Anda di halaman 1dari 13

DOSEN PENGAMPU : NS. SUNTIN, S.KEP.,M.

KEP

MEMAHAMI KONSEP KOLABORASI

Disusun Oleh :
KELOMPOK 9
ASRIANTO 219102
INNEKE AGUSTYANA YUSUF 219111
MUHAMMAD FADLI HARIS 219119
NURFAZILAH SARAH SABILAH 219127
SITI NURFAIZAH 219136
MUH. ZAINUL HIDAYAT 219144
KELAS : IIIC

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia Nya sehingga tersusunnya Makalah yang membahas
tentang “Memahami Konsep Kolaborasi”. Makalah ini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang sasaran pelayanan keperawatan lansia .
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari
jauh dari kesempurnaan baik hasil rangkuman maupun cara penulisannya.
Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karena
itu penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,
saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca dan temen-teman. Aamiin.Terima kasih

Makassar, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian kolaborasi .........................................................................3
B. Komponen utama kolaborasi...............................................................4
C. Nilai – nilai dasar dalam kolaborasi.....................................................5
D. Keuntungan kolaborasi........................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................9
B. Saran...................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah kunci untuk mengembangkan dan mengubah metode
serta kualitas pelayanan kesehatan (Steinert, 2005). Menurut WHO (2010)
sebaiknya fase pendidikan dapat menghasilkan tenaga pelayanan kesehatan
yang sudah siap untuk praktek kolaborasi antar profesi atau Interprofessional
Education (IPE). Interprofessional Education (IPE) adalah salah satu konsep
pendidikan yang dicetuskan oleh WHO sebagai pendidikan yang terintegrasi
untuk peningkatan kemampuan kolaborasi (WHO, 2010).
Kolaborasi dalam hubungan kerja antara tenaga kesehatan merupakan
memberikan pelayanan kepada pasien atau klien dengan melakukan diskusi
tentang diagnosa, meakukan kerja sama dalam asuhan kesehatan, saling
berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada
pekerjaannya. Apapun bentuk dan tempatnya kolaborasi meliputi suatu
pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh
kolaborator. Daripada itu kemampuan kolaborasi secara interprofesi
(interprofessional teamwork) tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan harus
dicari dan dilatih yang dapat dimulai dari tahap perkuliahan sehingga
mahasiswa mempunyai bekal pengetahuan dan pengalaman mengenai cara
berkolaborasi dengan profesi lain dalam tim yang baik sebelum terjun ke
dunia kerja yang sesungguhnya (Liston et al., 2013).
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Bosch & Mansell (2015)
menjelaskan bahwa adanya kolaborasi baik oleh tenaga kesehatan dapat
meingkatkan kesembuhan pasien seperti mengurangi reaksi obat,
menurunkan angka sakit dan kematian serta dapat mengoptimalkan dosis
obat. Kolaborasi juga terbukti memberikan manfaat bagi seluruh pelayanan
kesehatan, diantaranya mengurangi ekstra kerja dan meningkatkan kualitas
atau kepuasan kerja.

1
B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan apa pengertian kolaborasi
2. Menjelaskan apa komponen utama kolaborasi
3. Menjelaskan apa nilai-nilai dasar dalam kolaborasi
4. Menjelaskan apa keuntungan kolaborasi
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kolaborasi
2. Untuk mengetahui komponen utama kolaborasi
3. Untuk mengetahui nilai-nilai dasar dalam kolaborasi
4. Untuk mengetahui keuntungan kolaborasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kolaborasi

