Anda di halaman 1dari 91

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN
adalah terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK) yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi
tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan. PNS adalah warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina untuk menduduki jabatan pemerintahan dan memiliki nomor induk pegawai
secara nasional.
Dalam hal pelaksanaannya perlu dibangun seorang Aparatur Sipil Negara
yang memiliki integritas, profesional, netral-bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan
publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan Undang-undang No.5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(ASN) disebutkan bahwa ASN memiliki tiga peran utama, yaitu sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa. Maka diperlukan
sosok-sosok ASN yang akuntabel, nasionalis, beretika, berkomitmen mutu dan anti
terhadap korupsi sehingga mampu secara profesional melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya secara efektif, efisien dan kompeten.
Pendidik sebagai seorang ASN harus memegang teguh nilai-nilai dasar ASN
dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Nilai-nilai dasar tersebut yaitu: akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi (ANEKA). Nilai-nilai
dasar inilah yang menjadi pedoman seorang pendidik guna menciptakan pendidikan
yang berkualitas.
Menurut UU SISDIKNAS No.20 Tahun 2003 “Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,konselor,pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,dan sebutan lain yang sesuai dengan

1
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”
Tanggung jawab pendidik/guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada
tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Tugas guru dituntut memiliki
kompetensi yang dapat mendukung tugas tersebut, antara lain kompetensi kepribadian,
kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Guru harus
berusaha untuk memperhatikan apa yang sudah ada serta mengadakan penyempurnaan
cara pengajaran dan pembimbingan agar prestasi siswa dapat ditingkatkan.
Sebagai seorang ASN, tentunya guru wajib memiliki nilai-nilai ANEKA yang
diimplemetasikan dalam tugas dan tanggung jawab dalam mendidik siswa secara
professional dalam mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan
penilaian, serta melakukan evaluasi kepada peserta didik. Tidak hanya sampai disitu.
Guru juga diharapkan dapat menciptakan generasi yang berkualitas sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional. Mengoptimalkan media yang mampu menunjang kegiatan
pendidikan adalah salah satu cara menciptakan generasi yang berkualitas. Termasuk
untung menunjang kegiatan pelayanan bimbingan konseling.
Layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui media, baik media
informasi, media cetak, maupun media digital. Media merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling,
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling bisa lebih menarik dan menyenangkan.
Aspek penting lainnya penggunaan media adalah membantu memperjelas pesan yang
akan disampaikan dalam bimbingan dan konseling, sehingga klien memahami informasi
yang diberikan guru BK, karena terkadang informasi yang diberikan secara lisan tidak
dipahami sepenuhnya oleh siswa, terlebih lagi dengan guru BK yang belum cakap
dalam menjelaskan materi layanan. Di sinilah peran media, sebagai alat bantu
memperjelas pesan bimbingan dan konseling. Media sebagai alat bantu dalam proses
konseling adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang guru
BK-lah yang menghendakinya untuk membantu dalam menyampaikan pesan-pesan dari
bahan materi layanan yang diberikan guru BK.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup
penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakkejelasan bahan yang disampaikan
dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai sebagai perantara. Media dapat
mewakili apa yang kurang mampu guru BK ucapkan melalui kata-kata atau kalimat
tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media.
Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan
2
media. Media membantu konselor menyajikan informasi lebih menarik, menerima
informasi/keluhan/kebutuhan bantuan lebih cepat serta menjangkau peserta
didik/konseli lebih banyak.
Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di UPT SPF SMP Negeri 4
Makasassar saat ini masih dilakukan berupa metode ceramah dan dalam
pelaksanaannya belum pernah menggunakan media. Sehingga terkadang peserta didik
terlihat bosan dan jenuh serta tidak bersemangat dalam kegiatan bimbingan.
Keberadaan media sendiri sangat penting dalam kegiatan bimbingan dan konseling.
Media bukan hanya sebagai alat hiburan semata tetapi dengan adanya media dapat
memperlancar kegiatan bimbingan konseling dan mengingkatkan kualitas layanan
bimbingan konseling itu sendiri. Selain dalam kegiatan layanan langsung, media juga
merupakan salah satu sarana kegatan layanan tidak langsung yang seyogyanya ada
dalam sebuah sekolah.
Media-media bimbingan dan konseling yang digunakan dapat berupa
permaian, poster motivasi, kartu motivasi serta masih banyak lagi media lainnya yang
sejauh ini belum pernah dibuat di UPT SPF SMP Negeri 4 Makassar. Sehingga hal ini
tentunya sebuah isu yang harus di selesaikan sehingga penulis berinisiatif untuk
mengoptimalkan layanan bimbingan dan konseling dengan mengembangkan berbagai
media layanan bimbingan dan konseling secara kreatif dan inovatif sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan peserta didik serta perkembangan teknologi dan informasi.
Untuk itu penulis mengangkat rancangan aktualisasi berdasarkan isu tersebut dengan
judul, Layanan Bimbingan dan Konseling Menggunakan Media.
B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN yaitu ANEKA pada setiap
pelaksanaan tugas sekaligus pemanfaatan aplikasi atau sarana yang efektif
dan efisien dalam menjalankan fungsi dan perannya dalam NKRI serta
terbentuknya ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi dan
berkarakter untuk menjalankan fungsinya sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayanan publik serta perekat dan pemersatu bangsa.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan bimbingan dan konseling melalui
pemanfaatan media.
2. Manfaat
a. Dapat mengaktualisasikan kedudukan dan peran ASN dalam kerangka
3
NKRI, mewujudkan fungsi ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika
profesi dan memiliki kemampuan untuk menjalankan fungsinya sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayanan publik serta perekat dan pemersatu
bangsa.
b. Kegiatan bimbingan konseling bisa menjadi lebih optimal karena dengan
adanya media dapat meningkatkan kualitas pelayanan bimbingan dan
konseling.
C. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup atau batasan dalam tahap aktualisasi ini adalah :
1. Mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS, yaitu akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi serta kedudukan
dan peran PNS dalam NKRI yang mencakup manajemen ASN, Whole of
Government, dan pelayanan publik.
2. Hal yang akan diangkat oleh penulis dalam melaksanakan kegiatan aktualisasi
berkaitan dengan optimalisasi bimbingan dan konseling melalui media dalam
rangka memenuhi visi misi organisasi UPT SPF SMP Negeri 4 Makassar
D. Waktu dan Tempat pelaksanaan
Kegiatan aktualisasi dilaksanakan pada tanggal 29 September 2021 sampai tanggal 28
Oktober 2021 di UPT SPF SMP Negeri 4 Makassar yang berlokasi di Jalan Jl. Pongtiku
No. 201, Kota Makassar.

4
BAB II
GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN NILAI-NILAI DASAR ASN

A. Deskripsi Organisasi
1. Profil Organisasi
SMP Negeri 4 Makassar berlokasi di Jl. Pongtiku No. 201, Kelurahan Kalukuang,
Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun profil sekolah
secara lengkap yaitu :
Tabel. 2.1
Gambaran Umum UPT SPF SMP Negeri 4 Makassar
1. Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah : SMP Negeri 4 Makassar
2 NPSN : 40307330
3 Jenjang Pendidikan : SMP
4 Status Sekolah : Negeri
5 Alamat Sekolah : Jl. Pongtiku No. 201
  RT / RW : 12/05  
  Kode Pos : 90214
  Kelurahan : Kalukuang
  Kecamatan : Kec. Tallo
  Kabupaten/Kota : Kota Makassar
  Provinsi : Prop. Sulawesi Selatan
  Negara :  Indonesia
6 Posisi Geografis :  -5.1258000 Lintang    
      119.4313000 Bujur    
2. Data Pelengkap
7 SK Pendirian Sekolah : 421.2/5764/DP/IX/2016
8 Tanggal SK Pendirian : 2016-09-16
9 Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
10 SK Izin Operasional : 421.2/5764/DP/IX/2016
11 Tgl SK Izin Operasional : 2016-09-16
Kebutuhan Khusus
12 Dilayani : Tidak ada
13 Nomor Rekening : 130-202-00000-8783-1
14 Nama Bank : Bank SULSELBAR
15 Cabang KCP/Unit : Utama Makassar
16 Rekening Atas Nama : SMP NEGERI 4 MAKASSAR
17 MBS : Ya
18 Luas Tanah Milik (m2) : 1960
Luas Tanah Bukan Milik
19 (m2) : 0

5
20 Nama Wajib Pajak : SMP NEGERI 4 MAKASSAR
21 NPWP :
3. Kontak Sekolah
20 Nomor Telepon :   0411 452144

21 Nomor Fax :   0411 452144


22 Email : smpn4.makassar@gmail.com
23 Website :   http://www.smpneg4-makassar.sch.id
4. Data Periodik
24 Waktu Penyelenggaraan : Kombinasi
25 Bersedia Menerima Bos? : Bersedia Menerima
26 Sertifikasi ISO : Belum Bersertifikat
27 Sumber Listrik : PLN
28 Daya Listrik (watt) : 7.700
29 Akses Internet : Telkomsel Flash
30 Akses Internet Alternatif :  
5. Data Lainnya
31 Kepala Sekolah : Drs. Husain Patta, MM
32 Operator Pendataan : Dra. Fatmawaty
33 Akreditasi :  A
34 Kurikulum : Kurikulum 2013

6
2. Struktur Organisasi

Bagan 2.1.

Struktur Organisasi SMP Negeri 4 Makassar


KEPALA SEKOLAH
DRS. HUSAIN PATTA, MM
KOMITE SEKOLAH

WAKIL SARANA DAN PRASARANA

DRS. SAHARUDDIN

WAKIL KURIKULUM

MUNIR, S.Pd

WAKIL KESISWAAN

SULAEMAN, S.Pd., M.Si

WAKIL HUMAS

MAIFA DENIATI, S.Pd

7
WALI KELAS
KELAS IX KELAS VIII KELAS VII
IX.1 VIII.1 VII.1
IX.2 VIII.2 VII.2
IX.3 VIII.3 VII.3
IX.4 VIII.4 VII.4
IX.5 VIII.5 VII.5
IX.6 VIII.6 VII.6
IX.7 VIII.7 VII.7
IX.8 VIII.8 VII.8
IX.9 VIII.9 VII.9

KEPALA TATA USAHA


ANDI

Bimbingan Konseling
(BK)
GURU

SISWA

8
3. Visi-Misi UPT SPF SMP Negeri 4 Makassar
Adapun visi dan misi organisasi UPT SPF SMP Negeri 4 Makassar adalah
sebagai berikut :
 VISI

“Menghasilkan alumni unggul, berprestasi dan berkarakter


berlandaskan imtaqdan iptek yang peduli terhadap lingkungan.”
 MISI
Misi organisasi UPT SPF SMP Negeri 4 Makassar antara lain :
a. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa
b. Meningkatkan prestasi sebagai wujud jati diri
c. Menumbuhkan kepekaan terhadap perkembangan dan perubahan
zaman
d. Melaksanakan pembelajaran yang berorientasi kepada kemajuan
ilmu pengetahuan tekhnologi
e. Menumbuhkan kepekaan dan kecintaan terhadap lingkungan.

4. Tugas Pokok dan Fungsi Guru


Sebagai seorang guru, sudah sepantasnyalah selalu ingat akan tugas
pokok dan fungsinya, agar sosok guru senantiasa melekat seiring perubahan
zaman yang semakin maju. Dengan menyadari tugas pokoknya, maka ia
berhak untuk selalu disebut sebagai guru profesional. Dalam melaksanakan
tugas dan jabatannya, seorang guru tidak akan lepas dari aturan-aturan. Salah
satunya Permendiknas no 35 tahun 2010 yang berisi tentang petunjuk teknis
pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, maka tugas dan
jabatan sebagai guru sekolah dasar memiliki rincian sebagai berkut:
a. Menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan pendidikan.
b. Menyusun silabus pembelajaran.
c. Melakukan kegiatan pembelajaran.
d. Menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran.
e. Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar ada mata

9
pelajarannya didasaripelayanan dan lingkungan pendidikan yang baik.
f. Menganalisis hasil penilaian pembelajaran.
g. Melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan dengan
memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi.
h. Melaksanakan bimbingan dan konseling yang menjadi tanggung
jawabnya.
i. Menjadi pengawas penilai dan evaluasi terhadap proses dan hasil
belajar tingkat sekolah dan nasional.
j. Membibing guru pemula dalam program induksi.
k. Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses
pembelajaran.
l. Melaksanakan pengembangan diri.
m. Melaksanakan publikasi Ilmiah, dan
n. Membuat karya inovatif.

B. Nilai-Nilai Dasar ASN

Untuk dapat mewujudkan fungsi Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai


pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa,
maka diperlukan ASN yang profesional, kompeten dan berintegritas yang
berkarakter ANEKA. Karakter ANEKA yaitu mempunyai nilai-nilai dasar
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi.
Dalam materi Pelatihan Dasar Calon PNS Golongan III, disebutkan bahwa
PNS yang profesional adalah PNS yang karakternya dibentuk oleh nilai-nilai
dasar profesi PNS sehingga mampu melaksanakan tugas dan perannya secara
profesional sebagai pelayan masyarakat. Nilai-nilai dasar yang dimaksud adalah
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi
(ANEKA).
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah
untuk dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas

10
adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara
mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep
tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah
seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik
antara lain:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok
dan pribadi.
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis.
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan publik.
d. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintah.
PNS menjadi pelayan masyarakat dengan megenalkan nilai-nilai
akuntabilitas untuk membentuk sikap dan perilaku PNS dengan mengedepankan
kepetingan publik, imparsial dan berintegrasi. Bovens, 2007 menyatakan bahwa
akuntabilitas memiliki tiga fungsi utama, yaitu: Untuk menyediakan kontrol
demokratis (peran demokrasi); untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan (peran konstitusional); dan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas (peran belajar). Pengambilan keputusan secara akuntabel dan beretika
berarti dapat membuat keputusan dan tindakan yang tepat dan akurat. Sebuah
keputusan yang akuntabel dan beretika sangat penting dalam menjaga
kepercayaan dan keyakinan terhadap masyarakat dalam pekerjaan pemerintahan.
Dalam praktiknya, penempatan kepentingan umum berarti bahwa memastikan
tindakan dan keputusan yang berimbang dan tidak bias; bertindak adil dan

11
mematuhi prinsip-prinsip due process; Akuntabel dan transparan; melakukan
pekerjaan secara penuh, efektif dan efisien; berperilaku sesuai dengan standar
sektor publik, kode sektor publik etika sesuai dengan organisasinya; serta
mendeklarasikan secara terbuka bila terjadi adanya potensi konflik kepentingan.
Untuk menciptakan lingkungan organisasi yang akuntabel, maka
diperlukan beberapa aspek yang merupakan indikator dari nilai dasar
akuntabilitas, antara lain kepemimpinan, integritas, tanggung jawab, keadilan,
kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi.Sementara itu, indikator
adanya akuntabilitas pada pelaksanaan pemerintahan antara lain:
a. Terciptanya komunikasi antara pemerintah dan masyarakat;
b. Terwujudnya masyarakat madani yang berintegrasi dengan pemerintah.
c. Terciptanya Good Governance dan tercapainya tujuan nasional yakni
Indonesia Jaya.
d. Adanya dukungan serta legitimasi masyarakat terhadap Pemerintah;
e. Adanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah
f. Masyarakat mendukung dan melaksanakan kebijakan Pemerintah.
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada
setiap level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatandalam memberikan
pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Dalam beberapa hal,
akuntabilitas sering diartikan berbedabeda. Adanya norma yang bersifat informal
tentang perilaku PNS yang menjadi kebiasaan (“how things are done around
here”) dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan
mempengaruhi aturan formal yang berlaku. Seperti misalnya keberadaan PP No.
53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil, belum sepenuhnya
dipahami atau bahkan dibaca oleh setiap CPNS atau pun PNS.
Oleh sebab itu, pola pikir PNS yang bekerja lambat, berdampak pada
pemborosan sumber daya dan memberikan citra PNS berkinerja buruk. Dalam
kondisi tersebut, PNS perlu merubah citranya menjadi pelayan masyarakat
dengan mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas untuk membentuk sikap, dan prilaku
PNS dengan mengedepankan kepentingan publik, imparsial, dan berintegritas.
Akuntabilitas merupakan kontrak antara pemerintah dengan aparat

12
birokrasi, serta antara pemerintah yang diwakili oleh PNS dengan masyarakat.
Kontrak antara kedua belah pihak tersebut memiliki ciri antara lain: Pertama,
akuntabilitas eksternal yaitu tindakan pengendalian yang bukan bagian dari
tanggung jawabnya. Kedua, akuntabilitas interaksi merupakan pertukaran sosial
dua arah antara yang menuntut dan yang menjadi bertanggung jawabnya (dalam
memberi jawaban, respon, rectification, dan sebagainya). Ketiga, hubungan
akuntabilitas merupakan hubungan kekuasaan struktural (pemerintah dan publik)
yang dapat dilakukan secara asimetri sebagai haknya untuk menuntut jawaban
(Mulgan 2003).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal
(vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas)
kepada pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah kepada pemerintah
pusat, pemerintah pusat kepada DPR. Akuntabilitas vertikal membutuhkan
pejabat pemerintah untuk melaporkan “ke bawah” kepada publik. Misalnya,
pelaksanaan pemilu, referendum, dan berbagai mekanisme akuntabilitas publik
yang melibatkan tekanan dari warga. Akuntabilitas horizontal adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan
pejabat pemerintah untuk melaporkan “ke samping” kepada para pejabat lainnya
dan lembaga negara. Contohnya adalah lembaga pemilihan umum yang
independen, komisi pemberantasan korupsi, dan komisi investigasi legislatif.
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel,
maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi akuntabilitas
kejujuran dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas program dan
akuntabilitas kebijakan.
Berdasarkan aspek-aspek tersebut seorang PNS harus memiliki sikap
tanggung jawab dalam menjalankan setiap tugasnya. Bovens menyatakan bahwa
akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama yaitu:
a. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis);(peran
demokrasi); dengan membangun suatu sistem yang melibatkan stakeholders

13
dan users yang lebih luas (termasuk masyarakat, pihak swasta, legislatif,
yudikatif dan di lingkungan pemerintah itu sendiri baik di tingkat
kementrian, lembaga maupun daerah);
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional);
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa


indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu :

a. Tanggungjawab: adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau


perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab
juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
b. Jujur: sikap untuk menyatakan sesuai sesuai dengan yang terjadi
c. Kejelasan: Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan.Netral:
d. Tidak memihak pada salah satu pihak serta tercipta keseimbangan antara
akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
e. Mendahulukan kepentingan publik atas kepentingan pribadi atau kelompok
f. Adil: adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal,
baik menyangkut benda atau orang.
g. Transparansi: Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
h. Konsistensi: adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu
sampai pada tercapai tujuan akhir.
i. Partisipatif: semua aspek yang mendukung terlibat tanpa adanya monopoli
oleh sebagian orang
j. Legal: adanya bukti secara formal atas segala tindakan untuk dapat
dipertanggungjawabkan.
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas
personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi,

14
dan akuntabilitas stakeholder.
Akuntabilitas Personal (Personal Accountability) Akuntabilitas personal
mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran,
integritas, moral dan etika. Pertanyaan yang digunakan untuk mengidentifikasi
apakah seseorang memiliki akuntabilitas personal antara lain “Apa yang dapat
saya lakukan untuk memperbaiki situasi dan membuat perbedaan?”. Pribadi
yang akuntabel adalah yang menjadikan dirinya sebagai bagian dari solusi dan
bukan masalah.

2. Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Bahkan
tidak sekedar wawasan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme
dalammenjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih penting.
Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki
orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara.
Pegawai ASN akan berpikir tidak lagi sektoral dangan mental blocknya, tetapi
akan senantiasa mementingkan kepentingan yang lebih besar yakni bangsa dan
negara. Nilai-nilai yang senantiasa berorientasi pada kepentingan publik
(kepublikan) mejadi nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Untuk itu pegawai ASN harus memahami dan mampu mengaktualisasikan
Pancasila dan semangat nasionalisme serta wawasan kebangsaan dalam setiap
pelaksanaan fungsi dan tugasnya, sesuai bidangnya masing-masing.

Pegawai ASN dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila


dalam Pancasila, dan berbagai kisah ketauladanan yang dapat diambil hikmahnya.
Peserta Prajabatan dapat belajar dari sejarah perjalanan bangsa, ketauladanan para
pejuang dan aparatur/pejabat publik yang saat ini mampu memberikan inspirasi
betapa mereka memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan wawasan
kebangsaaannya. Setelah mempelajari aktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai
landasan yang mencerahkan serta membuka cakrawala tentang nasionalisme
Indonesia, selanjutnya pembelajaran lebih berorientasi pada aktualisasi
nasionalisme dan dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya sebagai Aparatur Sipil

15
Negara, yakni terkait dengan fungsinya sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik yang berintegritas, dan pemersatu bangsa dan negara. Sebagai
pelaksana kebijakan publik tentu setiap pegawai ASN harus memiliki nilai-nilai
kepublikan, berorientasi pada kepentingan publik dan senantiasa menempatkan
kepentingan publik, bangsa dan negara di atas kepentingan lainnya,
mengedepankan kepentingan nasional ketimbang kepentingan sektoral dan
golongan. Untuk itu pegawai ASN harus memiliki karakter kepublikan yang
kuat dan mampu mengaktualisasikannya dalam setiap langkah-langkah
pelaksanaan kebijakan publik. Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN
senantiasa bersikap adil dan tidak diskriminasi dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Mereka harus bersikap profesional dan berintegritas dalam
memberikan pelayanan. Tidak boleh mengejar keuntungan pribadi atau
instansinya belaka, tetapi pelayanan harus diberikan dengan maksud
memperdayakan masyarakat, menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih
baik. Untuk itu integritas menjadi penting bagi setiap pegawai ASN. Senantiasa
menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi, transparan,
akuntabel, dan memuaskan publik. Adapun fungsinya sebagai perekat dan
pemersatu bangsa dan negara, setiap pegawai ASN harus memiliki jiwa
nasionalisme yang kuat, memiliki kesadaran sebagai penjaga kedaulatan negara,
menjadi pemersatu bangsa mengupayakan situasi damai di seluruh wilayah
Indonesia, dan menjaga keutuhan NKRI.
Nasionalisme adalah pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan. Setiap
ASN harus memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa
dan negara dalam melaksanakan setiap fungsi dan tugasnya.Nasionalisme
memiliki pokok kekuatan dalam menilai kecintaan individu terhadap bangsanya.
Salah satu cara untuk menumbuhkan semangat nasionalisme adalah dengan
menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Pengamalan nilai-nilai luhur
yang terkandung didalamnya oleh setiap penyelenggara negara, baik di pusat
maupun di daerah.
Seorang PNS dituntut untuk memiliki perilaku mencintai tanah air
Indonesia (nasionalisme) dan mengedepankan kepentingan nasional. Nasionalisme

16
merupakan salah satu perwujudan dari fungsi PNS sebagai perekat dan pemersatu
bangsa. Dalam menjalankan tugas, seorang ASN senantiasa harus mengutamakan
dan mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa. Kepentingan kelompok,
individu, golongan harus disingkirkan demi kepentingan yang lebih besar yaitu
kepentingan bangsa dan Negara diatas segalanya. Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, PNS harus berpegang pada prinsip adil dan netral. Adil dalam artian
tidak boleh berperilaku diskriminatif serta harus obyektif, jujur, transparan.
Sementara bersikap netral adalah tidak memihak kepada salah satu kelompok atau
golongan yang ada. Dengan bersikap netral dan adil dalam melaksanakan
tugasnya, PNS akan mampu menciptakan kondisi yang aman, damai, dan tentram
di lingkungan kerja dan masyarakat sekitar.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila
yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa; menempatkan persatuan
kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela berkorban demi
kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air
Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan derajat, persamaan
hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan
sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa.
Nasionalisme yang sering juga diartikan sebagai paham kebangsaan. Setiap
ASN harus memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa
dan negara dalam melaksanakan setiap fungsi dan tugasnya. Nasionalisme dalam
arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus
tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas
mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini
sering disebut chauvinisme. Sedangkan dalam arti luas, nasionalisme merupakan
pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan
sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh
setiap pegawai ASN. Bahkan tidak sekedar wawasan saja tetapi kemampuan

17
mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
merupakan hal yang lebih penting. Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat,
maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan
publik, bangsa dan negara. Pegawai ASN akan berpikir tidak lagi sektoral dangan
mental bloknya, tetapi akan senantiasa mementingkan kepentingan yang lebih
besar yakni bangsa dan negara. Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau
paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang
diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan kesatuan,
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan
bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia
serta tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling
mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa. Adanya
toleransi antara otoritas agama dan otoritas negara membuat agama tidak bisa
dibatasi hanya dalam ruang privat. Agama punya kemungkinan terlibat dalam
ruang publik. Jika agama hanya berada dalam ruang privat, kehidupan poblik
menjadi kering dalam makna. Sila ketuhanan dalam Pancasila menjadikan
Indonesia bukan sebagai negara sekuler yang membatasi agama dalam ruang
privat. Pancasila justru mendorong nilai-nilai ketuhanan mendasari kehidupan
bermasyarakat dan berpolitik. Namun, Pancasila juga tidak menghendaki negara
agama, yang mengakomodir kepentingan salah satu agama. Adanya nilai-nilai
ketuhanan dalam Pancasila berarti negara menjamin kemerdekaan masyarakat
dalam memeluk agama dan kepercayaan masing-masing. Tidak hanya kebebasan
dalam memeluk agama, negara juga menjamin masyarakat memeluk kepercayaan.
Namun dalam kehidupan di masyarakat, antar pemeluk agama dan kepercayaan
harus saling menghormati satu sama lain.
Dalam gempuran globalisasi, pemerintahan yang dibangun harus
memperhatikan prinsip kemanusiaan dan keadilan dalam penyelenggaraan

18
pemerintahan dalam negeri dan pemerintahan global atau dunia. Jangan sampai
lebih memperhatikan kemanusiaan dalam negeri tapi mengabaikan pergulatan
dunia, atau sebaliknya, terlibat dalam interaksi global namun mengabaikan
kemanusiaan masyarakat bangsanya sendiri. Perpaduan prinsip sila pertama dan
kedua Pancasila menuntut pemerintah dan peyelenggara negara untuk memelihara
budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita moral rakyat yang
mulia. Dengan melandaskan pada prinsip kemanusiaan ini, berbagai tindakan dan
perilaku yang bertentangan dengan nilainilai kemanusiaan tidak sepatutnya
mewarnai kebijakan dan perilaku aparatur negara. Diperlukan pemimpin yang
mampu menentukan kebijakan dan arah pembangunan dengan mempertimbangkan
keselarasan antara kepentingan nasional dan kemaslahatan global.
Upaya melaksanakan sila ketiga Pancasila dalam masyarakat plural seperti
Indonesia bukanlah sesuatu hal yang mudah. Sejak awal berdirinya Indonesia,
agenda membangun bangsa (nation building) merupakan sesuatu yang harus terus
menerus dibina, dilakukan dan ditumbuh kembangkan. Selain kehendak hidup
bersama, keberadaan bangsa Indonesia juga didukung oleh semangat Gotong
Royong. Dengan kegotong royongan itulah, Negara Indonesia harus mampu
melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, bukan membela atau
mendiamkan suatu unsur masyarakat atau bagian tertentu dari territorial Indonesia.
Negara juga diharapkan mampu memberikan kebaikan bersama bagi warganya
tanpa memandang siapa dan dari etnis mana, apa agamanya. Semangat gotong
royong juga dapat diperkuat dalam kehidupan masyarakat sipil dan politik dengan
terus menerus mengembangkan pendidikan kewarganegaraan dan multi-
kulturalisme yang dapat membangun rasa keadilan dan kebersamaan dilandasi
dengan prinsip prinsip kehidupan publik yang lebih partisipatif dan non
diskriminatif.
Tradisi musyawarah yang dilandasi semangat kekeluargaan telah lama ada

dalam masyarakat nusantara. Keragaman masyarakat nusantara memunculkan


keinginan yang kuat untuk menghidupkan semangat persaudaraan dan
kesederajatan semua warga dalam pergaulan hidup berbangsa. Juga, pengalaman
hidup dalam pemerintahan kolonial yang penuh penindasan dan diskriminasi

19
menggelorakan semangat kemerdekaan dan demokrasi. Berdasarkan karakter
sosiologis dan pengalaman hidup masyarakat inilah muncul keinginan
membangun kehidupan demokrasi yang sesuai dengan karakter dan cita-cita
bangsa, yakni demokrasi yang dilandasi oleh kekeluargaan atau kolektivisme.
Model demokrasi permusyawaratan yang dipilih oleh bangsa Indonesia ini
menyerupai model yang kemudian disebut dengan demokrasi deliberatif.
Demokrasi deliberatif meletakkan keutamaan diskusi dan musyawarah
dengan argumentasi berlandaskan konsensus (hikmah kebijksanaan) dibanding
keputusan berdasarkan voting. Musyawarah dipandang mampu meningkatkan
kualitas hasil keputusan. Demokrasi permusyawaratan dibangun berdasarkan akal
dan kearifan (hikmat dan kebijaksanaan), bukan berdasarkan kekuasaan.
Legitimasi politik tidak diserahkan kepada mayoritas tapi berdasarkan partisipasi
yang melibatkan warga negara secara sama dan sederajat. Sehingga, partisipasi
politik diukur dari tingkat partisipasinya dalam bermusyawarah. Dalam hal ini,
semua permasalahan masyarakat diselesaikan melalui dialog, bukan
menggunakan kekuasaan. Maka, dalam pengambilan keputusan, yang lebih
diutamakan bukan voting, tetapi musyawarah bersama dengan prosedur
pengambilan keputusan yang terbuka. Komitmen keadilan dalam alam pikiran
Pancasila memiliki dimensi sangat luas.
3. Etika Publik
Weihrich dan Koontz (2005:46) mendefinisikan etika sebagai “the
dicipline dealing with what is good and bad and with moral duty and
obligation”. Secara lebih spesifik Collins Cobuild (1990:480) mendefinisikan etika
sebagai “an idea or moral belief that influences the behaviour, attitudes and
philosophy of life of a group of people”. Oleh karena itu, konsep etika sering
digunakan sinonim dengan moral. Ricocur (1990) mendefinisikan etika sebagai
tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain di dalam institusi yang adil.
Dengan demikian etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/ buruk,
benar/salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar,
sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa
yang seharusnya dilakukan. Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika

20
publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik
dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Integritas publik
menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki komitmen moral
dengan mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian kelembagaan, dimensi-
dimensi pribadi, dan kebijaksanaan di dalam pelayanan publik (Haryatmoko,
2001).
Menurut Azyumardi Azra (2012), etika juga dipandang sebagai karakter
atau etos individu/kelompok berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma luhur.
Dengan pengertian ini menurut Azyumardi Azra, etika tumpang tindih dengan
moralitas dan/atau akhlak dan/atau social decorum (kepantasan sosial) yaitu
seperangkat nilai dan norma yang mengatur perilaku manusia yang bisa diterima
masyarakat, bangsa dan negara secara keseluruhan. Dalam konteks Indonesia,
menurut Azyumardi Azra, nilai-nilai etika sebenarnya tidak hanya terkandung
dalam ajaran agama dan ketentuan hukum, tetapi juga dalam social decorum
berupa adat istiadat dan nilai luhur sosial budaya termasuk nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam ajaran Pancasila. Etika sebenarnya dapat dipahami sebagai
sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang
pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-
cara dalam pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-hal
yang baik dan yang buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan
sesuai nilainilai yang dianut (Catalano, 1991).
Menurut Gene Blocker, etika merupakan cabang filsafat moral yang
mencoba mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara
rasional teori yang berlaku secara umum tentang benar dan salah serta baik dan
buruk. Etika sebenarnya terkait dengan ajaran-ajaran moral yakni standar tentang
benar dan salah yang dipelajari melalui proses hidup bermasyarakat.
Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi
tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk perilaku, tindakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan
tanggung jawab pelayanan publik. Integritas publik menuntut para pemimpin dan

21
pejabat publik untuk memiliki komitmen moral dengan mempertimbangkan
keseimbangan antara penilaian kelembagaan, dimensi- dimensi pribadi, dan
kebijaksanaan di dalam pelayanan publik.
Etika Publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik
atau buruk, benar atau salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Etika merupakan sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan
perbuatan yang pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak individu,
mencakup cara-cara dalam pengambilan keputusan untuk membantu
membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk serta mengarahkan apa yang
seharusnya dilakukan sesuai nilai-nilai yang dianut. Kode Etik adalah aturan-
aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut
pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-
ketentuan tertulis.
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam
bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Kode etik profesi dimaksudkan untuk
mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui
ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh
sekelompok profesional tertentu.
Berdasarkan undang-undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni
sebagai berikut:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan;

22
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan
dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi
diri sendiri atau untuk orang lain;
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN;
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai ASN.
Dimensi etika publik terdiri dari dimensi tujuan pelayanan publik yang
bertujuan untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan relevan, dimensi
modalitas yang terdiri dari akuntabilitas, transparansi, dan netralitas, serta dimensi
tindakan integritas publik. Ketiga dimensi tersebut dapat menjadi dasar untuk
dapat menjadi pelayan publik yang beretika.
Pelayanan publik yang profesional membutuhkan tidak hanya kompetensi
teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika. Oleh karena itu perlu
dipahami etika dan kode etik pejabat publik. Tanpa memiliki kompetensi etika,
pejabat cenderung menjadi tidak peka, tidak peduli dan bahkan seringkali
diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan bawah yang tidak beruntung.
Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai
kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Dengan
diterapkannya kode etik ASN, perilaku pejabat publik harus berubah dari penguasa
menjadi pelayan, dari wewenang menjadi peranan, dan menyadari bahwa jabatan
publik adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia
namun juga di akhirat.

