Anda di halaman 1dari 4

Unsur Proses

a. Penerapan Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan perawat
untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan (Potter dan Perry, 2005).

Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional merupakan bagian integral yang dapat
dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Selain itu pelayanan keperawatan
merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra Rumah Sakit, oleh karenanya
kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin.

Standar Asuhan Keperawatan (SAK) sebagai berikut:

1) Standar Pengkajian Keperawatan

2) Standar Diagosa Keperawatan

3) Standar Perencanaan Keperawatan

4) Standar Pelaksanaan Keperawatan

5) Standar Evaaluasi Keperawatan

6) Standar Catatan Keperawatan (Depkes RI, 1999)

Mutu asuhan keperawatan dapat dipertanggung jawabkan secara profesional apabila kriteria – kriteria
tersebut dapat dipenuhi. Dengan memahami dan mematuhi kriteria dalam standar asuhan
keperawatan, yang selanjutnya diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan, maka bukan hanya
keprofesian dijaga dan ditingkatkan, tetapi juga meliputi aspek – aspek keamanan dan kenyamanan
pasien.

b. Pelaksanaan Universal Precaution

Pencegahan terjadinya infeksi nosokomial di Rumah Sakit untuk menghindari terjadinya infeksi selama
pasien dirawat di Rumah Sakit. Pelaksanan pencegahan infeksi nosokomial terdiri atas kewaspadaan
universal, tindakan invasif, tindakan non invasif, tindakan terhadap anak dan neonatus, sterilisasi, dan
desinfeksi.

Universal precaution atau kewaspadaan universal adalah suatu pedoman yang ditetapkan oleh Center
for Disease Control (CDC) tahun 1985 untuk mencegah penyebaran dari berbagai penyakit yang
ditularkan melalui darah di lingkungan Rumah Sakit maupun sarana kesehatan lainnya.

c. Pengelolan Sampah

1) Penanganan Limbah Medis Padat

Penanganan limbah medis padat mulai pemisahan dan pewadahan sampai pengadaan ke TPS
Incinerator. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
konktainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Tujuan dari pengelolaan
sampah ini adalah untuk menjamin limbah medis padat tidak tercecer sehingga tidak menimbulkan
kontaminasi dan infeksi nosokomial di lingkungan RS.

a) Perihal pengelolaan sampah ini diatur dalam beberapa kebijakan :

(1). Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

(2). Perawatan diruangan harus memasukkan semua limbah medis padat, yaitu jarum suntik bekas,
ampuls, botol obat, plastik infus, perban dan lain – lain ke dalam kantong plastik kuning atau tempat
peruntukan yang disediakan.

(3). Instalasi Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan mengambil limbah medis padat kemudian melakukan
proses desinfeksi dan memusnahkan di incenerator

b) Prosedur

(1). Perawat diruangan harus memasukkan limbah medis padat ke dalam kontainer yang dilapisi plastik
kuning.

(2). Kantong plastik setelah terisi 2/3 bagian limbah medis padat, diikat dan diberi lebel asal ruanagn
oleh petugas ruangan.

(3). Petugas instalasi sanitasi mengambil dan mengankut limbah medis padat dari ruangan penghasil
limbah medis padat ke TPS incenerator setiap hari..

(4). Limbah medis padat yang sudah terkumpul di TPS di bakar dan di musnahkan oleh petugas instalasi
sanitasi.

(5). Sisa pembakaran dimasukkan ke karung atau sak untuk di buang ke TPA oleh Dinas Kebersihan.

(6). Kontainer limbah medis padat di ruangan penghasil limbah medis padat dibersihkan, dicuci oleh
petugas Cleaning Servis.

(7). Proses penanganan limbah botol infus, botol kaca, vial obat, dilakaukan dengan bahan desinfektan
oleh instalasi sanitasi.

d. Pelaksanaan 9 Solusi Patien Safety

Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang di buat, mampu mencegah atau
mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan. Sembilan solusi live saving
keselamatan pasien RS meliputi:

1) Perhatikan nama obat, rupa, dan ucaapan mirip (NORUM) (Look Alike, Sound Alike Medication
Namees)

Nama obat, rupa dan ucapan mirip,yang membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab
yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error). Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini
di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merk atau
generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan resiko
dan memastikan terbacabya lresep, label atau perintah yang di cetak lebih dulu, maupun pembuatan
resep secara elektronik.

2) Pastikan identifikasi pasien

Penting untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses,
standarisasi dalam metode identifikasi di RS dalam suatu sistem layanan kesehatan dan partisipasi
pasien dalam konfirmasi ini, serta penggunaan protokol untuk membedakan identitas pasien dengan
nama yang sama.

3) Komunikasi secara benar saat serah terima atau pengoperan pasien

Kesenjangan saat komunikasi serah terima pengoperan pasien antar unit – unit pelayanan serta antar
tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat,
dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.

Penting untuk melakukan serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk
mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis, memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk
bertanya dan menyampaikan pertanyaan – pertanyaan pada saat serah terima dan melibatkan para
pasien serta keluarga dalam proses serah terima.

4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar

Kasus – kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yaang salah
sebagian besar adalah akibat dari mis komunikasi dan tidak adanya informasi atau informasi yang tidak
benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan – kesalahan macam ini adalah tidak
ada atau kurangnya proses pra bedah yang distandarisasi. Penting untuk mencegah kekeliruan yang
tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi pra pembedahan, pemberian tanda pada sisi yang akan
dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur, dan adanya tim yang terlibat dalam proses
untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.

5) Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)

Sementara semua obat – obatan, biologis, vaksin, dan kontras memiliki profil resiko, cairan elektrolit
pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya. Penting untuk membuat standarisasi
dari dosis untuk unit ukuran dan istilah dan pencegahan atas campur aduk atau bingung tentang cairan
elektrolit pekat yang spesifik.

6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan

Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi atau pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan
perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang di desain untuk mencegah salah obat (medication error)
pada titik – titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan suatu data yang paling lengkap
dan akurat dari seluruh medikasi yang sedang diterima pasien. Juga disebut sebagai “home medication
list”, sebagai pembandingan dengan daftar saat administrasi, penyerahan dan atau perintah
pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi, dan komunikasikan daftar tersebut kepada
petugas laynan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.

7) Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube)


Selang, kateter, spuit yang digunakan harus didesain sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan
terjadi KTD yang bisa menyebabkan cedera atas pasien.

8) Gunakan alat injeksi sekali pakai

Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui alat injeksi seperti penyebaran dari HIV, HBV, dan HCV.

9) Tingkatkan kebersihan tangan (Hand hygiene) untuk mencegah infeksi nosokomial

Kebersihan tangan yang efektif adalah preventif yang primer untuk menghindari masalah infeksi
nosokomial. Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan, alkohol base
handscrubs, yang tersedia pada titik – titik pelayanan pasien, tersedianya sumber air pada semua kran,
pendidikan staf mengenai teknik kebersihan tangan yang benar, petunjuk mengingatkan penggunaan
tangan bersih di tempat kerja, dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melelui
pemantauan atau observasi dan teknik – teknik yang lain.

e. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncaanakaan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien serta merupakan titik tolak saking memberikan pengertian antar
perawat dengan pasien (Nursalam, 2000).

Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah membantu pasien untuk menjelaskan dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien
percaya pada hal yang diperlukan, mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan
yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan
dirinya sendiri. Sehingga diharapkan dapat mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan yang dilakukan
dan tujuan pelayanan keperawatan dapaat dicapai secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai