Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGUKURAN TANDA VITAL


Dosen Pembimbing:
Dewi Murni S.Kep M.Kep

Disusun Oleh :
KELOMPOK D
1. Mutiara Salam (3017)
2. Mawaddah Turrahmah (3019)
3. Nafhania Efniyati (3023)
4. Nisya Dwi Adhila (3031)
5. Shofiyyah Maghfuroh (3029)
6. Dea Angelaberti (3033)
7. Dheana Mutia 93025)

8. Indah Mardiani (3045)


9. Tika Nelsya Putri (3035)
10. Natasha Irmayuni (3043)
11. Christina Wangguay (9001)
12. Since Olivia Rumatray (9003)
13. Miftah Fauziyah (3037)
14. Putri Annelydia (3013)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa , karena atas
rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“PENGUKURAN TANDA VITAL” sehingga kami dapat membuat serta menyelesaikan
makalah ini. Pada makalah ini kami tampilkan hasil diskusi kami, kami juga mengambil
beberapa kesimpulan dari hasil diskusi yang kami lakukan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan laporan ini, diantaranya:
1. Yang terhormat Ibu Dewi Murni S.Kep, M.Kep selaku dosen mata kuliah Ilmu
Keperawatan Dasar
2.  Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam pelaksanaan maupun proses penyelesaian
makalah ini. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
pembelajaran.
Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
maupun pembahasan dalam makalah ini, sehingga belum begitu sempurna. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki kekurangan- kekurangan tersebut sehingga laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Padang,31 Januari 2018

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar...................................................................................................................

Daftar Isi............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................................................

BAB II ISI

2.1 Pengukuran Tanda Vital Pada Tekanan Darah............................................................

2.2 Pengukuran Tanda Vital Pada Nadi............................................................................

2.3 Pengukuran Tanda Vital Pada Suhu Tubuh ..............................................................

2.4 Pengukuran Tanda Vital Pada Sistem Pernapasan.....................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................

3.2 Saran..........................................................................................................................

Daftar Pustaka..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan tanda-tanda vital merupaka data yang kita butuhkan dalam
melakukan asuhan keperawatan, melalui data tersebut kita bisa membuat diagnosa dan
mengetahui apa yang sedang dialami oleh pasien tersebut. Pemeriksaaan tanda-tanda vital
sendiri terdiri dari pemeriksaan tekanan darah,nadi, suhu, dan juga pernapasan.
Pemeriksaan tanda-tanda vital ini juga merupakan salah satu jalan untuk memantau
bagaimana kondisi pasien, dan tindakan apa yang harus dilakukan oleh perawat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi pemeriksaan tanda-tanda vital?

2. Bagaimana prosedur pemeriksaaan tanda-tanda vital?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pemeriksaan tanda-tanda
vital
2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemeriksaan tanda-tanda vital
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tekanan Darah


Tekanan darah adalah pengukuran tekanan jantung untuk melawan tahanan dinding
pembuluh darah saat sistole dan diastole. Tekanan darah ini diukur dalam satuan mmHg
dengan alat yang disebut tensimeter.
Pengukuran tekanan darah umumnya dilakukan pada lengan tangan dominan bagian atas.
Ada dua tahapan saat dipompakan dan didengarkan pada saat pengukuran tekanan darah :
a. Tahap Sistole
Pengukuran tekanan saat miokard berkontraksi dan memompakan darah dari
dalam ventrikel. Sistole menggambarkan curah jantung.
b. Tahap Diastole
Periode relaksasi yang menggambarkan tekanan dalam pembuluh darah perifer
setelah darah dipompakan. Diastole menggambarkan tahanan vena perifer. Tahap
diastole juga didefinisikan sebagai periode pengisian jantung oleh darah (Guyton,
1997).

Saat melakukan pengukuran tekanan darah, bunyi yang kita dengarkan Korrotkoff’s.
bunyi ini ada lima bagian :

a. Tahap pertama, suara denyutan terdengar tipis dan jauh, lama lama makin keras.
b. Tahap kedua, suara makin keras dan terdengar bunyi pompaan.
c. Tahap ketiga, suara makin jelas dan teratur.
d. Tahap keempat, suara terdengar makin lirih, dan mulai menghilang
e. Tahap kelima, suara menghilang.

Bunyi systole ditandai oleh bunyi Korrotkoff’s 1 dan diastole ditandai dengan bunyi
Korrotkoff’s 5.

1) Fisiologis Tekanan Darah


Tekanan darah berhubungan dengan curah jantung, tahanan perifer, volume darah,
viskositas darah, dan elastisitas arteri. Setiap factor hemodinamik akan mempengarui satu
sama lain. Perubahan pada salah satu factor dapat menjalar ke factor yang lain sebagai
sarana tubuh untuk melakukan kompensasi.
2) Curah Jantung

Curah jantung (Cardiac output-CO) adalah volume darah yang dipompakan dari jantung
dalam satu menit. Dengan demikian curah jantung merupakan hasil perkalian antara jumlah
volume darah dalam sekali pompa atau volume sekuncup (Stroke volume – SV) dan jumlah
denyut jantung dalam satu menit (Hear Rate – HR).
CO = HR x SV
Tekanan darah (TD) bergantung dari curah jantung dan tahanan perifer (R)
TD = CO x R
Saat volume meningkat dalam ruangan tertutup, tekanan dalam pembuluh darah akan
meningkat. Ini menyebabkan peningkatan curah jantung sehingga banyak darah yang
merenggangkan dinding arteri. Kondisi ini akan meningkatkan tekanan darah. Curah jantung
akan mningkat jika ada peningkatan denyut jantung, peningkatan kontraktilitas otot jantung, atau
peningkatan volume darah. Perubahan denyut jantung terjadi lebih cepat daripada perubahan
kontraktilitas otot jantung. Peningkatan denyut jantung menurunkan waktu pengisian diastolik
dan volume akhir diastolik, yang menyebabkan penurunan denyut jantung. (Crisp dkk, 2003)

3) Tahanan Perifer

Darah beredar keseluruh tubuh melalui saluran, yaitu arteri, arteriola, pembuluh kapiler,
venula, dan vena. Arteri dan tretriola dikelilingi serabut otot halus yang berkontraksi dan
berelaksasi untuk menyesuaikan banyaknya volume darah yang akan masuk ke dalam jaringan.
Arteri dan arteriola akan tetap dalam kondisi konstriksi untuk mempertahankan aliran darah
supaya tetap sama. Semakin kecil lubang pembuluh darah, tahanan nya akan semakin kecil. Saat
tahanannya meningkat, tekanan darah arteri juga meningkat. Begitu juga sebaliknya. (Crisp dkk,
2003)

4) Volume Darah
Volume darah yang beredar sangat mempengaruhi tekanan darah. Volume darah dalam
tubuh orang dewasa rata – rata berjumlah 5000ml. Normalnya volume darah ini tetap konstan.
Jika volume darah meningkat, tekanan terhadap dinding arteri akan meningkat sehingga tekanan
darah juga meningkat. Kondisi ini terjadi pada pemberian cairan intravena yang tidak terkendali
dan begitupun juga sebaliknya. (Crisp dkk, 2003)

5) Viskositas darah

Viskositas darah merupakan kekentalan darah. Viskositas darah dilihat dari hasil
pemeriksaan hematokrit. Hematokrit adalah persentase sel darah yang ada dalam pembuluh
darah. Saat hematokrit meningkat dan aliran darah melambat, tekanan arteri juga meningkat.
Sehingga jantung memompa lebih kuat supaya darah yang kental ke seluruh jaringan tubuh.
(Crisp dkk, 2003)

6) Elastisitas

Normal nya dinding pembuluh arteri sangat elastis. Saat tekanan darah yang melalui
arteri sangat besar dan banyak, dinding arteri akan melebar supaya darah bisa melalui arteri.
Elastisitas arteri berfluktuasi, bergantung pada tekanan darah. Pada penyakit tertentu
(arteriosklerosis), dinding pembuluh arteri kehilangan elastisitasnya digantikan oleh jaringan
fibrosa yang tidak lentur. Penurunan elastisitas menyebabkan kenaikan tekanan darah. (Crisp
dkk, 2003)

a) Faktor Yang Memengaruhi Tekanan Darah


1. Lebar manset. Jika manset yang digunakan lebih sempit, maka pengukuran yang didapat
akan lebih tinggi. Lebar manset untuk orang dewasa adalah 12 cm sedangkan pada bayi
dan anak lebar mansetnya lebih kecil lagi.
2. Posisi. Ada perbedaan hasil pengukuran antara posisi berdiri, duduk, dan berbaring.
Sebaiknya mengukur tekanan darah dalam tiga posisi yang berbeda ini.
3. Stressor psikologi dan fisik, misalnya: cemas, ketakutan, nyeri, dan emosi akan
merangsang saraf simpatis dan menimbulkan peningkatan denyut jantung, curah jantung,
dan tahanan perifer.
4. Rokok.
5. Ras.
6. Usia. Rentang normal tekanan darah berbeda tiap tahapan usia. Tekanan darah pada anak
yang bertubuh besar cenderung lebih tinggi dari yang bertubuh kecil. Seiring
bertambahnya usia, tekanan darah akan meningkat disebabkan Karen penurunan
elastisitas pembuluh darah.
7. Variasi diurnal (variasi tekanan dalam satu hari). Biasanya tekanan darah saat bangun
tidur cenderung lebih rendah dan akan meningkat secara perlahan pada siang hari.
Tekanan darah mencapai puncaknya pada malam hari.
8. Jenis kelamin. Tekanan darah pada laki – laki cenderung lebih tinggi pada saat pubertas
dibandingkan dengan wanita. Akan tetapi, pada menopause tekanan darah wanita lebih
tinggi dibanding laki-laki

b) Rentang Normal Hasil Pengukuran Tekanan Darah

Usia Systole (mmHg) Dyastole (mmHg) Rata-rata (mmHg)

Newborn 65-95 30-60 80/60

Infant 65-115 42-80 90/61

3 Tahun 76-122 46-84 99/65

6 Tahun 85-115 48-64 100/56

10 Tahun 93-125 46-68 109/58

14 Tahun 99-137 51-71 118/61

Adult 100-140 60-90 120/80

Elderly 100-160 60-90 130/80

c) Penyakit yang Terjadi Karena Tekanan Darah


1) Hipertensi

Hipertensi adalah penyakit yang sering ditemukan dan menyebabkan kematian karena
stroke dan merupakan factor pencetus terjadinya infark miokard. Hipertensi adalah kelainan
asimtomastis yang ditandai dengan hasil pengukuran tekanan darah yang tetap tinggi dalam
waktu yang lam.

Kategori Sistol (mmHg) Diastole (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Normal tinggi 130 – 139 85 – 89

2) Hipotensi

Hipotensi terjadi karena dilatasi pembuluh darah arteri, penurunan volume darah
(perdarahan), atau adanya kegagalan jantung untuk memompakan darah ke seluruh tubuh (gagal
jantung). Hipotensi terjadi jika systole kurang dari 90 mmHg atau dibawahnya. Hipotensi
ditandai dengan peningkatan denyut nadi, keringat dingin, kulit yang lengket, gelisah, dan
penurunan produksi urine. Hipotensi postural (hipotensi ortostatik) terjadi karena perubahan
posisi tubuh dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi dan terjadi dengan cepat.

d) Prosedur Pemeriksaan Tekanan Darah


a. Persiapan Alat
1. Sfigmomanometer atau aneroid tensimeter
2. Stetoskop
3. Satung tangan bersih
4. Kom untuk tempat sarung tangan
5. Baki
6. Alas baki
7. Buku catatan
b. Persiapan Pasien
1. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien.
2. Atur lingkungan sekitar pasien.
c. Prosedur Tindakan
1. Alat-alat didekatkan.
2. Jelaskan tujuan tindakan.
3. Beri posisi yang sesuai.
4. Buka lengan baju atau gulung ke atas.
5. Letakkan tensimeter sejajar jantung.
6. Pasang manset tensimeter pada lengan atas 2 -3 cm di atas fossa cubiti dengan
pipa karetnya berada di luar lengan.
7. Ranba denyut arteri brakialis, lalu letakkan stetoskop di daerah tersebut.
8. Tutup skrup balon karet dan buka pengunci raksa. Lalu pompa balon sampai
denyut arteri tidak terdengar dan air raksa naik.
9. Buka skrup balon perlahan-lahan sehingga air raksa turun perlahan-lahan, lalu
dengarkan bunyi denyuan pertama dan terakhir.
10. Pasien di rapikan dan beritahu hasilnya.
11. Alat – alat dirapikan.
12. Cuci tangan.
13. Catat hasil.

