Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada kita sehingga
kita dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah terlibat dan membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Harapan kami semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, khususnya kami yang membuat. Dan untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak kesalahan dan
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk memperbaiki makalah ini.

Darussalam,Aceh Besar, 29 Oktober 2021

Wassalam

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Pengertian Akuntansi Ijarah.......................................................................................................2
B. Pencatatan, Pengelompokan, dan Pelaporan Akuntansi Ijarah...................................................3
BAB III..................................................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................................................9
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semenjak majunya geliat perekonomian berbasis Islam di Indonesia, yang telah
tampak pada pasca krisis moneter tahun 1998. Oleh karena itu memacu para pakar ekonomi
Islam berbenah dalam melengkapi struktur ekonomi Islam sebagai ilmu. Ekonomi Islam
sebagai ilmu, memiliki cabang ilmu yang bernama Akuntansi Syariah. Menurut bahasa,
akuntansi syariah memiliki pengertian Akuntansi yang berbasiskan Syariah, atau dengan
bahasa lain Syariah mempengaruhi Per-akuntasian. Penambahan label Islam pada ilmu
akuntansi sangat penting, sehingga menjadi ilmu akuntansi Islam yang sangat mempengaruhi
eksistensi dari ilmu akuntansi syariah itu sendiri. Jika dibandingkan dengan cabang ilmu yang
lain, seperti ilmu manajemen, ekonomi mikro dan makro, sehingga menjadi ilmu ekonomi
mikro Islam, dan makro Islam atau manajemen Islam, nilai-nilai Islam dalam ketiga ilmu
tersebut mewarnai hanya 30% nya saja. Berbeda dengan ilmu akuntansi syariah, penambahan
label syariah mempengaruhi ilmu akuntansi konvensional sebanyak 60% nilai-nilai
syariahnya sehingga memunculkan tingkat kepatuhan kepada aturan-aturan Allah Swt.

Akuntansi Syariah biasanya digunakan oleh lembaga keuangan yang berbasis syariah,
seperti perbankan syariah. Pada akuntansi syariah terdapat beberapa macam, terkait dengan
obyek akad muamalah yang dilakukan oleh pelaku akad (bank dan nasabah), antara lain;
akuntansi mudharabah, musyarakah, salam, ijarah, dan istishna’. Akuntansi merupakan
sebuah pencatatan, artinya perbuatan seseorang secara terus-menerus sampai pada pengadilan
akhirat dan melalui timbangan (mizan) sebagai alat pengukurnya, serta Tuhan sebagai
akuntannya. Tujuan utama akuntansi adalah untuk melaksanakan perhitungan periodik antara
biaya (usaha) dan hasil (prestasi), hal tersebut dilakukan melalui pencatatan secara pasti. Hal
ini pun juga telah diperintahkan oleh Allah Swt. dalam QS: al Baqarah 282, Yang artinya:
“...Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya....”

Dari ayat al Qur’an Allah Swt. memerintahkan kita dalam melaksanakan kegiatan
muamalah untuk selalu dicatat sehingga dapat diketahui dalam bentuk laporan-laporan yang
mudah dibaca, serta sebagai penentu pencapaian yang diinginkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Akuntansi Ijarah?
2. Bagaimana Pencatatan, Pengelompokan, dan Pelaporan pada Akuntansi Ijarah.

iii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntansi Ijarah


Akuntansi dalam bahasa arabnya adalah Al-Muhasabah berasal dari kata masdar
hassaba-yuhasbu yang artinya menghitung atau mengukur. Secara istilah, al-Muhasabah
memiliki berbagai asal kata yaitu ahsaba yang berarti “menjaga” atau “mencoba
mendapatkan” juga berasal dari kata Ihtiasaba yang berarti “mempertanggung jawabnya”.