23
Setiap jenjang Pemerintahan memiliki lingkup kekuasaan masing- masing
yang dipegang oleh pejabatnya. Semakin tinggi dan luas kekuasaan seorang
pejabat, semakin besar juga implikasi dari penggunaan kekuasaan bagi warga
masyarakat. Oleh sebab itu, azas etika publik mensyaratkan agar setiap bentuk
kekuasaan pejabat dibatasi dengan norma etika maupun norma hukum.
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik:
1. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik Etika publik menekankan pada aspek
nilai dan norma, serta prinsip moral, sehingga etika publik membentuk
integritas pelayanan publik. Moral dalam etika publik menuntut lebih dari
kompetensi teknis karena harus mampu mengidentifikasi masalah-masalah
dan konsep etika yang khas dalam pelayanan publik. Oleh karena itu, etika
publik mengarahkan analisa politik sosial budaya (polsosbud) dalam
perspektif pencarian sistematik bentuk pelayanan publik dengan
memperhitungkan interaksi antara nilainilai masyarakat dan nilai-nilai yang
dijunjung tinggi oleh lembaga-lembaga publik.
2. Dimensi Modalitas Pemerintah bersih adalah syarat kemajuan suatu
bangsa. Pemerintahan korup menyebabkan kemiskinan, sumber
diskriminasi, rentan konflik dan penyalahgunaan kekuasaan. Korupsi
disebabkan lemahnya integritas pejabat publik, kurangnya partisipasi dan
lemahnya pengawasan. Membangun integritas publik pejabat dan politisi
harus disertai perbaikan sistem akuntabilitas dan transparansi yang
didukung modalitas etika publik.
3. Dimensi Tindakan Integritas Publik Integritas publik dalam arti sempit
yakni tidak melakukan korupsi atau kecurangan. Adapun maknanya secara
luas yakni tindakan yang sesuai dengan nilai, tujuan dan kewajibannya
untuk memecahkan dilema moral yang tercermin dalam kesederhanaan
hidup. Integritas publik juga dimaksudkan kualitas dari pejabat publik yang
sesuai nilai, standar, aturan moral yang diterima masyarakat.
Integritas publik juga merupakan niat baik seorang pejabat publik yang
didukung oleh institusi sosial seperti hukum, aturan, kebiasaan, dan sistem

24
pengawasan. Pembentukan moral, niat baik yang didukung oleh lingkungan dan
pengalaman yang menyediakan infrastruktur etika berupa sarana yang mendorong
dan memberi sanksi bagi yang melanggar norma-norma dalam pelayanan publik.
Etika Publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Etika merupakan sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan
perbuatan yang pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak individu,
mencakup cara-cara dalam pengambilan keputusan untuk membantu membedakan
halhal yang baik dan yang buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan
sesuai nilai-nilai yang dianut. Kode Etik adalah aturan- aturan yang mengatur
tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan
pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan- ketentuan tertulis.
4. Komitmen Mutu
Mengingat pentingnya aspek mutu, kini hampir dalam setiap struktur
organisasi, baik di perusahaan maupun institusi pemerintahan, dimunculkan satu
unit kerja yang bertanggung jawab atas penjaminan mutu. Unit penjaminan mutu
berkewajiban mengawal implementasi perencanaan mutu dengan menetapkan
program pengawasan mutu, sekaligus upaya untuk selalu meningkatkan capaian
mutu secara berkelanjutan. Pada era global, orientasi dalam struktur organisasi
pemerintahan bukan semata mata pada penempatan pegawai dalam hierarki
birokrasi yang kaku untuk menjalankan rutinitas, melainkan telah bergeser pada
upaya memberdayakan dan membangkitkan moral kerja melalui pembentukan
jejaring (human networking) yang dinamis, sehingga kinerja lembaga dapat
memberi kepuasan kepada stakeholders. Hal ini dapat dilakukan melalui
pemberian wewenang dan tanggung jawab yang jelas kepada setiap pegawai, sesuai
dengan uraian jabatan (job description) yang sudah ditetapkan institusi.

Di lain pihak, para pemimpin dapat memberikan pengakuan dan


penghargaan terhadap prestasi para pegawainya, sekecil apapun kontribusi yang
dapat disumbangkannya untuk institusi. Hal ini sejalan dengan pendapat
Christopher dan Thor (2001: 45), bahwa: ”successful organizations rely on the

25
people who do the work at each level to make their own decisions and act at that
level. They provide resources and support to accomplish this task. This is called
empowerment. Empowerment is a management style in which work responsibility
is assigned and explicitly accepted.” Keberhasilan institusi pemerintah memberikan
layanan kepada masyarakat akan sangat bergantung pada mutu sumberdaya
manusia serta bagaimana potensi mereka diberdayakan oleh pimpinannya.
Seperti yang dilaporkan oleh Ombudsman (2013) sampai saat ini, masih
banyak masyarakat mengeluh mengenai kualitas pelayanan. Keluhan banyak
dialamatkan kepada pelayanan pada tingkat pemerintah daerah. berikan contoh
pelayanan instansi pemerintah yang tidak berkualitas. Menurut Saudara apa yang
menjadi sumber permasalahannya?
Pencapaian target mutu kinerja pegawai seringkali mengalami fluktuasi,
naik-turun. Ketika terjadi penurunan mutu kinerja pegawai, kewajiban pemimpin
untuk mengingatkan dan menyemangati mereka. Sebaliknya, untuk merespon mutu
kinerja yang tinggi (superior) maka pemimpin berkewajiban untuk menetapkan
reward system yang dapat memotivasi pegawai untuk terus berprestasi. Zulian
Yamit (2010: 41) mengidentifikasi berbagai instrumen yang dapat digunakan untuk
meningkatkan mutu, yaitu: “brainstorming, multi voting, nominal group technique
(NGT), flow chart, cause and effect diagram, data collection, pareto chart,
histogram, scatter diagram, and control chart.” Apapun instrumen yang digunakan,
tidak akan berarti apa-apa jika tidak dianalisis dan ditindaklanjuti. Dalam hal ini
peran pemimpin menjadi sangat penting. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik
dan bersih (good and clean governance) sudah menjadi keniscayaan di era
reformasi saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mewujudkan
keniscayaan tersebut, namun dalam implementasinya masih belum sesuai dengan
harapan. Penyelengaraan pemerintahan yang berorientasi pada layanan prima sudah
tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan
publik.

Paradigma pemerintah harus segera berubah, dari pola paternalisitik dan


feodal yang selalu minta dilayani, menjadi pola pemerintahan yang siap melayani
dan senantiasa mengedepankan kebutuhan dan keinginan masyarakat sebagai

26
stakeholder pemerintah. Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab PNS, semua
harus dilaksanakan secara optimal agar dapat memberikan kepuasan kepada
masyarakat. Aspek utama yang menjadi target stakeholder adalah
layanan yang komitmen pada mutu, melalui penyelenggaraan tugas secara efektif,
efisien dan inovatif. Komitmen mutu merupakan pemahaman konsep mengenai
efektivitas, efisiensi, inovasi, dan mutu penyelenggaraan Pemerintah. Ekeftivitas
merupakan sejauh mana sebuah organisasi dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
Sementara efisien merupakan jumlah sumber daya yang digunakan untuk mencapai
tujuan organisasi. Efisien ditentukan oleh berapa banyak bahan baku, biaya, dan
tenaga yang dibutuhkan untuk mencapai sebuah tujuan. Dari kedua definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakterisitik utama yang dijadikan dasar untuk
mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian target yang telah direncanakan,
baik dilihat dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat
memberikan kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya,
waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan. Sementara inovasi,
muncul karena adanya dorongan kebutuhan organisasi/perusahaan untuk
beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang terjadi disekitarnya. Di sisi lain, mutu
merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses,
dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen atau
pengguna.Nilai-nilai dasar komitmen mutu adalah efektivitas, efisiensi, inovasi, dan
berorientasi pada mutu. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, setiap aparatur
mesti dilandasi oleh kesadaran tinggi untuk memaknai esensi komitmen mutu
dalam memberikan pelayanan kepada publik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan. Perilaku adiluhung sebagai aparatur dapat diwujudkan
melalui karakter kepribadian yang jujur, amanah, cermat, disiplin, efektif, efisien,
kreatif, inovatif, melayani dengan sikap hormat, bertutur kata sopan dan ramah,
berlaku adil (tidak diskriminatif), bekerja tanpa tekanan, memiliki integritas tinggi,
serta menjaga nama baik dan reputasi ASN.
Perilaku adiluhung aparatur akan mendorong terciptanya budaya kerja
unggul menuju good corporate governance. Budaya dapat dimaknai dalam dua
perspektif. Pertama, budaya sebagai nilai yang dimiliki bersama dan cenderung

27
menetap. Kedua, budaya merupakan pola perilaku atau gaya kerja dalam sebuah
organisasi yang berlakusecara turun temurun, dari generasi ke generasi. Budaya
kerja unggul diarahkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan
sumberdaya, mendorong tumbuhnya imajinasi dan kreativitas untuk melahirkan
layanan inovatif dari aparatur, serta menciptakan nilai tambah (value added) untuk
semua stakeholders. Budaya unggul diawali oleh perilaku disiplin.
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada oranga lain
yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai. Bidang
apapun yang menjadi tanggung jawab pegawai negeri sipil semua mesti
dilaksanakan secara optimal agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholder.
Komitmen mutu merupakan tindakan untuk menghargai efektivitas, efesiensi,
inovasi dan kinerja yang berorientasi mutu dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan publik.
Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan
berorientasi pada kualitas hasil. Adapun nilai-nilai dalam komitmen mutu antara
lain: mengedepankan komitmen terhadap kepuasan dan meberikan layanan dengan
sepenuh hati, untuk menjaga dan memelihara. Empat indikator dari nilai-nilai dasar
komitmen mutu yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Efektif. Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan
target. Sedangkan efektifitas menunjukkan tingkat ketercapaian target
yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil
kerja. Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk
mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketetapan waktu dan alokasi
sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya
kebutuhan pelanggan.

b. Efisien. Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan


mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi
merupakan tingkat ketepatan realiasi penggunaan sumberdaya dan
bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada tidaknya
pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan

28
prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.

c. Inovasi. Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang


konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun
karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme
layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar
menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.

d. Berorientasi pada mutu. Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan


dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau
bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai
keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu
merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian
hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan
keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam mengevaluasi
kualitas pelayan, yaitu:
a.Tangibles (bukti langsung), yaitu: meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi;
b.Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan
dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;
c.Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan
pelayanan dengan tanggap;
d.Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat
dapat dipercaya;
e.Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang
baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai
kejahatan luar biasa, karena dampaknya yang luar biasa, menyebabkan kerusakan
baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih

29
luas. Kerusakan tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun
dapat berdampak secara jangka panjang.
Saat ini, setiap organisasi biasanya sudah menentukan nilai dasar
organisasinya, tentunya nilai anti corpus diharapkan masuk didalamnya, terutama
nilai inti anti korupsinya yang telah anda identifikasi, lebih jauh lagi jika nilai
organisasi selaras pula dengan nilai anti korupsi, upaya penyelarasan nilai
tersebut sangat penting untuk memastikan bahwa para pegawai yang mengusung
integritas atau anti korupsi mendapatkan payung yang tepat didalam
organisasinya.
Korupsi berasal dari bahasa latin coruptio dan corruptus yang berarti
perbuatan yang tidak baik, buruk, dapat disuap dan tidak bermoral. Sedangkan
tidak pidana korupsi berarti tindakan melanggar hukum yang dilakukan secara
sengaja maupun tidak sengaja oleh seseorang atau sekelompok orang yang dapat
dipertanggungjawabkan oleh peraturan perundang-undangan. Berdasarkan UU
No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, bahwa
korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Sedangkan pada UU No.
20 Tahun 2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi antara lain:
(1) Kerugian Keuangan Negara, (2) suap-menyuap, (3) pemerasan, (4) perbuatan
curang, (5) penggelapan dalam jabatan, (6) benturan kepentingan dalam
pengadaan, dan (7) gratifikasi.
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu:
a. Jujur. Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi
penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil
seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut
untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap
diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri terhadap
godaan untuk berbuat curang.
b. Peduli. Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki

30
sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan
memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak
orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan.
Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri
sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk
menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
c. Mandiri. Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas
kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkannya untuk
mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Pribadi yang
mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.
d. Disiplin. Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan
konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang
akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya.
Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama
dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai
kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan
kekayaan dengan cara yang mudah.
e. Tanggung Jawab. Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan
menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk
melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Segala
tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan dipertanggung
jawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara,
dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan
tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista
f. Kerja Keras. Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan
kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang
sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk
melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-baiknya.
g. Sederhana. Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang

31
menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan
semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalam
gelimang kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal
kehidupannya adalah ilmu pengetahuan.
h. Berani. Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian
untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan
mentolerir adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan
secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun
semua kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang
menyimpang dari hal yang semestinya.
i. Adil. Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang
dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk
mendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang
pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil kepada
bawahannya sesuai dengan kinerjanya.
j. Kesadaran anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan spiritual,
dengan selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia di muka
bumi, dan selalu ingat bahwa seluruh ruang dan waktu kehidupannya
harus dipertanggungjawabkan sehingga dapat menjadi benteng kuat untuk
anti korupsi. Tanggung jawab spiritual yang baik akan menghasilkan niat
yang baik dan mendorong untuk memiliki visi dan misi yang baik, hingga
selalu memiliki semangat untuk melakukan proses atau usaha terbaik dan
mendapatkan hasil terbaik agar dapat dipertanggungjawabkan secara
publik.
Kesadaran Anti korupsi yang telah mencapai puncak tertinggi akan
menyentuh spiritual accountability, apalagi ketika menyadari bahwa dampak
korupsi itu tidak sekedar kerugian keuangan negara, namun ada kaitannya dengan
kerusakan kehidupan. Sebagai bagian dari warga negara Indonesia dengan
keyakinan akan Ketuhanan Yang Maha Esa, maka kehidupan akan disadari
sebagai 3 episode utama, sebelum kehidupan dunia, kehidupan dunia sendiri dan
kehidupan paska dunia. Penyimpangan secara sosial terjadi ketika manusia

32
menyimpang atau lupa pada perjanjian mereka dengan Tuhannya, pada saat di
alam Roh (Primordial Covenant). Mereka yang memiliki spiritual accountability
akan selalu ingat pada perjanjian dengan Tuhannya tersebut, yang pada dasarnya :
1) merupakan tujuan hidup dan 2) kesadaran bahwa hidup mereka harus
dipertanggungjawabkan. Tuhan yang menciptakan kehidupan, memberikan
amanah pada manusia dan meminta pertanggungjawaban sebaliknya manusia
yang diciptakan harus amanah mengatur bumi dan segala isinya serta memberikan
pertanggungjawaban. Spiritual Accountability yang baik akan menghasilkan niat
baik, yang akan menghasilkan visi dan misi yang baik, selanjutnya akan
diterjemahkan dalam usaha yang terbaik untuk mendapatkan hasil terbaik.
Hubungan konsekuensi tersebut idealnya dapat menjamin bahwa pemilik spiritual
accountability yang baik akan mendorong public accountability yang baik pula,
dan tentunya tidak akan tergerak dan mempunyai niat sedikit pun untuk membuat
kerusakan di muka termasuk didalamnya adalah melakukan korupsi, sebaliknya
justeru akan mempunyai niat yang sangat kuat untuk menghindari
korupsi.Kualitas hubungan manusia dengan ‘Tuhannya” sebagai kekuatan yang
diyakini manusia lebih berkuasa atas segala sesuatu, membentuk manusia yang
taat (menjaga diri) pada aturan Tuhannya, ikhlas dalam menjalani hidup, dan
menyerahkan hasil atas usaha maksimalnya kepada Tuhan.
Niat anti korupsi semakin kuat bagi mereka yang ingat pada Tuhannya, Ia
tidak ingin urusan dunia merusak perjanjian dengan Tuhannya dan akan menjadi
beban bagi kehidupan setelah dunia.Saat ini juga, niat anda untuk Anti Korupsi
dan berusaha membangun integritas diri, keluarga, organisasi masyarakat dan
bangsa semakin menguat dan berubah menjadi energi yang selalu menyemangati
dan membuat komitmen untuk bergerak memberantas korupsi.
Korupsi adalah kejahatan luar biasa, tentunya memberantasnya
membutuhkan semangat yang luar biasa, semangat yang tak pernah berhenti
karena berasal dari energi yang tak terbatas, energi yang hadir pada orang- orang
yang mampu mengintegrasikan raga, rasio, ruh dan rasa dalam satu fokus
‘pengabdian”, sehingga mereka selalu mengisi waktunya dengan belajar, bekerja,
cinta dan pewarisan. Dampaknya mereka tidak akan pernah kehabisan energi

33
untuk selalu semangat. Terkait integritas sebagai solusi terhadap korupsi, KPK
telah menyusun konsep Sistem Integritas Nasional yang merupakan konsep
integritas yang komprehensif untuk memastikan bangsa Indonesia dapat mencapai
tujuan nasionalnya.
C. Peran dan Kedudukan ASN
Untuk memahami peran dan kedudukan ASN, maka pokok bahasannya
dibagi atas tiga bagian yakni:
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN
diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit. Sistem merit adalah kebijakan dan
manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja
secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang, politik, ras,
warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi
kecacatan. Manajemen ASN meliputi : penyusunan dan penetapan kebutuhan,
pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi,
mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan perlindungan.
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, pegaai ASN berungsi dan bertugas
sebagai berikut :
a. Pelaksana Kebijakan Publik
ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya yang berorientasi pada kepentingan publik.
b. Pelayanan Publik
Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara yang
diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan
pelanggan.
c. Perekat dan Pemersatu Bangsa
ASN senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada pancasila, UUD 1945,

34
Negara dan pemerintah. ASN senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta
senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan diri sendir,
seorang dan golongan.
Perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi menjadikan
aksesibilitas semakin mudah untuk berhubungan dari suatu negara ke negara lain,
globalisasi ekonomi menjadi semakin nyata yang ditandai dengan persaingan
yang tinggi di tingkat internasional. Ketentuan- ketentuan yang berlaku secara
internasional harus dapat diikuti oleh birokrasi kita dengan baik jika kita ingin
dapat memenangkan persaingan tersebut. Namun dalam kenyataannya birokrasi
kita masih menjadi hambatan dalam pembangunan, yang ditandai dengan masih
rendahnya kinerja pelayanan birokrasi dan masih tingginya angka korupsi di
Indonesia. Hal ini tergambar dari beberapa laporan kinerja pemerintahan seperti
The Global Competitiveness Report 2014-2015 (World Economic Forum, 2014)
dimana Indonesia menempati peringkat 37 dari 140 negara, dan laporan Bank
Dunia melalui Worlwide Governance Indicators yang menunjukkan bahwa
efektivitas pemerintahan (Government Effectiveness) Indonesia masih sangat
rendah, dengan nilai indeks di tahun 2014 adalah – 0, 01. Selain itu Indeks
Persepsi Korupsi (The Corruption Perceptions Index) Indonesia berdasarkan data
dari Transparency International juga masih rendah pada nilai indeks 34 ( dari nilai
indeks bersih korupsi 100 ) dan berada pada ranking 107 dari 175 negara pada
tahun 2014.
Hal ini tentunya menjadi kendala karena pembangunan nasional dalam era
persaingan global menuntut adanya birokrasi yang efisien, berkualitas, transparan,
dan akuntabel, terutama terhadap prospek bidang investasi di Indonesia. Selain
menghadapi permasalahan internasional, birokrasi kita juga masih dihadapkan
kepada permasalahanpermasalahan dalam negeri seperti pelayanan kepada
masyarakat yang kurang baik, politisasi birokrasi terutama terjadi semenjak era
desentralisasi dan otonomi daerah, yang kadang dapat mengancam keutuhan
persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan kata lain birokrasi kita belum
professional untuk dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Untuk
mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi tantangan-tantangan

35
tersebut, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin
professional. Undang-undang ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur
sipil negara yang bertujuan untuk membangun aparat sipil negara yang memiliki
integritas, profesional dan netral serta bebas dari intervensi politik, juga bebas
dari praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang
berkualitas bagi masyarakat. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara
yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah
serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.
Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain
untuk menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai politik, hal ini dimaksudkan
untuk menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat
memusatkan segala perhatian, pikiran, dan tenaga pada tugas yang dibebankan
kepadanya. Oleh karena itu dalam pembinaan karier pegawai ASN, khususnya
di daerah dilakukan oleh pejabat berwenang yaitu pejabat karier tertinggi.
Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun demikian
pegawai ASN merupakan satu kesatuan. Kesatuan bagi ASN ini sangat penting,
mengingat dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah, sering terjadi
adanya isu putra daerah yang hampir terjadi dimana-mana sehingga
perkembangan birokrasi menjadi stagnan di daerah-daerah. Kondisi tersebut
merupakan ancaman bagi kesatuan bangsa.
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi
sebagai berikut: 1) Pelaksana kebijakan public; 2) Pelayan public; dan 3) Perekat
dan pemersatu bangsa Selanjutnya Pegawai ASN bertugas: 1) Melaksanakan
kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan 2) Memberikan pelayanan public yang
professional dan berkualitas, dan 3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya peran dari Pegawai ASN: perencana,
pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang
professional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi,

36
dan nepotisme. ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan
kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan
kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
tersebut. Harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan
publik. ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan
publik yang professional dan berkualitas.
Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap
warganegara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan
kepuasan pelanggan. Oleh karena itu ASN dituntut untuk professional dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. ASN berfungsi, bertugas dan
berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. ASN senantiasa dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945,
Negara dan Pemerintah. ASN senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta
senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan diri sendiri,
seseorang dan golongan. Dalam UU ASN disebutkan bahwa dalam
penyelenggaraan dan kebijakan manajemen ASN, salah satu diantaranya asas
persatuan dan kesatuan. ASN harus senantiasa mengutamakan dan mementingkan
persatuan dan kesatuan bangsa (Kepentingan bangsa dan Negara di atas
segalanya).
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum,
suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum.
Dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar
dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka
setiap ASN diberikan hak. Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN
sebagai berikut PNS berhak memperoleh: 1) gaji, tunjangan, dan fasilitas; 2) cuti;
3) jaminan pensiun dan jaminan hari tua; 4) perlindungan; dan 5) pengembangan
kompetensi Sedangkan PPPK berhak memperoleh: 1) gaji dan tunjangan; 2) cuti;

37
3) perlindungan; dan 4) pengembangan kompetensi.
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU ASN
disebutkan bahwa Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk
mengembangkan kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga
wajib memberikan perlindungan berupa: 1) jaminan kesehatan; 2) jaminan
kecelakaan kerja; 3) jaminan kematian; dan 4) bantuan hukum. Sedangkan
kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan
kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Kewajiban
pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah: 1) setia dan taat pada
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah; 2) menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa; 3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan
pejabat pemerintah yang berwenang; 4) menaati ketentuan peraturan perundang-
undangan; 5) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab; 6) menunjukkan integritas dan
keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik
di dalam maupun di luar kedinasan; 7) menyimpan rahasia jabatan dan hanya
dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan 8) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pelayanan Publik
Pelayanan publik sangat erat kaitannya dengan pemerintah, karena salah
satu tanggung jawab pemerintah ialah memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Kualitas pelayanan publik yang diterima masyarakat secara langsung
dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai kualitas pemerintah. Pelayanan publik
dalam perkembangannya timbul dari adanya kewajiban sebagai suatu proses
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan baik yang bersifat individual maupun
kelompok. Pelayanan publik memiliki peranan penting dalam kehidupan
masyarakat saat ini dikarenakan tidak semua jasa atau pelayanan disediakan oleh
pihak swasta, oleh karena itu pemerintah memiliki kuwajiban untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan masyarakat yang tidak disediakan swasta tersebut.

38
Menurut Sinambela (2011: 5) pelayanan publik diartikan sebagai pemberian
layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan pada organisasi iti sesuai dengan aturan pokok dan tatacara yang
telah ditetapkan. Sedangkan di dalam Undang-undang No 25 tahun 2009 tentang
pelayanan publik, mendefinisakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau
serangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang- undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Adapun asas-asas pelayanan publik yang
termuat dalam undang-undang tersebut meliputi:
a. Kepentingan umum yaitu pemberian pelayanan tidak boleh
mengutamakan kepentingan pribadi dan atau golongan.
b. Kepastian hukum yaitu jaminan terwujudnya hak dan kewajiban dalam
penyelengaraan pelayanan.
c. Kesamaan hak yaitu pemberian pelayanan tidak membedakan suku, ras,
agama, golongan, gender, dan status ekonomi.
d. Keseimbangan hak dan kewajiban yaitu pemenuhan hak harus sebanding
dengan kewajiban yang harus dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun
penerima pelayanan.
e. Keprofesionalan yaitu pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi
yang sesuai dengan bidang tugas.
f. Partisipatif yaitu peningkatan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan,
dan harapan masyarakat.
g. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif yaitu setiap warga negara berhak
memperoleh pelayanan yang adil.
h. Keterbukaan yaitu setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah
mengakses dan memperoleh informasi mengenai pelayanan yang
diinginkan.
i. Akuntabilitas yaitu proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

39
undangan.
j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, yaitu pemberian
kemudahan terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam
pelayanan.
k. Ketepatan waktu yaitu penyelesaian setiap jenis pelayanan dilakukan tepat
waktu sesuai dengan standar pelayanan.
l. Kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan yaitu setiap jenis pelayanan
dilakukan secara cepat, mudah dan terjangkau.
Di masa yang lalu, para ilmuwan mendefinisikan pelayanan publik
sebagai semua jenis pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Pameo
yang terkenal pada saat itu adalah: “whatever government does is public service”.
Artinya semua barang/jasa publik yang dibutuhkan oleh masyarakat dan
diselenggarakan oleh negara disebut sebagai pelayanan publik (Dwiyanto,
2010:14). Paradigma yang melihat pelayanan publik seperti ini sering disebut
sebagai paradigma kuno atau Old Public Administration (OPA). Dalam
paradigma OPA tersebut negara dianggap sebagai satu-satunya lembaga yang
paling mampu menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.
Cara pandang yang demikian tidak mengejutkan karena pada saat itu sektor
swasta dan juga masyarakat sipil belum berkembang dan mampu menjadi
alternatif untuk membantu pemerintah dalam menyelasaikan masalah publik.
Perkembangan paradigma pelayanan publik yang sudah mulai memnuculkan
peran swasta dalam menyediakan pelayanan publik terjadi pada masa New Publik
Management (NPM). Pada masa ini para manajer pelayanan publik dan penyedia
jasa layanan publik diprogram dan dididik untuk menjalankan pelayanan yang
berorientasi pada keuntungan (profit). Karena itu misalnya pelayanan jasa seperti
di rumah sakit yang dulu masih tinggi keberpihakannya kepada masyarakat dan
cenderung gratis atau murah, berubah menjadi pelayanan yang untuk
mendapatkannya harus dengan mengeluarkan sejumlah biaya yang cukup mahal.
Beberapa negara Eropa seperti contoh di Inggris, akibat ketidakmampuan
membayar asuransi kesehatan yang sangat mahal untuk mendapatkan pelayanan
di rumah sakit, membuat banyak masyarakat tidak mampu berusaha mengobati

40
penyakitnya sendiri tanpa mendapatkan pelayanan dari penyedia layanan
kesehatan. Setelah kenyataan ini terungkap ke publik, maka banyak
mempertanyakan serta menggugat keberadaan, posisi, peran dan tujuan
pembentukan negara (birokrasi). Untuk menjawab tantangan tersebut muncullah
paradigma baru pelayanan yang disebut New Public Service (NPS). Paradigma ini
menekankan pentingnya keberadaan negara dalam menyiapkan pelayanan yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Negara ada dan menunjukkan eksistensi dan
keberpihakan terhadap penyediaan layanan dasar bagi masyarakatnya. Di
Indonesia, paradigma ini dapat dilihat melalui penyediaan layanan pendidikan
dasar yang gratis, layanan kesehatan dasar dan dibeberapa tempat termasuk gratis
opname sampai kelas III bagi masyarakat tidak mampu, dan banyak lagi layanan
lainnya. Semuanya untuk menunjukkan eksistensi negara dalam melayani
masyarakat.
Dalam definisi yang lebih sempit lagi, pelayanan publik bahkan sering kali
disalahpahami sebagai pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh
pemerintah terkait dengan pelaksanaan undang- undang atau peraturan yang
dalam klasifikasi Ripley (1985) masuk dalam ranah protective regulatory policy
(kebijakan protektif) dan competitive regulatory policy (kebijakan kompetitif).
Kebijakan protektif dibuat oleh pemerintah dengan cara membatasi ruang gerak
individu agar tidak merugikan individu yang lain, sementara itu kebijakan
kompetitif mengatur kompetisi diantara sektor swasta agar cara kerja mereka
tidak merugikan masyarakat sebagai konsumen. Instrumen untuk mewujudkan
tujuan melindungi warga negara dari perilaku warga negara yang lain maka
dilakukan oleh pemerintah dengan membuat peraturan tentang: perijinan, lisensi,
pemberian sertifikat, pemberian akte, dan lain-lain.
Dengan aturan tersebut, maka seorang warga negara tidak dapat
melakukan suatu aktivitas, misalnya membuka usaha, sebelum pemerintah
memberikan ijin usaha. Ijin usaha tersebut di dalamnya terkandung dimensi
perlindungan terhadap warga yang lain sebab sebelum pemerintah memberikan
ijin usaha maka instansi pemberi ijin akan melakukan evaluasi terhadap
kelayakan usaha dari berbagai segi, misalnya mengganggu ketertiban umum atau

41
tidak, peralatan yang dipakai memenuhi syarat keamanan kerja atau tidak, jika
menghasilkan limbah apakah sudah ada rencana pengolahan limbah, dan
seterusnya. Karena berbagai peraturan yang dikeluarkan pemerintah untuk
memberikan perlindungan terhadap warganya, maka konsekuensinya pemerintah
harus memberikan pelayanan administratif terhadap warga yang membutuhkan
pelayanan perijinan tersebut.
Para pakar administrasi publik menjelaskan bahwa ada banyak prinsip
yang perlu dipenuhi agar pelayanan publik dapat diselenggarakan lebih baik.
Namun demikian, sebelum kita mendiskusikan bagaimana prinsip-prinsip
penyelenggaraan pelayanan publik yang baik, sebagai seorang ASN Saudara perlu
memahami berbagai hal yang menjadi fundamen pelayanan publik. Selain hal-hal
yang mendasar yang perlu dijadikan pegangan dalam memberikan pelayanan
publik, Saudara sebagai seorang ASN perlu mengetahui bahwa pelayanan publik
yang baik juga didasarkan pada prinsip-prinsip yang digunakan untuk merespon
berbagai kelemahan yang melekat pada tubuh birokrasi. Berbagai literatur
administrasi publik menyebut bahwa prinsip pelayanan publik yang baik untuk
mewujudkan pelayanan prima adalah:
1) Partisipatif. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya;
2) Transparan. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga negara
untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan publik yang
diselenggarakan tersebut, seperti: persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya.
Masyarakat juga harus diberi akses yang sebesarbesarnya untuk
mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila mereka merasa tidak
puas dengan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah;
3) Responsif. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya
terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan
tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam

42
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien
masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat
yang menduduki posisi sebagai agen;
4) Tidak diskriminatif. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah
tidak boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara yang lain
atas dasar perbedaan identitas warga negara, seperti: status sosial, pandangan
politik, enisitas, agama, profesi, jenis kelamin atau orientasi seksual, difabel,
dan sejenisnya;
5) Mudah dan Murah. Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat
harus memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk memperoleh
layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan prinsip mudah, artinya
berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah untuk
dipenuhi. Murah dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk
mendapatkan layanan tersebut terjangkau oleh seluruh warga negara. Hal ini
perlu ditekankan karena pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
pemerintah tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan melainkan untuk
memenuhi mandat konstitusi;
6) Efektif dan Efisien. Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu
mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya (untuk melaksanakan
mandat konstitusi dan mencapai tujuan-tujuan strategis negara dalam jangka
panjang) dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur
yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah;
7) Aksesibel. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat
dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat,
terjangkau dengan kendaraan publik, mudah dilihat, gampang ditemukan, dan
lain-lain.) dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya
dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan
layanan tersebut.
8) Akuntabel. Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan
fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai oleh warga negara melalui
pajak yang mereka bayar. Oleh karena itu semua bentuk penyelenggaraan

43
pelayanan publik harus dapat dipertanggung-jawabkan secara terbuka kepada
masyarakat. Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada
atasan (pejabat atau unit organisasi yang lebih tinggi secara vertikal) akan
tetapi yang lebih penting harus dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada
masyarakat luas melalui media publik baik cetak maupun elektronik.
Mekanisme pertanggungjawaban yang demikian sering disebut sebagai social
accountability.
9) Berkeadilan. Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh
pemerintah memiliki berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang penting adalah
melindungi warga negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga negara
yang lain. Oleh karena itu penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dijadikan sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan
rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok yang
kuat.
Berdasarkan definisi di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa pelayanan
publik adalah serangkaian proses atau usaha yang dilakukan perorangan maupun
instansi publik untuk mencapai tujuan tertentu atau melaksanakan ketentuan
perundang-undangan.
Berdasarkan definisi di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa pelayanan
publik adalah serangkaian proses atau usaha yang dilakukan perorangan maupun
instansi publik untuk mencapai tujuan tertentu atau melaksanakan ketentuan
perundang-undangan.
3. Whole of Goverment
Definisi Whole of Government dalam laporan ASPC sebagai:
“(it) denotes publc service agencies working across portfolio boundaries to
achieve a shared goal and an integrated government response to particular
issues. Approaches can be formal and informal. They can focus n policy
development, program management and service delivery” (Shergold &
others, 2004).
Whole of Government (WoG) menjelaskan bagaimana instansi pelayanan
publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan

44
sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu. WoG merupakan
pendekatan yang menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-
sekat sektor yang selama ini terbangun.
Menurut United States Institut of Peace (USIP) definis Whole of
Government adalah sebuah pendekatan yang mengintegrasikan upaya
kolaboratif dari instansi pemrintah untuk menjadi kesatuan menuju tujuan
bersama, sebagai bentuk kolaborasi, kerjasama antar instansi, aktor pelayanan
dalam menyelesaikan suatu masalah dalam pelayanan. WoG menekan
pelayanan yang terintegrasi sehingga prinsip kolaborasi, kebersamaan, kesatuan
dalam melayani permintaan masyarakat dapat diselesaikan dengan waktu yang
singkat.
Shergold (2004:11) mendefiniskan whole of government sebagai pelayanan
publik oleh pemerintah yang bekerja lintas batas untuk mencapai tujuan
bersama dan memberikan tanggapan terpadu terhadap isu-isu tertentu.
Pendekatan yang diambil bisa pendekatan formal maupun pendekatan informal.
Whole of Government dapat diaplikasi agar pemerintah dapat memberikan
layanan berkualitas bagi masyarakat dan meastikan bahwa pekerjaan yang
diemban oleh aparatur pemerintahan dapat berjalan efektif dan efisien.
WoG sering disamakan dengan konsep policy integration, policy
coherence, cross-cutting policy-making, joined-up government, concerned
decision making, policy coordination atau cross government. WoG memiliki
karakteristik dengan konsep-konsep tersebut, terutama karakterisktik integrasi
institusi atau penyatuan pelembagaan baik secara formal maupun informal
dalam suatu wadah. Ciri lainnya adalah kolaborasi yang terjadi antar sektor
dalam menangani isu tertentu. Namun terdapat beberapa perbedaan diantaranya
bahwa WoG menekankan adanya penyatuan keseluruhan (whole) elemen
pemerintahan, sementara konsep- konsep tadi lebih banyak menekankan pada
pencapaian tujuan , proses integrasi institusi, proses kebijakan dan lainnya
sehingga penyatuan yang terjadi hanya berlaku pada sektor-sektor tertentu yang
dipandang relevan.
Institusi formal negara maka pemerintah wajib mendorong tumbuhnya

45
nilai-nilai perekat kebangsaan yang menjamin bersatunya berbagai elemen
kebangsaan dalam satu frame. Whole of Government merupakan salah satu
frame yang dapat diterapkan dalam pemerintahan dalam rangka meminimalisir
disintegrasi bangsa dan menghilangkan fragmentasi sektor. Seluruh elemen
Pemerintah, khususnya Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki peran yang
sangat besar terhadap terwujudnya whole of government.
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari
sisi penataan institusi formal maupun informal. Cara-cara ini pernah
dipraktekkan oleh beberapa negara, termasuk Indonesia dalam level-level
tertentu:
a. Penguatan koordinasi antar lembaga Penguatan koordinasi dapat dilakukan
jika jumlah lembaga-lembaga yang dikoordinasikan masih terjangkau dan
manageable. Dalam prakteknya, span of control atau rentang kendali
yang rasional akan sangat terbatas.
Salah satu alternatifnya adalah mengurangi jumlah lembaga yang ada
sampai mendekati jumlah yang ideal untuk sebuah koordinasi. Dengan
jumlah lembaga yang rasional, maka koordinasi dapat dilakukan lebih
mudah.
b. Membentuk lembaga koordinasi khusus Pembentukan lembaga terpisah
dan permanen yang bertugas dalam mengkoordinasikan sektor atau
kementerian adalah salah satu cara melakukan WoG. Lembaga koordinasi
ini biasanya diberikan status kelembagaan setingkat lebih tinggi, atau
setidaknya setara dengan kelembagaan yang dikoordinasikannya.
c. Membentuk gugus tugas Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan
koordinasi yang dilakukan di luar struktur formal, yang sidatnya tidak
permanen.
d. Koalisi sosial Koalisi sosial ini merupakan bentuk informal dari penyatuan
koordinasi antar sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan
khusus dalam koordinasi ini. Di Australia dalam masa pemerintahan
Howard melakukan hal ini dengan mendorong inisiatif koalisi sosial antar
aktor pemerintah, bisnis dan kelompok masyarakat. Koalisi sosial ini

46
mendorong adanya penyamaan nilai dan persepsi tentang suatu hal,
sehingga pada akhirnya akan terjadi koordinasi alamiah.
Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di tataran praktek antara
lain adalah:
a. Kapasitas SDM dan institusi Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang
terlibat dalam WoG tidaklah sama. Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi
kendala serius ketika pendekatan WoG, misalnya, mendorong terjadinya
merger atau akuisisi kelembagaan, di mana terjadi penggabungan SDM
dengan kualifikasi yang berbeda.
b. Nilai dan budaya organisasi Seperti halnya kapasitas SDM dan institusi,
nilai dan budaya organisasi pun menjadi kendala manakala terjadi upaya
kolaborasi sampai dengan penyatuan kelembagaan Kepemimpinan
Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam pelaksanaan WoG.
c. Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang mampu
mengakomodasi perubahan nilai dan budaya organisasi serta meramu SDM
yang tersedia guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Praktek WoG dalam pelayanan publik dlakukan dengan menyatukan seluruh
sektor yang terkait dengan pelayanan publik. Jenis pelayanan publik yang dikenal
yang dapat didekati oleh pendekatan WoG adalah:
a. Pelayanan yang Bersifat Adminisitratif Pelayanan publik yang
menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan warga
masyarakat. Dokumen yang dihasilkan bisa meliputi KTP, status
kewarganegaraan, status usaha, surat kepemilikan, atau penguasaan atas
barang, termasuk dokumen-dokumen resmi seperti SIUP, ijin trayek, ijin
usaha, akta, kartu tanda penduduk, sertifikat tanah, dan lain sebagainya.
Praktek WoG dalam jenis pelayanan administrasi dapat dilihat dalam
praktek-praktek penyatuanpenyelenggaraan izin dalam satu pintu seperti
PTSP atau kantor SAMSAT.
b. Pelayanan Jasa Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan warga masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan, perhubungan, dan lainnya.

47
c. Pelayanan Barang Pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang
dibutuhkan warga massyarakat, seperti misalnya jalan, perumahan, jaringan
telepon, listrik, air bersih, dan seterusnya.
d. Pelayanan Regulatif Pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan
perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi
kehidupan masyarakat.

48
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
A. Deskripsi Isu
1. Sumber Isu
Sumber isu yang diangkat oleh penulis berasal dari pengamatan
yang dilakukan oleh penulis selama melaksanakan tugas di UPT SPF SMP
Negeri 4 selama kurang lebih selama 7 bulan yang kemudian di
konsultasikan keatasan langsung sebagai mentor.
Salah satu isu tersebut menjadi core isu untuk kemudian dicarikan
gagasan pemecahan isunya dalam bentuk rancangan berupa beberapa
kegiatan dan tahap kegiatan
2. Identifikasi Isu
a. Rendahnya kualitas pelayanan bimbingan dan konseling disekolah
b. Kurangnya pemahaman siswa tentang tugas dan fungsi layanan
bimbingan dan konseling
c. Rendahnya kesadaran siswa terhadap pentingnya mematuhi tata tertib
sekolah
d. Rendahnya peran orang tua terhadap prestasi peserta didik.
e. Kurangnya sarana dan prasarana bk di sekolah
3. Relevansi Isu Terhadap Kedudukan dan Peran PNS Dalam NKRI
Tabel 3.1
Relevansi Isu Terhadap Kedudukan dan Peran PNS Dalam NKRI
No Isu Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
WOG Pelayanan Publik Manajemen ASN
1 Rendahnya Kerjasama antara Salah satu prinsip Setiap ASN secara
kualitas Guru Bk dan semua dalam pelayanan professional diharuskan

pelayanan pihak di sekolah publik yaitu memberikan tata kelola


partisipatif dimana
bimbingan dan sangat diperlukan dengan standar yang
pendidik dan tenaga
konseling agar pelayanan terbaik. Adanya peserta
kependidikan
disekolah bimbingan didik yang tidak

49
konseling dapat berkolaborasi agar memahami tupoksi guru
dilakukan dengan layanan konseling di BK menjadi bahan
maksimal. sekolah dapat evaluasi agar system
dilaksanakan dengan
pengelolaan secara
optimal
professional dapat lebih
ditingkatkan dan
dilaksanakan secara
berjenjang dan
berkelanjutan.
2 Kurangnya Kerjasama antar Pelayanan publik Setiap ASN dalam hal ini
pemahaman semua pihak di yang dimaksudkan guru BK diharuskan
siswa tentang sekolah di dalam adalah dengan memberikan bimbingan
fungsi dan memberikan meningkatkan dan pelayanan terhadap
layanan informasi kepada pelayanan terhadap siswa dengan baik.
bimbingan siswa tentang siswa dalam Kurangnya pemahaman
konsling fungsi dan tujuan pemberian siswa tentang fungsi dan
layanan BK bimbingan baik itu tujuan BK merupakan
melalui informasi bahan evaluasi bagi
klasikal maupun Konselor agar dapat
individu memberikan layanan
berupa informasi kepada
siswa

3 Rendahnya Koordinasi yang Dalam rangka Setiap ASN secara


kesadaran siswa baik antara semua mewujudkan akuntabel dituntut untuk
terhadap jajaran pendidik pelayanan publik memberikan pelayanan
pentingnya dan tenaga yang maksimal publik secara
mematuhi tata pendidikan (PTK) tidak terlepas dari professional. Guru bukan
tertib sekolah akan nilai konsisten dan hanya melaksanakankan
mengefektifkan komitmen dari pengajaran dan
tingkat kedisiplinan seluruh pihak di pembimbingan tetapi

50
siswa dalam sekolah dalam juga menanamkan nilai-
mematuhi aturan- menjalankan nilai karakter yang kuat
aturan sekolah. peraturan tata tertib dan kokoh kepada
Oleh karena itu sekolah. peserta didik
setiap jajaran yang
berperan
didalamnya harus
mampu berperan
aktif dalam
penegakan
peraturan tata tertib
sekolah.
4 Rendahnya Dalam menunjang Salah satu prinsip Setiap ASN yang
peran orang tua efektivitas suatu dalam pelayanan akuntabel diharuskan
terhadap kegiatan diperlukan publik yaitu memberikan pelayanan
prestasi peserta koordinasi yang responsif dimana yang memegang teguh
didik. berkesinambungan pendidik dan prinsip dan tanggung
dan kesepahaman tenaga jawab untuk
terhadap orang tua kependidikan meningkatkan aspek-
peserta didik yang diharapkan untuk aspek pembelajaran yang
juga berperan memenuhi tuntutan efektif dan konsisten hal
dalam peningkatan kebutuhan peserta ini diperlukan sinergitas
prestasi sebagai didik sesuai dengan orang tua didalam
salah satu faktor tupoksi yang ada, mewujudkan nilai ASN
utama terbentuknya kebutuhan peserta yang akuntabel.
semangat dan didik dalam
motivasi dalam menerima
pembelajaran. pembelajaran di
sekolah tidak akan
berjalan dengan
maksimal jika

51
hanya proses di
sekolah yang
menjadi acuan
utama melainkan
peran orang tua
juga sangat
berpengaruh dalam
pengoptimalan
pengetahuan yang
didapatkan di
kelas.
5 Kurangnya Dalam menunjang Salah satu prinsip Setiap ASN secara
sarana dan efektifitas kinerja dalam pelayanan akuntabel dituntut untuk
prasarana bk di diperlukan adanya publik yaitu memberikan pelayanan
sekolah koordinasi dan responsif dimana publik secara
kerjasama dengan pendidik dan professional dalam hal
teman seperofesi tenaga ini pemberian layanan
disekolah agar kependidikan BK
dapat diharapkan untuk
meningkatkan mutu memenuhi tuntutan
dan kualitas kebutuhan peserta
layanan bk didik dalam
mendapatkan
layanan BK

B. Analisis Isu

52
1. Penetapan Isu
Analisis isu dilakukan untuk menetapkan kriteria dan kualitas isu. Dari isu di
atas, analisis isu dilakukan dengan menggunakan dua alat bantu penetapan
kriteria kualitas isu yakni berupa:
a. Analisis Kriteria menggunakan APKL (Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, dan Kelayakan)
APKL digunakan untuk menentukan skala prioritas isu yang akan
diselesaikan. APKL memiliki 4 kriteria penilain yaitu Aktual,
Problematik, kekhalayakan, dan Kelayakan.

1. Aktual artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan di


kalangan masyarakat.
2. Problematik artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang
kompleks, sehingga perlu dicarikan solusinya.
3. Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang
banyak.
4. Layak artinya isu yang masuk akal, logis, realistis, serta relevan
untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Hasil analisis isu-isu yang terjadi pada unit kerja dengan metode
APKL dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 3.2.
Bobot Penetapan Kriteria Kualiatas ISU APKL
Bobot Keterangan
5 Sangat (Penting/Serius/Berkembang)
4 Penting/Serius/Berkembang
3 Cukup (Penting/Serius/Berkembang)
2 Tidak (Penting/Serius/Berkembang)
1 Sangat tidak (Penting/Serius/Berkembang)

Tabel 3.3
Analisis Isu Menggunakan APKL

53
Kriteria TOTAL RANK
No Pokok Bahasan Isu
A P K L
1 Rendahnya kualitas pelayanan bimbingan dan 4 5 5 5 19 I
konseling disekolah
2 Kurangnya pemahaman siswa tentang fungsi dan 5 4 4 4 17 II
layanan bimbingan konsling
3 Rendahnya kesadaran siswa terhadap pentingnya 4 4 4 4 16 III
mematuhi tata tertib sekolah
4 Rendahnya peran orang tua terhadap prestasi 3 3 3 4 12 V
peserta didik
5 Kurangnya sarana dan prasarana bk di sekolah 3 4 3 3 13 IV

Berdasarkan tabulasi APKL seperti tercantum pada tabel 3.3. Analisis isu
strategis, ditemukan tiga isu utama yang memenuhi syarat, yaitu sebagai berikut:
1. Rendahnya kualitas pelayanan bimbingan dan konseling disekolah
2. Kurangnya pemahaman siswa tentang fungsi dan layanan bimbingan
konsling.
3. Rendahnya kesadaran siswa terhadap pentingnya mematuhi tata tertib
sekolah
b. Analisis kualitas Isu Menggunakan USG (Urgency, Seriousness, dan
Growth)
Hasil analasisi APKL kemudian dilanjutkan dengan menggunakan Analaisis
USG guna mendapatkan core isu. Analisis USG (Urgency, Seriousness, dan
Growth) mempertimbangkan tingkat kepentingan, keseriusan, dan
perkembangan.
1. Urgency (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan.
2. Seriousness (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah tersebut terhadap
produktivitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan sistem
atau tidak, dan sebagainya.
3. Growth (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit dicegah.

54
Hasil analisis isu-isu yang terjadi pada unit kerja dengan metode
USG dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 3.4.
Bobot Penetapan Kriteria Kualiatas isu USG
Bobot Keterangan
5 Sangat (Penting/Serius/Berkembang)
4 Penting/Serius/Berkembang
3 Cukup (Penting/Serius/Berkembang)
2 Tidak (Penting/Serius/Berkembang)
1 Sangat tidak (Penting/Serius/Berkembang)

Tabel 3.5.
Analisis Kriteria Isu Dengan Alat Analisis USG
Kriteria
Penilaian Jumla
No U S G Rank
Masalah h
(1-5) (1-5) (1-5)
1 Rendahnya kualitas pelayanan 5 5 5 15 I
bimbingan dan konseling disekolah
2 Kuranganya pemahaman siswa 5 5 4 14 II
tentang fungsi dan layanan
bimbingan konseling
3 Rendahnya kesadaran siswa 5 4 4 13 III
terhadap pentingnya mematuhi tata
tertib sekolah

c. Core Isu
Berdasarkan penentuan kualitas isu dengan alat analisis USG maka tergambar
ranking tertinggi yang merupakan isu final dan perlu pemecahan masalah
yaitu : Rendahnya Kualitas Pelayanan BK di UPT SPF SMP Negeri 4
Makassar, adapun gagasan pemecahan isunya adalah Layanamn Bimbingan
dan Konseling Menggunakan Media.

55
C. Matriks Rancangan Aktualisasi

Unit Kerja : Guru Bimbingan Konseling UPT SPF SMP Negeri 4


Makassar
Isu yang Diangkat : Rendahnya kualitas pelayanan BK di UPT SPF SMP
Negeri 4 Makassar
Gagasan Pemecahan Isu : Layanan Bimbingan dan Konseling Menggunakan
Media
Tujuan Gagasan pemecahan isu : Adanya media yang bisa di gunakan dalam meningkatkan
kualitas pelayanan bimbingan dan konseling

:
Tabel 3.6. Rancangan Kegiatan Aktualisasi
Tahapan Keterkaitan Konstribusi Penguatan Nilai
No Kegiatan Output/Hasil
Kegiatan Substansi Dengan Terhadap Organisasi
Mata Pelatihan Visi-Misi
Organisasi

1.Melakukan a. Membahas  Catatan  Akuntabilitas Kegiatan Pada kegiatan ini


konsultasi rencana Konsultasi Dalam melakukan suatu konsultasi dengan mengandung nilai-
dengan kepala kegiatan atau  Surat kegiatan dibutuhkan pimpinan terkait nilai organisasi,
sekolah gagasan. persetujuan / perencanaan strategis dengan rancangan antara lain :
b. Meminta rekomendasi yang outputnya dalam aktualisasi dapat  Akuntabel
bimbingan dan dari kepala bentuk Surat dikaitkan dengan (kewajiban
arahan terhadap madrasah rekomendasi kegiatan misi organisasi, ASN untuk
rencana kegiatan.  Dokumentasi yang disetujui oleh yaitu : mempertanggu
c. Mencatat hasil foto Kepala Sekolah, sebagai Melaksanakan ng jawabkan
arahan dan dasar untuk melakukan pembelajaran apa yang
bimbingan dari kegiatan. Hal ini yang berorientasi diamanatkan)
kepala sekolah menyangkut nilai kepada kemajuan  Gotong royong
d. Meminta Akuntabilitas, karena ilmu pengetahuan (kerjasama
persetujuan dengan adanya surat tekhnologi antar anggota
kepala sekolah persetujuan atas organisasi
rencana kegiatan perencanaan kegiatan, untuk
berdasarkan hasil menunjukkan rasa mendukung
pertemuan. tanggung jawab, pelaksanaan
transparan. tujuan
 Etika Publik, organisasi)
Menghadap Pimpinan  Ramah (berlaku
dengan berperilaku ramah dan
Sopan dan santun dalam
berpenampilan rapih dan menjalankan
tutur kata yang santun kebijakan yang
 Komitmen Mutu, terkait dengan
dengan adanya persiapan pelayanan
yang matang akan publik
memberikan strategi serta koordinasi
efektif dan efisien dalam yang baik dan
berkomunikasi dengan aktif dengan
atasan mengenai gagasan stakeholder)
pemecahan isu sehingga
saya telah
mengaktualisasikan nilai
komitmen mutu yaitu :
efektif dan efisien.
56
 WOG,
- Melakukan komunikasi
dengan Kepala Sekolah
merupakan perwujudan
aspek WOG, karena
kegiatan ini terlaksana
karna adanya
koordinasi antara
berbagai pihak.
2.Mengumpulkan a. Konsultasi  Dokumentas  Akuntabilitas, Dengan Pada kegiatan ini
data dengan wakil i foto koordinasi dengan guru diadakannya mengandung
kepala sekolah  Catatan bk, menunjukan sikap pretest terhadap nilai-nilai
bagian Konsultasi tanggung jawab, dan peserta didik organisasi, antara
kesiswaan transparan tidak berkaitan dengan lain :
 Catatan
b. Diskusi dengan misi organisasi,  Professional
hasil diskusi menambah ataupun
teman sejawat mengurangi hasil yaitu : (memiliki
koordinasi Meningkatkan keahlian khusus
 Etika Publik, prestasi sebagai dalam
melakukan koordinasi wujud jati diri menjalankan
dengan sopan dan pekerjaannya)
berpenampilan rapih  Ramah (berlaku
dan tutur kata yang ramah dan
santun. santun dalam
 Komitmen mutu, menjalankan
dengan adanya kebijakan yang
persiapan yang matang terkait dengan
dengan mengumpulkan pelayanan
informasi dan data publik serta
yang akurat koordinasi yang
menunjukkan baik dan
efektifitas kegiatan. aktif dengan
 Anti korupsi stakeholder)
dalam proses
mengumpulkan dan
mengolah data,
dilakukan dengan jujur
dan wujud dari
bentuk kerja keras.
 WOG
Melakukan koordinasi
dengan guru BK
merupakan perwujudan
aspek WOG, karena
kegiatan ini terlaksana
karna adanya
koordinasi antara
berbagai pihak.
3.Menyusun a. Menyiapkan  Rumusan  Akuntabilitas, Untuk Pada kegiatan ini
Rencana materi layanan. RPL -Tanggung jawab meningkatkan mengandung nilai-
Pelaksanaan b. Menyusun  Materi -Adanya kejelasan profesional guru nilai organisasi,
Layanan (RPL) langkah-langkah layanan target dalam dalam proses antara lain :
bimbingan  Langkah- penyusunan RPL. belajar mengajar  Akuntabel
klasikal langkah  Komitmen mutu, diperlukan (kewajiban
c. Menentukan bimbingan -Efektif penyusunan ASN untuk
media klasikal -Inovasi sehingga perangkat mempertanggu
d. Menyelesaikan telah tujuan dapat tercapai. pembelajaran yang ng jawabkan
tahapan akhir disusun.  Manajemen ASN , akan menunjang apa yang
RPL untuk Dalam menyusun pelaksanaan diamanatkan)
57
ditandatangani  Media Rencana Pelaksanaan pembelajaran yang  Professional
oleh kepala telah Layanan perlu baik. Hal ini sesuai (memiliki
sekolah. ditentukan menyusun sesuai misi sekolah, keahlian khusus
 RPL telah dengan langkah- yaitu dalam
disetujui langkah. Menumbuhkan menjalankan
oleh kepala  Pelayanan public. kepekaan pekerjaannya)
sekolah Penyelenggaraan terhadap  Ramah (berlaku
pelayanan public perkembangan ramah dan
harus mampu dan perubahan santun dalam
mewujudkan tujuan- zaman menjalankan
tujuan yang hendak di kebijakan yang
capai, dengan terkait dengan
prosedur yang pelayanan
sederhana. Dalam hal publik serta
ini yaitu dalam proses koordinasi yang
menyusun Rencana baik dan aktif
Pelaksanaan Layanan. dengan
stakeholder)

4. Menyiapkan a. Menyiapkan Tersedianya 


Akuntabilitas, Pembelajaran yang Pada kegiatan ini
media media media Tersedianya media akan menarik dan mengandung nilai-
bimbingan pembelajaran terimplementasikan menyenangkan nilai organisasi,
klasikal (Kreasi berupa: indikator dari melalui antara lain :
jadwal kegiatan  Kreasi jadwal
akuntabilitas yaitu penggunaan media  Akuntabel
harian dari kegiatan kejelasan target. pembelalajaran (kewajiban
kertas karton) harian dari 
Komitmen Mutu merupakan upaya ASN untuk
b. Media kertas karton
Tersedianya media mewujudkan mempertanggu
Bimbingan  Games layanan memungkinkan sekolah berdaya ng jawabkan
Kelompok tebak tercapainya tujuan saing. Hal ini apa yang
(Games tebak profesi layanan yang lebih merupakan salah diamanatkan)
profesi  Poster efektif, efisien, dan satu wujud  Professional
c. Media motivasi menjaga mutu keterlaksanaan (memiliki
Konseling  Kartu misi sekolah, keahlian khusus
Kelompok motivasi yaitu : dalam
(Poster meningkatkan menjalankan
motivasi) pembinaan pekerja
d. Media profesionalisme annya)
Konseling guru melalui
Individu (Kartu pembinaan secara
motivasi ) berkesinambunga
n
5.Penerapan a. Layanan  Terbinanya  Akuntabilitas, Untukmeningkatka Pada kegiatan ini
layanan bimbingan hubungan Guru secara partisifatif n prestasi peserta mengandung nilai-
bimbingan dan klasikal, yang baik memfasilitasi peserta didik dalam nilai organisasi,
konseling  Membuka dengan didik dalam layanan pembelajaran antara lain :
menggunakan dengan salam peserta bimbingan klasikal diharapkan adanya  Professional
media dan berdoa didik. dengan memberikan pembinaan melalui (memiliki
 Membina  Peserta layanan informasi pengaplikasian keahlian khusus
hubungan baik didik sehingga tercipta media dalam
dengan peserta mengikuti layanan BK yang pembelajaran. Hal menjalankan
didik layanan BK menyenangkan ini tercermin pada pekerjaannya)
(menanyakan dengan  Nasionalisme, misi sekolah,  Ramah (berlaku
kabar, ice antusias dalam kegiatan yaitu : ramah dan
breaking)  Tujuan bimbingan klasikal mendorong dan santun dalam
 Menyampaikan layanan BK terdapat nilai membantu setiap menjalankan
tujuan layanan tersampaika musyawarah mufakat siswa untuk kebijakan yang
materi n yaitu melakukan tanya mengenali potensi terkait dengan
Bimbingan dan  Terselesaika jawab antara guru Bk dirinya sehingga pelayanan
58
Konseling nnya dan peserta didik yang dapat publik serta
 Guru BK masalah dilakukakan dengan rasa dikembangkan koordinasi yang
memberikan peserta kekeluargaan. secara optimal. baik dan aktif
layanan didik  Etika Publik, dengan
informasi Menggunakan bahasa stakeholder)
kepada peserta yang baik dan sopan
didik mengenai dalam pemberian
manajemen diri layanan sehingga
 Guru BK menjadi panutan bagi
melakukan peserta didik.
Tanya jawab.  Komitmen Mutu,
 Guru BK Memberikan
mendampingi pembelajaran yang
peserta didik efektif dan efisien,
membuat jadwal efektif karena kegiatan
kegiatan harian layanan sesuai dengan
yang menarik Rencana Proses kegiatan
dari kertas layanan dapat
karton berlangsung dengan baik.
 Guru BK Efisian dalam
meminta peserta menggunakan waktu
didik membuat yang ada untuk
kesimpulan melakukan kegiatan
yang terkait bimbingan klasikal.
dengan materi  Anti Korupsi,
layanan Bersikap adil kepada
 Guru BK semua peserta didik
mengakhiri dalam proses kegiatan
kegiatan dengan pembelajaran, tidak
berdoa dan membeda-bedakan serta
salam tidak memberikan
b. Layanan perlakuan yg berbeda-
bimbingan beda kepada peserta
kelompok, didik. Dan Keluar kelas
 Membuka setelah jam pelajaran
dengan salam selesai.
dan berdoa  Pelayanan Publik Guru
 Membina melaksanakan proses
hubungan baik pembelajaran dengan
dengan peserta proaktif
didik
(menanyakan
kabar, ice
breaking)
 Menyampaikan
tujuan layanan
materi
bimbingan
kelompok
 Guru BK
membagi
peserta didik
dalam bentuk
kelompok
 Guru BK
memberikan
layanan
informasi
59
kepada peserta
didik mengenai
Profesi Impian
 Guru BK
mengarahkan
peserta didik
melakukan
permainan tebak
profesi
 Guru BK
melakukan
Tanya jawab.
 Guru BK
meminta peserta
didik membuat
kesimpulan
yang terkait
dengan materi
layanan
 Guru BK
mengakhiri
kegiatan dengan
berdoa dan
salam
c. Layanan
konseling
kelompok

 Membuka
dengan salam
dan berdoa
 Membina
hubungan baik
dengan peserta
didik
(menanyakan
kabar, ice
breaking)
 Menyampaikan
tujuan layanan
konseling
kelompok
 Guru BK
meminta peserta
didik
mengemukakan
masalahnya
masing-masing
 Guru BK
mengarahkan
kegiatan
konseling
kelompok agar
tercipta
dinamika
kelompok
 Guru BK
memberikan
60
layanan
informasi
kepada peserta
didik mengenai
manajemen
waktu dengan
menggunakan
media poster
 Guru BK
melakukan
Tanya jawab
 Guru BK
meminta peserta
didik membuat
kesimpulan
yang terkait
dengan materi
layanan dan
meminta peserta
didik untuk
membuat
kontrak perilaku
 Guru BK dan
peserta didik
menentukan
waktu konseling
berikutnya
 Guru BK
mengakhiri
kegiatan dengan
berdoa dan
salam

d. Layanan
konseling
individu
 Menyambut
peserta didik
dengan senyum
dan sapa serta
menanyakan
kabarnya
 Menyampaikan
tujuan layanan
konseling
individu yang
dilakukan
 Menjelaskan
tentang asas
kerahasiaan
 Guru BK
meminta peserta
didik untuk
menceritakan
masalahnya
 Guru BK
membantu
peserta didik
61
menemukan
solusi dari
permasalahanny
a dengan
menggunakan
kartu motivasi
 Guru BK
meminta peserta
didik membuat
kesimpulan
yang terkait
dengan
konseling yang
telah dilakukan
dan meminta
peserta didik
untuk membuat
kontrak perilaku
 Guru BK dan
peserta didik
menentukan
waktu konseling
berikutnya
 Guru BK
mengakhiri
kegiatan dengan
berdoa dan
salam

