Anda di halaman 1dari 14

PENGAMBILAN DAN PENANGANAN

SPESIMEN MIKROBIOLOGI

Dosen Pengampu : Tiara Dini Harlita, SST, M.Si.

A. PENDAHULUAN
Pengumpulan spesimen dalam laboratorium mikrobiologi meliputi pemilihan lokasi
dan jenis spesimen klinis, pengambilan, dan penyimpanan. Pengumpulan spesimen yang
baik akan memberikan hasil pemeriksaan yang akurat. Metode pengumpulan spesimen klinis
yang tidak tepat akan memberikan hasil negatif/positif palsu dimana organisme yang
ditemukan bukan merupakan penyebab, seringkali hanya merupakan kolonisasi ataupun
kontaminan saja.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan dan penanganan spesimen
mikrobiologi antara lain :
1. Keamanan spesimen
• Dalam penanganan spesimen harus mengikuti pedoman pencegahan umum, seperti
menggunakan baju khusus, sarung tangan, masker, kacamata khusus, dll.
• Wadah tempat spesimen tahan air, bertutup ulir, dan steril.
• Spesimen yang mengandung mikroorganisme berpotensi bahaya, harus diberi tanda
khusus.
• Pada saat mengirimkan spesimen ke laboratorium wajib menggunakan plastik
khusus/biohazard berkantung dua terpisah, bertutup rapat untuk transport sehingga
formulir permintaan tidak terkontaminasi oleh spesimen yang dikumpulkan.

2. Formulir permintaan pemeriksaan


Formulir permintaan pemeriksaan harus mempunyai informasi sebagai berikut :
• Nama, tanggal lahir, dan jenis kelamin pasien.
• Alamat dan/atau no.kamar pasien.
• Nama dan alamat dokter/klinisi pengirim.
• Lokasi pengambilan spesimen.
• Tanggal dan waktu (jam) pengambilan spesimen.
• Keterangan berupa diagnosis klinis, riwayat klinis penyakit pasien yang relevan,
dan bila ada terapi antibiotika yang saat ini sedang diterima oleh pasien.
• Nama dan tanda tangan pemohon pemeriksaan.

3. Identitas pasien
• Sebelum spesimen diambil, petugas harus bertanggungjawab memastikan bahwa
spesimen tersebut berasal dari pasien yang benar.
• Identitas spesimen berupa label yang dapat ditempelkan pada wadah spesimen dan
berisi informasi berupa identitas pasien, nomor rekam medis, nomor ruangan rawat
inap/poli rawat jalan/unit gawat darurat, dokter/klinisi pengirim.

1
4. Persiapan dan Instruksi
• Mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan pasien.
• Melakukan informed consent sebelum melakukan pengambilan spesimen.
• Tepat dalam waktu pengambilan dan pemilihan spesimen untuk mencegah
pengambilan ulang.
• Memberikan instruksi yang jelas agar spesimen yang diambil akurat.

5. Waktu pengumpulan spesimen


• Pada saat melakukan pengambilan spesimen, penentuan waktu yang paling optimal
untuk mengambil spesimen harus didasarkan pada diagnosis, perjalanan penyakit
infeksi itu sendiri, dan kemampuan laboratorium untuk memproses spesimen.
• Spesimen yang dikumpulkan selama 24 jam untuk pemeriksaan kultur wajib
mendapatkan persetujuan dari ahli mikrobiologi klinis.
• Spesimen yang dikumpulkan pada pagi hari merupakan bahan pemeriksaan yang
paling baik karena mengandung mikroorganisme penyebab dalam jumlah yang
besar.

6. Pengelolaan spesimen
• Melakukan pengambilan spesimen sebelum terapi antibiotika dimulai.
• Mengambil spesimen dari lokasi yang tepat atau pada fase aktif suatu penyakit
untuk meningkatkan peluang didapatkannya organisme penyebab.
• Jumlah spesimen cukup, bila terlalu sedikit akan memberikan hasil negatif palsu.
• Selalu melakukan pengambilan spesimen dengan teknik aseptik dan benar untuk
menghindari kontaminasi dengan flora normal.
• Menggunakan alat dan bahan yang tepat, disarankan oleh laboratorium
mikrobiologi dan/atau tanpa media transport.
• Semua spesimen harus dikumpulkan dalam wadah yang steril.
• Memberikan informasi yang cukup untuk menunjang interpretasi hasil, seperti
diagnosis, terapi antimikroba.

