) adalah penjabaran rencana

pengembangan sekolah secara operasional yang di dalamnya memuat tindakan–

tindakan kepemimpinana calon kepala sekolah dalam menjalankan

program/kegiatan untuk peningkatan kinerja sekolah. RTK merupakan Kegiatan

yang dilakukan calon kepala sekolah berdasarkan hasil analisis EDS dan AKPK

calon kepala sekolah. RTK yang dilaksanakan harus relevan dengan hasil

analisisn AKPK penulis yang terlemah dan dipadukan dengan hasil EDS

mencakup salah satu dari Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi

Sri Hastuti, M. Pd
3

Lulusan atau Standar Penilaian dalam upaya peningkatan kualitas kinerja

sekolah yaitu pada SMK Negeri 2 Sijunjung.

Berdasar hasil EDS SMK negeri 2 Sijunjung, maka program

pengembangan sekolah yang dilaksanakan adalah Bimbingan Teknis (Bimtek)

peningkatan kemampuan guru SMK Negeri 2 Sijunjung dalam Pelaksanaan

Penilaian pembelajaran Kurikulum 2013. Hasil EDS SMK Negeri 2 Sijunjung

menyimpulkan bahwa kondisi yang belum mencapai Standar Nasional

Pendidikan adalah pada Standar Penilaian. Dengan penerapan kurikulum 2013

untuk tahun pelajaran 2016/2017 maka perlu adanya upaya yang dilakukan guna

meningkatkan kompetensi guru. Untuk itu rencana tindak kepemimpinan i ni

diberi judul “Upaya Peningkatan Kemampuan Guru dalam Pelaksanaan

Penilaian Pembelajaran K13 di SMK Negeri 2 Sijunjung”

Pelaksanaan rencana tindak kepemimpinan terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus

terdiri dari 4 tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan, monev dan refleksi. Tahapan

tersebut dijabarkan dalam uraian berikut:

1. Siklus Pertama

a. Persiapan

Rencana Tindak Kepemimpinan (RTK) diawali dengan melakukan

persiapan yang dilaksanakan mulai tanggal 6 september 2016. Penulis

melaksanakan kegiatan persiapan sebagai berikut:

1. Memetakan 3 kompetensi awal calon kepala sekolah dan

mengidentifikasi kondisi guru dari dokumen EDS

2. Berkoordinasi dengan kepala sekolah tentang hasil EDS dan kegiatan

yang akan dilakukan terkait peningkatan peningkata mutu sekolah

Sri Hastuti, M. Pd
4

3. Merancang kegiatan yang akan dilaksanakan mulai dari membuat

anggaran biaya, waktu, dan personil yang akan terlbat

4. Mencari referensi tentang penilaian pembelajaran kurikulum 2013

5. Membentuk panitia pelaksana kegiatan

6. Membuat SK panitia

7. Menyusun jadwal dan panduan kegiatan Bimtek penilaian

8. Menentukan dan menghubungi narasumber

9. Menyusun daftar hadir

10. Menyusun instrumen pemantauan program

b. Pelaksanaan

Kegiatan pelaksanaan RTK siklus 1 diadakan pada tanggal 21

september 2016. Peserta kegiatan ini diikuti oleh semua orang guru, namun

fokus pendampingan adalah guru yang mengajar dikelas X. Narasumber

kegiatan Bimtek ini adalah ibu Dra. Nurhepi, M.si dan Bapak Drs. M.Duya,

MM yang merupakan pengawas SLTA Dinas Pendidikan Kabupaten

Sijunjung, yang juga merupakan anggota Tim Pengembang Kurikulum

Kabupaten.

Penulis sebagai calon kepala sekolah, yang dalam hal ini melakukan

peningkatan 3 kompetensi melakukan pengawalan dalam kegiatan ini. Hal

ini dilakukan ketika narasumber memberikan penjelasan dan pengarahan

dalam merancang penilaian K13. Penulis juga berusaha memahami dan

menjadi tutor bagi teman-teman guru dalam memahami pada saat diskusi

kelompok.

Sri Hastuti, M. Pd
5

Kegiatan tindaklanjut dilakukan setelah bimtek dilaksanakan dengan

cara mengumpulkan hasil kerja peserta. Dan melihat kemampuan peserta

sesuai dengan tujuan RTK ini.

c. Monev

Kegiatan yang dilakukan adalah observasi, wawancara dan pengisian

instrumen monev. Sebelum responden mengisi instrumen diberikan

penjelasan tentang cara pengisian instrumen (instrumen terlampir).

Instrumen ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang didapat

dari diskusi siklus 1.

Monitoring dilakukan untuk memastikan kelengkapan instrumen hasil

analisis bimbingan teknis (Bimtek) pelaksanaan penilaian kurikulum 2013

dilakukan dalam rentang 1-100. Adapun hasil analisis kemampuan guru dala

merancang penilaian K13 adalah sebagai berikut :

Tabel Kriteria Kemampuan Guru Melaksanakan Penilaian K13

Pencapaian Tingkat Keberhasilan


Skor Nilai Kualifikasi
Kemampuan Guru Kemampuan Guru
86% - 100% 86 – 100 Amat Baik Berhasil
76% - 85% 76 - 85 Baik (B) Berhasil
56% - 75% 56 - 75 Cukup (C) Belum Berhasil
< 55 % 55 Kurang (K) Belum Berhasil

Berdasarkan data instrumen pelaksanaan penilaian K13, kemudian

dilakukan analisis. Gambaran analisis kemampuan guru untuk pelaksanaan

K13 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel Kemampuan Guru Melaksanakan Penilaian K13

Pelaksanaan Tingkat Pencapaian


Jumlah Guru
Skor Kualifikasi Keberhasilan Kemampuan
86 – 100 Amat Baik berhasil 5 22,73%
76 - 85 Baik Berhasil 7 31,82%
56 - 75 Cukup Belum berhasil 7 31,82%
<55 Kurang Belum berhasil 3 13,64%
JUMLAH 22

Sri Hastuti, M. Pd
6

Grafik Kemampuan Guru Merancang Penilaian Pembelajaran


7
K13
6
5
4
3
Jumlah Guru Siklus 1
2
1
0
86 – 100 76 - 85 56 - 75 <55

Grafik diatas menggambarkan hasil monitoring dan evaluasi terhadap

kegiatan pelaksanaan RTK memperoleh nilai kinerja cukup. Hal ini

menunjukkan hasil kegiatan siklus 1 belum dapat memberikan dampak

positif pada teman sejawat di SMK Negeri 2 Sijunjung.

d. Refleksi

Refleksi yang penulsi lakukan pada kegiatan bimtek penilaian K13 ini

adalah hasil rancangan peniaian yang dibuat guru yang telah dikumpulkan 1

minggu setelah pelaksanaan kegiatan, dan berdasarkan hasi tersebut masih

terdapat guru yang belum memahami dalam merancang soal Hots dan

format penilaian pengetahuan dan keterampilan.

Kekuatan yang ditemukan adalah guru telah memahami prinsip-prinsip

penilaian, bentuk penilaian dan merancang penilaian serta menyusun kisi-

kisi penilaian pengetahuan. Sedangkan kelemahan yang ditemukan adalah

guru belum mampu menyusun soal-soal hots serta memahami format

penilaian K13 yang digunakan sekolah.

Berdasarkan hasil refleksi siklus 1, diperoleh kesimpulan tentang

kekuatan dan kelemahan pelaksanaan Bimtek penilaian K13 yang telah

Sri Hastuti, M. Pd
7

dilaksanakan sekolah. Kekuatan agar dipertahankan dan kelemahan

diupayakan untuk diperbaiki. Maka dari itu diperlukan RTK siklus 2.