2.2 Pemeriksaan Nadi


Nadi atau pulse adalah getaran denyutan aliran darah pada arteri yang bisa di palpasi pada
berbagai macam titik di tubuh. Nadi dihasilkan oleh ejeksi volume sekuncup dan distensi
dinding aorta, secara bersamaan menciptakan gelombang nadi yang merambat hingga titik
distal arteri. Karena perambatan nadi ini hingga mencapai bawah tulang dan otot, kita bisa
mempalpasi nadi dengan menekan secara lembut di atas beberapa lokasi titik nadi.

a) Fisiologis Nadi

Darah beredar jika seluruh tubuh melalui saluran yang saling bersambungan. Impuls
elktrik berasal dari nodus SA akan menjalar ke otot jantung menyebabkan jantung
berkontraksi untuk mengeluarkan darah. Saat darah keluar dari jantung, dinding aorta
berdilatasi dan menyebabkan getaran yang akan menjalar dengan cepat ke seluruh dinding
arteri. Getaran ini akan bergerak 15 kali lebih cepat pada dinding aorta dan 100 kali lebih
cepat di arteri kecil (Guyton, 1997).

b) Faktor – faktor yang Memengaruhi Frekuensi Nadi

Kategori Sistol (mmHg) Diastole (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Normal tinggi 130 – 139 85 – 89

c) Karakteristik Nadi

Saat pemeriksaan ada beberapa karakteristik nadi

1. Kualitas nadi, bagaimana nadi bergetar, ritme dan kekuatannya.


2. Kuantitas atau jumlah nadi, adalah pengukuran tidak langsung curah jantung. Nilai
didaptkan dengan menghitung jumlah nadi apical pada titik – titik nadi dalam satu
menit. Frekuensi normal nadi orang dewasa 60-100 kali per menit.
a. Bradikardi, denyut nadi < 60 kali per menit
b. Kakikardi, denyut nadi > 100 kali per menit
3. Ritme nadi adalah keteraturan denyut nadi
a. Regular : teratur, jarak antar denyut sama
b. Tidak regular / disritmia : jarak antar denyut tidak sama
4. Volume nadi adalah pengukuran amplitude atau kekuatan nadi yang dihasilkan oleh
ejeksi ventrikel
a. Normal : nadi teraba kuat dan penuh
b. Lemah : teraba dangkal dan lemah
c. Kuat.
d) Pengkajian Nadi

Titik Nadi Kriteria Pengkajian


Temporal : di atas Os. Temporalis dibagian Dilakukan pada bayi jika tidak dapat
superior dan lateral mata dilakukan pemeriksaan pada nadi radialis
Karotis : letaknya di lateral, di bawah otot Mudah diakses : diraba di bawah rahang
sternokleidomastoideus bawah saat mengalami syok atau jika ada
pasien mengalami henti jantung saat nadi
di tempat lain teraba lemah. Juga
digunakan saat pemeriksaan kepatenan
sirkulasi ke otak
Apikal : didengarkan pada garis Digunakan untuk mendengarkan suara
midclavicula kiri pada intercosta ke-4 atau jantung
ke-5
Brachialis: alur diantara otot biseps dan Digunakan untuk mengkaji status sirkulasi
trisep pada fossa antekubital. ke lengan bawah
Radialis : radial atau di sisi ibu jari dari jari Untuk mengkaji karakter nadi perifer dan
telunjuk pada pergelangan tangan status sirkulasi ke tangan
Ulnaris : Bagian ulnar dari pergelangan Untuk mengkaji status sirkulasi ke tangan
tangan
Femoralis : di bawah ligament inguinal di Untuk mengkaji status nadi pada saat syok
tengah antara simfisis kubis dan spina psikologis atau henti jantung saat nadi lain
iliaka anterior superior tidak diraba dan untuk mengkaji status
sirkulasi ke tungkai
Poplitea : di belakang tumit pada fossa Untuk mengkaji status nadi pada saat syok
pupliteal psikologis atau henti jantung saat nadi lain
tidak diraba dan untuk mengkaji status
sirkulasi ke tungkai
Tibia posterior : bagian dalam pergelangan Untuk mengkaji status sirkulasi ke kaki
kaki di bawah maleolus medial