7. Transport
• Semua spesimen harus dikirimkan dengan cara yang benar seperti pemakaian
medium transport yang tepat. Yakinkan bahwa spesimen yang diambil telah
tercampur baik dengan medium.
• Mengirimkan spesimen ke laboratorium mikrobiologi sesegera mungkin.
• Spesimen untuk kultur anaerob wajib dikirimkan menggunakan sistem transport
anaerob. Bila tidak tersedia sistem transport anaerob, maka spesimen harus segera
dikirimkan dalam hitungan menit ke laboratorium.
• Semua spesimen harus dikirimkan menggunakan wadah yang tepat dan
ditempatkan dalam kantung plastic biohazard demi keamanan pembawa dan
penerima.

2
B. DARAH
1. Pendahuluan
• Darah dibiakan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi bakteri atau
mikroorganisme lain (fungi).
• Keberadaan organisme tersebut dalam darah disebut bakteremia.
• Bakteremia adalah suatu gambaran pada beberapa penyakit infeksi, misalnya
brucellosis, leptospirosis, dan demam tifoid.
• Bakteremia dan fungemia dapat disebabkan karena masuknya mikroorganisme
secara iatrogenik melalui jalur intravena, melalui cairan intravena yang
terkontaminasi, kareter, atau tempat tusukan jarum.
• Spesimen yang digunakan adalah darah vena perifer.
• Sebaiknya pengambilan darah dilakukan sebelum antibiotik diberikan.
• Waktu terbaik adalah pada saat pasien mengalami menggigil atau demam.
• Pengambilan dapat dilakukan sebanyak dua atau tiga biakan darah dengan selang
waktu kira-kira 1 jam.

2. Jumlah sampel
• Jumlah bakteri per mililiter darah biasanya rendah, sehingga jumlah darah yang
diambil harus cukup banyak.
• Orang dewasa diambil sebanyak 10 ml pungsi vena.
• Anak-anak diambil sebanyak 2-5 ml.
• Bayi dan neonatus diambil sebanyak 1-2 ml.
• Pengambilan darah dengan pungsi vena digunakan dua tabung, tabung pertama
adalah tabung berventilasi untuk isolasi optimal mikroorganisme obligat aerob,
tabung kedua yang kerap udara untuk biakan anaerob.

3. Prosedur pengambilan sampel


• Tentukan letak pengambilan dan palpasi untuk memastikan pembuluh vena.
• Lakukan tindakan aseptik pada kulit menggunakan povidon iodine dengan gerakan
melingkar dari arah dalam ke luar, biarkan 1-2 menit lalu dihapus dengan alkohol
70% dan biarkan kering alami.
• Jangan sentuh lagi daerah yang sudah steril.
• Buka tutup botol media kultur, kemudian dekontaminasi tutup karet dengan alkohol
70%.
• Ambil darah menggunakan vacutainer dengan blood set collection-wing needle atau
syringe/spuit 20 ml/ sesuai dengan volume darah yang dibutuhkan.

4. Penyimpanan dan transport


• Segera dikirimkan ke laboratorium, selambat-lambatnya 2 jam setelah sampling.
• Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka dapat disimpan pada suhu kamar
maksimal 24 jam.

3
C. URINE
1. Pendahuluan
• Urine adalah spesimen yang paling sering dikirim untuk biakan.
• Urine juga menimbulkan masalah besar dalam hal pengumpulan spesimen yang
baik, pengiriman, teknik biakan serta interpretasi hasil.
• Tempat-tempat tersering terjadinya infeksi saluran kemih (ISK) adalah kandung
kemih (sistitis) dan uretra. Dari tempat-tempat tersebut, infeksi dapat naik ke ureter
(ureteritis) dan kemudian mengenai ginjal (pielonefritis).
• Wanita lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih dibandingkan pria dan juga
lebih bermasalah dalam pengumpulan spesimen yang benar.
• Spesimen urine meliputi urin pancaran tengah, aspirasi suprapubik, dan kateterisasi.
• Spesimen urine untuk biakan harus dikumpulkan pada pagi hari.
• Sebaiknya pasien diminta untuk menahan kencing semalam sebelumnya sampai
spesimen dikumpulkan.

2. Jumlah sampel
• Volume minimal untuk pemeriksaan bakteri 10 ml, jamur 10 ml, dan BTA 40 ml.

3. Prosedur pengambilan sampel


a. Urine Kateter
• Disinfeksi catheter collection port dengan alkohol 70%.
• Dengan menggunakan spuit dan teknik aseptik, lakukan pungsi pada collection
port sebanyak 5-10 ml urine.
• Pindahkan spesimen urine ke wadah steril bertutup ulir.
• Disinfeksi kembali catheter collection port dengan alkohol 70%.

b. Urin Pancaran Tengah


1) Wanita
• Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir terlebih dahulu kemudian
keringkan dengan tissu.
• Membuka labia mayora dengan satu tangan, dan tangan lain
membersihkan uretra dan daerah sekitarnya dengan sabun.
• Mencuci bersih dengan air mengalir.
• Membuka tutup wadah steril untuk urine tanpa menyentuh bagian tepi
ulir/dalam wadah.
• Mulai berkemih sedikit (20-25 ml) dan buang ke dalam toilet → tahan →
berkemih kembali dan langsung tampung ke dalam wadah steril.
• Usahakan bagian atas wadah tidak menyentuh daerah perineum.
• Tutup wadah dan kirimkan segera ke laboratorium.

4
2) Pria
• Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir terlebih dahulu kemudian
keringkan dengan tissu.
• Menarik preputium ke belakang (bila belum sirkumsisi); membersihkan
dan mencucinya dengan sabun dan air mengalir.
• Tahan preputium tetap ke belakang untuk mengurangi kontaminasi dengan
flora normal kulit.
• Mulai berkemih sedikit (20-25 ml) dan buang ke dalam toilet → tahan →
berkemih kembali dan langsung tampung ke dalam wadah steril.
• Usahakan bagian atas wadah tidak menyentuh daerah penis.
• Tutup wadah dan kirimkan segera ke laboratorium.

c. Urin Aspirasi Suprapubik


• Prosedur pengambilan dan pengumpulan spesimen ini mengikuti protokol yang
berlaku di rumah sakit dan dilakukan oleh klinisi yang berkompeten di
bidangnya.

4. Penyimpanan dan transport


• Segera dikirimkan ke laboratorium pada suhu kamar dalam waktu ≤ 15 menit.
• Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu 4ºC, maksimal 24 jam.

D. SPUTUM
1. Pendahuluan
• Spesimen sputum akan diperiksa secara mikroskopis dan makroskopis oleh
laboratorium untuk mendeteksi kelayakannya.
• Sputum dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu (1) Expectorated, yang didapat
dengan cara dibatukkan; dan (2) Induced, yang didapat dengan bantuan nebulizer.
• Pasien pediatri atau yang tidak dapat mengeluarkan sputum, maka petugas
kesehatan atau klinisi akan mengambil bahan pemeriksaan sputum melalui suction.
• Jenis spesimen sputum induced kurang optimal untuk pemeriksaan kultur bakteri
rutin, akan tetapi layak untuk pemeriksaan Legionella, jamur, dan
BTA/Mycobacterium.
• Untuk pasien tuberculosis, sputum yang dianjurkan adalah sputum pagi pertama
setelah bangun tidur.

2. Jumlah sampel
• Volume yang dibutuhkan sebanyak mungkin
• Untuk kultur Mycobacterium/BTA : 5-10 ml, minimal 3 ml.

5
3. Prosedur pengambilan sampel
a. Expectorated
• Pastikan bahwa pasien dapat bekerja sama dengan baik untuk mendapatkan
sputum yang adekuat.
• Spesimen harus diambil dengan supervisi dari petugas kesehatan.
• Meminta pasien untuk berkumur dahulu dengan air guna menghilangkan flora
rongga mulut dan sisa-sisa makanan.
• Instruksikan kepada pasien untuk tarik nafas dan buang nafas dalam-dalam
sebanyak 3x kemudian membatukkannya.
• Sputum yang didapat langsung dikumpulkan ke dalam wadah steril bertutup
ulir.

b. Induced
• Pasien diminta menyikat gigi dan lidah terlebih dahulu kemudian berkumur.
• Dengan menggunakan nebulizer, pasien menghirup 25 ml NaCl saline 3-10%.
• Instruksikan kepada pasien untuk tarik nafas dan buang nafas dalam-dalam
sebanyak 3x kemudian membatukkannya.
• Sputum yang didapat langsung dikumpulkan ke dalam wadah steril bertutup
ulir.

4. Penyimpanan dan transport


• Segera dikirimkan ke laboratorium pada suhu kamar dalam waktu ≤ 2 jam.
• Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu 4ºC, maksimal 24 jam.

E. FESES DAN SWAB REKTAL


1. Pendahuluan
• Sampel feses dapat digunakan untuk pemeriksaan kultur bakteri rutin (Salmonella,
Shigella, Campylobacter, E. coli O157:H7) dan juga untuk pemeriksaan parasit.
• Sampel feses dapat berupa feses segar dan feses cair. Feses yang berbentuk harus
ditolak.
• Idealnya feses segar lebih diutamakan daripada swab rektal. Swab rektal dapat
diterima jika pengambilan sampel tidak dapat dilakukan segera atau jika transpor
feses ke laboratorium tertunda.
• Spesimen feses harus diambil dalam tahap awal penyakit diare dan lebih baik
sebelum pengobatan antimikroba dimulai.
• Sampel harus diambil pada pagi hari supaya tiba di laboratorium sebelum tengah
hari, sehingga dapat diperiksa pada hari yang sama.

2. Jumlah sampel
• Volume feses yang dibutuhkan ≥ 5 gr untuk feses segar, dan ≥ 5 ml untuk feses
cair.

6
3. Prosedur pengambilan sampel
a. Feses
• Perintahkan kepada pasien untuk buang air kecil terlebih dulu, agar feses yang
keluar tidak terkontaminasi oleh urine.
• Kumpulkan feses secara langsung dalam wadah atau di “bed pan” bersih atau
di plastic wrap yang diletakkakn di antara dudukan toilet dan jambangan.
➢ Feses langsung / feses cair dikeluarkan ke dalam wadah yang bersih dan
kering.
➢ Bila menggunakan “bed pan” atau plastic wrap, maka dengan
menggunakan sendok yang telah disediakan diambil sedikit (≥ 5 gr atau ≥
5 ml) pada bagian paling atas agar tidak menyentuh dasar penampungan.
Masukkan ke dalam wadah bersih dan kering.

b. Swab rektal
1) Kultur bakteri rutin pada bayi
• Pasien diposisikan menungging atau tidur miring dengan satu kaki ditekuk
ke arah perut.
• Anal/dubur diregangkan.
• Masukkan swab kapas ke dalam anal kanal sedalam 4-5 cm, kemudian
diputar searah jarum jam sambil menekan dinding rektum.
• Tarik swab kapas keluar dan masukkan ke dalam medium transportnya.
2) Kultur Neisseria gonorrhoeae
• Perintahkan pasien untuk menungging atau tidur miring dengan satu kaki
ditekuk ke arah perut.
• Anal/dubur diregangkan dan minta pasien untuk tarik nafas dalam.
• Masukkan swab kapas ke dalam anal kanal sedalam 2,5 cm / tepat diatas
anus, kemudian diputar searah jarum jam sambil menekan dinding rektum.
• Tarik swab kapas keluar dan langsung di tanam pada medium khusus
pertumbuhan N. gonorrhoeae.

4. Penyimpanan dan transport


a. Feses
• Segera dikirimkan ke laboratorium pada suhu kamar dalam waktu ≤ 2 jam.
• Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu 4ºC, maksimal 24
jam.
b. Swab rektal
1) Kultur bakteri rutin pada bayi
➢ Segera dikirimkan ke laboratorium pada suhu kamar dengan waktu ≤ 1
jam.
➢ Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu ruang,
maksimal 6 jam atau dapat disimpan pada suhu 4ºC, maksimal 24 jam.

7
2) Kultur Neisseria gonorrhoeae
➢ Segera dikirimkan ke laboratorium pada suhu kamar dalam waktu ≤ 30
menit.
➢ Sampel harus langsung ditanam pada medium pertumbuhan segera setelah
diambil.

F. URETRA
1. Pendahuluan
• Spesimen yang digunakan adalah swab uretra (pria)
• Digunakan untuk kultur rutin Neisseria gonorrhoeae.
2. Prosedur pengambilan sampel
• Instruksikan kepada pasien untuk tidak buang air kecil selama 1 jam sebelum
pengambilan sampel.
• Bersihkan orificium uretra dan cairan yang berada di sekitarnya dengan
menggunakan kain kasa steril.
• Masukkan swab kapas (dengan medium transport Amies/Carry Blair) ke dalam
saluran uretra sedalam 2-4 cm dan dengan lembut putar swab tersebut searah jarum
jam.
• Tarik swab kapas keluar dan langsung di tanam pada medium pertumbuhan bakteri.

3. Penyimpanan dan transport


• Segera dikirimkan ke laboratorium pada suhu kamar dalam waktu ≤ 30 menit.

G. CAIRAN SEREBROSPINAL
1. Pendahuluan
• Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF) adalah langkah yang esensial dalam
diagnosis meningitis bakterial dan fungal.
• CSF normal bersifat steril dan jernih, dan biasanya mengandung tiga leukosit per
mm3 atau kurang dan tidak mengandung eritrosit.

2. Jumlah sampel
• Pemeriksaan bakteri : ≥ 1- 5 ml
• Pemeriksaan jamur : ≥ 2 ml
• Pemeriksaan BTA : ≥ 2 ml
• Pemeriksaan molekuler/PCR : ≥ 1 ml

3. Prosedur pengambilan sampel


• Spesimen harus diambil dengan teknik aseptik.
• Mengikuti protokol yang berlaku di rumah sakit dan dilakukan oleh klinisi.
• CSF yang pertama keluar digunakan untuk pemeriksaan analisis.

8
• Kumpulkan CSF yang keluar kemudian untuk pemeriksaan mikrobiologi.
➢ Kultur aerob : masukkan CSF ke dalam wadah/tabung steril.
➢ Kultur anaerob : masukkan CSF ke dalam medium THIO atau botol media
kultur darah anaerob atau wadah/tabung steril bertutup ulir yang dikirimkan
dengan sistem transport anaerob.

4. Penyimpanan dan transport


• Dikirimkan sesegera mungkin ke laboratorium (≤ 15 menit) pada suhu ruangan.
• Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu kamar, maksimal 24
jam.

H. CAIRAN TUBUH STERIL


1. Pendahuluan
• Spesimen yang digunakan meliputi semua cairan tubuh yang didapat secara aseptik
seperti abdomen, amnion, ascites, empedu, sendi, paracentesis, perikardial,
peritoneal, pleura, dan sinovial.
• Digunakan untuk kultur anaerob, aerob, jamur, dan Mycobacterium/BTA.
• Selalu mengirimkan jumlah cairan tubuh steril sebanyak mungkin bilamana
memungkinkan.
• Spesimen cairan tubuh steril yang diambil menggunakan swab tidak
direkomendasikan untuk pemeriksaan kultur.

2. Jumlah sampel
• Untuk pemeriksaan bakteri ≥ 10 ml.
• Untuk pemeriksaan jamur ≥ 5 - 10 ml.
• Bila diperlukan untuk beberapa jenis kultur, maka jumlah cairan tubuh yang
dikirimkan harus >10 ml.

3. Prosedur pengambilan sampel


• Spesimen pemeriksaan harus didapatkan secara aseptik.
• Cara pengambilan spesimen mengikuti protokol yang berlaku di rumah sakit atau
kompetensi klinisi.
➢ Kultur aerob : masukan cairan tubuh ke dalam wadah steril.
➢ Kultur anaerob : masukan cairan tubuh ke dalam medium cair THIO; botol
media kultur anaerob untuk permintaan kultur anaerob.

4. Penyimpanan dan transport


• Segera dikirimkan ke laboratorium dalam waktu ≤ 15 menit pada suhu kamar.
• Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu kamar, maksimal 24
jam.

9
I. CAIRAN LAMBUNG
1. Pendahuluan
• Spesimen yang digunakan adalah gastric lavage.
• Digunakan untuk kultur Mycobacterium / BTA.
• Spesimen gastric lavage tidak direkomendasikan untuk kultur rutin bakteri.
• Kegagalan untuk mengirimkan spesimen tepat pada waktunya dapat menyebabkan
kematian Myobacterium/BTA sebagaimana organisme tersebut mati dengan cepat
bila tidak dinetralkan keasamannya.

2. Prosedur pengambilan sampel


• Spesimen diambil pada pagi hari sebelum pasien makan.
• Sampel ditampung dalam wadah steril, kering, dan bertutup ulir.
• Mengikuti protokol yang berlaku di rumah sakit dan dilakukan oleh klinisi.

