USULAN PENELITIAN
Disusun Oleh :
SATRIO WIBOWO FIRMAN
120820187014
Disetujui Oleh
DRAFT TELAH
Disusun Oleh :
SATRIO WIBOWO FIRMAN
120820187014
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Vita Sarasi, SE,. MT. Dr. Iman Chaerudin, SE., M.Mi.
- Pasal 25 ayat (2), dinyatakan bahwa. “Lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya
digunakan untuk memperoleh gelar akademik, profesi, atau vokasi terbukti merupakan
jiplakan dicabut gelarnya”.
- Pasal 70, dinyatakan bahwa: “Lulusan yang karya ilmiahnya digunakan untuk
mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam pasal
25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling lama
dua tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp. 200 juta”
SAYA NYATAKAN
1. Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik
(sarjana, magister, dan/doktor), baik di Universitas Padjadjaran maupun di perguruan
tinggi lainnya.
2. Tesis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain,
kecuali arahan dosen pembimbing.
3. Dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan
orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam setiap kutipan serta
dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang diperoleh karena karya tulis ini, serta
sanksi lainnya dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Bandung,9Agustus 2021
PENDAHULUAN
Sejarah mencatat pada 17 Desember 1903, Wilbur dan Orville Wright atau yang lebih
kita kenal sebagai "Wright" bersaudara berhasil melakukan penerbangan pertama di dunia
dengan pesawat terbang bermesin. Penerbangan tersebut menandai era baru peradaban manusia.
Untuk pertama kalinya konsep pesawat udara bermesin yang dapat dikendalikan dan mengangkut
penumpang berhasil diwujudkan oleh dua bersaudara tersebut. Sejak saat itu dunia penerbangan
berkembang dan berevolusi, yang awalnya hanya mampu mengangkut satu penumpang
kemudian berkembang ke era modern penerbangan komersil yang mampu mengangkut ratusan
Sebagai penggerak ke berbagai jenis kegiatan ekonomi, termasuk pariwisata, perdagangan, dan
investasi, transportasi udara merupakan faktor penting dalam mencapai pembangunan ekonomi
dan peningkatan kesejahteraan suatu negara. Layanan udara dari dan ke pasar yang jauh dan
kecil sangatlah penting, karena tidak ada alternatif yang terbaik untuk mode perjalanan ini karena
Di era modern saat ini, bisnis transportasi udara memegang peranan penting dalam
yang besar. Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayah
terluas ke 13 di dunia dan populasi terbanyak ke 4 di dunia. Dengan 5 pulau besar yang
terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dengan jumlah penduduk indonesia yang berkisar
270 juta jiwa dapat saling terhubung melalui jasa telekomunikasi dan jasa transportasi.
Namun agar dapat saling bertemu, jasa transportasi merupakan jasa yang sangat penting
di dalam kehidupan masyarakat. Jasa transportasi juga memudahkan dan melancarkan kegiatan
sehari-hari, seperti bersekolah, bekerja, traveling untuk liburan maupun urusan bisnis dan
aktivitas lainnya. Dengan adanya banyak variasi pilihan dari penyedia jasa transportasi, maka
konsumen juga semakin selektif dalam memilih.. Setiap konsumen tidak lagi sekedar membeli
suatu barang atau jasa saja, tetapi juga mempertimbangkan segala aspek yang melekat pada
produk tersebut. Kualitas layanan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan dalam memberikan
kepuasan konsumen. Melalui kualitas pelayanan seorang pelanggan dapat memberikan penilaian
secara obyektif untuk menciptakan serta meningkatkan kepercayaan, kepuasan dan loyalitas
pelanggan.
Dengan kondisi seperti ini, dapat dipastikan bahwa kita membutuhkan sarana dan
Bisnis transportasi udara di Indonesia pernah mencapai puncak kejayaannya pada periode
.. dengan rerata traffic .. pertahun. Namun selama 3 tahun ke belakang terjadi penurunan traffic
penerbangan yang sangat signifikan terhadap bisnis transportasi udara yang tidak hanya dialami
oleh negara Indonesia saja namun hampir di seluruh dunia. Diawali dengan Traffic Tsunami pada
tahun 2019 dimana terjadi krisis keuangan dunia yang berpengaruh terhadap menurunnya jumlah
traffic penerbangan selama setahun penuh terutama di Indonesia. Kemudian pada tahun 2020
hingga sekarang, di seluruh belahan dunia mengalami pandemi COVID-19 yang memaksa tiap
negara memberlakukan karantina wilayah dan pembatasan perpindahan manusia untuk menekan
Bermula dari kota Wuhan tepatnya di Tiongkok, virus jenis baru ini telah menyebar ke
disease 2019 atau yang disebut juga dengan COVID-19. Mengalami tingkat penyebaran yang
sangat massive dan cepat hampir di seluruh belahan dunia dan telah menelan banyak korban
jiwa. World Health Organization (WHO) secara resmi telah mendeklarasikan virus corona
COVID-19 sebagai pandemi pada tanggal 9 maret 2020. Artinya virus corona telah menyebar
Pandemi ini menyebabkan tiap-tiap negara yang terdampak virus corona menerapkan
Penerapan aturan protokol kesehatan di masa darurat pandemi COVID-19 terutama di Indonesia
telah mengubah semua lini kehidupan dalam bermasyarakat, tidak hanya aturan secara medis
pembatasan sosial dalam bidang transportasi, terutama transportasi udara. Pembatasan ini
mengatur hal-hal yang terkait tentang tata cara perjalanan masyarakat mulai dari pemberlakuan
syarat dokumen penerbangan dimana mewajibkan tiap calon penumpang harus memiliki surat
keterangan bebas COVID-19, surat keterangan telah divaksin hingga pembatasan jumlah
pada masa pandemi COVID-19 melalui SE Nomor 16 Tahun 2021 oleh Satuan Tugas
Penanganan COVID-19 ditambah Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2021,
beberapa wilayah Indonesia mewajibkan para pelaku perjalanan untuk menerapkan dan
mematuhi protokol kesehatan 6M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan dengan sabun,
menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas dan menhindari makan bersama.