e) Rentang Normal Hasil Pengukuran Nadi

Usia Frekuensi denyut nadi per menit


Bayi 120-190
Todler 90-140
Prasekolah 80-110
Usia Sekolah 75-100
Remaja 60-90
Dewasa 60-100

f) Prosedur Pemeriksaan Nadi Arteri Radialis


a. Persiapan alat
1. Arloji
2. Jari perawat
3. Buku catatan
4. Kom untuk tempat sarung tangan
5. Baki
6. Alas baki
b. Persiapan pasien
1. Jelaskan tujuan tindakan
2. Atur lingkungan sekitar pasien
c. Prosedur tindakan
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat pada klien
3. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
4. Atur posisi dengan telentang atau duduk
5. Anjurkan klien untuk rileks
6. Tempelkan tiga jari pada daerah arteri
7. Hitung denyut nadi selama satu menit sambil merasakan kedalaman dan keteraturan
8. Catet hasil
9. Rapikan alat
10. Posisi klien dikembalikan ke posisi semula
11. Cuci tangan

g) Prosedur Pemeriksaan Nadi Apikal


a. Persiapan alat
1. Arloji
2. Stetoskop
3. Buku catatan
4. Kom
5. Baki
6. Alas baki
b. Persiapan pasien
1. Jelaskan tujuan tindakan
2. Atur lingkungan sekitar pasien
c. Prosedur tindakan
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat pada klien
3. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan, anjurkan klien untuk rileks
4. Posisikan klien semifowler atau telentang
5. Buka baju bagian atas supaya dada bisa dilihat. Tarik garis imajiner pada
midclavicula sinistra,potongkan dengan intercostra ke-5 (ICS V), pastikan titik
pertemuan kedua garis tersebut
6. Letakkan diafragma stetokop selama 5-10 detik pada telapak tangan untuk
menghangatkan diafragma. Letakkan diafragma pada titik pertemuan kedua garis
tadi.
7. Dengarkan bunyi S1 dan S2 jantung, hitung saat mulai terdengar teratur. Hitung
selama 30 detik lalu kalikan 2. Jika denyutan terdengar teratur. Jika denyutan tidak
terdengar teratur hitung selama 1 menit penuh
8. Catat hasil, bandingkan dengan hasil pengukuran nadi perifer
9. Rapikan alat dan posisikan klien pada posisi semula
10. Cuci tangan

2.3 Suhu

Suhu adalah rasa panas atau rasa dingin suatu zat. Suhu adalah perbedaan antara
panas yang dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang dilepaskan ke lingkungan.
Termoregulasi adalah fungsi fisiologis tubuh untuk mempertahankan agar suhu tubuh
tetap konstan. Pengukuran suhu tubuh didokumentasikan dengan satuan derajat (°C)
misalnya 38°C.

Fisiologi pengaturan suhu

Hipotalamus adalah pusat integrasi utama untuk memelihara keseimbangan energy dan
suhu tubuh. Hipotalamus menerima informasi dari serabut aferen mengenai suhu diberbagai
bagian tubuh dan memulai penyeseuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam mekanisme
penambahan dan pengurangan suhu sesuai keperluan tubuh. Bagian depan hipotalamus mengatur
preoses pembuangan panas, sedangkan bagian belakang hipotalamus mengatur proses
penyimpanan panas.

Tingkat respons terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaiakan secara cermat sehingga
panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sangat sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan suhu
ke normal. Suhu tubuh dibagi menjadi 2, yaitu suhu inti dan suhu kulit. Suhu inti adalah suhu
dari jaringan tubuh yang ada di dalam. Suhu ini hamper selalu konstan, kecuali seseorang sedang
demam. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral yang terletak di hipotalamus serta
disusunan saraf pusat dan organ abdomen. Suhu kulit naik dan turun sesuai suhu lingkungan.
Suhu ini penting untuk mengetahui kemampuan kulit melepaskan panas ke lingkungan (Guyton,
1997).