3. Penyimpanan dan transport


• Segera dikirimkan ke laboratorium dalam waktu ≤ 15 menit pada suhu 4ºC. Bila
tidak dapat dikirimkan segera dalam waktu 4 jam, maka simpan pada suhu 4ºC,
maksimal 24 jam.
• Ditambahkan 100 mg natrium karbonat untuk menetralkan keasaman.

J. HIDUNG
1. Pendahuluan
• Spesimen yang digunakan adalah swab lubang hidung.
• Hanya digunakan untuk pemeriksaan screening MRSA, dan tidak
direkomendasikan untuk kultur bakteri rutin.

2. Prosedur pengambilan sampel


• Basahi swab kapas terlebih dahulu dengan dua tetes saline fisiologis steril.
• Masukkan swab kapas steril ± 1-1,5 cm ke dalam lubang hidung.
• Putar swab kapas searah jarum jam dan biarkan 10-15 detik.
• Dengan menggunakan swab kapas yang sama, lakukan hal yang sama pada lubang
hidung yang lain.
• Masukkan swab kapas ke dalam medium transport Amies/Carry Blair.

3. Penyimpanan dan transport


• Segera dikirimkan ke laboratorium pada suhu kamar dalam waktu ≤ 2 jam.
• Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu 4ºC, maksimal 24 jam.

10
K. NASOFARING
1. Pendahuluan
• Spesimen yang digunakan adalah swab nasofaring.
• Digunakan untuk kultur bakteri rutin (Haemophillus influenza, Bordetella spp., dan
C. diphtheriae) dan kultur virus.
• Jenis swab yang digunakan adalah flexible swab dengan medium transport dan
swab harus mengandung dacron/rayon, dan bukan swab kapas/calcium alginate.

2. Prosedur pengambilan sampel


• Mengukur terlebih dahulu jarak antara lubang hidung – depan telinga menggunakan
penggaris, berilah tanda pada penggaris tersebut.
• Keluarkan swab dari pembungkusnya dan berilah tanda pada swab setara dengan ½
jarak yang terukur pada penggaris.
• Memiringkan kepala pasien ke belakang sampai membentuk sudut 70°C.
• Dengan lembut masukkan swab ke dalam salah satu lubang hidung sampai tanda
pada swab. Putar swab kapas searah jarum jam (2-3x) dan biarkan 5 detik.
• Mengeluarkan swab dengan hati-hati kemudian masukkan ke dalam medium
transport.

3. Penyimpanan dan transport


• Segera dikirimkan ke laboratorium dalam waktu ≤ 2 jam pada suhu kamar.
• Bila tidak dapat dikirimkan segera dalam waktu 4 jam, maka simpan pada suhu
4ºC, maksimal 24 jam.

L. TENGGOROK
1. Pendahuluan
• Spesimen yang digunakan adalah swab tenggorok.
• Digunakan untuk kultur bakteri rutin (Streptococcus ß-hemoliticus, Streptocoocus
pneumoniae, Neisseria gonorrhoeae).

2. Prosedur pengambilan sampel


• Tekan lidah dengan alat penekan lidah.
• Lakukan swab (swab kapas dengan medium transport Amies/Carry Blair) di daerah
belakang faring, tonsil, dan daerah yang meradang.

3. Penyimpanan dan transport


• Segera dikirimkan ke laboratorium dalam waktu ≤ 15 menit pada suhu kamar.
• Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu kamar, maksimal 24
jam.

11
M. RAMBUT
1. Pendahuluan
• Spesimen yang digunakan adalah potongan rambut atau rambut beserta folikelnya.
• Digunakan untuk kultur atau pemeriksaan langsung jamur.

2. Prosedur pengambilan sampel


• Dengan menggunakan pinset, cabutlah rambut sebanyak 10-12 helai rambut (yang
dicurigai terinfeksi) sampai ke akarnya.
• Menggosok daerah yang dicurigai terinfeksi dengan menggunakan sikat gigi baru
berbulu lembut.
• Tempatkan rambut dan sikat gigi tersebut ke dalam wadah steril, kering, dan
bertutup ulir.

3. Penyimpanan dan transport


• Segera dikirimkan ke laboratorium pada suhu kamar dalam waktu ≤ 24 jam.
• Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu kamar, maksimal 48
jam.

N. KUKU
1. Pendahuluan
• Spesimen yang digunakan adalah potongan kuku, kerokan bagian dalam kuku, kuku
yang rapuh, dan debris di bawah tepi kuku.
• Digunakan untuk kultur atau pemeriksaan langsung jamur.

2. Prosedur pengambilan sampel


• Bersihkan kuku dengan kasa alkohol 70%.
• Ambil/gunting bagian kuku yang dicurigai terinfeksi atau melakukan kerokan kuku
dengan scalpel.
➢ Kerokan dilakukan dengan cara mengerok dalam-dalam bagian kuku yang
dicurigai terinfeksi untuk mendapatkan jaringan kuku.
• Tempatkan spesimen ke dalam wadah steril, kering, dan bertutup ulir.

3. Penyimpanan dan transport


• Segera dikirimkan ke laboratorium pada suhu kamar dalam waktu ≤ 24 jam.
• Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu kamar, maksimal 48
jam.

O. KULIT
1. Pendahuluan
• Spesimen yang digunakan adalah kerokan kulit.
• Digunakan untuk kultur atau pemeriksaan langsung jamur.

12
2. Prosedur pengambilan sampel
• Bersihkan kulit yang diduga terinfeksi dengan kasa alkohol 70%, jangan
menggunakan kapas.
• Dengan menggunakan scalpel, secara lembut mengikis atau mengerok permukaan
kulit pada tepi lesi yang aktif, dan jangan sampai mengeluarkan darah.
• Tempatkan spesimen ke dalam wadah steril, kering, dan bertutup ulir.
• Atau meletakkan bahan kerokan secara langsung pada kaca objek.

3. Penyimpanan dan transport


• Segera dikirimkan ke laboratorium pada suhu kamar dalam waktu ≤ 24 jam.
• Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu kamar, maksimal 48
jam.

P. JARINGAN / SAMPEL BIOPSI


1. Pendahuluan
• Spesimen yang digunakan adalah jaringan/sampel biopsi.
• Digunakan untuk kultur anaerob, aerob, jamur, dan Mycobacterium/BTA.
• Transport dalam waktu ≤ 15 menit pada suhu kamar untuk memastikan pemulihan
organisme anaerob.
• Jangan mengirimkan jaringan/sampel biopsi dalam formalin.
• Jangan mengirimkan spesimen dalam bentuk swab yang hanya diusapkan/ditusuk-
tusukkan ke jaringan.

2. Prosedur pengambilan sampel


• Jaringan/sampel biopsi harus diambil dengan teknik aseptik dengan mengikuti
protokol yang berlaku di rumah sakit dan dilakukan oleh klinisi yang kompeten di
bidangnya.
• Spesimen yang sudah diambil segera ditempatkan dalam wadah steril bertutup ulir.
• Spesimen yang dikirimkan termasuk pula bagian tepi dan tengah lesi.
• Untuk jaringan yang sangat kecil/halus dapat ditambahkan dengan saline steril
untuk mencegah sampel kering.

3. Penyimpanan dan transport


• Segera dikirimkan ke laboratorium dalam waktu ≤ 15 menit pada suhu kamar.
• Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu kamar, maksimal 24
jam.

13
Q. LUKA DAN ABSES
1. Pendahuluan
• Spesimen yang digunakan adalah aspirasi pus/eksudat.
• Digunakan untuk kultur anaerob, aerob, jamur, dan Mycobacterium/BTA.
• Spesimen diambil menggunakan jarum no.22-23 dan spuit 3-5 ml untuk aspirasi.

2. Jumlah sampel
• Jumlah sampel yang dikirimkan sebanyak mungkin, atau minimal :
➢ Bakteri ≥ 10 ml.
➢ Jamur ≥ 5 - 10 ml.
➢ BTA ≥ 5 ml.

3. Prosedur pengambilan sampel


• Bersihkan dan sterilkan kulit menggunakan iodine atau alkohol 70%. Biarkan
kering alami.
• Lakukan pengambilan pus/eksudat dengan metode aspirasi menggunakan jarum dan
spuit. Hindari kontaminasi dengan kulit sekitar abses.
• Bilamana pengambilan spesimen dilakukan bersamaan dengan tindakan operasi,
maka sertakan pula dinding abses.
• Masukkan aspirasi pus/eksudat ke dalam wadah steril.

4. Penyimpanan dan transport


• Segera dikirimkan ke laboratorium pada suhu kamar.
• Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu kamar, maksimal 24
jam.

14

Anda mungkin juga menyukai