Sedangkan al-Ijarah adalah perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang
memperbolehkan penyewa memanfaatkan barang tersebut dengan membayar sewa sesuai
dengan persetujuan kedua belah pihak. Setelah masa sewa berakhir, maka barang akan
dikembalikan kepada pemilik. Ijarah sejenis dengan akad jual beli namun yang dipindahkan
bukan hak kepemilikanya tapi hak guna atau manfaat, manfaat dari suatu aset atau dari
jasa/pekerjaan. Aset yang disewakan (objek ijarah) dapat berupa rumah, mobil, peralatan dan
lain sebagainya, karena yang ditransfer adalah manfaat dari suatu aset, sehingga segala
sesuatu yang dapat ditransfer manfaatnya dapat menjadi objek ijarah. Landasan syariah dari
ijarah adalah al Qur’an, surat al Baqarah ayat 233, yang artinya “Dan jika kamu ingin
anakmu disusunkan oleh orang lain, tidak ada dosa bagimu, apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa
Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”

Sedangkan al-Ta’jiri yaitu perjanjian antara pemilik barang dengan yang


membolehkan penyewa untuk memanfaatkan barang tersebut dengan membayar sewa sesuai
dengan persetujuan kedua belah pihak. Setelah berakhir masa sewanya, maka pemilik barang
menjual barang tersebut kepada penyewa dengan harga yang disetujui kedua belah pihak.
Ijarah adalah akad pemindahan hak/manfaat atas suatu asset dalam waktu tertentu, dengan
pembayaran sewa (ujrah ) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikkan assset sendiri
(PAPSI). Contoh : Toni menggunakan jasa cukur rambut rina, atau rina mempekerjakan elin,
hubungan pekerja dan pemberi kerja (upah-mengupah) termasuk dlam akad ijarah, dan
pengguna jasa harus membayar upah. Akad ijarah mewajibkan memberikan hak kepada
pemberi sewa untuk menerima sewa upah (ujrah ).

Landasan syariah akad ini adalah Fatwa DSN-MUI No.09 /DSN-MUI/IV/2000


tentang Ijarah. Beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini, antara lain sebagai berikut:

1. Rukun dan Syarat Ijarah


a. Singhat ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang
berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk lain.
b. Pihak-pihak yang berakad terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa dan penyewa/
pengguna jasa.
c. Objek akad ijarah adalah manfaat dan sewa, dan manfaat jasa dan upah.

iv
2. Ketentuan Objek Ijarah
a. Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau jasa.
b. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.
c. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak diharamkan).
d. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah.
e. Manfaat harrus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan
jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa.
f. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya.
Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.
g. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS
sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli
dapat pula dijadikan Sewa atau upah dalam ijarah.
h. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang
sama dengan objek kontrak.
i. Kelenturan (flexibility ) dalam menentukan sewa atau upah dapatdiwujudkan
dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.

3. Ijarah sesuai jenisnya dapat dibedakan menjadi:


a. Ijarah fee, ijrah fee antara lain: Ijarah SDB, Ijarah pemeliharaan rahn emas,
Ijarah penyimpanan rahn emas.
b. Ijarah asset, ijarah asset dapat dibedakan sebagai berikut: Asset berwujud (Ijarah,
IMBT , Jual ijarah) dan Asset tidak berwujud (Ijarah berlanjut dan Multijasa).

Transaksi yang dianggap sebagai salah satu instrumen keuangan yang digunakan oleh
perbankan syariah yakni ijarah dan IMBT, dimana bank-bank ini berbeda dalam
memberlakukan pengukuran dan pengungkapan aset yang disewakan. Tetapi standarisasi
pemberlakukan akuntansu perlakuan keuntungan transaksi ijarah dan IMBT sesuai dengan
ketentuan kerangka dasar seperti “penentuan hak dan kewajiban semua pihak terkait (mu’ajir
dan musta’jir), termasuk hak yang berasal dari transaksi yang tidak selesai dan kejadian-
kejadian sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan konsep keadilannya, charity-nya dan
kepatuhan terhadap etika bisnis Islam, dan memberikan informasi yang berguna bagi para
pemakai laporan keuangan perbankan syariah untuk dapat diambil keputusan yang sah dalam
bermuamalah dengan koleganya.