Ada beberapa cara yang dilakukan tubuh untuk mengatur panas dalam tubuh yaitu
sebagai berikut :

1. Radiasi : penghilangan panas melalui radiasi sinar inframerah. Kehilangan panas dengan
cara ini mencapai 60% dari semua kehilangan panas tubuh.
2. Konduksi : kehilangan panas melalui benda padat yang menempel pada tubuh. Total
kehilangan panas tubuh dengan cara ini mencapai 15%.
3. Konveksi : pergerakan panas tubuh dari permukaan tubuh, terjadi bersamaan dengan
konduksi. Kehilangan panas tubuh dengan cara ini bisa mencapai 15% jika perputaran
udara disekitar tubuh tetap konstan.
4. Evaporasi : keluarnya panas dari dalam tubuh melalui gas atau partikel keringat secara
terus-menerus dari dalam tubuh. Air akan teteap keluar dari tubuh meskipun kondisi
sekitar tidak panas. Kehilangan air tubuh bisa mencapai 450-600 cc/hari. Selain melalui
keringat, kehilangan panas tubuh juga bisa berasal dari kerja pasru-paru dan system
pernafasan.

a) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengaturan suhu tubuh, antara lain
sebagai berikut :

1. Laju metabolisme basal semua sel tubuh.


2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan oleh aktivitas otot, termasuk kontraksi otot
karena menggigil.
3. Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh tiroksin terhadap sel.
4. Metabolisme tambahan karena efek epinefrin, norepinefrin, dan rangsangan simpatis
terhadap sel.
5. Metabolisme tambahan akibat aktivitas kimiawi dalam sel, bila temperatur sel meningkat.

b) Hasil Pengukuran Suhu Tubuh

Hasil pengukuran suhu tubuh bisa bervariasi, bergantung pada berbagai macam faktor. Berikut
adalah rentang hasil pengukuran suhu berdasarkan usia.

USIA LOKASI °C
Bayi baru lahir Aksila 33,5-39,5
1 tahun Oral 37,7
3 tahun Oral 37,2
5 tahun Oral 37,0
Dewasa Oral 37,0

Secara umum, kelainan hasil pengukuran suhu tubuh dibagi menjadi 2, yaitu hipertemia
dan hipotermia. Hipotermia dinyatakan pada saat hasil pengukuran suhu tubuh < 35°C.
Hipotermia ditandai dengan penurunan metabolisme tubuh, menyebabkan penurunan frekuensi
nadi, respirasi, dan tekanan darah. Jika tidak ditangani dapat menyebabkan henti jantung.
Hipertemia dinyatakan pada saat hasil pengukuran suhu tubuh > 37,6°C. Hipertemia ditandai
dengan peningkatan metabolisme tubuh.

Peningkatan suhu tubuh juga dapat disebabkan oleh pirogen (virus, bakteri, jamur, dan
beberapa antigen). Tirogen melepaskan racun endogen dan eksogen yang akan menyebabkan sel
darah putih bekerja dan merangsang pusat pengaturan suhu di hipotalamus.

c) Prosedur Pemeriksaan Suhu

Ada beberapa tempat untuk memeriksa suhu tubuh, yaitu sebagai berikut :

1. Aksila (ketiak)
2. Rektal (anus)
3. Oral (mulut)
4. Timpani (telinga)

Persiapan alat :

1. Termometer (aksila, rektal, oral, atau timpani)


2. Tiga wadah yang berisi air savlon, air sabun, dan air bersih.
3. Tisu
4. Bengkok
5. Sarung tangan bersih
6. Kom
7. Baki
8. Alas baki
9. Spidol / pulpen merah-biru
10. Buku untuk mencatat

Persiapan klien :