Pengetatatn protokol kesehatan dalam hal perjalanan udara antara lain mewajibkan tiap
penumpang untuk melengkapi dokumen syarat penerbangan dengan adanya kartu vaksin, surat
keterangan hasil tes negatif RT-PCR atau RT-Antigen, dan juga surat keterangan perjalanan.
Hal ini menuntut penyesuaian pemberian layanan kepada penumpang di bandara pada
masa pandemi ini. PT Angkasa Pura II (Persero), selanjutnya disebut “Angkasa Pura II”
merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan
jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara. Angkasa Pura II telah
mengupayakan pengusahaan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang kini berubah nama
Agustus 1984.
Dalam perkembangannya, saat ini Angkasa Pura II telah dipercaya oleh pemerintah untuk
Dengan mengusung visi besar perusahaan yaitu “To be Smart Connected Airport
Operator In The Region”, Angkasa Pura II berkomitmen memberikan pelayanan terbaiknya guna
semakin maju dan mampu menjadi operator pengelola bandar udara berkelas internasional yang
terbaik di kawasan regional Asia bahkan di masa pandemi COVID-19 saat ini.
Sebagai pintu gerbang utama penumpang asing masuk ke Indonesia dan bandara terbesar
yang dikelola oleh AP II, Bandara Internasional Soekarno-Hatta perlu untuk selalu menjaga
kualitas layanannya dikala masa pandemi COVID-19 ini baik secara aman dan nyaman sesuai
Dalam rangka meningkatkan level of service dan juga penerapan protokol kesehatan di
lingkungan bandara di Bandara Soekarno Hatta, saat ini AP II sedang melakukan revitalisasi di
Terminal 1 dan Terminal 2 ke Terminal 3. Dengan segala kelebihannya, Terminal 3 harus dapat
memanfaatkan keadaan ini dengan berupaya memberikan pelayanan yang terbaik agar citra
Bandara Soekarno-Hatta pada umumnya membaik dan meningkatkan jumlah konsumen yang
loyal.
Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta saat ini melayani 28 maskapai penerbangan rute
domestik dan internasional. Sebagai pintu gerbang utama Indonesia, Terminal 3 diharapkan
dapat menampilkan wajah Indonesia melalui fasilitas dan layanan yang berkelas dunia tapi aman
dan nyaman di masa pandemi ini sehingga ada keinginan dari konsumen untuk mengunjungi
kembali Terminal 3. Harapan yang tinggi disandarkan kepada Terminal 3 untuk selalu
memberikan pelayanan yang prima. Pelanggan yang loyal muncul akibat dia mendapatkan
layanan terbaik dari penyedia layanan (Ryu dkk., 2012). Dalam usahanya menjadikan Bandara
Internasional Soekarno-Hatta terutama Terminal 3 menjadi bandara terbaik dalam hal penerapan
protokol kesehatan di dunia, AP II sebagai pengelola menyajikan kualitas layanan prima dan
modern namun tetap mementingkan keamanan dan kenyamanan penumpang seusai aturan
pemerintah seperti media layanan informasi berbentuk digital Video Call Assistant atau VICA
dimana penumpang berinteraksi dengan petugas Passenger Service bandara secara digital
dimana bisa diakses dari gawai pribadi penumpang maupun monitor yang telah disediakan oleh
melalui aplikasi Travelin dimana meminimalisir interaksi antar penumpang dan petugas di
bandara, dan juga fasilitas-fasilitas penunjang protokol kesehatan lainnya yang tersebar di tiap
sudut terminal.
Secara umum, kualitas layanan di bandara mengacu pada perbedaan antara harapan
pelanggan dan persepsi layanan yang secara aktual diterima oleh pengguna bandara (Francis
dkk., 2003; George dkk., 2013; Jiang and Zhang, 2016; Zeithaml dkk., 2013). Pada masa
pandemi ini, Bandara Internasional Soekarno-Hatta berhasil meraih penghargaan Skytrax World
Airport Awards 2021 sebagai peringkat ke 10 kategori World's Best Staff Airport 2021.
Menyandang predikat pelayanan yang terbaik bukan berarti pelayanan yang diberikan
telah sempurna. Berdasarkan hasil analisis kepentingan-kepuasan pada survey CSI-INACA tahun
2016-2020, masih terdapat aspek pelayanan di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta yang perlu
mendapat perbaikan.