6.Evaluasi a. Mensosialisasika  Rekan  Akuntabilitas, Untuk mengetahui Pada kegiatan ini


n dan sejawat adanya rasa tingkat mengandung nilai-
menayangkan (guru bertanggung jawab keberhasilan nilai organisasi,
video kegiatan bk) terhadap pimpinan penerapan media antara lain :
bimbingan memah dalam melaporkan pembelajaran  Akuntabel
melalui media ami hasil kegiatan yang maka (kewajiban
kepada rekan penggu telah ASN untuk
sejawat (guru bk) naan dilaksanakan/dilakuka diperlukan mempertanggu
b. Menerima media n selama aktualisasi. evaluasi untuk ng jawabkan
tanggapan dan  Testim  Nasionalisme menciptakan apa yang
masukan dari oni dari Sikap menghormati peserta didik yang diamanatkan)
rekan sejawat rekan Kepala Sekolah selaku unggul baik  Professional
(guru BK) sejawat pimpinan pada unit. akademik maupun (memiliki
c. Video testimony (guru  Etika Publik non akademik. Hal keahlian khusus
siswa bk) Sikap hormat dan ini tercermin pada dalam
d. Melaporkan hasil  Dokum santun ditunjukkan visi sekolah menjalankan
kegiatan kepada entasi sebagai bawahan yaitu : pekerjaannya)
Mentor foto kepada atasan dalam Berbudi pekerti  Ramah (berlaku
dan memberikan laporan luhur, unggul ramah dan
video evaluasi. dalam prestasi, santun dalam
 Lapora  Komitmen Mutu berlandaskan menjalankan
n hasil Dalam pelaporannya imtaq dan iptek kebijakan yang
kegiata mengandung prinsip yang berwawasan terkait dengan
n efektif, efisien dan lingkungan. pelayanan
inovatif. publik serta
 Anti Korupsi koordinasi yang
Sikap jujur dalam baik dan aktif
memberikan laporan dengan
tersebut. stakeholder)
62
63
D. Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Tabel 3.7. Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan Kegiatan
No Kegiatan Sept Oktober
29 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Melakukan
1 konsultasi
dengan kepala
sekolah
2 Mengumpulkan
data
3
Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Layanan
(RPL)
4 Menyiapkan
media
Penerapan
5 layanan
bimbingan
dan
konseling
menggunaka
n media

6 Evaluasi

64
BAB IV
IMPLEMENTASI KEGIATAN AKTUALISASI
DAN ANALISIS DAMPAK NILAI – NILAI DASAR ASN

A. Capaian Kegiatan Aktualisasi


Kegiatan aktualisasi dilaksanakan sejak tanggal 29 September 2021
sampai dengan 28 Oktober 2021 di UPT SPF SMP Negeri 4 Makasassar
Kecamatan Tallo. Adapun capaian kegiatan aktualisasi adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1 : Capaian Aktualisasi
No Kegiatan Waktu Tahap Nilai Dasar Output Ket
Kegiatan
1. Melakukan Senin, 4 e. Membahas - Akuntabilitas - Catatan hasil

Terlaksana
konsultasi Oktober rencana - Etika Publik konsultasi
dengan 2021 kegiatan atau - Komitmen - Surat persetujuan
kepala gagasan. mutu - Dokumentasi
sekolah f. Meminta - WOG
bimbingan dan
arahan terhadap
rencana
kegiatan.
g. Mencatat hasil
arahan dan
bimbingan dari
kepala sekolah
h. Meminta
persetujuan
kepala sekolah
terkait rencana
kegiatan
berdasarkan
hasil pertemuan
2. Mengumpulk Selasa, 5 c. Konsultasi - Akuntabilitas - Catatan hasil Terl
an data Oktober dengan wakil - Etika Publik konsultasi aksa
2021 kepala sekolah - Komitmen dengan wakil na
bagian Mutu kepala sekolah
kesiswaan - Anti Korupsi bagian
d. Diskusi dengan kesiswaan
- WOG
rekan - Catatan hasil
sejawat/guru diskusi dengan

65
BK rekan
e. Diskusi dengan sejawat/guru BK
wali kelas - Catatan hasil
diskusi dengan
wali kelas
- Dokumentasi
3. Menyusun Jumat, 8 e. Menyiapkan - Akuntabilitas - Rumusan RPL
Rencana Oktober materi layanan. - Komitmen - Materi layanan
Pelaksanaan 2021 s/d f. Menyusun Mutu - Langkah-
Layanan Senin, 11 langkah- - Manajemen langkah layanan
(RPL) Oktober langkah ASN - Media telah
2021 layanan - Pelayanan ditentukan.
g. Menentukan public. - RPL telah
media
disetujui oleh
h. Menyelesaikan
kepala sekolah
tahapan akhir
- Dokumentasi
RPL untuk
ditandatangani
oleh kepala
sekolah
4. Menyiapkan Selasa, 12 a. Menyiapkan - Akuntabilitas Tersedianya media
media Oktober media - Komitmen layanan BK
2021 s/d bimbingan mutu diantaranya:
kamis, 14 klasikal - - Kreasi jadwal
Oktober (Kreasi jadwal kegiatan harian
2021 kegiatan harian dari kertas karton
dari kertas - Pohon Karir
karton) - Poster motivasi
b. Media - Kartu motivasi
Bimbingan
- Dokumentasi
Kelompok
(Pohon Karir
dan Pohon
Impian)
c. Media
Konseling
Kelompok
(Poster
motivasi)
d. Media
Konseling
Individu
(Kartu
motivasi ).

66
5. Melaksanaka Jumat, 15 a. Pelaksanaan - Akuntabilitas - Terbinanya
n layanan Oktober layanan - Nasionalisme hubungan yang
bimbingan 2021, bimbingan - Etika Publik baik dengan
dan Senin, 18 klasikal dengan - Komitmen peserta didik.
konseling Oktober media kreasi mutu - Peserta didik
menggunaka 2021 dan jadwal kegiatan mengikuti
- Anti korupsi
n media Selasa, 19 harian dari layanan BK
- Pelayanan
Oktober kertas karton dengan antusias
publik
2021 b. Pelaksanaan - Tujuan layanan
layanan BK tersampaikan
bimbingan - Terselesaikannya
kelompok masalah peserta
dengan media didik
pohon karir dan - Dokumentasi
pohon impian
c. Pelaksanaan
Layanan
konseling
kelompok
dengan media
poster motivas
d. Pelaksanaan
layanan
konseling
Individu
dengan media
Kartu motivasi
6. Evaluasi Senin, 25 a. Mensosialisasik - Akuntabilitas - Rekan sejawat
Oktober a n dan - Nasionalisme (guru bk)
2021 s/d menayangkan - Etika Publik memahami
Selasa, 26 video kegiatan - Komitmen penggunaan
Oktober bimbingan mutu media
2021 melalui media - Testimoni dari
- Anti Korupsi
kepada rekan rekan sejawat
sejawat (guru (guru bk)
bk) - Testimoni dari
b. Menerima rekan siswa
tanggapan dan - Dokumentasi
masukan dari foto dan video
rekan sejawat
- Catatan hasil
(guru BK)
konsultasi terkait
c. Video
masukan dan
testimony
saran dari
siswa
Kepala Sekolah

67
d. Melaporkan - Laporan hasil
hasil kegiatan kegiatan
kepada Mentor

B. Pembahasan Kegiatan Aktualisasi


Tabel 4.2 Deskripsi Capaian Kegiatan Aktualisasi, Implementasi Serta
Analisis Dampak Nilai-nilai Dasar ASN
KEGIATAN I MELAKUKAN KONSULTASI DENGAN KEPALA SEKOLAH
TANGGAL Senin, 4 Oktober 2021
OUTPUT - Catatan hasil konsultasi (Terlampir)
- Surat persetujuan (Terlampir)
- Dokumentasi (Terlampir)
DESKRIPSI Kegiatan ini bertujuan untuk meminta saran dan persetujuan tentang
KEGIATAN rancangan aktualisasi yang akan penulis laksanakan selama Aktualisasi
di UPT SPF SMP Negeri 4 Makassar. Pada kegiatan ini penulis
memaparkan secara singkat gambaran umum kegiatan dan tahapan
aktualisasi yang akan dilaksanakan. Setelah itu penulis menyimak dan
mencatat saran dan masukan dari Kepala Sekolah kemudian diakhir
konsultasi, penulis meminta persetujuan terkait pelaksaan kegiatan
aktualisasi dengan penandatanganan surat persetujuan oleh kepala sekolah
NILAI-NILAI Pada kegiatan ini mengandung beberapa nilai – nilai dasar profesi ASN
DASAR yakni :
PROFESI a. Akuntabilitas
ASN Yaitu adanya tanggung jawab yang akuntabel dalam melakukan
konsultasi dan meminta persetujuan
b. Etika Publik
Yaitu adanya sikap sopan dan santun dalam melakukan konsultasi
c. Komitmen mutu
Yaitu dengan adanya persiapan yang matang akan memberikan
strategi efektif dan efisien dalam berkomunikasi dengan atasan
mengenai gagasan pemecahan isu sehingga saya telah
mengaktualisasikan nilai komitmen mutu yaitu : efektif dan efisien.
d. WOG

68
Yaitu adanya bentuk kerjasama dan sinergi bersama dengan atasan
1. Analisis Dampak Negatif
Dampak yang terjadi apabila nilai – nilai dasar ANEKA tidak diterapkan, yaitu:
a. Akuntabilitas
Jika nilai Akuntabilitas tidak diterapkan yaitu sikap tanggung jawab, maka pimpinan
tidak akan memberikan izin untuk melanjutkan kegiatan karena dikhawatirkan tidak
terlaksana dengan baik.
b. Etika Publik
Jika nilai Etika Publik tidak diterapkan yaitu sikap sopan santun, maka akan
berakibat pada tidak adanya persetujuan/izin dari pimpinan untuk melaksanakan
kegiatan aktualisasi.
c. WOG
Jika nilai dasar WOG tidak diterapkan yaitu sikap kerja sama antar pimpinan rekan
guru serta siswa maka pelaksanaan kegiatan aktualisasi tidak akan terlaksana.
2. Analisis Dampak Positif
Jika nilai dasar ANEKA diterapkan maka pimpinan akan lebih mudah memahami maksud
dan tujuan dalam pelaksanaan kegiatan ini sehingga akan mempermudah dalam
mendapatkan persetujuan/izin dalam melakukan kegiatan aktualisasi.
KEGIATAN 2 MENGUMPULKAN DATA
TANGGAL Selasa, 5 Oktober 2021
OUTPUT - Catatan hasil konsultasi dengan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan
(Terlampir)
- Catatan hasil diskusi dengan rekan sejawat/guru BK (Terlampir)
- Catatan hasil diskusi dengan wali kelas (Terlampir)
- Dokumentasi/foto (Terlampir)
DESKRIPSI Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan mengetahui
KEGIATAN tentang berbagai masalah siswa dan kualitas pelayanan BK selama ini di
UPT SPF SMP Negeri 4 Makassar. Pada kegiatan ini, penulis
berkonsultasi dengan Wakasek kesiswaan, koordinasi dengan guru BK dan
wali kelas terkait permasalahan siswa serta meminta saran dan masukan
berupa rekomendasi permasalahan yang urgent untuk diselesaikan dan
rekomendasi peserta didik yang perlu penanganan atau memiliki masalah

69
dari wali kelas.
NILAI-NILAI Pada kegiatan ini mengandung beberapa nilai – nilai dasar profesi ASN
DASAR yakni :
PROFESI a. Akuntabilitas
ASN Yaitu adanya tanggung jawab dan transparansi dalam melakukan
konsultasi dengan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, koordinasi
dengan guru BK dan juga wali kelas
b. Etika publik
Yaitu adanya sikap sopan dan santun dalam melakukan konsultasi dan
koordinasi.
c. Komitmen mutu
dengan adanya persiapan yang matang dengan mengumpulkan
informasi yang akurat menunjukkan efektifitas kegiatan.
d. Anti korupsi
yaitu dalam proses mengumpulkan informasi, dilakukan dengan jujur
dan wujud dari bentuk kerja keras.
e. WOG
Yaitu adanya bentuk kerjasama dan sinergi bersama wakil kepala
sekolah bagian kesiswaan,rekan guru sejawat serta wali kelas
1. Analisis Dampak Negatif
Dampak yang terjadi apabila nilai – nilai dasar ANEKA tidak diterapkan, yaitu:
a. Akuntabilitas
Jika nilai Akuntabilitas tidak diterapkan yaitu tanggung jawab dan transparansi
dalam melakukan konsultasi dengan Wakasek kesiswaan dan koordinasi dengan
guru BK dan wali kelas maka informasi yang diinginkan tidak akan diperoleh.
b. Etika Publik
Jika nilai Etika Publik tidak diterapkan yaitu sikap sopan santun, maka akan
berakibat pada kurangnya informasi yang diperoleh kekurangan informasi inilah
yang akanmengakibatkan terhambatnya kegiatan yang akan dilaksanakan.
c. Anti Korupsi
Jika nilai Anti Korupsi Tidak diterapkan yaitu jujur maka informasi yang diinginkan

70
dalam menjalankan kegiatan aktualisasi tidak akan tercapai dengan baik.
d. WOG
Jika nilai WOG tidak diterapkan yaitu kerjasama antaraWakasek kesiswaan, guru bk
dan wali kelas akan berdampak pada kurangnya informasi yang didapatkan,
sehingga kegiatan yang ingin dilaksanakan tidak akan berjalan dengan lancar.
2. Analisis Dampak Positif
Jika nilai dasar ANEKA diterapkan maka proses pengumpulan informasi mengenai
permasalahan peserta didik dan layanan BK akan mudah didapatkan dan dikelola dengan
baik.
KEGIATAN 3 MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)
TANGGAL Jumat, 8 Oktober 2021 s/d Senin, 11 Oktober 2021
OUTPUT 1. RPL yang telah di tandatangani oleh kepala sekolah (Terlampir)
2. Materi layanan (Terlampir)
3. Dokumentasi/foto (Terlampir)
DESKRIPSI Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan guru BK menentukan langkah-
KEGIATAN langkah kegiatan layanan sehingga pelaksanaan layanan bisa terarah dan
media yang akan digunakan bisa dipersiapkan sesuai dengan yang ada
pada RPL.
NILAI-NILAI a. Akuntabilitas
DASAR Yaitu adanya tanggung jawab dalam menyusun RPL sesuai dengan
PROFESI kurikulum.
ASN b. Komitmen Mutu
yaitu adanya Inovasi dalam pembuatan RPL sehingga penyusunan RPL
dapat dilakukan dengan efektif
c. Manajemen ASN
Yaitu adanya sikap tanggung jawab dalam mejalankan tugasnya sebagai
ASN pada umumnya dan sebagai Guru BK pada khususnya.
d. Pelayanan public.
Yaitu adanya sikap menjalankan tugas sesuai prosedur dan mewujudkan
tujuan-tujuan yang ingin dicapai sebagai seorang guru bk
1. Analisis Dampak Negatif
Dampak yang terjadi apabila nilai – nilai dasar ANEKA tidak diterapkan, yaitu:
a. Akuntabilitas