Kolaborasi atau kerjasama antar profesi kesehatan adalah hal yang


berpengaruh dalam mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada pasien
(Liaw et al., 2014). Hubungan kolaborasi dalam pelayanan kesehatan
melibatkan sejumlah tenaga profesi kesehatan dan tentunya dalam
melakukan kolaborasi tersebut terdapat perbedaan pendapat antar tenaga
kesehatan.
Konsep perilaku kolaborasi perawat didasarkan pada defenisi kerja sama
antar perawat. Kolaborasi sebagai konvensi kooperatif berdasarkan nilai-nilai
bersama seperti perhatian dan penghargaan dengan orang lain, dengan
tujuan kinerja dan komitmen dari semua pihak (Tao et al, 2015). Sedangkan
peran kolaborasi bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik dari masing- masing
profesi (Martiningsih,2011).
Kolaborasi perawat dan dokter dipandang sebagai faktor penting dalam
pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas (Nelson, King & Brodine,
2008).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa masih ada perbedaan
persepsi tentang kolaborasi perawat dan dokter. maka perawat harus
memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, dan tekhnikal, juga harus
mempunyai otonomi dan bersedia menanggung resiko, bertanggung jawab
dan bertanggung gugat dengan semua tindakan yang dilakukkannya (Wolo &
Trisnawati, 2015).
Perawat juga harus menjaga komunikasi antara sesama teman sejawat,
komunikasi perawat yang buruk yang dapat menyebabkan ketidakpuasan
kerja dan kurangnya otonomi dikalangan perawat (Wang et al, 2017).
Adapun aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu; upah, rekan

3
kerja, atasan, promosi, lingkungan kerja. Faktor kepuasan kerja perawat
merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh rumah sakit
(Handayani, 2016).

B. Komponen Utama Kolaborasi


Dalam sebuah kolaborasi terdapat komponen – komponen yang menjadi
kunci keberhasilan kolaborasi itu sendiri. Komponen-komponen tersebut
saling melengkapi satu sama lain, sehingga kolaborasi akan berhasil apabila
apabila memenuhi komponen.
Grey (1989) berpendapat bahwa kolaborasi melibatkan beberapa
komponen yaitu:
1. Saling ketergantungan
2. Penyatuan pemikiran secara konstruktif untuk mencapai solusi
3. Keputusan bersama semua actor (joint ownership of decisions)
4. Tanggung jawab bersama

Noorsyamsa djumara (2008) mengutarakan bahwa ada 5 komponen


utama dalam kolaborasi:
1. Collaborative culture yaitu nilai dasar yang membentuk tingkah laku dan
sikap bisnis.
2. Collaborative leadership yaitu merupakan fungsi yang melibatkan setiap
orang dalam organisasi.
3. Strategic vision yaitu prinsip dan tujuan yang bertumpu pada kerjasama
secara strategis
4. Collaborative team process yaitu proses kerja yang dikelola tim kolaborasi
dan kerjasama secara professional yang bertanggung jawab penuh bagi
keberhasilannya.
5. Collaborative structure yaitu pembenahan system informasi dan
sumberdaya manusia guna memastikan keberhasilan tempat kerja yang
kolaboratif.

4
Agranoff dan McGuire (2012: 144-153) memandang kolaborasi sebagai
aktivitas-aktivitas yang bersifat horizontal dan vertical, kemudian di analisis
menjadi komponen berikut:
1. Komunikasi
Komunikasi yang intensif sangatlah penting dalam kolaborasi. Kolaborasi
dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
2. Nilai tambah
Dimaksudkan disini adalah nilai public, yakni yang dihasilkan dari efisiensi,
demokrasi dalam organisasi dan proses kolaborasi.
3. Deliberasi
Merupakan kelebihan dari kolaborasi yang membentuk pembelajaran
saling menguntungkan (mutual learning).

C. Nilai – Nilai Dasar Dalam Kolaborasi


Noorsyamsa djumara (2008) Ada sejumlah nilai yang menjadi dasar
dalam melakukan kolaborasi. Nilai (value) tersebut harus menjadi pegangan
bagi kolaborator sehingga apa yang menjadi tujuan bersama dapat tercapai.
Menurut Djumara, terdapat tujuh nilai dasar (The seven core values) yang
digunakan untuk mengembangkan hubungan kerja dengan konsep
kolaborasi, yaitu;
a. Menghormati orang lain (Respect for people). Landasan utama dari setiap
organisasi adalah kepuasan masing-masing individu.Setiap orang yang
akan berkolaborasi menginginkan posisi yang kuat dan adanya
kesamaan. Mereka menginginkan kepuasan pribadi yang tinggi dan atau
lingkungan kerja yang mendukung dan mendorong kepuasan terhadap
dirinya.
b. Penghargaan dan integritas rnemberikan pengakuan, etos kerja (Honor
and integrity). Dalam banyak budaya, kehormatan dan integritas
membentuk perilaku individu.