Berdasarkan hal-hal yang telah disampaikan di atas, maka penelitian terhadap Airport
Airport service quality perlu dilakukan dalam upaya mewujudkan kepuasan pelanggan yang baik
dan membentuk konsumen yang loyal serta mengisi kesenjangan penelitian tentang hal tersebut
khususnya di bandara pada masa pandemi COVID-19. Penulis bermaksud melakukan penelitian
dengan judul: Pengaruh Airport Airport service quality Terhadap Customer Loyalty Melalui
Customer Satisfaction Pada Masa Pandemi COVID-19 di Bandara Internasional Soekarno-Hatta
Terminal 3 .
Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah-
masalah yaitu bagaimana bentuk layanan yang baru di masa pandemi Covid-19 ini
mempengaruhi kualitas layanan yang diberikan dan pengaruhnya terhadap kepuasan pelanggan
dan loyalitas pelanggan. Tidak dapat dipungkiri, bahwa pandemi ini merubah segala bentuk
tatanan sosial di masyarakat, baik itu transportasi, komunikasi, edukasi, pengobatan dan lain-
lain, yang berpengaruh sangat besar terutama layanan di bandara yang menyebabkan terjadinya
dengan dimediasi oleh Customer Satisfaction bagi penumpang Internasional dan Domestik di
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
Customer Satisfaction bagi penumpang Internasional dan Domestik di Terminal 3 Bandar Udara
Customer Loyalty bagi penumpang Internasional dan Domestik di Terminal 3 Bandar Udara
Customer Loyalty bagi penumpang Internasional dan Domestik di Terminal 3 Bandar Udara
Customer Loyalty dengan dimediasi oleh Customer Satisfaction bagi penumpang Internasional
dan Domestik di Terminal 3 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta pada masa pandemi
COID-19.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis (keilmuan) yaitu
memperkaya konsep guna menyokong perkembangan ilmu pengetahuan bidang ilmu manajemen
operasi kebandarudaraan melalui pendekatan serta metode yang digunakan, khususnya yang
terkait dengan peningkatan kualitas Airport Airport service quality, Customer Satisfaction, dan
Customer Loyalty.
2. Kegunaan praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi PT Angkasa Pura II (Persero)dalam
mempertajam strategi dan kebijakan bisnis di masa depan dan juga dalam pengambilan
keputusan terkait penyampaian layanan di bandara yang untuk menjaga kepuasan pelanggan dan
Heizer, J., Render, B.,Munson, C. (2017) menyatakan manajemen operasi adalah kegiatan yang
berhubungan dengan penciptaan barang dan jasa melalui transformasi input ke output. Kegiatan
kegiatan produksi yang menciptakan barang biasanya cukup jelas karena tangible. Manajer
operasi bekerja di lingkungan yang menarik dan dinamis. Lingkungan ini adalah hasil dari
berbagai kekuatan yang menantang. Beberapa tantangan terkait manajemen operasi adalah
sebagai berikut:
Supply-chain partnering, Siklus hidup produk yang lebih pendek, permintaan pelanggan,
dan perubahan cepat dalam teknologi, bahan, dan proses membutuhkan mitra rantai pasokan
produktivitas berkaitan dengan perancangan produk dan proses yang berkelanjutan secara
ekologis;
Rapid product development, Teknologi yang dikombinasikan dengan komunikasi
internasional yang cepat tentang berita, hiburan, dan gaya hidup secara dramatis memotong masa
hidup produk;
Mass customization, Setelah manajer mengenali dunia sebagai pasar, perbedaan budaya
Lean operations,Lean adalah model manajemen yang melanda dunia dan memberikan
standar yang harus digunakan manajer operasi untuk bersaing. Lean dapat dianggap sebagai
kekuatan pendorong dalam operasi yang dijalankan dengan baik, di mana pelanggan puas,
Selanjutnya Heizer et al. (2017) menyatakan bahwa manajer operasi menerapkan proses
kepemimpinan, dan pengendalian. Sepuluh Strategi Keputusan Manajemen Operasi atau biasa
disebut sebagai “10 critical decisions of Operations Management” adalah sebagai berikut:
1. Desain barang dan jasa, Perancanganbarang danjasa menetapkan sebagian besar proses
transformasi yang akan dilakukan. Keputusan biaya, kualitas dan sumber daya manusia
kesuksesan perusahaan.
integral dan mahal dari keseluruhan rancang sistem. Karenanya, kualitas lingkungan kerja
diberikan, bakat dan keahlian yang dibutuhan, dan upah yang harus ditentukan dengan jelas.
7. Manajemen rantai pasokan,Keputusan ini menjelaskan apa yang harus dibuat dan apa
10. Pemeliharaan,Keputusan harus dibuat pada tingkat kehandalan dan stabilitas yang
diinginkan.
Menurut Schroeder (2016), Manajemen operasi berfokus pada keputusan untuk produksi dan
pengiriman produk dan layanan perusahaan.Ada tiga aspek manajemen operasi yang dibutuhkan,
yaitu:
1. Decision (Keputusan)
Definisi di atas mengacu pada pengambilan keputusan sebagai elemen penting darimanajemen
operasi. Karena semua manajer membuat keputusan, dan hal itu sangat wajar untuk
2. Function (Fungsi)
Operasi adalah fungsi utama dalam organisasi mana pun, bersama dengan pemasarandan
atau produksi. Dalam organisasi layanan, operasifungsi dapat disebut departemen operasi atau
nama khusus
industri tertentu
3. Process (Proses)
operasional pada rantai pasokan, antara lain: Process, Quality, Capacity, Inventory, Supply
Chain.