1. Jelaskan pada klien tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan.


2. Atur lingkungan sekitar klien

Prosedur pengukuran suhu dengan thermometer aksila


1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat ke klien
3. Identifikasi klien
4. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5. Priksa thermometer apakah air raksa tepat pada angka dibawah 35°C
6. Atur posisi pasien sesuai kondisi pasien
7. Buka baju lengan pasien (jika perlu), lalu keringkan ketiak dengan tisu
8. Jepitkan thermometer pada ketiak klien dengan reservoir tepat di tengah ketiak dan
lengan klien dilipatkan ke dada (awasi dan dampingi khusus pada penderita tidak sadar
dan anak-anak)
9. Setelah 5-10 menit, thermometer diangkat dan langsung dibaca, kemudian di catat.
10. Bersihkan thermometer dengan cara :
a. Celupkan thermometer pada botol yang berisi savlon atau cairan disinfektan lainnya,
b. Celupkan thermometer pada botol yang berisi sabun,
c. Keringkan dengan tisu.
11. Air raksa diturunkan kembali dan thermometer diletakkan pada tempatnya.
12. Klien dikembalikan pada posisi semula.
13. Rapikan alat
14. Cuci tangan

Prosedur pengukuran suhu dengan thermometer rektal

1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat pada klien
3. Identifikasi klien
4. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5. Priksa thermometer apakah air raksa tepat pada angka < 35°C.
6. Atur posisi klien dengan tidur miring pada orang dewasa dan telentang pada bayi.
7. Celana dalam atau popok klien diturunkan sampai kebawah bokong dan tutup tubuh
dengan selimut.
8. Dorong pantat bagian atas ke atas hingga anus terlihat.
9. Bersihkan anus dengan potongan tisu
10. Masukkan thermometer kedalam anus secara perlahan dan anjurkan klien untuk bernafas
panjang dan masukkan sepanjang 3 inci untuk dewasa dan setengah inci untuk bayi
sambil mengangkat kaki bayi ke atas dengan ujung thermometer di pegang.
11. Setelah 3-5 menit thermometer diambil perlahan kemudian dilap dengan tisu dan dibaca,
kemudian di catat.
12. Bersihkan thermometer
a. Celupkan thermometer pada botol yang berisi savlon atau cairan disinfektan lainnya.
b. Celupkan thermometer pada botol yang berisi sabun
c. Masukkan pada botol berisi air bersih
d. Keringkan dengan tisu
13. Air raksa diturunkan kembali dan thermometer diletakkan pada tempatnya.
14. Pasien di kembalikan pada posisi semula
15. Alat-alat di bereskan
16. Cuci tangan

Prosedur pengukuran suhu dengan thermometer oral.

1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat pada klien
3. Identifikasi klien
4. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5. Priksa thermometer apakah air raksa tepat pada angka < 35°C.
6. Atur posisi klien
7. Minta klien untuk mengangkat lidah ke atas
8. Letakkan dengan hati-hati thermometer oral dibawah lidah dibagian tengah
9. Instruksikan klien untuk menutup mulut dan menjepit thermometer dengan bibirnya dan
tidak berbicara selama thermometer berada pada mulutnya
10. Setelah 3-5 menit thermometer diambil perlahan kemudian dilap dengan tisu dan dibaca,
kemudian di catat.
11. Bersihkan thermometer
e. Celupkan thermometer pada botol yang berisi savlon atau cairan disinfektan lainnya.
f. Celupkan thermometer pada botol yang berisi sabun
g. Masukkan pada botol berisi air bersih
h. Keringkan dengan tisu
12. Air raksa diturunkan kembali dan thermometer diletakkan pada tempatnya.
13. Pasien di kembalikan pada posisi semula
14. Alat-alat di bereskan
15. Cuci tangan

2.4 .FREKUENSI PERNAPASAN

Respirasi adalah mekanisme yang dilakukan tubuh untuk mengeluarkan karbon dioksida
ke udara dan mendapatkan oksigen dari udara untuk dibawa ke sel tubuh (Crisp ddk, 2003).
Proses respirasi terdiri atas empat mekanisme fungsional yang utama.