B. Pencatatan, Pengelompokan, dan Pelaporan Akuntansi Ijarah


Di Indonesia sendiri, pembiayaan ijarah telah diatur dalam Penyertaan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 107 tentang Akuntansi Ijarah yang telah disahkan oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan. PSAK 107 tersebut memiliki cakupan yang penting yaitu
meliputi:pengakuan dan pengukukuran aset ijarah, pendapatan ijarah dan IMBT, piutang
pendapatan ijarah dan IMBT, biaya perbaikan yang dikeluarkan, perpindahan hak milik objek
sewa, terjadinya penurunan nilai objek sewa secara permanen.

v
Penerapan PSAK 107 Atas Pembiayaan Ijarah Di Bank Syariah di Indonesia
Pengakuan dan Pengukuran PSAK 107, menyebutkan bahwa pengakuan dan pengukuran
terhadap perolehan aset ijarah atas jasa diakui sebagai aset ijarah pada saat perolehan hak atas
jasa sebesar biaya yang terjadi. Sehingga pencatatan langsung dilakukan pada saat terjadi
transaksi atau kerjasama dengan pihak ketiga sebagai supplier. Jurnal yang terbentuk adalah:
Dr.Aset Ijarah Rp.xxx Cr. Kas/Rek Supplier Rp.xxx Terhadap pendapatan sesuai dengan
PSAK 107 bahwa pengakuan terhadap pendapatan ijarah dilakukan pada tanggal laporan,
dengan jurnal:

Porsi Pokok Porsi ujroh

Dr Piutang sewa Rp.xxx

Dr Piutang pendapatan Rp.xxx

Cr Pendapatan Ijarah Rp.xxx

Pada saat penerimaan sewa atau ketika nasabah membayar atas sewa tersebut maka
PSAK 107 mencatatnya sebagai pelunasan piutang yang akan menambah kas bank sehingga
akun yang disajikan adalah kas/rekening disis debet dan kreditnya adalah piutang sewa
sebagai porsi pokok dan piutang pendapatan sewa sebagai porsi ujrah.

Berikut jurnal berdasarkan PSAK 107:

Kas/Rek Porsi Pokok Porsi ujroh

Dr Rp.xxx

Dr Piutang pendapatan sewa Rp.xxx

Cr Piutang Sewa Rp.xxx

Selanjutnya mengenai pencatatan tunggakan sewa. Mengacu pada kacamata PSAK


107 yang telah dirangkum dalam PAPSI 2013, bahwa tunggakan sewa diakui dengan metode
accrual basic . Berikut ini jurnal saat terjadi pengakuan tunggakan sewa oleh PSAK 107:

nasabah masih tergolong performing.

Porsi Pokok Porsi ujroh

Piutang sewa Rp.xxx

Piutang pendapatan sewa Rp.xxx

multijasa Rp.xxx

Pendapatan ijarah Rp.xxx

vi
nasabah tergolong non – performing yakni dilakukan jurnal balik pendapatan sewa:

Porsi Pokok Porsi ujroh

Piutang sewa Rp.xxx

Piutang pendapatan sewa Rp.xxx

Piutang pendapatan sewa multijasa Rp.xxx

Pendapatan ijarah Rp.xxx

Mengenai cadangan kerugian penurunan nilai, PSAK 107 mewajibkan bank syariah
untuk membentuk cadangan kerugian penurunan nilai untuk piutang pendapatan sewa
multijasa sebesar porsi pokok sewa yang tertunda sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
PSAK yang terkait. Berikut jurnal pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai atas
piutang sewa berdasarkan PSAK 107:

Piutang sewa

Nilai aset keuangan Rp.xxx

Cadangan kerugian Rp.xxx

Penurunan Nilai Aset Keuangan Rp.xxx

PSAK 107 juga mewajibkan bank syariah untuk melakukan pencatatan saat terjadi
pemulihan atas pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang sewa.

Adapun jurnalnya adalah sebagai berikut :

Cadangan Kerugian Penurunan

Piutang sewa

Nilai aset keuangan Rp.xxx

Beban Kerugian Penurunan

Piutang sewa

Nilai aset keuangan Rp.xxx

Keuntungan Pemulihan Nilai Rp.xxx

Dalam PSAK 107 perolehan aset ijarah atas jasa diakui sebagai aset ijarahpada saat
bank melakukan perolehan hak atas jasa sebesar biaya yang terjadi, sehingga transfer akan
dilakukan ke rekening induk atau yang menjadi supplier. Jurnal berdasarkan PSAK 107
adalah sebagai berikut :