2. Siklus kedua

a. Persiapan

Persiapan siklus kedua RTK dilaksanakan setelah melaksanakan

refleksi siklus 1. Hasil refleksi siklus 1 didiskusikan kepada kepala sekolah

untuk ditindaklanjuti. Hasil yang diperoleh dari diskusi dengan kepala

sekolah adalah melaksanakan siklus kedua RTK dengan pola yang sama

pada siklus 1. Adapun persiapan yang dilaksankan adalah :

1) Menyusun program perencanan tindakan penyusunan jadwal, instrumen

dan format-format

2) Mengkoordinasikan jadwal yang telah tersusun dengan teman sejawat

yang berperan menjadi panitia kegiatan

3) Menentukan narasumber

4) Menyiapkan materi yang akan dibahas pada pelaksanaan siklus kedua

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan RTK penilaian K13 di SMK Negeri 2 Sijunjung sebagai

upaya peningkatan kinerja guru, adalah pada tanggal 4 oktober 2016.

Kegiatan dilaksanakan di aula SMK Negeri 2 Sijunjung, dimana fokus kegiatan

adalah guru kelas X SMK Negeri 2 Sijunjung yang menjadi guru sasaran K13.

Adapun kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan pembimbingan

penyusunan kisi-kisi soal ulangan untuk aspek kognitif, penyusunan soal-soal

Hots dan format penilaian. Pembimbingan dilakukan oleh penulis selaku tim

Sri Hastuti, M. Pd
8

pengembang kurikulum Kabupaten serta selaku ketua unit penjaminan mutu

sekolah (UPMS). Jadi pendekatan pribadi lebih efektif dari pada pendekatan

formil. Diharapkan dengan pembimbingan rekan sejawat (penulis) dapat

meningkatan kemampuan rekan-rekan guru dalam melaksanakan penilaian

K13 di kelas.

c. Monev

Sama halnya dengan siklus pertama, monev di siklus kedua dilaksanakan

selama dan sesudah kegiatan bimbingan. Sebelum responden mengisi

instrumen diberikan penjelasan tentang cara pengisian instrumen (instrumen

terlampir). Instrumen ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang

didapat dari diskusi siklus kedua.

Hasil analisis pelaksanaan pembimbingan pelaksanaan penilaian

kurikulum 2013 dilakukan dalam rentang 1-100. Adapun hasil analisis

kemampuan guru dala merancang penilaian K13 adalah sebagai berikut :

Tabel Kriteria Kemampuan Guru Melaksanakan Penilaian K13

Tingkat
Pencapaian
Skor Nilai Kualifikasi Keberhasilan
Kemampuan Guru
Kemampuan Guru
86% - 100% 86 – 100 Amat Baik Berhasil
76% - 85% 76 - 85 Baik (B) Berhasil
56% - 75% 56 - 75 Cukup (C) Belum Berhasil
< 55 % 55 Kurang (K) Belum Berhasil

Berdasarkan data instrumen pelaksanaan penilaian K13, kemudian

dilakukan analisis. Gambaran analisis kemampuan guru untuk pelaksanaan

K13 dapat dilihat pada tabel berikut :

Sri Hastuti, M. Pd
9

Tabel Kemampuan Guru Melaksanakan Penilaian K13

Pelaksanaan Tingkat Pencapaian


Jumlah Guru
Skor Kualifikasi Keberhasilan Kemampuan
86 – 100 Amat Baik berhasil 8 36,36%
76 - 85 Baik Berhasil 11 50%
56 - 75 Cukup Belum berhasil 2 9,09%
<55 Kurang Belum berhasil 1 4,54%
JUMLAH 22

4
Jumlah Guru Siklus 1
3

0
86 – 100 76 - 85 56 - 75 <55

Grafik diatas menggambarkan hasil monitoring dan evaluasi terhadap

kegiatan pelaksanaan RTK memperoleh nilai kinerja Baik. Hal ini

menunjukkan hasil kegiatan siklus kedua telah memberikan dampak positif

pada teman sejawat di SMK Negeri 2 Sijunjung.

d. Refleksi

Refleksi merupakan tolok ukur kegiatan dalam kegiatan RTK. Refleksi

sebagai gambaran pelaksanaan RTK siklus 2. Melalui refleksi ini penulis

dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan kegiatan pelaksanaan RTK yang

telah disusun mulai dari persiapan, pelaksanaan dan monev.

Kegiatan refleksi dilakukan setelah semua kegiatan selesai, dan data

yang mendukung dipelajari dan dianalisis. Adapun analisis hasil siklus kedua

Sri Hastuti, M. Pd
10

adalah diperoleh data meningkatnya kompetensi pengetahuan guru tentang

pelakasanaan kurikulum 2013. Rekapitulasi hasil kegiatan RTK siklus 1 dan 2

dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik Perbandingan Kemampuan Guru Pada Siklus 1 dan 2


12
10
8
Jumlah Guru Siklus 1
6 Jumlah Guru Siklus 2
4
2
0
86 – 100 76 - 85 56 - 75 <55

B. Observasi Guru Yunior

Kegiatan observasi guru yunior pada on the job learning (OJL),

merupakan salah satu upaya meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah

dalam kompetensi supervisi. Supervisi akademik bertujuan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran, melalui implementasi tindakan

kepemimpinan. Supervisi guru yunior merupakan serangkaian kegiatan untuk

mempengaruhi dan menggerakkan teman sejawat, sehingga dapat meningkat

kompetensinya.

Pada kegiatan supervisi guru yunior ini, calon kepala sekolah

menerapkan kompetensi supervisi, dalam bentuk tindakan membimbing

pembuatan perangkat pembelajaran, mengobservasi pembelajaran di kelas

dan mengevaluasi hasil pembelajaran serta memberikan umpan balik hasil

observasi pembelajaran.

Sri Hastuti, M. Pd
11

Supervisi guru yunior dilaksanakan pada tiga orang teman sejawat (guru

yunior). Penunjukan guru yunior ini berkoordinasi dengan kepala sekolah

magang 1 (sekolah sendiri) dan atas persetujuan guru yunior tersebut.

Identitas teman sejawat (guru yunior) yang disupervisi tersebut adalah:

1. Nama : Muslimah Maulida, S.Pd.I


NIP :
Pendidikan : S1 Pendidikan Matematika IAIN Imam Bonjol
Jabatan : Guru Matematika SMK N 2 Sijunjung
Mengajar di Kelas : X
Pengalaman : 4 tahun
Mengajar

2. Nama : Poppi Fujiyama, S.Pd


NIP : 198501252010012022
Pendidikan : S1 Pendidikan Matematika, UNP
Jabatan : Guru Matematika SMK N 2 Sijunjung
Mengajar di Kelas : XI
Pengalaman : 6 tahun
Mengajar

3. Nama : Yuki Satria Putra, S.Pd


NIP : 198207102009021005
Pendidikan : S1 Pendidikan Matematika, UNP
Jabatan : Guru Matematika SMK N 2 Sijunjung
Mengajar di Kelas : XI dan XII
Pengalaman : 7 tahun
Mengajar

Teknik supervisi yang digunakan adalah teknik supervisi individual yaitu

melaksanakan supervisi perseorangan terhadap guru yunior. Supervisor

hanya berhadapan dengan seorang guru. Pelaksanaan supervisi ini

dilaksanakan dengan cara supervisor datang ke kelas untuk mengobservasi

guru yunior.

Tahapan pelaksanaan supervisi terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Tahap perencanaan.

Sri Hastuti, M. Pd
12

Pada tahap ini, supervisor menyusun program supervisi akademik,

merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan

kelas serta menyiapkan instrumen yang akan digunakan.

2. Tahap pelaksanaan.

Pada tahap ini, supervisor melaksanakan rencana tindakan serta

mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung. Tahap ini juga

dilakukan memalui 3 langkah yaitu pra-observarsi, observasi dan post

observasi

3. Tahap tindak lanjut.

Pada tahap ini, supervisor bersama guru Yunior merefleksi pelaksanaan

pembelajaran dengan mendiskusikan kekuatan dan kelemahan. Hasil refleksi

dijadikan dasar untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya.

Tahapan pelaksanaan supervisi guru Yunior pada kegiatan on the job

learning (OJL) ini adalah:

1. Perencanaan

Pada awal tahap perencaan, supervisor menyusun program supervisi

akademik (terdapat pada lampiran), dan menyiapkan sejumlah instrumen

yang akan digunakan pada pelaksanaan observasi. Instrumen yang

digunakan diantaranya : a) instrumen perencanaan kegiatan pembelajaran, b)

instrumen observasi kelas, c) daftar pertanyaan setelah observasi, dan d)

format tindak lanjut hasil supervisi.

Kegiatan selanjutnya adalah mensosialisasikan program supervisi

kepada 3 orang teman sejawat yang dianggap sebagai guru Yunior serta

menentukan jadwal pelaksanaan observasi. Pada pertemuan pertama

supervisor meminta kesediaan ketiga orang guru Yunior untuk diobservasi

Sri Hastuti, M. Pd
13

proses pembelajarannya. Kegiatan ini sekaligus bertujuan untuk

mensosialisasikan program supervisi calon kepala sekolah. Setelah guru

Yunior menyatakan bersedia, berikutnya disepakati penentuan waktu

pelaksanaan observasi, konsep atau materi yang akan dibahas (mengikuti

jadwal pembelajaran guru Yunior) dan menginformasikan bahan-bahan yang

perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan observasi diantaranya silabus, Prota,

Promes, RPP, dan penilaian yang akan digunakan. Diakhir pertemuan

disepakati jadwal pertemuan berikutnya.

2. Pelaksanaan

Sesuai dengan program supervisi yang telah disusun, maka

pelaksanaan supervisi dilaksanakan dengan 3 tahap yaitu:

2.1 Pra-Obsevasi

Kegiatan Pra-Obsevasi bertujuan untuk mendiskusikan bahan-bahan

yang telah dipersiapkan guru Yunior 1,2 dan 3. Tahap ini dilaksanakan pada

tanggal 10 september 2016 untuk guru Yunior 1 dan 2, serta tanggal 23

september 2016 untuk guru Yunior 3. Pada pertemuan ini supervisor

memeriksa silabus, prota, promes, RPP, dan penilaian kemudian

mendiskusikan hal-hal yang perlu dilakukan perbaikan-perbaikan. Supervisor

memberikan masukan untuk melengkapi kekurangan guru Yunior dalam

merancang pengelolaan pembelajaran.

Supervisor memberikan penilaian terhadap RPP berdasarkan

instrumen perencanaan kegiatan pembelajaran yang telah siapkan dan

disepakati. RPP dan instrument ini selanjutnya akan digunakan sebagai alat

kontrol pada saat melakukan observasi. Hasil penilaian terhadap

perencanaan pembelajaran terhadap ketiga guru Yunior di lampirkan pada

Sri Hastuti, M. Pd
14

laporan ini. Observasi ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan

kualitas administrasi perencanaan pembelajaran pendidik/ guru.

2.2 Observasi

a. Observasi Siklus 1

1) Observasi Guru Yunior 1

Supervisor melakukan observasi langsung ke kelas untuk

mengamati proses pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah

disepakati. Pelaksanaan observasi dilaksanakan 1 kali pertemuan (245

menit). Supervisor melakukan pengamatan langsung pelaksanaan

proses pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai pada kegiatan

penutup.

Objek pengamatan adalah perilaku guru dan perserta didik dalam

proses pembelajaran. Perilaku guru dan perserta didik dicatat dengan

menggunakan instrumen dan catatan kejadian yang telah dipersiapkan.

Catatan kejadian dijadikan sebagai bahan diskusi sekaligus bahan

evaluasi pada saat kegiatan refleksi pembelajaran. Untuk memperoleh

bukti pelaksanaan pembelajaran tersebut supervisor

mendokumentasikannya dalam bentuk foto.

Observasi guru Yunior 1 dilaksanakan pada hari Selasa , 13

September 2016. Observasi guru Yunior 1 dilaksanakan di kelas X TB1

dengan guru mata pelajaran Muslimah Maulida, S.PdI. Pembelajaran

dilaksanakan pada jam 1-2 mata pelajaran Matematika. Kompetensi Inti

3 dengan Kompetensi Dasar 3.2 Mendeskripsikan dan menganalisis

konsep nilai muthlak dalam persamaan dan pertidaksamaan serta

menerapkannya dalam pemecahan masalah nyata dan 4.2 Menerapkan

Sri Hastuti, M. Pd
15

konsep nilai mutlak dalam persamaan dan pertidaksamaan linear dalam

memecahkan masalah bebas dengan pilihan kata yang tepat.

Proses pembelajaran dimulai dengan kegiatan awal, inti dan

diakhiri dengan penutup. Pada kegiatan awal, ketua kelas menyiapkan

teman-temannya untuk membaca doa belajar dan mengucapkan salam

yang dibalas oleh guru. Guru mengabsen siswa dan menyiapkan untuk

belajar. Pada kegiatan ini guru belum menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai secara rinci.

Peserta didik pada kegiatan inti mempelajari materi persamaan

dan pertidaksamaan linier yang mengandung nilai mutlak. Peserta didik

terlihat kurang antusias selama proses pembelajaran, ada juga peserta

didik yang tiduran, bercanda dan bermain-main. Hal ini terjadi karena

pengelolaan kelas kurang optimal. Guru meminta salah seorang siswa

untuk maju sebagai model dalam mengikuti perintah yang disampaikan

guru. Namun banyak peserta didik yang belum paham atas apa yang

diminta guru. Banyak peserta didik yang belum mengetahui makna dari

nilai mutlak. Kemudian menggambarkan grafik dari nilai mutlak dengan

bantuan tabel nilai mutlak. Guru belum mengarahkan Peserta didik

untuk menggunakan teknologi. Dan peran Guru sebagai fasilitator belum

maksimal.

2) Observasi guru Yunior 2

Supervisor melakukan observasi langsung ke kelas untuk

mengamati proses pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah

disepakati. Pelaksanaan observasi dilaksanakan 1 kali pertemuan (245

menit). Supervisor melakukan pengamatan langsung pelaksanaan

Sri Hastuti, M. Pd
16

proses pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai pada kegiatan

penutup.

Objek pengamatan adalah perilaku guru dan perserta didik dalam

proses pembelajaran. Perilaku guru dan perserta didik dicatat dengan

menggunakan instrumen dan catatan kejadian yang telah dipersiapkan.

Catatan kejadian dijadikan sebagai bahan diskusi sekaligus bahan

evaluasi pada saat kegiatan refleksi pembelajaran. Untuk memperoleh

bukti pelaksanaan pembelajaran tersebut supervisor

mendokumentasikannya dalam bentuk foto.

bservasi guru Yunior dilaksanakan pada hari selasa, 13 september

2016. Observasi guru Yunior 2 dilaksanakan di kelas XI TKR1 dengan

guru mata pelajaran ibu Poppi Fujiyama. Pembelajaran dilaksanakan

pada jam (9-10) mata pelajaran matematika. Kelas XI masih

menggunakan Kurikulum 2006 degan Standar Kompetensi

memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan fungsi

dan fungsi kuadrat. kompetensi Dasar menerapkan konsep fungsi linier.

Proses pembelajaran dimulai dengan kegiatan awal, inti dan

diakhiri dengan penutup. Pada kegiatan awal, guru mengkondisikan

peserta didik untuk belajar. Guru mengawali pembelajaran dengan

menanyakan kesiapan peserta didik untuk belajar. Berikutnya guru

melakukan apersepsi. Namun guru tidak menyampaikan tujuan

pembelajaran. Berikutnya guru menanyakan alat dan bahan yang harus

dibawa oleh peserta didik (penggaris, pinsil dan kertas milimeter). Pada

kegiatan ini, guru juga menyampaikan

Sri Hastuti, M. Pd
17

Peserta didik pada kegiatan inti, peserta didik memperhatikan

penjelasan guru tentang menggambar grafik fungsi linier. Setelah guru

mencobakan 1 contoh, kemudian diminta beberapa orang untuk

mengerjakan di depan. Sementara peserta didik yang lain

mengerjakannya dalam buku latihan. Pada kegiatan ini banyak peserta

didik yang kurang antusias. Guru kurang memotivasi peserta didik

untuk membuat tugas nya. Sebelum menggambar grafik peserta didik

kurang mendapatkan informasi hal-hal yang harus dikuasai agar grafik

yang dibuat sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi

3) Observasi guru Yunior 3

Supervisor melakukan observasi langsung ke kelas untuk

mengamati proses pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah

disepakati. Pelaksanaan observasi dilaksanakan 1 kali pertemuan (245

menit). Supervisor melakukan pengamatan langsung pelaksanaan

proses pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai pada kegiatan

penutup.

Objek pengamatan adalah perilaku guru dan perserta didik dalam

proses pembelajaran. Perilaku guru dan perserta didik dicatat dengan

menggunakan instrumen dan catatan kejadian yang telah dipersiapkan.

Catatan kejadian dijadikan sebagai bahan diskusi sekaligus bahan

evaluasi pada saat kegiatan refleksi pembelajaran. Untuk memperoleh

bukti pelaksanaan pembelajaran tersebut supervisor

mendokumentasikannya dalam bentuk foto.

Sri Hastuti, M. Pd
18

Observasi guru Yunior dilaksanakan pada hari selasa, 5 oktober

2016. Pelaksanaan untuk guru Yunior 3 terkendala karena banyaknya

kegiatan yang dilakukan pada tanggal dan minggu yang teah disepakati.

Observasi guru Yunior 3 dilaksanakan di kelas XI TGB dengan guru

mata pelajaran matematika bapak Yuki Satria Putra, S.Pd.

Pembelajaran dilaksanakan pada jam (3-4) mata pelajaran matematika.

Kelas XI masih menggunakan Kurikulum 2006 degan Standar

Kompetensi memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi,

persamaan fungsi dan fungsi kuadrat. kompetensi Dasar menggambar

fungsi kuadrat

Proses pembelajaran dimulai dengan kegiatan awal, inti dan

diakhiri dengan penutup. Pada kegiatan awal, guru mengkondisikan

peserta didik untuk belajar. Guru mengawali pembelajaran dengan

menanyakan kesiapan peserta didik untuk belajar. Berikutnya guru

melakukan apersepsi. Namun guru tidak menyampaikan tujuan

pembelajaran.

Pada kegiatan inti, peserta didik memperhatikan penjelasan guru

tentang menentukan persamaan garis lurus bila diketahui gradien dan

melalui 2 titik. Setelah guru mencobakan 1 contoh, kemudian diminta

beberapa orang untuk mengerjakan di depan. Sementara peserta didik

yang lain mengerjakannya dalam buku latihan. Kegiatan inti masih

didominasi oleh guru bukan oleh peserta didik. Pemilihan metode belajar

yang belum pas dalam materi ini membuat peserta didik kurang

antusias. Guru kurang memotivasi peserta didik untuk membuat tugas

Sri Hastuti, M. Pd
19

nya. Pada kegiatan akhir peserta didik tidak diarahkan dalam membuat

rangkuman dari pembelajaran pada hari ini.

b. Observasi siklus 2

1) Observasi guru Yunior 1

Supervisor melakukan observasi langsung ke kelas untuk

mengamati proses pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah

disepakati. Pelaksanaan observasi dilaksanakan 1 kali pertemuan (245

menit). Supervisor melakukan pengamatan langsung pelaksanaan

proses pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai pada kegiatan

penutup.

Objek pengamatan adalah perilaku guru dan perserta didik dalam

proses pembelajaran. Perilaku guru dan perserta didik dicatat dengan

menggunakan instrumen dan catatan kejadian yang telah dipersiapkan.

Catatan kejadian dijadikan sebagai bahan diskusi sekaligus bahan

evaluasi pada saat kegiatan refleksi pembelajaran. Untuk memperoleh

bukti pelaksanaan pembelajaran tersebut supervisor

mendokumentasikannya dalam bentuk foto.

Observasi guru Yunior dilaksanakan pada hari Selasa, 4 oktober

2016. Observasi guru Yunior 1 dilaksanakan di kelas X TB1 dengan

guru mata pelajaran ibu Muslimah Maulida, S.Pd.I. Pembelajaran

dilaksanakan pada jam 1-2 mata pelajaran Matematika. Dengan materi

Sistem persamaan linier dua variabel.

Kegiatan observasi siklus 2 yang lakukan sama dengan

pelaksanaan observasi siklus 1. Pada pelaksanaan observasi siklus 2

supervisor melakukan penguatan terhadap keberhasilan pada

Sri Hastuti, M. Pd
20

pelaksanaan observasi siklus 1 dan melakukan perbaikan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran pada pelaksanaan observasi siklus

2.

Proses pembelajaran pada siklus 2 ini berlangsung lebih baik dari

pada siklus 1, namun guru Yunior masih belum menggunakan media

berbasis IT. Hasil pengamatan secara keseluruhan, guru Yunior sudah

mengimplementasikan RPP sesuai dengan waktu yang ditentukan.

2) Observasi guru Yunior 2

Supervisor melakukan observasi langsung ke kelas untuk

mengamati proses pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah

disepakati. Pelaksanaan observasi dilaksanakan 1 kali pertemuan (245

menit). Supervisor melakukan pengamatan langsung pelaksanaan

proses pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai pada kegiatan

penutup.

Objek pengamatan adalah perilaku guru dan perserta didik dalam

proses pembelajaran. Perilaku guru dan perserta didik dicatat dengan

menggunakan instrumen dan catatan kejadian yang telah dipersiapkan.

Catatan kejadian dijadikan sebagai bahan diskusi sekaligus bahan

evaluasi pada saat kegiatan refleksi pembelajaran. Untuk memperoleh

bukti pelaksanaan pembelajaran tersebut supervisor

mendokumentasikannya dalam bentuk foto.

Observasi guru Yunior dilaksanakan pada hari Selasa, 20

september 2016. Observasi guru Yunior 2 dilaksanakan di kelas XI

TKR1 dengan guru mata pelajaran Ibu Poppi Fujiyama. Pembelajaran

Sri Hastuti, M. Pd
21

dilaksanakan pada jam 9-10 mata pelajaran matematika. Standar

Kompetensi memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi,

persamaan fungsi dan fungsi kuadrat. kompetensi Dasar menerapkan

konsep fungsi linier. Dengan materi menentukan fungsi linier bila

diketahui gradien dan melalui 2 titik.

Kegiatan observasi siklus 2 yang dilakukan sama dengan

pelaksanaan observasi siklus 1. Pada pelaksanaan observasi siklus 2

supervisor melakukan penguatan terhadap keberhasilan pada

pelaksanaan observasi siklus 1 dan melakukan perbaikan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran pada pelaksanaan observasi siklus

2.

Proses pembelajaran pada siklus 2 ini berlangsung lebih baik dari

pada siklus 1. Perbaikan pada RPP yang disesuaikan dengan alokasi

waktu dan tujuan pembelajaran. guru Yunior masih kurang efektif dalam

membimbing peserta didik ketika mengerjakan tugas. Hasil pengamatan

secara keseluruhan, guru Yunior sudah mengimplementasikan RPP dan

sesuai dengan waktu yang ditentukan.

3) Observasi guru Yunior 3

Supervisor melakukan observasi langsung ke kelas untuk

mengamati proses pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah

disepakati. Pelaksanaan observasi dilaksanakan 1 kali pertemuan (245

menit). Supervisor melakukan pengamatan langsung pelaksanaan

proses pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai pada kegiatan

penutup.

Sri Hastuti, M. Pd
22

Objek pengamatan adalah perilaku guru dan perserta didik dalam

proses pembelajaran. Perilaku guru dan perserta didik dicatat dengan

menggunakan instrumen dan catatan kejadian yang telah dipersiapkan.

Catatan kejadian dijadikan sebagai bahan diskusi sekaligus bahan

evaluasi pada saat kegiatan refleksi pembelajaran. Untuk memperoleh

bukti pelaksanaan pembelajaran tersebut supervisor

mendokumentasikannya dalam bentuk foto.

Observasi guru Yunior dilaksanakan pada hari, rabu 12 oktober

2016. Observasi guru Yunior 3 dilaksanakan di kelas XI TGB dengan

guru mata pelajaran bapak Yuki Satria Putra, S.Pd. Pembelajaran

dilaksanakan pada jam 3-5 dengan mata pelajaran matematika. Standar

Kompetensi memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi,

persamaan fungsi dan fungsi kuadrat. kompetensi Dasar menerapkan

konsep fungsi linier. Dengan materi menggambar fungsi kuadrat untuk

materi menentukan persamaan kuadrat baru.

Kegiatan observasi siklus 2 yang lakukan sama dengan

pelaksanaan observasi siklus 1. Pada pelaksanaan observasi siklus 2

supervisor melakukan penguatan terhadap keberhasilan pada

pelaksanaan observasi siklus 1 dan melakukan perbaikan untuk

meningkatkan kualitas pembalajaran pada pelaksanaan observasi siklus

2.

Proses pembelajaran pada siklus 2 ini berlangsung lebih baik dari

pada siklus 1. Guru Yunior telah memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengerjakan tugas dengan aktif meju ke depan.

Peserta didik telah diberi kesempatan yang sama untuk dapat aktif.Hasil

Sri Hastuti, M. Pd
23

pengamatan secara keseluruhan, guru Yunior sudah

mengimplementasikan RPP dan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

2.3 Pasca Observasi

Setelah observasi kelas selesai, supervisor mengadakan wawancara

dan diskusi tentang kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi

keberhasilan dan kelemahan guru, identifikasi keterampilan-keterampilan

mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan

dilakukan.

Kegiatan pasca observasi memberikan dorongan moral bahwa guru

mampu memperbaiki kekurangannya, mendiskusikan kasus demi kasus,

mencari akar permasalahan dan mencari berbagai alternatif jalan keluarnya.

Selanjutnya supervisor bersama guru menentukan rencana pembelajaran

untuk melakukan aksi supervisi lanjutan.

3. Tindak Lanjut

Tindak lanjut dari hasil analisis merupakan pemanfaatan hasil supervisi

dalam proses pembelajaran. Hasil analisis dan catatan supervisor dapat

dimanfaatkan untuk perkembangan keterampilan mengajar dan meningkatkan

profesionalisme guru Yunior, setidak-tidaknya dapat mengurangi kendala-

kendala yang muncul atau yang mungkin akan muncul.

Suasana komunikasi yang diciptakan supervisor tidak menimbulkan

ketegangan, saat memberi kesempatan untuk mendorong guru memperbaiki

penampilan, serta kinerjanya. Melalui supervisi akademik guru Yunior, dapat

dijadikan pembinaan kemampuan guru, kegiatan menciptakan hubungan-

Sri Hastuti, M. Pd
24

hubungan yang harmonis, analisis kebutuhan, mengembangkan model

pembelajaran, strategi, pengembangan bahan ajar, media, penilaian, dan

merevisi pembelajaran.

4. Hasil

Hasil observasi guru Yunior terdiri atas dua bagian yaitu hasil terhadap
perencanaan pembelajaran dan hasil terhadap pelaksanaan pembelajaran.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi yang
diketahui oleh guru Yunior. Hasil analisis dengan sebaran nilai 1-4. Kriteria
keberhasilan kemampuan guru Yunior melaksanakan pembelajaran mengacu
pada hasil analisis instrument yang dicapai pada setiap siklus.
a. Hasil penilaian Perencanaan Pembelajaran (Pra Observasi)

Tabel Kriteria Kemampuan Guru Merencanakan dan


Melaksanakan Pembelajaran
Pencapaian Tingkat Keberhasilan
Skor Nilai Kualifikasi
Kemampuan Guru Kemampuan Guru
86% - 100% 86 – 100 Amat Baik Berhasil
70% - 85% 70 - 84 Baik (B) Berhasil
55% - 69% 55 - 69 Cukup (C) Tidak Berhasil
< 55 % 54 Kurang (K) Tidak Berhasil

Berdasarkan hasil instrumen Perencanaan Kegiatan Pembelajaran

(Penilain RPP) dan penilaian observasi kelas, maka diperoleh nilai

kemampuan guru yunior 1, 2, dan 3. Pada penilaian persiapan pembelajaran

atau kemampuan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran siklus I dan

siklus II telah terjadi peningkatan.

Peningkatan pengetahuan guru Yunior dalam menyusun RPP ditandai

dengan perbaikan beberapa komponen RPP yang belum sesuai dan telah

diperbaiki dengan baik oleh guru Yunior. Sehingga ke tiga guru Yunior telah

berada pada kategori Baik. Jadi kegiatan observasi guru Yunior pada tahap

pra observasi berjalan sangat baik. Hal ini dilihat dari hasil yang didapat dari

Sri Hastuti, M. Pd
25

capaian guru Yunior pada siklus 1 dan siklus 2. Peningkatan terhadap

perencanaan pembelajaran pada siklus 1 dan 2 dapat dilihat pada tabel dan

grafik berikut ini:

Tabel Penilaian Persiapan Pembelajaran Guru Yunior


pada Siklus 1 dan 2
Guru Yunior Supervis Siklus 1 Supervisi Siklus 2
1 77 % 80%
2 64 % 80%
3 64% 80%

Hasil Penilaian Perencanaan Pembelajaran Guru Junior


siklus 1 siklus 2
82% 82%
77% 80%
64% 64%

Guru 1 Guru 2 Guru 3

b. Hasil penilaian Pelaksanaan Pembelajaran ( Observasi)


Berdasarkan hasil instrumen observasi kelas, diperoleh nilai

kemampuan guru Yunior 1 melaksanakan pembelajaran siklus 1 dengan

kriteria cukup. Guru Yunior 2 kriteria cukup. Kriteria kemampuan guru Yunior

1 melaksanakan pembelajaran pada siklus 2 amat baik. Guru Yunior 2 amat

baik. Rata-rata keberhasilan kemampuan guru Yunior 1 pada siklus 1 dan 2

mencapai kriteria amat baik, guru Yunior 2 pada kriteria baik

Sri Hastuti, M. Pd
26

Peroleh nilai pada siklus 2 mengambarkan supervisor dengan guru

Yunior telah menjalankan aksi supervisi dan mengimplementasikan rencana

aksi tersebut pada siklus 2 sesuai dengan diskusi pasca observasi siklus 1.

Berdasarkan uraian di atas, pelaksanaan supervisi guru Yunior siklus 1

dan 2 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini:

Tabel Nilai Supervisi Guru Yunior 1 dan 2


pada Siklus 1 dan 2
Guru Yunior Supervis Siklus 1 Supervisi Siklus 2 Rata-Rata
1 74% 85% 79,5 %
2 75 % 87% 81 %
3 79% 88% 83,5%

Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Junior


siklus 1 siklus 2

88%
87%
85%

79%

75%
74%

Guru 1 Guru 2 Guru 3

C. Penyusunan Perangkat Pembelajaran (RPP, Bahan Ajar dan Instrumen

Penilaian)

Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang calon kepala

sekolah adalah pada pengelolaan kurikulum. Komponen yang terdapat pada

Sri Hastuti, M. Pd
27

pengelolaan kurikulum adalah perangkat pembelajaran yang dimulai dari

penyusunan silabus, RPP, bahan ajar dan instrumen evaluasi. Menyikapi hal

tersebut, sebagai peserta diklat penyiapan calon kepala sekolah di

Kabupaten Sijunjung, maka penulis juga menyusun perangkat pembelajaran.

Tugas penyusunan perangkat pembelajaran ini bertujuan untuk

meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah dalam kepemimpinan

pembelajaran. Dimana sebagai calon kepala sekolah penulis harus mampu

menjadi teladan dalam pembelajaran yang dibuktikan dengan penyusunan

perangkat pembelajaran

SMK Negeri 2 Sijunjung pada tahun pelajaran 2016/2017 menerapkan

kurikulum 2013. Sehingga untuk kegiatan ini maka penulis menyusun

berdasarkan Permendikbud yang berlaku untuk kurikulum 2013. Adapun

Silabus, RPP dan bahan ajar yang disusun ini, adalah materi pada kelas X,

Program Keahlian Teknik Otomotif semester 1 Tahun pelajaran 2016/2017

yang sedang berjalan. Sesuai dengan jadwal rencana tindak lanjut (RTL),

penyusunan perangkat ini berlangsung selama 40 jam pelajaran.

a. Penyusunan Silabus dan RPP

Silabus yang digunakan adalah silabus yang terdapat pada

Permendikbud nomor 70 tahun 2014. Silabus matematika SMK untuk

kelas x.sedangkan penyusunan RPP dilakukan dengan berpedoman

pada prinsip-prinsip penyusunan RPP yang terdapat pada permendikbud

nomor 103 tahun 2014. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan

atau lebih, dikembangkan berdasarkan silabus untuk mengarahkan

kegiatan pembelajaran dan penilaian peserta didik dalam mencapai

Sri Hastuti, M. Pd
28

Kompetensi Dasar (KD). Setiap guru di setiap satuan pendidikan wajib

menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar.

Penyusunan RPP dilakukan sebelum awal semester atau awal tahun

pelajaran dimulai dan perlu diperbarui sesuai perkembangan dan

kebutuhan peserta didik.

a.1 Komponen RPP

Berdasarkan permendikbud nomor 103 tahun 2014 bahwa

Komponen RPP mencakup:

(1) identitas sekolah/nama satuan pendidikan,

(2) identitas mata pelajaran,

(3) kelas/semester;

(4) materi pokok

(5) alokasi waktu;(ditentukan sesuai dengan keperluan pencapaian

KD dan beban belajar denga mempertimbangkan jumlah pelajara

yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai)

(6) tujuan pembelajaran (dirumuskan berdasarkan KD dengan

menggunakan kata kerja operasional)

(7) KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi

(8) materi pembelajaran (memuat fakta, konsep, prinsip dan

prosedur)

(9) metode pembelajaran

(10) Media pembelajaran

(11) sumber belajar

(12) langkah-langkah pembelajaran (pendahuluan, inti dan penutup)

(13) penilaian hasil pembelajaran.

Sri Hastuti, M. Pd
29

a.2 Langkah – Langkah Penyusunan RPP

RPP disusun melalui langah-langkah sebagai berikut:

a. Analisis Program semester

b. Melakukan pengembangan RPP yang mengikuti rambu-rambu

pengembangan RPP

a.3 Prinsip penyusunan RPP

Penyusunan RPP harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai

berikut:

a. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal,

tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar,

kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,

kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau

lingkungan peserta didik

b. Partisipasi aktif peserta didik

c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,

motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan

kemandirian

d. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang

untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman

beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat

rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,

pengayaan, dan remedi

Sri Hastuti, M. Pd
30

f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian

kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan

pengalaman belajar.

g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan

lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman

budaya

h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara

terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan

kondisi

RPP dapat dilihat pada lampiran IIIC halaman .......

b. Peyusunan bahan ajar

Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum,

artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan

kurikulum. Pada kurikukulum tingkat satuan pendidikan, standard

kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah, namun bagaimana

untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan

sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam hal

ini, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan

ajar sendiri. Untuk mendukung kurikulum, sebuah bahan ajar bisa saja

menempati posisi sebagai bahan ajar pokok ataupun suplementer.

Bahan ajar pokok adalah bahan ajar yang memenuhi tuntutan kurikulum.

Sedangkan bahan ajar suplementer adalah bahan ajar yang dimaksudkan

untuk memperkaya, menambah ataupun memperdalam isi kurikulum.

Sri Hastuti, M. Pd
31

Prosedur itu meliputi, memahami  standar isi dan standar kompetensi

lulusan, silabus, program semeter, dan rencana pelaksanaan

pembelajaran, mengidentifikasi jenis materi pembelajaran, melakuan

pemetaan materi, menetapkan bentuk penyajian, menyusun penyajian,

membaca  buku sumber, mendraf, merevisi, mengujicobakan bahan ajar,

merevisi dan menulis akhir (finalisasi).

Bahan ajar yang dibuat adalah untuk materi bilangan berpangkat, bentuk

akar dan logaritma

D. Pengkajian Aspek Manajerial

Pengkajian aspek manajerial dilakukan penulis pada sekolah magang – 1

dan sekolah magang – 2. Pengkajian dilakukan dengan mengumpulkan

dokumen-dokumen terkait pada personil yang tepat. Proses pengkajian dilakukan

dengan cara membandingkan dokumentasi, observasi dan wawancara. Matriks

kajian aspek manajerial ini dapat dilihat pada lampiran IIID halaman ..... pada

laporan ini. Berikut hasil dari pengkajian aspek manajerial yang telah penulis

lakukan pada SMK Negeri 2 Sijunjung ( Sekolah magang – 1) dan SMK negeri 3

Sijunjung (sekolah magang – 2).

1. Kajian Rencana Kerja Sekolah (RKS)

Untuk kajian rencana kerja sekolah pada SMK Negeri 2 Sijunjung, dari

6 komponen secara keseluruhan telah sesuai dengan kondisi ideal. Dimulai

dari penyusunan EDS oleh Tim Pengembang Sekolah (TPS) dan telah

dilakukan tiap tahun, meski pernah terhenti pada tahun pelajaran 2014/2015.

Hasil EDS menjadi dasar penyusunan RPS/RKS dan penyusunan

Sri Hastuti, M. Pd
32

RAPBS/RKAS. Dimana RKM dan RKS disusun oleh Tim yang diketuai oleh

Kepala Sekolah. Sekolah memiliki program-program prioritas yang sering

disampaikan kepala sekolah dalam rapat-rapat majelis guru yang dituangkan

dalam RKS. RKS juga disetujui oleh komite sekolah. Pelaporan RKS

dilakukan kepada pemangku kepentingan dalam hal ini kepala dinas

pendidikan dan komite sekolah.

Pada SMK Negeri 3 Sijunjung kajian RKS dari 6 komponen secara

keseluruhan telah sesuai dengan kondisi ideal. Dimulai dari penyusunan

EDS oleh Tim Pengembang Sekolah (TPS) dan telah dilakukan tiap tahun.

Hasil EDS menjadi dasar penyusunan RPS/RKS dan penyusunan

RAPBS/RKAS. Dimana RKM dan RKS disusun oleh Tim yang diketuai oleh

Kepala Sekolah. Sekolah memiliki program-program prioritas yang sering

disampaikan kepala sekolah dalam rapat-rapat majelis guru yang dituangkan

dalam RKS. RKS juga disetujui oleh komite sekolah. Pelaporan RKS

dilakukan kepada pemangku kepentingan dalam hal ini kepala dinas

pendidikan dan komite sekolah.

2. Kajian Pengelolaan Kurikulum

Kajian pengelolaan kurikulum merupakan pengkajian terhadap

dokumen kurikulum SMK Negeri 2 Sijunjung. Pada bagian Dokumen I

kurikulum terdapat 2 komponen dimana SK Negeri 2 Sijunjung telah

mencapai kondisi ideal sesuai dengan sistematika penyusunan KTSP yang

diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat. Pada aspek

Sri Hastuti, M. Pd
33

Dokumen II untuk silabus masih terdapat kesenjangan belum termuatnya

nilai karakter pada silabus beberapa mata pelajaran. Dan solusi yang

diberikan adalah memberikan pemahaman kepada para guru untuk

menyusun silabus dengan memasukkan nilai karakter. Sedangkan pada

aspek dokumen III tidak terdapat kesenjangan yang berarti.

Kajian pengelolaaan Kurikulum di SMK Negeri 3 Sijunjung telah

mencapai kondisi ideal. SMK Negeri 3 Sijunjung menerapkan kurikulum

2006. Dari 3 komponen kurikulum ( dokumen 1, silabus dan RPP) kondisi

saat ini sudah sangat baik. Kesenjangan yang terjadi adalah pada komponen

silabus yang masih terdapat beberapa mata pelajaran belum memuat nilai

karakter. Silabus belum dikembangkan oleh guru mata pelajaran, namun

masih mengadopsi dari silabus yang ada. Untuk komponen RPP masih

terdapat kesenjangan pada tujuan pembelajaran yang belum duraikan dari

indikator pencapaian kompetensi dan belum menggambarkan proses dan

hasil belajar. Belum semua mata pelajaran menguraikan materi berdasarkan

cakupan KD, serta belum semua guru memahami metode pembelajaran

yang tepat dan sesuai dengan karakteristik dari indikator dan kompetensi

yang dicapai. hal ini diharapkan dapat diatasi dengan melakukan

pendampingan pada guru ketika pelaksanaan lokakarya sekolah.

3. Kajian Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan di SMK Negeri 2

Sijunjung sebagian besar telah memenuhi standar. Pada komponen kepala

Sekolah belum memiliki sertifikat sebagai kepala sekolah yang berasal dari

lembaga resmi. Masih terdapat 2 orang guru pada SMK Negeri 2 Sijunjung

Sri Hastuti, M. Pd
34

yang belum memiliki kualifikasi akademik S1 atau D4, ketidaksesuaian

jumlah guru dengan kebutuhan sekolah, serta masih terdapat guru yang

memiliki beban mengajar tidak mencukupi 24 jam perminggu. Tenaga

administrasi sekolah belum memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan

permendiknas nomor 24 tahun 2008, bahwa kualifikasi akademik kepala

administrasi sekolah minimal D III, sedangkan TAS di sekolah meemiliki

kualifikasi SLTA. SMK Negeri 2 juga belum memiliki teknisi/laboran sesuai

permendiknas nomor 26 tahun 2008. Sedangkan pada penilaian evaluasi

kinerja SMK Negeri 2 Sijunjung belum memiliki perencanaan evaluasi kinerja

dan belum lengkapnya administrasi sekolah. Perlu adanya sanksi

pelanggaran tata tertib sekolah serta penghargaan bagi yang mematuhi.

Sedangkan pada agian pelaporan, Tenaga administrasi belum melakukan

pelaporan secara tertulis kepada Kepala Sekolah.

Pelaksanaan kajian manajerial Pengelolaan Penddik dan Tenaga

Kependidikan di SMK Negeri 3 Sijunjung telah terlaksana dengan teknik

observasi dan wawancara. Kesenjangan terdapat pada beberapa

komponen. Pada komponen perencanaan, jumlah tenaga pendidik dan

tenaga kependidikan di sekolah belum sesuai dengan kebutuhan. Pada

unsur kepala Sekolah belum memiliki sertifikat sebagai kepala sekolah

yang berasal dari lembaga resmi. Sekolah belum memiliki kepala

adminstrasi sejak tahun 2013. Sudah disampaikan permohonan kepada

dinas pendidikan, BKD namun belum ada realisasi sampai sekarang.

Sekolah juga belum memiliki tenaga laboran/teknisi, guru yang tersedia

terpenuhi dengan guru honor komite, dengan jumlah guru PNS =17 orang

dan guru Honor komite 28 orang ( dapat dilihat pada lampiran Profil SMK

Sri Hastuti, M. Pd
35

Negeri 3 Sijunjung ). Namun demikian jumlah beban mengajar guru

belum mencukupi 24 jam minimal. Pada komponen pengadministrasian

sekolah belum lengkap. Tata tertib PTK sekolah belum mengatur

penghargaan dan sanksi. Dan belum adanya pelaporan secara tertulis

dari tenaga administrasi kepada kepala sekolah dalam pelaksanaan

teknis dari tugas masing-masing sekurang-kurangnya setiap akhir

semester.

4. Kajian Pengelolaan Sarana dan Prasarana

Hasil kajian pengelolaan sarana dan prasarana pada SMK Negeri 2

Sijunjung terjadi kesenjangan pada aspek perbaikan. Perbaikan yang

diakukan di sekolah belum memcakup semua sarana dan prasarana dan

perbaikan berat belum dapat dilaksanakan dalam rentang waktu 3 bulan.

Kajian manajerial sarana dan prasarana SMK Negeri 3 Sijunjung

sudah cukup baik. Hal ini karena SMK Negeri 3 Sijunjung masih tergolong

sekolah yang baru. Jadi belum banyak terjadi perbaikan-perbaikan,

penghapusan aset dan lain-lain. Namun perlu adanya perencanaan

perbaikan yang dimulai dari sekarang. Sekolah belum melakukan

pelaporan mutasi barang tiap triwulan. Laporan dibuat sekolah masih tiap

tahunan.

5. Kajian Pengelolaan Peserta Didik

Secara keseluruhan pengelolaan peserta didik pada SMK Negeri 2

Sijunjung telah berada pada kondisi ideal seperti yang terdapat pada

matriks kajian. Dari 10 komponen yang dilakukan pengkajian, terdapat

Sri Hastuti, M. Pd
36

kesenjangan pada komponen pembinaan prestasi. Sekolah belum

melakukan penyiapan perangkat pemantau bakat, minat, kreatifitas dan

kemampuan peserta didik.

Pengelolaan peserta didik di SMK Negeri 3 Sijunjung memenuhi 9

komponen dari 10 komponen kajian. Kesenjangan terjadi hanya pada

komponen 10 yaitu pembinaan prestasi. Pembinaan dan pengembangan

peserta didik belum mencakup pada penyiapan perangkat pemantauan

bakat, minat, kreatifitas dan kemampuan peserta didik serta belum

menyelenggarakan penuangan wahana kreatifitas secara menyeluruh.

6. Kajian Pengelolaan Keuangan Sekolah

Kajian pengelolaan Keuangan sekolah dilakukan pada 6 komponen.

Pada komponen sumber keuangan sekolah, SMK Negeri 2 Sijunjung

belum memiliki sumber keuangan yang berasal dari dana swadaya. Dan

diharapkan hendaknya untuk menggiatkan Unit produksi sekolah. Serta

pada komponen kelengkapan dokumen keuangan SMK negeri 2 sijunjung

tidak menggunakan buku pembantu bank untuk mencatat transaksi yang

ditandatangani kepala sekolah dan bendahara

Kajian pengelolaan Keuangan sekolah di SMK Negeri 3 Sijunjung

belum memiliki sumber keuangan yang berasal dari dana swadaya. Dan

diharapkan hendaknya untuk menggiatkan Unit produksi sekolah.

Sekolah belum mebuat pengumuman perencanaan dan penggunaan

pendanaan di papan pengumuman sekolah agar diketahui oleh warga

sekolah.

Sri Hastuti, M. Pd
37

7. Kajian Pengelolaan Ketatausahaan Sekolah

Kajian pengelolaan ketatausahaan SMK Negeri 2 Sijunjung

memiliki kesenjangan pada pemenuhan kualifikasi kepala administrasi

yang belum DIII. Petugas layanan khusus bidang pengemudi dapat

memberdayakan tenaga yang ada. Tenaga administrasi sekolah belum

memiliki perencanaan evaluasi secara mendasar berdasar permendiknas

nomor 24 tahun 2008. Serta belum adanya laporan pelaksanaan teknis

tugas Tenaga administrasi sehingga kepala sekolah belum melakukan

pelaporan kepada pihak terkait tentang hasil evaluasi. Diharapkan

sekurang-kurangnya 6 bulan sekali tenaga administrasi sekolah membuat

laporan kinerja.

Kajian ketatausahaan SMK negeri 3 Sijunjung diperoleh

kesimpulan terjadinya ketidaksesuaian karena sekolah tidak memiliki

kepala adminstrasi sejak tahun 2013. Dan sudah dilakukan pengajuan

usulan kepada dinas terkait namun belum mendapat respon hingga hari

ini. Untuk petugas layanan khusus yang belum ada, sekolah

memberdayakan tenaga administrasi yang telah ada.

8. Kajian Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran

Pengkajian Pengelolaan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di

SMK negeri 2 Sijunjung belum mencapai ideal pada komponen

kelengkapan sarana berbasis TIK yaitu jaringan Internet dan belum

adanya ruang multimedia.

Sri Hastuti, M. Pd
38

Pengkajian pengelolaan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di

SMK Negeri 3 Sijunjung sudah berjalan baik. Sekolah belum memiliki

ruang multimedia yang memadai. Ketersediaan sarana internet belum

dapat digunakan untuk pembuatan E-learning dan guru belum membuat

e-learning. Sehigga diharapkan sekolah mau membuat program kegiatan

yang dapat mengupayakan pembuatan e-learning guru.

9. Kajian Sistem Monitoring dan Evaluasi

Pengkajian sistem Monitoring dan evaluasi untuk SMK Negeri 2

Sijunjung menghasilkan kondisi yang belum sesuai dengan idealnya.

Sekolah belum Melakukan kegiatan tindak lanjut terhadap hasil monev,

Tidak ada kegiatan berbagi hasil Monev dengan warga sekolah terkait

dan mendapatkan, masukan/umpan balik lebih lanjut dari mereka. Serta

sekoah tidak mendiskusikan bagaimana warga sekolah dapat

menerapkan rekomendasi yang relevan.

Monitoring dan evaluasi pada SMK Negeri 3 sijunjung belum

terlaksana dengan baik. Sekolah belum melakukan monitoring secara

terencana. Hal ini terlihat pada komponen program moev yang belum

ada, sehingga proses dan tata kerja monev tidak dapat terlaksana.

E. Peningkatan Kompetensi Berdasarkan AKPK yang Kurang di Sekolah

Magang 2 ( SMK Negeri 3 Sijunjung)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang

Standar Kepala sekolah/madrasah menegaskan bahwa seorang kepala

Sri Hastuti, M. Pd
39

sekolah/madrasah harus memiliki lima dimensi kompetensi minimal yaitu:

kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.

Berdasarkan kesimpulan hasil pemetaan AKPK (Analisis Kebutuhan

Pengembangan Keprofesionalan), tingkatan kualitas penguasaan kompetensi

tersebut adalah kepribadian 94,63, manajerial 73,21, kewirausahaan 70,00,

supervisi 70,83, sosial 75,00.

Hasil AKPK Kepribadian


Calon Kepala Sekolah
Kompetensi Kode Jumlah
100
Kepribadian 1 94,63
50 Manajerial 2 73,21
Sosial Kompetensi Manajerial
Kewirausahaa
0 n 3 70,00
Supervisi 4 70,83
Sosial 5 75,00

Supervisi Kewirausahaan

Peta kompetensi penulis di atas sebagai acuan untuk menentukan

kompetensi yang haarus ditingkatkan pada kegiatan OJL. Dari hasil AKPK

tersebut, penulis memilih penguatan yang berkaitan dengan kompetensi

kewirausahaan. Kompetensi kewirausahaan dipilih juga berdasarkan hasil

diskusi dengan kepala sekolah magang 2 ( SMK Negeri 3 Sijunjung).

Kompetensi kewirausahaan mencakup memahami program-program

inovatif yang bisa meningkatkan keefektifan sekolah dengan baik, memiliki

pengalaman dalam meningkatkan keingintahuan warga sekolah dalam

pengetahuan dan keterampilan melalui kerja keras dan semangat pantang

menyerah, membuat alternatif pemecahan masalah yang relevan dan tepat

sehingga menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien, memiliki rasa optimis,

pantang menyerah, berfikir alternatif terbaik untuk mencapai keberhasilan sdi

Sri Hastuti, M. Pd
40

sekolah, memiliki pengalaman dalam menyusun rencana pengelolaan kegiatan

produksi dan jasa di sekolah dengan baik. Dari cakupan kompetensi

kewirausahaan tersebut penulis merasa perlu peningkatan di sekolah magang 2

ini.

Kesuksesan sekolah tak dapat dilepaskan dari kesuksesan kepala

sekolah meningkatkan kinerja warga sekolah. Dalam hal ini Kepala SMK Negeri

3 Sijunjung telah memiliki kompetensi kewirausahaan yang bagus. Hal ini

dibuktikan dengan terjadinya peningkatan jumlah siswa yang sangat signifikan

dari awal beliau masuk di sekolah ini. Sekolah sudah memiliki sarana yang

memadai, dan mampu meningkatkan efektifitas sekolah. Kepala sekolah

memiliki visi untuk menjadikan sekolah adiwiyata.

Tahap kegiatan peningkatan kompetensi berdasarkan AKPK di sekolah

magang 2 (SMK Negeri 3 Sijunjung) adalah sebagai berikut :

1. Persiapan

Kegiatan peningkatan kompetensi kewirausahaan calon kepala sekolah

diawali dengan melakukan diskusi bersama kepala sekolah magang 2.

Selanjutnya menyiapkan hal-hal yang akan dilakukan dalam upaya

peningkatan kopetensi kewirausahaa, diataranya adalah menentukan

instansi yang tepat dalam rangka kerjasama, menentukan waktu dan jadwal

kegiatan.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan peningkatan kompetensi Kewirausahaan adalah

kegiatan Sosialisasi Sekolah Adiwiyata di SMK Negeri 3 Sijunjung dengan

kerjasama dengan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sijunjung. Kegiatan

ini dilaksanakan dimulai dari pengenalan kepala sekolah (Ibu Yulias

Sri Hastuti, M. Pd
41

Sriwinarti, S.Pd) dengan Kepala Bidang Lingkungan Hidup (Bapak Drs.

Dody Katim, MM). Pada kesempatan tersebut sekolah melakukan

pengenalan tentang sekolah yang sedang melaksanakan program adiwiyata.

Namun sekolah belum pernah mendapatkan pengetahuan dari nara sumber

yang kompeten tentang adiwiyata tersebut.

Kepala bidang lingkungan hidup memberikan apresiasi terhadap Sekolah

yang telah memulai secara mandiri kegiatan adiwiyata. Bentuk apresiasinya

adalah melakukan kerjasama dalam hal melaksanakan kegiatan sosialisasi

Adiwiyata dan pemberian bantuan kepada SMK Negeri 3 Sijunjung dalam

bentuk tong sampah dan lemari bank sampah.

Kegiatan sosialisasi dilaksanakan di SMK Negeri 3 Sijunjung pada hari

Sabtu tanggal 30 September 2016. Sosialisasi dihadiri oleh kepala sekolah

SD, SMP dan SMK se kecamatan IV Nagari. Kegiatan ini dibuka oleh Bapk

Camat IV Nagari, serta dihadiri oleh Ketua Komite Sekolah yang dalam

kesehariannya sebagai Anggota DPRD Kabupaten Sijunjung dan Kepala

Dinas Pedidikan Kabupaten Sijunjung dalam hal ini diwakili oleh Kepala

Bidang Pendidikan Menengah Ibu Yulius Maleni, S.Pd, MM.

Kegiatan ini dilaksanakan dari jam 9.00 wib sampai jam 17.00 wib.

Narasumber kegiatan adalah Dosen Ilmu Kimia Universitas Bung Hatta yaitu

Ibu Dr. Reni,M.Si. Narasumber adalah profesional yang telah

berpengalaman dalam kegiatan Sekolah Adiwiyata. Kegiatan ini keseluruhan

biaya ditanggung oleh bidang lingkungan hidup.

3. Hasil

a. Kegiatan sosialisasi sekolah adiwiyata ini dapat meningkatkan

pengalaman penulis sebagai calon kepala sekolah dalam meningkatkan

Sri Hastuti, M. Pd
42

keingintahuan warga sekolah dalam pengetahuan dan keterampilan

melalui kerja keras dan semangat pantang menyerah. Hal ini dibuktikan

dengan meningkatnya pengetahuan warga sekolah tentang kegiatan

sekolah adiwiyata.

b. Kegiatan sosialisasi sekolah adiwiyata merupakan peningkatan penulis

dalam memahami program-program inovatif yang bisa meningkatkan

efektifitas sekolah dengan baik. Artinya bahwa penulis menyiapkan

kegiatan yang inovatif karena mengatasi permasalahan sekolah dalam

mencari pengetahuan tentang sekolah adiwiyata.

c. Meningkatnya pengalaman penulis sebagai calon kepala sekolah dalam

menyusun rencana pengelolaan program kegiatan dengan baik.

4.

Sri Hastuti, M. Pd

Anda mungkin juga menyukai