Disusun Oleh :
KELOMPOK D
1. Mutiara Salam (3017)
2. Mawaddah Turrahmah (3019)
3. Nafhania Efniyati (3023)
4. Nisya Dwi Adhila (3031)
5. Shofiyyah Maghfuroh (3029)
6. Dea Angelaberti (3033)
7. Dheana Mutia 93025)
Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa , karena atas
rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“PENGUKURAN TANDA VITAL” sehingga kami dapat membuat serta menyelesaikan
makalah ini. Pada makalah ini kami tampilkan hasil diskusi kami, kami juga mengambil
beberapa kesimpulan dari hasil diskusi yang kami lakukan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan laporan ini, diantaranya:
1. Yang terhormat Ibu Dewi Murni S.Kep, M.Kep selaku dosen mata kuliah Ilmu
Keperawatan Dasar
2. Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam pelaksanaan maupun proses penyelesaian
makalah ini. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
pembelajaran.
Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
maupun pembahasan dalam makalah ini, sehingga belum begitu sempurna. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki kekurangan- kekurangan tersebut sehingga laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................................
Daftar Isi............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................................
Daftar Pustaka..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pemeriksaan tanda-tanda
vital
2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemeriksaan tanda-tanda vital
BAB II
PEMBAHASAN
Saat melakukan pengukuran tekanan darah, bunyi yang kita dengarkan Korrotkoff’s.
bunyi ini ada lima bagian :
a. Tahap pertama, suara denyutan terdengar tipis dan jauh, lama lama makin keras.
b. Tahap kedua, suara makin keras dan terdengar bunyi pompaan.
c. Tahap ketiga, suara makin jelas dan teratur.
d. Tahap keempat, suara terdengar makin lirih, dan mulai menghilang
e. Tahap kelima, suara menghilang.
Bunyi systole ditandai oleh bunyi Korrotkoff’s 1 dan diastole ditandai dengan bunyi
Korrotkoff’s 5.
Curah jantung (Cardiac output-CO) adalah volume darah yang dipompakan dari jantung
dalam satu menit. Dengan demikian curah jantung merupakan hasil perkalian antara jumlah
volume darah dalam sekali pompa atau volume sekuncup (Stroke volume – SV) dan jumlah
denyut jantung dalam satu menit (Hear Rate – HR).
CO = HR x SV
Tekanan darah (TD) bergantung dari curah jantung dan tahanan perifer (R)
TD = CO x R
Saat volume meningkat dalam ruangan tertutup, tekanan dalam pembuluh darah akan
meningkat. Ini menyebabkan peningkatan curah jantung sehingga banyak darah yang
merenggangkan dinding arteri. Kondisi ini akan meningkatkan tekanan darah. Curah jantung
akan mningkat jika ada peningkatan denyut jantung, peningkatan kontraktilitas otot jantung, atau
peningkatan volume darah. Perubahan denyut jantung terjadi lebih cepat daripada perubahan
kontraktilitas otot jantung. Peningkatan denyut jantung menurunkan waktu pengisian diastolik
dan volume akhir diastolik, yang menyebabkan penurunan denyut jantung. (Crisp dkk, 2003)
3) Tahanan Perifer
Darah beredar keseluruh tubuh melalui saluran, yaitu arteri, arteriola, pembuluh kapiler,
venula, dan vena. Arteri dan tretriola dikelilingi serabut otot halus yang berkontraksi dan
berelaksasi untuk menyesuaikan banyaknya volume darah yang akan masuk ke dalam jaringan.
Arteri dan arteriola akan tetap dalam kondisi konstriksi untuk mempertahankan aliran darah
supaya tetap sama. Semakin kecil lubang pembuluh darah, tahanan nya akan semakin kecil. Saat
tahanannya meningkat, tekanan darah arteri juga meningkat. Begitu juga sebaliknya. (Crisp dkk,
2003)
4) Volume Darah
Volume darah yang beredar sangat mempengaruhi tekanan darah. Volume darah dalam
tubuh orang dewasa rata – rata berjumlah 5000ml. Normalnya volume darah ini tetap konstan.
Jika volume darah meningkat, tekanan terhadap dinding arteri akan meningkat sehingga tekanan
darah juga meningkat. Kondisi ini terjadi pada pemberian cairan intravena yang tidak terkendali
dan begitupun juga sebaliknya. (Crisp dkk, 2003)
5) Viskositas darah
Viskositas darah merupakan kekentalan darah. Viskositas darah dilihat dari hasil
pemeriksaan hematokrit. Hematokrit adalah persentase sel darah yang ada dalam pembuluh
darah. Saat hematokrit meningkat dan aliran darah melambat, tekanan arteri juga meningkat.
Sehingga jantung memompa lebih kuat supaya darah yang kental ke seluruh jaringan tubuh.
(Crisp dkk, 2003)
6) Elastisitas
Normal nya dinding pembuluh arteri sangat elastis. Saat tekanan darah yang melalui
arteri sangat besar dan banyak, dinding arteri akan melebar supaya darah bisa melalui arteri.
Elastisitas arteri berfluktuasi, bergantung pada tekanan darah. Pada penyakit tertentu
(arteriosklerosis), dinding pembuluh arteri kehilangan elastisitasnya digantikan oleh jaringan
fibrosa yang tidak lentur. Penurunan elastisitas menyebabkan kenaikan tekanan darah. (Crisp
dkk, 2003)
Hipertensi adalah penyakit yang sering ditemukan dan menyebabkan kematian karena
stroke dan merupakan factor pencetus terjadinya infark miokard. Hipertensi adalah kelainan
asimtomastis yang ditandai dengan hasil pengukuran tekanan darah yang tetap tinggi dalam
waktu yang lam.
2) Hipotensi
Hipotensi terjadi karena dilatasi pembuluh darah arteri, penurunan volume darah
(perdarahan), atau adanya kegagalan jantung untuk memompakan darah ke seluruh tubuh (gagal
jantung). Hipotensi terjadi jika systole kurang dari 90 mmHg atau dibawahnya. Hipotensi
ditandai dengan peningkatan denyut nadi, keringat dingin, kulit yang lengket, gelisah, dan
penurunan produksi urine. Hipotensi postural (hipotensi ortostatik) terjadi karena perubahan
posisi tubuh dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi dan terjadi dengan cepat.
a) Fisiologis Nadi
Darah beredar jika seluruh tubuh melalui saluran yang saling bersambungan. Impuls
elktrik berasal dari nodus SA akan menjalar ke otot jantung menyebabkan jantung
berkontraksi untuk mengeluarkan darah. Saat darah keluar dari jantung, dinding aorta
berdilatasi dan menyebabkan getaran yang akan menjalar dengan cepat ke seluruh dinding
arteri. Getaran ini akan bergerak 15 kali lebih cepat pada dinding aorta dan 100 kali lebih
cepat di arteri kecil (Guyton, 1997).
c) Karakteristik Nadi
2.3 Suhu
Suhu adalah rasa panas atau rasa dingin suatu zat. Suhu adalah perbedaan antara
panas yang dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang dilepaskan ke lingkungan.
Termoregulasi adalah fungsi fisiologis tubuh untuk mempertahankan agar suhu tubuh
tetap konstan. Pengukuran suhu tubuh didokumentasikan dengan satuan derajat (°C)
misalnya 38°C.
Hipotalamus adalah pusat integrasi utama untuk memelihara keseimbangan energy dan
suhu tubuh. Hipotalamus menerima informasi dari serabut aferen mengenai suhu diberbagai
bagian tubuh dan memulai penyeseuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam mekanisme
penambahan dan pengurangan suhu sesuai keperluan tubuh. Bagian depan hipotalamus mengatur
preoses pembuangan panas, sedangkan bagian belakang hipotalamus mengatur proses
penyimpanan panas.
Tingkat respons terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaiakan secara cermat sehingga
panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sangat sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan suhu
ke normal. Suhu tubuh dibagi menjadi 2, yaitu suhu inti dan suhu kulit. Suhu inti adalah suhu
dari jaringan tubuh yang ada di dalam. Suhu ini hamper selalu konstan, kecuali seseorang sedang
demam. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral yang terletak di hipotalamus serta
disusunan saraf pusat dan organ abdomen. Suhu kulit naik dan turun sesuai suhu lingkungan.