vii
Aset Ijarah Rp xxx

Kas/RekeningSuplier Rp xxx

Penyajian Pendapatan Ijarah disajikan secara netto setelah dikurangi beban yang
terkait misalnya beban penyusutan, beban pemiliharaan, dan perbaikan dan sebagainya.
Pengungkapan Berdasarkan PSAK 107 tentang akuntansi ijarah bahwa pemilik diwajibkan
untuk mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait dengan transaksi ijarah dan transaksi
ijarah muntahiyah bittamlik. Jadi dalam hal pencatatan, pengukuran,pengakuan, penyajian
serta pengungkapannya harus mengcau kepada PSAK 107 tentang akutansi ijarah. Contoh
kasus : PT. A yang merupakan anak perusahaan dari PT. M mengajukan permohonan
pembiayaan ijarah kepada Bank Syariah “X” untuk pembelian dan instalasi sebuah mesin
cetak dengan fasilitas pembiayaan sebesar Rp 500 Juta. Berikut pencatatan transaksi-
transaksi yang terjadi selama masa akad ijarah berlangsung, yaitu: pertama, pada saat
pembelian barang oleh bank dari supplier, pada 14 Juni 2016 Bank Syariah “X” membeli
mesin cetak dengan harga perolehan sebesar Rp. 500 juta dari supplier (PT. NIKI). Menurut
PSAK 107 tentang ijarah,pencatatan untuk pembelian aktiva ijarah adalah:

Aset Ijarah Rp xxx

Kas/Rekening Pemilik Aset Rp xxx

Itu artinya pencatatan yang harus dilakukan oleh Bank Syariah “X” saat pembelian
aktiva ijarah, harus mengacu pada PSAK 107, adapun jurnalnya sebagai berikut :

Persediaan Ijarah Rp 500 juta

Rekening PT.NIKI Rp 500 juta

Pada saat pelaksanaan akad ijarah (transaksi ijarahantara Bank Syariah “X” dengan
PT. A), pada saat perjanjian ijarah dilaksanakan, maka bank sebagai pemilik objek sewa akan
mencatat aktiva yang diperoleh untuk ijarah didebet, karena kepemilikan objek sewa masih
ada di Bank Syariah “X”, serta mencatat persediaan ijarah dikredit.

Menurut PSAK 107 tentang ijarah, pencatatan pada saat pelaksanaan akad ijarah
dilakukan adalah sebagai berikut: Dr. Aktiva yang diperoleh untuk ijarah xxx Cr. Persediaan
ijarah xxx. Pencatatan yang harus dilakukan oleh Bank Syariah “X” saat pelaksanaan akad
ijarah, haruslah mengacu pada PSAK 107, agar terjadi kesusauaian antara PSAK dan
prakteknya. Adapun jurnalnya sebagai berikut :

Dr. Aktiva yang diperoleh untuk ijarah Rp. 500 Juta. Cr. Persediaan ijarah Rp. 500
Juta Bank Syariah “X” sepakat dengan PT. A bahwa mengenai uang sewa yang harus
dibayarkan oleh PT.PBB tiap bulannya ialah Rp. 20 juta. Menurut PSAK 107 tentang ijarah,
pencatatanya adalah sebagai berikut :

viii
Dr. Kas/rekening penyewa Rp. xxx

Cr. Pendapatan Sewa Rp. xxx

Agar pencatatan yang dilakukan sesuai dengan PSAK 107 maka pencatatan yang
harus dilakukan oleh Bank Syariah “X” adalah sebagai berikut:

Dr. Rekening PT. PBB Rp. 20 Juta

Cr. Pendapatan Ijarah Rp. 20 Juta

Saat terjadi jatuh tempo pembayaran sewa Bank Syariah “X” harus mengakui
pembayaran sewa yang telah jatuh tempo sebagai piutang ijarah . Menurut PSAK 107 tentang
ijarah, pencatatan untuk mengakui angsuran sewa yang telah jatuh tempo, yaitu:

Dr. Piutang Pendapatan Ijarah Rp. xxx

Cr. Pendapatan Ijarah Rp. xxx

Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Syariah “X” terhadap angsuran yang jatuh
tempo agar sesuai dengan yang ditetapkan dalam PSAK 107 adalah sebagai berikut:

Dr. Piutang Pendapatan Ijarah Rp. 20Juta

Cr. Pendapatan Ijarah Rp. 20 Juta

Pada saat akad ijarah dilaksanakan yaitu tanggal 14 Juni 2016 ada biaya administrasi
yang harus dibayar oleh PT. A yaitu sebesar 5 Juta, bank akan mencatatnya sebagai
pendapatan fee ijarah. Menurut PSAK 107 tentang ijarah, pencatatan untuk mengakui
pendapatan dari biaya administrasi, yaitu:

Dr. Kas/rekening penyewa xxx

Cr. Pendapatan fee ijarah xxx

Itu artinya pencatatan yang dilakukan oleh Bank Syariah “X” untuk mengakui
pendapatan dari biaya administrasi agar sesuai dengan PSAK 107 adalah sebagai berikut:

Dr. Rekening PT. PBB Rp. 5 Juta

Cr. Pendapatan fee ijarahRp. 5 Juta

Selanjutnya, jika misalnya dilakukan perbaikan atas aset yang disewakan walaupun
secara prinsip aset ijarah adalah milik Bank Syariah “X”, sehingga biaya perbaikan rutin dan
pemeliharaan atas aktiva ijarah tersebut menjadi tanggung jawab Bank Syariah“X” dan
diakui pada saat terjadinya. tetapi, jika biaya perbaikan rutin dan pemeliharaan itu terjadi
karena kelalaian atau kesalahan musta’jir , Bank Syariah “X” akan melakukan penelitian
terlebih dahulu terhadap biaya perbaikan rutin dan pemeliharaan yangnantinya akan
dibebankan kepada bank.

ix
Pada 18 Agustus 2017 PT. A memberikan informasi kepada Bank Syariah “X” bahwa
ada biaya pemeliharaan aktiva ijarah sebesar Rp. 15 Juta. Menurut PSAK 107 tentang ijarah,
pencatatan untuk mengakui biaya perbaikan rutin dan pemeliharaan, yaitu:

Dr. Biaya perbaikan aktiva ijarah xxx

Cr. Kas xxx

Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Syariah “X” untuk mengakui biaya perbaikan
rutin dan pemeliharaan agar sesuai dengan PSAK 107 adalah sebagai berikut:

Dr. Beban perbaikan aktiva ijarah Rp.15 Juta

Cr. Kas 15 Juta.

Dalam hal penyajian Bank Syariah “X” harus mengikuti seperti apa yang dimaksud
didalam PSAK 107, dimana menurut PSAK 107 tentang akuntansi ijarah, penyajian ijarah
disajikan secara netto setelah dikurangi beban yang terkait, misalnya beban penyusutan,
beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya. Penyajian pembiayaan ijarah harus
ditampilkan Neraca.

Bank Syariah “X”. Objek sewa yang dibeli Bank Syariah “X” Indonesia sebesar harga
perolehan yang bertujuan untuk disewakan kembali disajikan dalam neraca pada pos aktiva
yang diperoleh untuk ijarah. Akumulasi penyusutan aktiva ijarah disajikan sebagi pos lawan
dari aktiva ijarah . Begitu juga dengan pendapatan sewa yang sudah jatuh tempo, namun
belum diperoleh Bank Syariah “X” harus disajikan dalam neraca pada pos piutang
pendapatan ijarah. Bank syariah “X” sebagai pemilik aset ijarah sesuai denga PSAK 107
tentang akuntansi ijarah harus mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi
ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada: penjelasan umum isi akad
yang signifikan yang meliputi, tetapi tidak terbatas pada, keberadaan wa’d pengalihan
kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika wa’ad pengalihan kepemilikan),
pembatasan- pembatasan, misalnya ijarah -lanjut, agunan yang digunakan (jika ada). Nilai
perolehan dan akumulasi penyusutan atau amortisasi untuk setiap kelompok aset ijarah .
Keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada). Pengungkapan transaksi ijarah dan ijarah
muntanhiyah bit tamlik pada Bank Syariah “X”, mencakup:

a) kebijakan akuntansi yang digunakan atas transaksi ijarah dan ijarah muntanhiyah bit
tamlik.
b) Kebijakan akuntansi yang ada di Bank Syariah “X” Indonesia mengatur mengenai
penyusutan aktiva yang diperoleh untuk ijarah, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Untuk transaksi ijarah, aktiva ijara h disusutkan dengan menggunakan straight
line method.
2) Sedangkan untuk transaksi IMBT, aktiva ijarah disusutkansesuai dengan masa
sewanya.

x
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Akuntansi dalam bahasa arabnya adalah Al-Muhasabah berasal dari kata masdar
hassaba-yuhasbu yang artinya menghitung atau mengukur. Sedangkan al-Ijarah adalah
perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang memperbolehkan penyewa
memanfaatkan barang tersebut dengan membayar sewa sesuai dengan persetujuan kedua
belah pihak. Setelah masa sewa berakhir, maka barang akan dikembalikan kepada pemilik.
Ijarah sesuai jenisnya dapat dibedakan menjadi: Pertama, Ijarah fee, ijrah fee antara lain:
Ijarah SDB, Ijarah pemeliharaan rahn emas, Ijarah penyimpanan rahn emas. Kedua, Ijarah
asset, ijarah asset dapat dibedakan sebagai berikut: Asset berwujud (Ijarah, IMBT , Jual
ijarah) dan Asset tidak berwujud (Ijarah berlanjut dan Multijasa).

Dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian serta pengungkapan sangat penting bagi
bank syariah di Indonesia untuk menyempurnakan seperti PSAK 107 tentang akuntansi
ijarah. Jangan sampai niat bank syariah untuk mempermudah nasabah untuk memeroleh
pembiayaan justru mengabaikan peraturan sebagaimana mestinya. Keteraturan dan
kesesuaian ini sangat penting guna menjamin kesahihan dalam pencatatan yang dilakukan
oleh bank syariah, karena alangkah indahnya jika pembiayaan yang diberikan dalam hal ini
pembiayaan ijarah yang diberikan tidak menyimpang sebagaimana standar yang
mengaturnya. Penting bagi bank syariah yang selama ini telah memberikan pembiayaan
ijarah namun belum melakukan pencatatan yang sesuai dengan standar untuk lebih
memperhatikan standar- standar yang berlaku dan berterima umum, baik berdasarkan Fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Iindonesia, Pengaturan Standar Akuntansi
Keuangan, sehingga akan tercipta bank syariah yang patuh dan disiplin.

xi
DAFTAR PUSTAKA

Ali Mauludi, Akuntansi Syariah: Pendekatan Normatif, Historis, dan Aplikatif, jurnal
istiqhadha Vol. 1 no.1 juni 2014

Bank Indonesia. 2013. Pedoman PAPSI2013.

Deliyani, Indah. 2008. Skripsi. Analisis Terhadap Aplikasi Pembiayaan ijarah Multijasa Pada
BMT Al-Munawwarah. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Dewi, I. 2009. Analisis Perlakuan Akuntansi Ijarah Dan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada
PT.Bank Muamalat, Tbk Berdasarkan PSAK No. 107. Jakarta:

Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama (MUI) No. 44/DSN- MUI/ VII/2000
tentang Pembiayaan Multiguna.

Haris, H. 2007. Pembiayaan Kepemilikan Rumah (Sebuah Inovasi Pembiayaan Perbankan


Syari’ah). La_Riba Jurnal Ekonomi Islam.

Hijrianto, D. 2010. Pelaksanaan Akad Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik Pada


BankMuamalat Indonesia Cabang Mataram . Semarang:Universitas Diponegoro.

Karim, Adiwarman A. 2015, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi 5.Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.

Rizal Yaya, dkk. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer.
Jakarta: Salemba Empat. Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal. 2008. Islamic
Financial Management . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Suhardjono. 2003. Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah.Yogyakarta: UPP


AMP YKPN.

UU no.10/1998 tentang perbankan dan undang-undang no. 21 tahun 2008 tentang perbankan
syariah

Wasilah, Sri Nurhayati, 2014, Akuntansi Syariah Di Indonesia, Edisi 4. Jakarta: Salemba
Empat.

Yusuf, M., dan Wiroso. 2011. Bisnis Syariah, Edisi 2 . Jakarta: Mitra WacanaMedia.

xii

Anda mungkin juga menyukai