Anda di halaman 1dari 11

1

TUGAS PENENTUAN STRUKTUR MOLEKUL ORGANIK


IDENTIFIKASI GUGUS NITRIL

Kelompok 7 :
Julie Andrya Sari 080810182
Wike Arnovia 080810261
Margaretha CP. Nikita 080810302
Wahyu Sandra K. 080810506
Siti Z. Rahma 080810514
A’yunil Hisbiyah 080810525

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2011
2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Deskripsi Nitril

Nitril adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsi -CN. Gugus
fungsi C≡N disebut gugus nitril. Senyawa nitril biasanya berupa cairan tidak
berwarna dengan bau yang menyenangkan. Dalam gugus -CN, atom karbon dan
atom nitrogen berikatan rangkap tiga. Siano prefix digunakan dalam tata nama
kimia untuk menunjukkan adanya kelompok nitril dalam suatu molekul.
Ion sianida adalah ion negatif dengan rumus -CN. Gugus –CN kadang-
kadang disebut sebagai gugus sianid atau siano, senyawa yang mengandung gugus
sianid disebut sianida. Senyawa yang mengandung gugus nitril sangat beracun
karena dapat melepas ion CN-. Sintesis senyawaan nitril pertama kali dilakukan
oleh KW Scheele pada tahun 1782. Senyawa yang diperoleh adalah nitril asam
formiat, hidrogen sianida. Tahun 1811 Gay-Lussac JL mampu membuat asam
nitril yang sangat beracun dan mudah menguap dengan tingkat kemurnian yang
tinggi. Sintesis benzonitril oleh Hermann Fehling tahun 1844 dengan pemanasan
amonium benzoat adalah metode pertama yang menghasilkan cukup banyak
penelitian tentang zat kimia. Dia menentukan struktur dengan membandingkan
hasil sintesis hydrogen sianida yang telah diketahui melalui pemanasan
ammonium formiat ke dalam hasil percobaannya.

1.2 Sintesis Nitril

Nitril dapat diperoleh dalam sintesis organik dengan metode berikut:


a. Reaksi substitusi nukleofilik alifatik dari alkil halida dengan sianida logam
disebut sintesis kolbe nitril.

Nitril Aril diperoleh melalui sintesis Rosenmund-von Braun.


3

b. Dehidrasi amina primer.

c. Dehidrasi amida sekunder (von Braun degradasi amida)

d. Dehidrasi aldoximes dengan trietilamina/zeolit belerang dioksida atau klorida


sulfuril
e. Dari asam karboksilat aril (Letts sintesis nitril)
f. Nitril aromatik dari senyawa diazonium dalam reaksi Sandmeyer
g. Dari alkena dan alkynes di hydrocyanation

1.3 Hidrolisis Nitril


Hidrolisis senyawa nitril (RCN) dengan penambahan asam tau basa bisa
menghasilkan karboksamida (RC(=O)NH2) atau asam karboksilat (RCOOH).
Hidrolisis nitril umumnya dianggap sebagai salah satu metode terbaik untuk
memperoleh asam karboksilat. Namun, reaksi menggunakan katalis basa atau
asam memiliki keterbatasan tertentu dan kelemahan dalam pembentukan amida.

1.4 Reduksi Nitril

Nitril direduksi dengan mereaksikannya dengan hidrogen menggunakan sebuah


katalis Pt.
4

Nitril adalah suatu elektrofil terhadap atom karbon dalam reaksi adisi nukleofilik:
a. Dengan senyawa organozinc dalam reaksi Blaise
b. Dengan alkohol pada reaksi Pinner.
c. Reaksi dari sarcosine amina dengan hasil sianamida creatine
d. Nitril bereaksi asilasi Friedel-Crafts dalam reaksi Houben-Hoesch untuk keton
lainnya.