71
Jika nilai Akuntabilitas tidak diterapkan yaitu tanggung jawab maka penyusunan
dan pembuatan RPL tidak akan terlaksana dengan baik.
b. Komitmen mutu
Jika nilai komitmen mutu tidak diterapkan yaitu inovasi, maka penyusunan RPL
tidak akan mengalami perubahan dan peningkatan
c. Manajemen ASN
Jika nilai Manajemen ASN Tidak maka tugas dan fungsi sebagai ASN tidak akan
terlaksana dengan baik.
d. Pelayanan public.
Jika nilai Pelayanan Publik tidak diterapkan maka tugas sebagai Guru BK tidak
akan terlksana dengan baik tujuan- tujuan pembelajaran dan pelayanan juga tidak
akan terlaksana karena tidak dilaksanakannya pembuatan RPL.
2. Analisis Dampak Positif
Jika nilai dasar ANEKA diterapkan maka proses pembuatan dan penyusunan RPL sebagai
salah satu tugas sebagai Guru BK akan terlaksana dengan baik.
KEGIATAN 4 MENYIAPKAN MEDIA
TANGGAL Selasa, 12 Oktober 2021 s/d kamis, 14 Oktober 2021
OUTPUT - Kreasi jadwal kegiatan harian dari kertas karton
- Pohon Karir
- Poster motivasi
- Kartu motivasi
- Dokumentasi/Foto
DESKRIPSI Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan inovasi baru bagi peserta didik
KEGIATAN dan guru BK dalam pemberian layanan konseling dengan berbagai media
yang menarik serta materi yang baik agar peserta didik dapat menerima
layanan dengan baik dengan suasana yang lebih menyenangkan sehingga
tujuan layanan dapat tercapai. Pada kegiatan ini, penulis menyiapkan dan
membuat media diantaranya:
- Kreasi jadwal kegiatan harian dari kertas karton yang akan digunakan pada
layanan bimbingan klasikal
- Pohon karir yang akan digunakan pada layanan bimbingan kelompok
- Poster motivasi yang akan digunakan pada layanan konseling kelompok

72
- Kartu motivasi yang akan digunakan pada layanan konseling individu
NILAI-NILAI a. Akuntabilitas
DASAR Yaitu adanya kejelasan target agar dalam pemberian layanan dapat
PROFESI tepat sasaran artinya Sebagai Guru BK ketika memberikan pelayanan
ASN sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
b. Komitmen Mutu
Yaitu adanya media dalam menyampaikan informasi ketika
memberikan layanan kepada peserta didik
1. Analisis Dampak Negatif
Dampak yang terjadi apabila nilai – nilai dasar ANEKA tidak diterapkan, yaitu:
a. Akuntabilitas
Jika nilai Akuntabilitas tidak diterapkan yaitu kejelasan target dimana dalam proses
pembuatan media ini harus jelas target dan tujuan layanan diperuntukan kepada
peserta didik yang membutuhkan.
b. Komitmen mutu
Jika nilai Komitmen mutu tidak diterapkan yaitu adanya media secara efisien dan
efektif maka pelaksanaan pemberian layanan informasi tidak akan berjalan lancar.
2. Analisis Dampak Positif
Jika nilai dasar ANEKA diterapkan maka proses pembuatan media yaitu powerpoint akan
berjalan dengan lancar.

KEGIATAN 5 MELAKSANAKAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING


DENGAN MEGGUNAKAN MEDIA
TANGGAL - Bimbingan Klasikal dilaksanakan pada Jumat, 15 Oktober 2021
- Bimbingan Kelompok dilaksanakan pada Senin, 18 Oktober 2021
- Konseling Kelompok dan Konseling Individu dilaksanakan pada Selasa,
19 Oktober 2021
OUTPUT - Terbinanya hubungan yang baik dengan peserta didik.
- Peserta didik mengikuti layanan BK dengan antusias
- Tujuan layanan BK tersampaikan
- Terselesaikannya masalah peserta didik
- Dokumentasi/foto (Terlampir)

73
DESKRIPSI Dalam melaksanakan layanan, penulis berpatokan pada RPL yang telah
KEGIATAN dibuat sehingga pelaksaan layanan lebih terarah dan tujuan layanan dapat
tercapai.
a. Layanan Bimbingan Klasikal
Topik layanan bimbingan klasikal adalah “Manajemen Diri Dalam
Belajar” dengan menggunakan media kreasi jadwal kegiatan harian
dari kertas karton. Selain media yang telah disiapakan oleh penulis
untuk ditampilkan pada saat pelaksanaan layanan, semua peserta didik
juga diarahkan untuk membuat kreasi jadwal kegiatan harian sesuai
dengan keadaan/schedule masing-masing. Diharapkan dengan adanya
media tersebut peserta didik bisa lebih terampil dalam mengatur
waktunya karena telah memiliki pedoman berupa jadwal untuk setiap
aktivitas mereka khususnya dalam belajar
b. Layanan Bimbingan Kelompok
Topik layanan bimbingan kelompok adalah “Profesi Impian” dengan
menggunakan media pohon karir. Pohon karir berisi berbagai jenis
profesi sehingga dapat menambah wawasan peserta didik tentang
ragam profesi yang ada. Salah-satu tahapan kegiatan layanan
bimbingan kelompok adalah membagi peserta didik dalam kelompok
untuk mengerjakan lembar kerja ragam profesi yang ada serta syarat-
syarat setiap profesi dengan tujuan agar selain mengetahui ragam
profesi, peserta didik juga mengetahui syarat atau kualifikasi untuk
setiap profesi yang ada. Kegiatan lain pada layanan bimbingan
kelompok adalah mengarahkan peserta didik untuk menuliskan profesi
impiannya pada kertas sticky note kemudian ditempelkan pada gambar
batang yang telah penulis sediakan sehingga membentuk “Pohon
Impian” tujuannya adalah agar menjadi motivasi bagi peserta didik
untuk lebih giat belajar dan berusaha mewujudkan impiannya.
c. Layanan Konseling Kelompok
Topik layanan konseling kelompok adalah “Motivasi Belajar” dengan
menggunakan media poster motivasi. Poster motivasi yang berisi

74
informasi tentang cara belajar efektif, cara menumbuhkan motivasi
belajar, cara menjadi siswa yang produktif, serta ungkapan motivasi
sebagai penyemangat diberikan kepada setiap peserta didik untuk
dipaparkan kepada peserta yang lain khususnya yang memiliki
masalah motivasi belajar sehingga informasi atau pesan yang terdapat
pada poster motivasi dapat tersampaikan secara menyeluruh kepada
semua peserta layanan konseling kelompok khususnya yang memiliki
masalah motivasi belajar rendah agar motivasi belajarnya dapat
meningkat.
d. Layanan Konseling Individu
Topik layanan konseling individu adalah “Motivasi Berprestasi”
dengan menggunakan media kartu motivasi. Peserta didik yang
menjadi peserta layanan adalah salah seorang peserta didik yang
direkomendasikan oleh wali kelasmya untuk diberikan tindakan
konseling karena keaktifannya yang sangat kurang pada proses
pembelajaran khususnya ketika pembelajaran secara daring sehingga
banyak tugasnya yang terbengkalai. Pada kegiatan layanan konseling
individu, peserta didik diarahkan untuk bisa mengungkapkan akar dari
masalahnya, kemudian menyadari dan berusaha mendapatkan solusi
dari permasalahannya. Kartu motivasi yang berisi berbagai motivasi
hidup dan juga motivasi berprestasi dapat menjadi alternatif bagi
peserta didik untuk memunculkan kembali semangatnya dan
memperoleh solusi dari masalah yang sedang dialami.
NILAI-NILAI a. Akuntabilitas, Guru secara partisifatif memfasilitasi peserta didik
DASAR dalam setiap layanan bimbingan dan konseling dengan
PROFESI menggunakan media sehingga tercipta layanan BK yang
ASN menyenangkan serta tujuan yang diharapkan dapat tercapai
b. Nasionalisme, dalam kegiatan bimbingan klasikal terdapat nilai
musyawarah mufakat yaitu melakukan tanya jawab antara guru Bk
dan peserta didik yang dilakukakan dengan rasa kekeluargaan.
c. Etika Publik, Menggunakan bahasa yang baik dan sopan dalam

75
pemberian layanan sehingga menjadi panutan bagi peserta didik.
d. Komitmen Mutu, Memberikan pembelajaran yang efektif dan
efisien. Efektif karena kegiatan layanan yang disertai dengan media
dan efisien dalam menggunakan waktu yang ada karena kegiatan
layanan yang berpedoman pada RPL yang telah dibuat sehingga
pelayannnya lebih terarah dan dapat berlangsung dengan baik.
e. Anti Korupsi, Bersikap adil kepada semua peserta didik dalam
proses kegiatan pembelajaran, tidak membeda-bedakan serta tidak
memberikan perlakuan yg berbeda-beda kepada peserta didik.Dan
Keluar kelas setelah jam pelajaran selesai.
f. Pelayanan Publik, Guru melaksanakan proses pembelajaran
dengan proaktif dan semangat.
1. Analisis Dampak Negatif
Dampak yang terjadi apabila nilai – nilai dasar ANEKA tidak diterapkan, yaitu:
a. Akuntabilitas
Jika nilai Akuntabilitas tidak diterapkan yaitu partisipatif maka pemberian layanan
klasikal yang dilakukan tidak bisa menyenangkan.

b. Nasionalisme
Jika nilai Nasionalisme tidak diterapkan yaitu adanya musyawarah mufakat yang
dilakukan ketika pemberian bimbingan klasikal maka tidak akan terjadi umpan balik
antara guru dan siswa yang berakibat tidak terpenuhinya informasi dan pengetahuan
yang ingin dicapai oleh peserta didik.
c. Etika pablik
Jika nilai Etika publik tidak diterapkan yaitu sopan maka pelaksanaan bimbingan
tidak akan berjalan lancar
d. Komitmen Mutu
Jika nilai Komitmen Mutu tidak diterapkan yaitu efektik maka pelaksanaan
bimbingan klasikal tidak akan terlaksana.
e. Anti Korupsi
Jika nilai Anti korupsi tidak diterpakan yaitu bersikap adil maka dalam proses

76
pemberian layanan tidak akan merata artinya tidak semua siswa mendapatkan
layanan dan pembimbingan secara merata.
f. Pelayanan publik
Jika nilai pelayanan publik tidak dilakukan yaitu proaktif maka proses bimbingan
klasikal tidaka akan berjalan lancar.
2. Analisis Dampak Positif
Jika nilai dasar ANEKA diterapkan maka tujuan pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling untuk memberikan bimbingan dengan berbagai informasi dan motivasi serta
membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalahnya dapat terlaksana dan tercapai
dengan baik dan maksimal
KEGIATAN 6 MELAKUKAN EVALUASI
TANGGAL Senin, 25 Oktober 2021 s/d Selasa, 26 Oktober 2021
OUTPUT - Rekan sejawat (guru bk) memahami penggunaan media
- Video testimoni dari rekan sejawat (guru bk)
- Video testimoni dari siswa
- Catatan hasil konsultasi terkait masukan dan saran dari Kepala
Sekolah (Terlampir)
- Laporan hasil kegiatan
- Dokumentasi/foto (Terlampir)
DESKRIPSI a. Mensosialisasikan dan menayangkan video pelaksanaan layanan
KEGIATAN bimbingan dan konseling menggunakan media kepada rekan sejawat
(guru bk) melalui laptop serta memperlihatkan secara langsung media
yang penulis gunakan pada saat pelaksanaan layanan
b. Menerima tanggapan dan masukan dari rekan sejawat (guru BK)
dalam bentuk video testimony
c. Video testimony siswa yang diwakilkan masing-masing satu orang
untuk setiap kegiatan layanan bimbingan dan konseling
d. Melaporkan hasil kegiatan kepada mentor
Pada kegiatan ini penulis menyampaikan hal-hal yang terjadi selama
kegiatan aktualisasi berlangsung mengenai hambatan serta antusiasme
peserta didik dalam mengikuti layanan bimbingan dan konseling
dengan menggunakan media. Penulis juga meminta saran dan masukan

77
dari kepala sekolah terkait keseluruhan kegiatan aktualisasi yang telah
penulis laksanakan.
NILAI-NILAI a. Akuntabilitas, adanya rasa bertanggung jawab terhadap pimpinan
DASAR dalam melaporkan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan/dilakukan
PROFESI selama aktualisasi.
ASN b. Nasionalisme
Sikap menghormati Kepala Sekolah selaku pimpinan pada unit.
c. Etika Publik
Sikap hormat dan santun ditunjukkan sebagai bawahan kepada atasan
dalam memberikan laporan evaluasi.
d. Komitmen Mutu
Dalam pelaporannya mengandung prinsip efektif, efisien dan inovatif.
e. Anti Korupsi
Sikap jujur dalam memberikan laporan tersebut.

1. Analisis Dampak Negatif


Dampak yang terjadi apabila nilai – nilai dasar ANEKA tidak diterapkan, yaitu:
a. Akuntabilitas
Jika tanggung jawab tidak diterapkan maka pada saat pelaporan tidak akan berjalan
lancar.
b. Nasionalisme
Jika sikap menghormati tidak dilakukan ketika berhadapan dengan pimpinan maka
pelaporan hasil kegiatan tidak akan terlaksana
c. Etika publik
Jika nilai etika publik tidak dilaksanakan yaitu sikap hormat dan sopan pada saat
melapor kepimpinan maka kegiatan tersebut tidak akan di setujui dan dilaksanakan.
d. Komitmen mutu
Jika nilai komitmen mutu tidak dilaksanakan yaitu efektif maka proses pelaksanaan
kegiatan tidak akan berjalan sesuai dengan waktu yang telahditentukan.
e. Anti korupsi
Jika nilai korupsi yaitu jujur dalam pelaporan hasil evaluasi maka hasil yang ingin

78
diraih dari kegiatan tersebut tidak akan baik.
2. Analisis Dampak Positif
Jika nilai dasar ANEKA diterapkan maka proses pelaporan hasil evaluasi akan berjalan
lancar dan disetujui oleh kepala sekolah selaku pimpinan.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis telah melaksanakan kegiatan aktualisasi yang terdiri dari enam
kegiatan, yaitu 1) Perencanaan kegiatan bimbingan melalui media, 2)
Bimbingan melalui media stiker emoticon, 3) Bimbingan melalui media
digital video, 4) Bimbingan melalui media puzzle ayat, 5) Pembuatan papan
bimbingan, membuat buku panduan, 6) Evaluasi dan Pelaporan. Keempat
media yang di buat dan di aplikasikan dalam kegiatan dinilai dapat
mengoptimalkan kegiatan bimbingan dan koseling. Setelah melaksanakan
proses aktualisasi dan habituasi di Mts Negeri 1 Polewali Mandar selama 30
hari, penulis dapat menerapkan nilai-nilai dasar profesi ASN, yaitu
akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi
(ANEKA) dalam semua tahapan kegiatan sebagai wujud pelaksanaan
optimalisasi bimbingan melalui media.
B. Saran

79
Diharapkan seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) terkhusus tenaga pendidik,
dalam hal ini guru mampu menerapkan nilai-nilai dasar ASN, yaitu
akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi di
lingkungan kerja dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
tenaga pendidik agar dapat menjadi ASN profesional.

80
DOKUMENTASI

 Dokumentasi Kegiatan 1

Gambar 1. Konsultasi Dengan Mentor

Gambar 2. Meminta Persetujuan Mentor

81
 Dokumentasi Kegiatan 2

Gambar 3. Konsultasi Dengan WAKASEK Kesiswaan

Gambar 4. Koordinasi Dengan Rekan Sejawat Guru BK

Gambar 5. Koordinasi Dengan Wali Kelas

82
 Dokumentasi Kegiatan 3

Gambar 6. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL)

Gambar 7. Persetujuan Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Oleh Mentor

83
 Dokumentasi Kegiatan 4

Gambar 8. Media Kreasi Jadwal Kegiatan Harian

Gambar 9. Media Pohon Karir dan Pohon Impian

84
 Dokumentasi Kegiatan 4

Gambar 9. Media Pohon Karir dan Pohon Impian

Gambar 10. Media Pohon Karir dan Pohon Impian

85
 Dokumentasi Kegiatan 5

Gambar 11. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Klasikal

86
 Dokumentasi Kegiatan 5

87
Gambar 12. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok
 Dokumentasi Kegiatan 5

88
Gambar 13. Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok
 Dokumentasi Kegiatan 5

89
Gambar 14. Pelaksanaan Layanan Konseling Individu
 Dokumentasi Kegiatan 6

Gambar 15. Sosialisasi Kepada Rekan Sejawat

90
Gambar 16. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi Kepada Mentor

91

Anda mungkin juga menyukai