tugas itumungkin bersifat jangka panjang (tahunan) atau jangka pendek (harian). Manajer
operasiberinteraksi dengan manajer dalam fungsi bisnis lainnya, baik di dalam maupun di
merupakan istilah yang digunakan untuk mencakup kegiatan, keputusan dan tanggung jawab
manajer operasi dalam organisasi layanan. Hal ini berkaitan dengan penyediaan layanan, dan
nilai, kepada pelanggan atau pengguna, memastikan mereka mendapatkan pengalaman dan hasil
yang diinginkan. Ini melibatkan memahami kebutuhan pelanggan, mengelola proses layanan,
layanan yang berkelanjutan. Service operation management menjadi penting karena manajer
pelayanan operasi bertanggung jawab proporsi besar terhadap aset perusahaan, penyampaian
layanan kepada pelanggan, dan memiliki pengaruh signifikan terhadap keberhasilan organisasi
atau perusahaan.
Selanjutnya Johnston et al. (2012), menambahkan bahwa tantangan strategis yang dihadapi para
manajer layanan operasi adalah mengelola secara taktis dan strategis, menjadikan operasi sebagai
kontributor strategi dan juga pelaksana, membuat kasus bisnis untuk layanan, dan memahami
konsep layanan. Sedangkan untuk tantangan taktis yang dihadapi para manajer layanan operasi
Fitzsimmons dan Fitzsimmons, (2011) menyatakan 5 (lima) karakteristik service operation, yaitu
heterogeneity. Kehadiran pelanggan sebagai peserta atau partisipan dalam proses service
membutuhkan perhatian pada desain fasilitas yang tidak ditemukan dalam operasi manufaktur
tradisional. Faktanya adalah service dibuat dan dikonsumsi secara bersamaan sehingga tidak
dapat disimpan. Service tidak tahan lama, tidak dapat disimpan untuk pemakaian ulang di waktu
mendatang. Service adalah ide dan konsep, yang berarti pula konsumen atau pelanggan tidak
dapat melihat, merasakan, meraba, dan lainnya sebelum mendapatkan service yang dibutuhkan.
Kombinasi sifat service yang tidak berwujud dan pelanggan sebagai partisipan dalam sistem
Pada bagian ini disajikan definisi dan indikator pengukuran dari variabel Airport Airport
service quality secara terperinci yang dikaji dari berbagai studi literatur serta hasil penelitian
sebelumnya sebagai landasan teori yang kuat terkait alasan mengapa penelitian ini perlu untuk
dilakukan.
Menurut Lewis dan Booms (1983) Airport service quality adalah ukuran seberapa baik
Kemudian Parasuraman dkk. (1988) memberi definisi Airport service quality sebagai
perbandingan antara ekspektasi pelanggan mengenai produk/jasa dengan sifat pengalaman yang
Sejalan dengan itu, George dkk. (2013) mendefinisikan Airport service quality bandara
sebagai perbedaan antara harapan pelanggan dengan persepsi layanan aktual yang diterima.
Dari pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan Airport Airport service quality adalah
upaya pemenuhan harapan dan keinginan konsumen di bandara melalui layanan-layanan yang
pelanggan.
mengkonsumsi produk.
jasa.
kepada konsumen.
Konstruk Penulis:
Airport Airport service quality adalah upaya pemenuhan harapan dan keinginan
harapan pelanggan.
2.3.2 Pengukuran Variabel Airport service quality
kepuasan pelanggan dibentuk dari beberapa faktor yang tidak berwujud. Bezerra & Gomes
(2016) dalam studinya mengelompokan enam dimensi pembentuk Airport Airport service
quality, yaitu:
1. Check-in
Indikator kinerja layanan pada proses check-in, seperti penilaian konsumen terhadap waktu
2. Security
Indikator kinerja layanan pada proses pemeriksaan keamanan. Terdiri dari waktu tunggu
pemeriksaan, sikap petugas keamanan, proses pemeriksaan keamanan dan perasaan aman
konsumen.
3. Convenience
Mencerminkan ketersediaan dan kualitas fasilitas dan layanan yang nyaman. Karena pendapatan
komersial sangat penting untuk keberlanjutan bandara, memberikan pilihan bagi konsumen untuk
4. Ambience
Merupakan kondisi sekitar terminal meliputi kenyamanan suhu ruangan, akustik gedung, dan
kebersihan.
5. Basic Facilities
Indikator kinerja layanan pada kebutuhan dasar penumpang selama mereka berada di bandara.
Seperti ketersediaan dan kebersihan fasilitas toilet serta lounge area keberangkatan.
6. Mobility
Terdiri dari aspek yang terkait dengan pencarian arah, informasi penerbangan, dan jarak berjalan
kaki di dalam terminal. Mobilitas adalah perhatian utama untuk desain dan operasi bandara.
Solusi mobilitas yang tepat dapat membantu meminimalkan waktu dan ketidakpastian bagi
penumpang ketika bergerak di dalam terminal dan memungkinkan penumpang untuk tetap lebih
Pada dasarnya enam dimensi ini terdiri dari empat aspek interaksi penumpang dengan
bandara. Aspek pertama berkaitan dengan pemrosesan penumpang, terdiri dari kegiatan
pemeriksaan masuk dan keamanan. Aspek kedua berkaitan dengan kenyamanan, yaitu terkait
dengan kegiatan bebas yang dapat dilakukan di bandara. Aspek ketiga tentang kemudahan
berpindah tempat di dalam bandara. Aspek keempat berkaitan dengan kenyamanan, yaitu tentang
mengadopsi lima dimensi SERVQUAL dari Parasuraman, Zeithaml & Berry (1985), yaitu:
1. Dimensi fisik (Tangible). meliputi fasilitas fisik (sarana dan prasarana), peralatan, sumber
daya manusia dan sarana komunikasi yang digunakan untuk memberikan pelayanan.
2. Dimensi empati (Empathy), meliputi kemampuan untuk berkomunikasi, memberi
4. Dimensi keterlibatan (Responsiveness), yaitu kemauan para staf untuk membantu para
Dari dua refensi mengenai pengukuran mengenai Airport Airport service quality,
penelitian Bezerra & Gomes (2016) yang digunakan dalam penelitian ini dengan alasan
pertimbangan pemenuhan validitas dan reliabilitas. Item pengukuran ini telah diuji untuk
In
pemeriksaan keamanan
berbelanja
Facilities Toilet
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR
keberangkatan
Penunjuk arah
Pada bagian ini disajikan definisi dan indikator pengukuran dari variabel Customer
Satisfaction secara terperinci yang dikaji dari berbagai studi literatur serta hasil penelitian
sebelumnya sebagai landasan teori yang kuat terkait alasan mengapa penelitian ini perlu untuk
dilakukan.
Menurut Kotler (2002) Customer Satisfaction adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja
suatu produk atau jasa. Jika kinerja yang dirasakan di bawah harapan, pelanggan tersebut akan
merasa dikecewakan, jika kinerja memenuhi harapan pelanggan, pelanggan akan merasa puas,
sedangkan jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan akan merasa sangat puas. Kepuasan ini
tentu akan dapat dirasakan setelah pelanggan yang bersangkutan mengkonsumsi produk tersebut.
Menurut Bitner dan Zeithaml (2003) Customer Satisfaction adalah evaluasi pelanggan
dari produk atau layanan dalam hal apakah produk itu atau layanan itu telah memenuhi
Menurut Morgan (2009) Customer Satisfaction dapat dicapai ketika pelanggan merasa
menunjukkan sikap terhadap penyedia layanan, atau reaksi emosional untuk perbedaan antara
(Khan, 2012) kepuasan pelanggan digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan di kedua
internal untuk mengkompensasi sumber daya manusia, mengamati kinerja dan menetapkan dana
serta untuk kepuasan pelanggan eksternal juga sebagai sumber informasi bagi semua pemangku
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa Customer Satisfaction adalah capaian
nilai dari kinerja suatu produk ataupun jasa yang diberikan kepada pelanggan sebagai suatu yang
jasa.
pelanggan.
3 Morgan (2009) Customer Satisfaction dapat dicapai ketika
investor)
Konstruk Penulis:
Customer Satisfaction adalah capaian nilai dari kinerja suatu produk ataupun
jasa yang diberikan kepada pelanggan sebagai suatu yang dijual perusahaan
sebuah konstruk baru yang ditetapkan oleh penulis,Maka sebelum menentukan variabel, dimensi
dan indikator yang akan digunakan pada penelitian ini, harus melihat kembali dimensi dari
penelitian sebelumnya. Menurut Priansa (2017) menyebutkan terdapat lima dimensi yang
1. Harapan (Expectations)
Harapan konsumen terhadap suatu barang atau jasa telah dibentuk sebelum konsumen
membelibarang atau jasa tersebut. Pada saat proses pembelian dilakukan, konsumen berharap
bahwa barangatau jasa yang mereka terima sesuai dengan harapan, keinginan dan keyakinan
mereka. Barang ataujasa yang sesuai dengan harapan konsumen akan menyebabkan konsumen
merasa puas.
2. Kinerja (Perfomance)
Pengalaman konsumen terhadap kinerja aktual barang atau jasa ketika digunakan tanpa
dipengaruhioleh harapan mereka. Ketika kinerja aktual barang atau jasa berhasil maka konsumen
akan merasapuas.
3. Perbandingan (Comparison)
Hal ini dilakukan dengan membandingkan harapan kinerja barang atau jasa sebelum membeli
denganpersepsi kinerja aktual barang atau jasa tersebut. Konsumen akan merasa puas ketika
harapansebelum pembelian sesuai atau melebihi persepsi mereka terhadap kinerja aktual produk.
4. Pengalaman (Experience)
Harapan konsumen dipengaruhi oleh pengalaman mereka terhadap penggunaan merek dari
Konfirmasi atau terkonfirmasi terjadi jika harapan sesuai dengan kinerja aktual produk.
Sebaliknyadiskonfirmasi atau tidak terkonfirmasi terjadi ketika harapan lebih tinggi atau lebih
rendah darikinerja aktual produk. Konsumen akan merasa puas ketika terjadi
confirmation/disconfirmation.
regions: Implications for tourism destination menyebutkan 4 dimensi dalam hal kepuasan
pelanggan di bandara;
1. Experience
2. Expectation
3. Representation
4. Performance
2.5 Customer Loyalty
Pada bagian ini disajikan definisi dan indikator pengukuran dari variabel Loyalitas
Konsumen secara terperinci yang dikaji dari berbagai studi literatur serta hasil penelitian
sebelumnya sebagai landasan teori yang kuat terkait alasan mengapa penelitian ini perlu untuk
dilakukan.