1. Ventilasi paru : masuk dan keluarnya oksigen antara atmosfer dan alveoli paru
2. Difusi : peredaran oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah
3. Transpor oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel.
4. Pengaturan ventilasi dan hal-hal lain dari pernapasan

a) Fisiologi Pernapasan

Pernapasan dilakukan secara tidak sadar dan spontan. Pengaturan nafas dilakukan oleh
batang otak. Saluran pernapasan terdiri atas hidung, laring, faring, trakea, dan paru-paru. Paru-
paru terdiri atas bronkus, bronkeolus, dan alveolus. Ada 3 macam respirasi yaitu :

1. Respirasi eksternal : pertukaran gas dari udara bebas dengan darah. Terdiri atas 2 tahap :
a. Inspirasi : proses menghirup napas, berguna untuk mengambil oksigen dari udara
b. Ekspirasi : proses menghembuskan napas, berguna untuk mengeluarkan
karbondioksida ke udara.
Satu kali proses respirasi adalah satu inspirasi dan satu ekspirasi
2. Respirasi internal : pertukaran gas dari darah ke dalam atau keluar sel
3. Respirasi sel : proses penggunaan oksigen untuk metabolism dalam sel dan dihasilkannya
co2 sebagai hasil sampingan
Ventilasi pulmonal dihasilkan oleh gerakan paru-paru yang bisa meluas dan
berkontraksi dengan cara sebagai berikut :

1. Menggerakan diafragma ke atas dan kebawah untuk memanjangkan atau memendekkan


rongga toraks.
2. Mengelevasikan dan mendepresikan kostae untuk menambah atau mengurangi diameter
anteroposterior rongga toraks.

Saat rongga toraks bergerak, paru-paru juga ikut mengembang. Paru-paru tidak
melekat pada rongga toraks karena dilapisi oleh selaput. Selaput yang melekat pada paru-
paru disebut pleuora viselaris, sedangkan selaput yang melekat pada rongga toraks
disebut sebagai pleura parietalis. Saat paru-paru mengembang diafragma turun. Rongga
toraks bertekanan negative sehingga udara luar bertekan positif masuk kedalam paru-
paru. Proses sebaliknya terjadi saat ekspirasi. Rongga toraks akan menyempit,
menyebabkan diafragma naik dan mendorong udara untuk keluar dari paru-paru.

b) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pernapasan

Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi pernapasan, yaitu :

1. Fisik, misal ada kelainan bentuk dada, penyakit pernapasan yang sudah menahun, serta
adanya gangguan pada fungsi dan struktur pernapasan.
2. Psikologis : stress dan cemas
3. Sosiokultural : merokok
4. Lingkungan : adanya alergi dan polusi

USIA RENTANG NORMAL RATA-RATA NORMAL


(KALI/MENIT) (KALI/MENIT)
Bayi baru lahir 30-50 40
1 tahun 20-40 30
3 tahun 20-30 25
6 tahun 16-22 19
14 tahun 14-20 17
Dewasa 12-20 18
c) Prosedur Pemeriksaan Frekuensi Pernapasan

Persiapan alat :

1. Tangan perawat
2. Sarung tangan bersih
3. Jam tangan
4. Buku catatan
5. Kom untuk tempat sarung tangan
6. Baki
7. Alas baki

Persiapan lingkungan : Jelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan

Prosedur tindakan :

1. Letakkan tangan klien diatas perut, pegang dengan tangan dominan anda untuk
memeriksa
2. Perhatikan gerakan dinding dada dan diafragma klien. Satu kali respirasi adalah satu
inspirasi dan satu ekspirasi. Hitung frekuensi pernapasan klien selama satu menit.
3. Catat hasil penghitungan pada buku catatan tanda-tanda vital dan catatan perkembangan
keperawatan serta beritahukan hasilnya pada klien. Bila ada kelainan segera laporkan
kepada penanggung jawab ruangan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan adalah suatu hal yang sangat penting bagi tubuh kita, salah satu
menjaga agar badan kita tetap sehat adalah dengan menjaga kesehatan organ vital kita
yang terdiri dari tekanan darah,nadi,suhu dan juga pernapasan.

3.2 Saran
Jagalah selalu kesehatan, salah satunya dengan menjaga kesehatan vital, dan
untuk para perawat tentu harus teliti dalam melakukan pemeriksaan tanda vital pasien
karena itu berpengaruh besar bagi kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Debora,Oda.2012.Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik.Jakarta:Salemba Medika


Aryani,Ratna,Ratna Aryani,wartonah.2015.Anatomi dan Fisiologi.jakarta: Trans Info Medika

Anda mungkin juga menyukai