DASAR ANALISIS
5

Nitril direaksikan dengan asam mineral dan air melalui reaksi hidrolisis
menghasilkan asam karboksilat

Hasil derivatisasi senyawa nitril yang baik ditunjukkan dengan produk asam
karboksilat padatan.
Asam karboksilat dapat diderivatisasi menjadi asil klorida bila direaksikan
dengan tionil klorida, kemudian asil klorida direaksikan dengan ammonia
membentuk amida, atau direaksikan dengan anilin membentuk anilide, dan
direaksikan dengan 4-toluidin membentuk 4-toluidide.
6

Beberapa proses di atas dapat diganti menjadi reaksi yang singkat, yaitu hidrolisis
nitril dengan trifluorida boron/pengompleks asam asetat yang menghasilkan
amida.

Reduksi nitril dengan natrium dan alkohol membentuk amina primer.

Senyawa amina primer bila direaksikan dengan benzoil klorida menghasilkan


benzamida.

Amina primer
yang direaksikan
dengan benzenesulfonyl klorida menghasilkan benzenesulfonamida.

Asam merkaptoasetat (asam thioglycolic) berkondensasi dengan nitril


disertai penambahan HCl menghasilkan asam α-(imidioylthio) hidroklorida asetat
7

METODE ANALISIS

1. Hidrolisis Nitril menjadi asam karboksilat


a. Kondisi asam untuk nitril aromatis

Sebanyak 5 mL asam sulfat 75% dan 0,2 g natrium klorida ditempatkan


dalam suatu labu alas bulat dilengkapi dengan sebuah kondensor refluks.
Labu dipanaskan pada suhu 150-160 ° C dengan penangas minyak, dan 1
g nitril ditambahkan ke labu alas bulat,kemudian campuran dihomgenkan.
Campuran dipanaskan sambil diaduk pada suhu 160 ° C selama 30 menit
dan pada 190° C selama 30 menit.Campuran didinginkan dan dituang ke
dalam 20 g es batu. Endapan dipisahkan dengan penyaringan, kemudian
ditambahkan larutan natrium hidroksida 10% berlebih ke dalam filtrat
untuk mengendapkan sisa amida yang larut dalam penyaringan. Filtrat
diasamkan dengan 10% asam sulfat untuk menghasilkan asam
karboksilat. Rekristalisasi dengan pelarut aseton-air.
b. Kondisi Basa

Sebanyak 1 g nitril direfluks dengan 5 mL natrium hidroksida 40%


selama 1 - 3 jam, atau sampai amonianya habis. Campuran didinginkan
dalam penangas es dan ditambahkan 25% asam sulfat perlahan-lahan
sampai larutan bersifat asam. Campurkan asam karboksilat dan filtrat
8

kemudian di rekristalisasi. Jika padatan tidak diperoleh, diekstraksi tiga


kali dengan 15 ml dietil eter. Padatan dikeringkan, disaring dan padatan
ditetesi eter, dan uapkan, sehinnga dihasilkan asam karboksilat.

2. Hidrasi Terkontrol Nitril menjadi Amida

1 gram nitril + 1,33 g air + 6,7 g trifluorida boron atau pengompleks asam
asetat dicampur dan diletakkan dalam labu 100 mL dilengkapi dengan sebuah
kondensor refluks. Campuran dipanaskan pada 115-120 °C dalam penangas
minyak selama 10 menit, dan didinginkan dalam bak es pada 15-20 °C. Setelah itu
larutan NaOH 6 M ditambahkan perlahan-lahan, suhu dijaga tetap di bawah 20°C,
sampai campuran alkalis, diuji dengan kertas lakmus. Sekitar 30-35 mL larutan
natrium hidroksida akan dibutuhkan untuk membuat suasana alkalis.
Ekstrak dilarutkan dalam 35 ml etil eter/etil asetat 1:1. Kemudian ekstrak
dikeringkan dengan 1,5 g natrium sulfat anhidrat dan filter ke dalam labu. Setelah
itu campuran disuling untuk memisahkan pelarut dengan ekstrak. Amida residu
dimurnikan dengan cara kristalisasi dengan pelarut air atau campuran air dan
metanol. Amida dikeringkan dalam desikator vakum sebelum penentuan titik
leleh.

3. Reduksi Nitril menjadi Senyawa Amina Primer

20 mL etanol dan 1 g dari nitril alifatik atau 2 g dari nitril aromatik


dimasukkan ke labu alas bulat 100-mL dilengkapi dengan sebuah kondensor
refluks. 1,5 g natrium ditambahkan ke dalam campuran, penambahan natrium
dilakukan secepat mungkin supaya natrium tidak bereaksi dengan udara.
Saat proses reduksi berlangsung sempurna (10 - 15 menit), campuran
didinginkan sampai 20° C. Kemudian ditambahkan 10 mL HCl terkonsentrasi
9

sambil labu dikocok. Campuran diuji dengan lakmus untuk memastikan larutan
dalam suasana asam.
Alat distilasi yang dilengkapi adaptor Claisen dan labu disusun kembali,
kemudian sebanyak 20 ml etanol dan air disuling. Selama penyulingan, botol
beserta isinya didinginkan. Corong kecil yang berisi 15 mL NaOH 40% dipasang
di adaptor Claisen. Pipa dipasang di ujung vacuum adaptor, kemudian dikaitkan
ke kondensor. Ujung pipa yang lain dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 50 mL
sampai tercelup ke dalam 3 ml air di labu.
NaOH ditambahkan setetes-setetes ke dalam labu sambil dikocok, reaksi
yang terjadi sangat kuat sehingga perlu dihindari penambahan NaOH yang terlalu
cepat. Setelah semua NaOH selesai ditambahkan, campuran dipanaskan sampai
penyulingan selesai. Penyulingan dihentikan saat campuran dalam labu sangat
kental.

4. Pembentukan Asam α-(Imidioylthio)asetat dari Nitril

1 g nitril dan 2,0 g asam merkaptoasetat (asam thioglycolic) dilarutkan


dengan 15 mL etil eter dalam labu. dalam penangas es dan menyeluruh jenuh
dengan hidrogen klorida kering. Larutan didinginkan dengan penangas es dan
dijenuhkan dengan HCl kering. Kemudian disiapkan gas HCl, dan gas
dikeringkan dengan cara melewatkannya ke dalam pipa yang mengandung H 2SO4
pekat kedalam labu yang berisi campuran tersebut. Labu disumbat dan diletakkan
dalam penangas es atau dalam lemari es sampai terbentuk Kristal.
Kristal disaring dan dicuci dengan eter. Kemudian Kristal diletakkan
dalam vacuum desiccators yang dibagian bawahnya mengandung H2SO4 dan di
bagian atasnya terdapat KOH dan lilin parafin. Setelah itu ditentukan titik leleh
kristal dengan melting point apparatus dan angka netralisasi dengan titrasi
menggunakan indikator thymol blue. Penentuan angka netralisasi bertujuan untuk
mengetahui gugus R.
10

DAFTAR PUSTAKA

David T. Mowry. 1948. The Preparation of Nitriles. http://pubs.acs.org/cgi-


bin/abstract.cgi/chreay/1942/42/i02/f-pdf/f_cr60132a001.pdf. [22 Maret 2011]

Chun-Wei Kuo, et al. 2007. A convenient new procedure for converting primary
amides into nitriles. http://Chem. Commun. /2007/ 301–303.
doi:10.1039/b614061k/ [22 Maret 2011]

Joh Daintith. 2004. The Facts On File Dictionary of Oragnic Chemistry. New
York: Facts On File, Inc.

Sharwan K, et. Al. 2006. One pot synthesis of nitriles from aldehydes and
hydroxylamine hydrochloride using sodium sulfate (anhyd) and sodium
bicarbonate in dry media under microwave irradiation. p. 41–44.
http://www.arkat-usa.org/ark/journal/2007/102General/1646/051646 [22 Maret
2011]

Shriner et.al. 2004. The Systematic Identification of Organic Compounds. 8th. John
Wiley & Sons. Inc.

W. Nagata, M. Yoshioka, and M. Murakami 1988, Preparation of Cyano


Compounds Using Alkylaluminum Intermediates: 1-Cyano-6-Methoxy-3,4-
Dihydronaphthalene,Org.Synth.http://www.orgsyn.org/orgsyn/orgsyn/prepConten
t.asp?prep=cv6p0307 [22 Maret 2011]
11

Anda mungkin juga menyukai