Loyalitas mencakup komitmen pelanggan untuk membeli kembali atau terus menerus memakai
merek yang dikonfirmasikan dengan seringnya membeli layanan atau produk serta sikap positif
lainnya seperti perbincangan positif antar konsumen maupun dengan orang lain (Dick dan Basu,
1994).
Menurut Oliver (2014), loyalitas pelanggan adalah keterikatan yang kuat untuk menggunakan
kembali dan menjadikan produk/jasasebagai pilihan prioritas secara konsisten di masa depan,
sehingga terjadi pembelian barang/jasa yang sama, meskipun ada upaya yang berpotensi
Kemudian Kotler dkk. (2015:153) mendefinisikan loyalitas pelanggan sebagai komitmen untuk
membeli kembali atau berlangganan produk atau layanan di masa depan terlepas dari pengaruh
keterikatan yang tercipta antara pelanggan dan penyedia jasa atau barang sebagai bentuk
komitmen pelanggan untuk kembali lagi menggunakan produk atau layanan berulang lagi dimasa
depan.
Dari hasil penelitian yang ada umumnya setuju bahwa loyalitas mewakili campuran sikap dan
perilaku yang menguntungkan satu perusahaan relatif terhadap pesaingnya (Watson dkk.,
2015).Loyalitas timbul ketika konsumen meyakini telah mendapatkan layanan yang terbaik dari
Sangat penting untuk memahami faktor penentu loyalitas karena dapat mendapatkan keuntungan
tidak terlalu sensitif terhadap perubahan harga (Baumann dkk., 2017; Bock dkk., 2016).
perilaku.
Konstruk Penulis:
penyedia jasa atau barang sebagai bentuk komitmen pelanggan untuk kembali
lagi menggunakan produk atau layanan berulang lagi dimasa depan.
Bezerra dan Gomes (2019) merumuskan indikator pengukuran loyalitas konsumen di bandara
elastisitas terhadap perubahan harga, pembicaraan yang positif, dan preferensi dalam jangka
panjang.
penumpang
2.6 Review PenelitianTerdahulu
Penelitian terdahulu mengenai Airport Airport service quality dan Customer Satisfaction, yang berhungan dengan Customer Loyalty
serta yang menggambarkan hubungan di antara variabel penelitian ini, akan dijelaskan pada Tabel 2.10dibawah ini:
No. Peneliti, Tahun dan Judul Metode Hasil Penelitian ini Pada
Penelitian ini
1. Hapsari, R., Clemes, M. D., & confirmatory hubungan positif airport service quality dengan unit analisis pada Penelitian
No. Peneliti, Tahun dan Judul Metode Hasil Penelitian ini Pada
Penelitian ini
2. Prentice, C., & Kadan, M. confirmatory airport airport service quality berpengaruh terhadap Tidak meneliti hubungan airport
(2019). factor analysis keputusan mengunjungi kembali bandara dan pengaruhnya service quality
image. loyalitas
dan structural
Judul: konsumen.
equation
The role of airport airport Penggunaan
modelling
service quality in airport and metode SEM.
(SEM).
destination choice.
Unit analisis
Journal of Retailing and
konsumen
Consumer Services, 47, 40-48.
bandara.
Perbedaan Pada Persamaan
No. Peneliti, Tahun dan Judul Metode Hasil Penelitian ini Pada
Penelitian ini
3. Lemy, D., Goh, E., & Ferry, J. structural hubungan negatif antara airport service quality Tidak meneliti hubungan airport
customer loyalty in
Indonesia’s hotels.
Journal of Vacation
No. Peneliti, Tahun dan Judul Metode Hasil Penelitian ini Pada
Penelitian ini
4. Keshavarz, Y., & Jamshidi, structural hubungan negatif antara airport service quality Tidak meneliti hubungan airport
Judul: konsumen.
customer satisfaction in
customer loyalty.
International Journal of
Tourism Cities.
5. Seetanah, B., exploratory airport service quality berpengaruh terhadap Tidak meneliti hubungan airport
Perbedaan Pada Persamaan
No. Peneliti, Tahun dan Judul Metode Hasil Penelitian ini Pada
Penelitian ini
Teeroovengadum, V., & factor analysis loyalitas konsumen. variabel brand service quality
services matter?.
134- 148..
6. Bezerra, G. C. L., & Gomes, exploratory dimensi variabel airport airport service quality hanya meneliti Unit analisis
Perbedaan Pada Persamaan
No. Peneliti, Tahun dan Judul Metode Hasil Penelitian ini Pada
Penelitian ini
service quality: A
Multidimensional approach.
7. Bezerra, G. C., & Gomes, C. partial least segmentasi konsumen untuk strategi marketing Tidak meneliti Penelitian
No. Peneliti, Tahun dan Judul Metode Hasil Penelitian ini Pada
Penelitian ini
loyalty in multi-airport
tourism destination.
Tourism Management
8. Zameer, H., Tara, A., Kausar, Regression hubungan positif antara airport service quality Unit analisis Penelitian
U., & Mohsin, A. (2015). analysis dengan corporate image.. Bank. hubungan airport
service quality
Perbedaan Pada Persamaan
No. Peneliti, Tahun dan Judul Metode Hasil Penelitian ini Pada
Penelitian ini
terhadap
corporate image.
Judul :
satisfaction towards
Pakistan.
marketing.
Perbedaan Pada Persamaan
No. Peneliti, Tahun dan Judul Metode Hasil Penelitian ini Pada
Penelitian ini
9. Wu, P. C., Yeh, G. Y. Y., & structural hubungan positif antara airport service quality Unit analisis hubungan airport
Hsiao, C. R. (2011). equation dengan brand image dan loyalitas konsumen. konsumen service quality
Judul : loyalitas
konsumen..
The effect of store image and
label brands.
No. Peneliti, Tahun dan Judul Metode Hasil Penelitian ini Pada
Penelitian ini
yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting, berikut ini akan diuraikan
H1. Airport Airport service quality berpengaruh positif dan signifikan terhadap
H3. Airport Airport service quality berpengaruh positif dan signifikan terhadap
H4. Airport Airport service quality yang dimediasi oleh Customer Satisfaction
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory survey. Menurut
akibat antara dua variabel atau lebih dengan bias yang kecil dan meningkatkan
terhadap layanan yang diberikan oleh bandara kepada penumpang yang melewati
apa (what), kapan (when), dimana (where), mengapa (Why) dan cara (Way) dari
suatu penelitian. Metode deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran
menguji hipotesis dengan menarik sampel secara acak dari suatu populasi.
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
ditetapkan.
Unit analisis dan unit observasi dalam penelitian ini adalah penumpang sebagai
3.0. Hal ini karena variabel dalam penelitian adalah bersifat laten, yaitu variabel
yang tidak dapat diukur secara langsung, tetapi harus melalui dimensi atau
indikator-indikatornya.
Variabel merupakan suatu atribut dari sekelompok ciri yang diteliti, yang
memiliki variasi antara satu obyek dengan obyek yang lain dalam kelompok
variabel endogen.
proses Check- In
NO VARIABE DIMENSI INDIKATOR ITEM PERTANYAAN SKALA
Check-In
Pelayanan bandara
keamanan keamanan
pemeriksaan keamanan
petugas bandara 5
Ketersediaan bandara
tempat berbelanja
NO VARIABE DIMENSI INDIKATOR ITEM PERTANYAAN SKALA
Ketersediaan 5. Ketersediaan
Bank/ATM/te uang
mpat 6. Kualitas
uang uang
hiburan hiburan
akustik/
Interior
ruangan
tunggu
keberangkatan
terminal terminal
terhadap bandara
terhadap saya
keseluruhan ini
5. Secara keseluruhan
NO VARIABE DIMENSI INDIKATOR ITEM PERTANYAAN SKALA
menyenangkan
Jakarta
dan keterangan secara langsung dari pihak perusahaan yaitu, yang didapat baik
secara lisan dari hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait, serta pengamatan
dalam penelitian ini adalah hasil dari kuesioner yang disebar kepada pengguna
2. Data Sekunder, Merupakan data pelengkap yang diperoleh dari hasil studi
kepustakaan baik berupa sumber tertulis, literatur, dan artikel yang berhubungan
dengan penelitian. Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk tabel atau
diagram. Data ini digunakan oleh peneliti untuk proses lebih lanjut. Biasanya
berupa data hasil studi kepustakaan, data internal perusahaan yang menyangkut
yang berupa penelusuran dari media cetak dan media elektronik. Data sekunder
Data primer dan sekunder dalam penelitian ini, jika dilihat dari konsep variabel
yang akan digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dapat
informasi yang lebih akurat tentang kondisi sebenarnya dari objek yang diteliti.
Kuesioner yang telah disediakan secara online disebarkan melalui tatap muka
langsung sehingga responden cukup meng-klik link yang ada lalu kemudian
Menurut Bailey (1978) bahwa populasi merupakan gabungan dari unit analisis,
(yang telah ditetapkan) mengenai dan dari mana informasi yang diinginkan.
3 200
5 200
10 200
15 360
20 630
Pendapat llain dikemukakan Bantler & Chou dalam penelitian Hasanah (2014).
Sampel ÷ Indikator = 5 ÷ 1
Sampel = 5 x 23
Sampel = 115
Covid–19, maka ditetapkan besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah minimal 115 sampel dengan target pengumpulan sampel adalah 200
sampel.
3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana instrumen ukur yang telah
disusun benar-benar mengukur apa yang perlu diukur. Uji validitas dimaksudkan
sebagai ukuran seberapa cermat suatu alat uji melakukan fungsi ukurannya. Suatu
alat ukur yang validitasnya tinggi akan mempunyai varian kesalahan yang kecil
sehingga data yang terkumpul merupakan data yang dapat dipercaya. Dalam
penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (validity
diperoleh masing-masing item pertanyaan dengan skor totalnya. Skor total ini
merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan semua skor item. Korelasi
antara skor item dengan skor totalnya harus signifikan berdasarkan ukuran
statistik. Bila ternyata skor semua item yang disusun berdasarkan dimensi konsep
berkorelasi dengan skor totalnya, maka dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut
mempunyai validitas.
Rumus korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus korelasi
n n n
n xi yi xi yi
ryxi i 1 i 1 i 1
2 2
n
n n
n
n xi xi n yi2 yi
2
i 1 i 1 i 1 i 1
Keterangan:
ryxi = koefisien korelasi Pearson antara item instrumen yang akan digunakan
r n2
t ; db n 2
1 r2
pengukuran kembali terhadap gejala yang sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan teknik belah dua (split half) yang langkah kerjanya sebagai berikut.