5
c. Rasa memiliki dan bersekutu (Ownership and alignment). Ketika semua
pegawai merasa memiliki tempat kerjanya, pekerjaan dan perusahaannya
maka mereka akan memeliharanya dengan baik.
d. Konsensus (Consensus). Ini adalah kesepakatan umum bahwa kegunaan
yang amat besar adalah hubungan kerja yang dilandasi oleh keinginan
untuk menang-menang (win-win amounts to). Dalam tempat kerja yang
kolaboratif keputusan 100% harus fullyagreed untuk mencapai win-win. Ini
artinya mereka harus melewati ketidaksetujuannya sebagai usaha kuat
dalam mencapai tujuan.
e. Penuh rasa tanggung jawab dan tanggung-gugat (Full responsibility and
Accountability). Dalam paradigma hirarki biasanya orang menjadi tertutup
satu dengan yang lainnya, karena uraian pekerjaannya, karena tugas-
tugasnya dan karena unit organisasinya. Faktanya setiap orang hanya
akan bertanggung jawab pada daftar tugas pekerjaannya saja.
f. Hubungan saling mempercayai (Trust-based Relationship). Semua orang
menginginkan adanya kepercayaan dan keterbukaan dalam bekerja. Pada
prinsipnya mereka juga ingin dipercaya. Akan tetapi kepercayaan tidak
datang dengan mudahnya. Pada kenyataannya, banyak di antara mereka
antara satu dengan yang lainya kurang saling mempercayai. Inilah yang
menyulitkan dalam suatu organisasi.
g. Pengakuan dan pertumbuhan (Recognition and Growth). Hal yang tidak
kalah penting dalam tempat kerjayang kolaboratif adalah adanya upaya
mendorong orang untuk mau bekerja, dan segera memberi pengakuan
terhadap hasil kerja seseorang bagi semua anggota tim atau kelompok.
Menurut Carpenter (1990), kolaborasi mempunyai 8 karakteristik, yaitu:
a. Partisipasi tidak dibatasi dan tidak hirarkis.
b. Partisipan bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian
kesuksesan. Adanya tujuan yang masuk akal.
c. Ada pendefinisian masalah.
d. Partisipan saling mendidik atau mengajar satu sama lain.
e. Adanya identifikasi dan pengujian terhadap berbagai pilihan.

6
f. Implementasi solusi dibagi kepada beberapa partisipan yang terlibat.
g. Partisipan selalu mengetahui perkembangan situasi.

D. Keuntungan Kolaborasi
Pelaksanaan kolaborasi tidak hanya bermanfaat bagi pasien tetapi juga
akan memberikan kepuasan kepada tenaga kesehatan karena kolaborasi
akan meningkatkan dan mengoptimalkan peran serta aktif antara perawat
dan dokter dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan dan
perawatan berfokus pada kebutuhan pasien secara komprehensif dengan
memperhatikan kontribusi masing-masing (Herbert, 2005 & Ushiro, 2009).
Melalui kolaborasi efektif perawat-dokter dalam tim,adanya pengetahuan
dan skill atau keahlian dari dokter dan perawat akan saling
melengkapi.Pasien akan mendapat keuntungan dari koordinasi yang lebih
baik melalui kolaborasi interprofesi. Kerja sama tim dalam kolaborasi adalah
proses yang dinamis yang melibatkan dua atau lebih profesi kesehatan yang
masing-masing memiliki pengetahuan dan keahlian yang berbeda, membuat
penilaian dan perencanaan bersama, serta mengevaluasi bersama
perawatan yang diberikan kepada pasien. Hal tersebut dapat dicapai melalui
kolaborasi yang independen, komunikasi yang terbuka, dan berbagi dalam
pengambilan keputusan (Xyrinchis& Ream, 2008 : WHO, 2010).
Adapun keuntungan yang bisa diperoleh dari adanya kolaborasi penelitian
menurut Kartz and Martin dikutip oleh Sormin 2009, sebagai berikut:
a. Transfer pengetahuan dan keahlian. Upaya untuk memperbaharui
pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat memakan waktu dan
terbentur beberapa masalah. Didokumentasikannya sebagian ilmu dan
perkembangan terbarunya menyebabkan penge tahuan menjadi bersifat
tacit, tidak menyebar dan tetap dalam kondisi seperti itu sampai ilmuwan
yang menguasainya mempunyai waktu untuk menuliskan dan
mempublikasikan.

7
b. Pertukaran ide dari berbagai ilmu yang akan menambah wawasan dan
perspektif baru seseorang, sehingga dapat mendorong tumbuhnya
kreatifitas. Efeknya akan lebih tinggi jika terjadi diantara orangorang dari
berbagai latar belakang ilmu yang berbeda.
c. Membuka kesempatan persahabatan intelektual. Peneliti akan
membangun hubungan tidak hanya dengan kelompoknya yang terlibat
dalam penelitian yang sedang dilakukan, tetapi juga akan berupaya
memasuki jaringan yang lebih luas dalam komunikasi penelitian.
d. Peningkatan produktivitas: Kolaborasi menstimulasi peneliti untuk
berkarya bersama secara produktif

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah dibuat dapat ditarik kesimpulan bahwa kolaborasi
adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien/klien dalam melakukan diskusi tentang diagnosa,
melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau
komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya.
Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk membahas masalah-masalah
tentang klien dan untuk meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi setiap
anggota tim serta untuk mengidentifikasi cara-cara meningkatkan mutu
asuhan klien. Agar hubungan kolaborasi dapat optimal, semua anggota
profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerjasama.

B. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu dalam memberikan asuhan
keperawatan perawat harus berkolaborasi dengan tim medis lainnya, karena
jika tidak ada kolaborasi antara perawat dan tim medis yang lain maka
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepda pasien tidak akan
berjalan dengan baik.

9
DAFTAR PUSTAKA
Agranoff, Robert. 2012. Collaborating to Manage: a Primer for Public Sector.
Washington: Georgetown University Press

Bosch, B., & Mansell, H. (2015). Interprofessional Collaboration In Health Care :


Lessons To Be Learned From Competitive Sports. CPJ/RPC, 148(4), 2–5.
https://doi.org/10.1177/1715163515588106

Martin, G. P., Currie, G., & Finn, R. (2009). Leadership, Service Reform, and
Public-Service Networks: The Case of Cancer-Genetics Pilots in the
English NHS. Journal of Public Administration Research and Theory,
19(4), 769–794.

Martiningsih, W (2011), Praktik kolaborasi perawat dokter dan faktor yang


mempengaruhi, Jurnal Ners vol 6 (2) 147-150

Nelson, G. A., King, M. L., & Brodine 2008). Nurse-Physician Collaboration on


Medical-Surgical Units. MEDSURG Nursing, 17(1), 35-40.

Noorsyamsa Djumara, Negosiasi, Kolaborasi dan Jejaring Kerja. (Jakarta:


Lembaga Administrasi Negara-RI, 2008), hh. 34-35.

Uchino, B. N. (2009). Understanding the Links Between Social Support and


Physical Health: A Life-Span Perspective With Emphasis on the
Separability of Perceived and Received Support. Perspectives on
Psychological Science, 2009, Volume 4-Number 3.

Wolo, P. D., Trisnawati, R., & Wiyadi. (2015). Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Kepuasan Kerja Perawat Pada RSUD TNI AU Yogyakarta.
Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya, 17, 25–34.
https://doi.org/https://doi.org/10.23917/dayasaing.v17i2.3777

iii

Anda mungkin juga menyukai