2 rb
ri
1 r
dimana:
belahankedua(genap).
Nilai reliabilitas ditunjukkan dengan alpha, dari uji reliabilitas nilai alpha untuk
setiap variabel lebih tinggi dari alpha Cronbach 0.7 yang merupakan batas
terendah reliabilitas, berarti pengukuran yang dipakai reliable atau alat ukur yang
digunakan konsisten.
3.5 Rancangan Analisis & Uji Hipotesis
masing responden dan tanggapan responden atas variabel penelitian yaitu Airport
Airport service quality, Customer satisfaction dan Customer loyalty pengguna jasa
dapat dilihat dari jumlah skor yang didapatkan, seperti disajikan pada tabel
berikut.
Kemudian disusun kategori rata-rata skor pada setiap variabel untuk memberikan
yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian ini adalah SmartPLS 3.0.
independen.
2. Dapat mengukur seberapa besar variabel indikator mempengaruhi variabel
faktornya masing-masing.
3. Dapat mengukur variabel faktor yang tidak dapat diukur secara langsung
Secara umum, ada dua pendekatan untuk memperkirakan parameter dari suatu
Model Persamaan Struktural atau SEM, yakni pendekatan yang berbasis kovarians
terakhir, ada beberapa alat berbeda yang bisa digunakan untukmelakukan analisis
SEM berbasis kovarians, seperti EQS, AMOS, SEPATH, COSAN dan LISREL.
Program LISREL yang dikembangkan oleh Jöreskog pada tahun 1975 menjadi
Model (SEM) berbasis varians dan disajikan dengan partial least square (PLS)
analisis sebagai salah satu alat dalam penelitiannya. Keunggulan SEM dengan
teori), sebelumnya tidak ada model serupa (hubungan antar variabel dalam
penelitian) sehingga belum ada sandaran teori yang dapat diacu untuk menjadi
Menurut Vinzi, Chin, Henseler, Wang (2010) dalam Handbook ofPartial Least
Squares: Concept, Method and Applications, bahwa model reflektif, blok variabel
manifes yang terkait dengan variabel laten adalah diasumsikan untuk mengukur
konsep dasar yang unik. Setiap variabel manifes mencerminkan (adalah efek dari)
variabel laten yang sesuai dan memainkan peran variabel endogen di blok model
variabel laten yang sama harus kovarians: perubahan dalam satu indikator
Jika penelitian eksploratori (contohnya pada penelitian ini yang baru pertama
untuk menaksir skor faktor dari variabel laten. Pembobot-pembobot diperoleh dari
regresi dengan metode kuadrat terkecil yang diterapkan pada variabel manifes
setiap blok
1. Model Struktural
Di dalam kerangka pemikiran didapatkan model dengan beberapa variabel.
Airport Customer
service Loyalty
quality
(Y)
(X)
Customer
Satisfaction
(Z)
Hubungan antara laten diwakili oleh panah. Panah yang lurus menunjukkan
hubungan kausal yang langsung dari satu laten ke laten yang lain. Persamaan
Z=X+ 1
Y = X+ 3DanY’ =Z+ 2
Mediasi Y = X+ Z + 4
Dimana :
Z = Customer satisfaction
Y = Customer loyalty
GoF merupakan akar kuadrat hasil perkalian antara rata-rata communalitas (outer
model) dan rata-rata (inner model). GoF bernilai antara 0 sampai 1 dan
diformulasikan sebagai:
2. Taksiran factor loading (λ). Faktor loading merupakan ukuran yang dapat
Ukuran ini digunakan untuk mengukur variasi variabel laten yang dapat dijelaskan
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan
yang empirik.
Soekarno-Hatta.
H0: Airport Airport service quality (X) tidak berpengaruh positif dan
H1: Airport Airport service quality (X) berpengaruh positif dan signifikan
Customer
Satisfaction
Airport
Service (Z)
Quality
(X)
Z=γ1X+ 1
Hipotesis II
Hatta.
Customer Customer
Satisfaction Loyalty
(Z) (Y)
Hipotesis III
Soekarno-Hatta.
H0: Airport Airport service quality (X) tidak berpengaruh positif dan
H1: Airport Airport service quality (X) berpengaruh positif dan signifikan
Airport Customer
Service Loyalty
Quality
(Y)
(X)
Hipotesis ini mempunyai model struktural sebagai berikut:
Y’ =γ1X+ 3
Hipotesis IV
H0: Airport Airport service quality (X) yang dimediasi oleh Customer
H1: Airport Airport service quality (X) yang dimediasi oleh Customer
satisfaction (Y) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Customer loyalty (Z)
Internasional Soekarno-Hatta.
Airport Customer
Hipotesis ini mempunyai model struktural sebagai berikut:
Y’ =γ1X+ 1Z + 4
Uji T (Parsial)
Pengujian hipotesis ke- I s/d III menggunakanuji rata-rata (uji t) untuk satu
H0 : I ≥ 0i=1,2...4
H1 : I <0
= rata-rata sampel,
0 = rata-rata populasidiasumsikan,
N = ukuran sampel.
Kriteria pengujian:
Uji Sobel
Sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung variabel
Sab =
Dari nilai Sab (S) yang diperoleh, dapat dihitung nilai t statistik pengaruh mediasi.
Dan dibandingkan dengan nilai t-tabel untuk melihat pengaruh mediasinya. Nilai t
t=
Dimana:
korelasiY terhadap Z,