Suhu ini penting untuk mengetahui kemampuan kulit melepaskan panas ke lingkungan (Guyton,
1997).
Ada beberapa cara yang dilakukan tubuh untuk mengatur panas dalam tubuh yaitu
sebagai berikut :
1. Radiasi : penghilangan panas melalui radiasi sinar inframerah. Kehilangan panas dengan
cara ini mencapai 60% dari semua kehilangan panas tubuh.
2. Konduksi : kehilangan panas melalui benda padat yang menempel pada tubuh. Total
kehilangan panas tubuh dengan cara ini mencapai 15%.
3. Konveksi : pergerakan panas tubuh dari permukaan tubuh, terjadi bersamaan dengan
konduksi. Kehilangan panas tubuh dengan cara ini bisa mencapai 15% jika perputaran
udara disekitar tubuh tetap konstan.
4. Evaporasi : keluarnya panas dari dalam tubuh melalui gas atau partikel keringat secara
terus-menerus dari dalam tubuh. Air akan teteap keluar dari tubuh meskipun kondisi
sekitar tidak panas. Kehilangan air tubuh bisa mencapai 450-600 cc/hari. Selain melalui
keringat, kehilangan panas tubuh juga bisa berasal dari kerja pasru-paru dan system
pernafasan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengaturan suhu tubuh, antara lain
sebagai berikut :
Hasil pengukuran suhu tubuh bisa bervariasi, bergantung pada berbagai macam faktor. Berikut
adalah rentang hasil pengukuran suhu berdasarkan usia.
USIA LOKASI °C
Bayi baru lahir Aksila 33,5-39,5
1 tahun Oral 37,7
3 tahun Oral 37,2
5 tahun Oral 37,0
Dewasa Oral 37,0
Secara umum, kelainan hasil pengukuran suhu tubuh dibagi menjadi 2, yaitu hipertemia
dan hipotermia. Hipotermia dinyatakan pada saat hasil pengukuran suhu tubuh < 35°C.
Hipotermia ditandai dengan penurunan metabolisme tubuh, menyebabkan penurunan frekuensi
nadi, respirasi, dan tekanan darah. Jika tidak ditangani dapat menyebabkan henti jantung.
Hipertemia dinyatakan pada saat hasil pengukuran suhu tubuh > 37,6°C. Hipertemia ditandai
dengan peningkatan metabolisme tubuh.
Peningkatan suhu tubuh juga dapat disebabkan oleh pirogen (virus, bakteri, jamur, dan
beberapa antigen). Tirogen melepaskan racun endogen dan eksogen yang akan menyebabkan sel
darah putih bekerja dan merangsang pusat pengaturan suhu di hipotalamus.
Ada beberapa tempat untuk memeriksa suhu tubuh, yaitu sebagai berikut :
1. Aksila (ketiak)
2. Rektal (anus)
3. Oral (mulut)
4. Timpani (telinga)
Persiapan alat :
Persiapan klien :
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat pada klien
3. Identifikasi klien
4. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5. Priksa thermometer apakah air raksa tepat pada angka < 35°C.
6. Atur posisi klien dengan tidur miring pada orang dewasa dan telentang pada bayi.
7. Celana dalam atau popok klien diturunkan sampai kebawah bokong dan tutup tubuh
dengan selimut.
8. Dorong pantat bagian atas ke atas hingga anus terlihat.
9. Bersihkan anus dengan potongan tisu
10. Masukkan thermometer kedalam anus secara perlahan dan anjurkan klien untuk bernafas
panjang dan masukkan sepanjang 3 inci untuk dewasa dan setengah inci untuk bayi
sambil mengangkat kaki bayi ke atas dengan ujung thermometer di pegang.
11. Setelah 3-5 menit thermometer diambil perlahan kemudian dilap dengan tisu dan dibaca,
kemudian di catat.
12. Bersihkan thermometer
a. Celupkan thermometer pada botol yang berisi savlon atau cairan disinfektan lainnya.
b. Celupkan thermometer pada botol yang berisi sabun
c. Masukkan pada botol berisi air bersih
d. Keringkan dengan tisu
13. Air raksa diturunkan kembali dan thermometer diletakkan pada tempatnya.
14. Pasien di kembalikan pada posisi semula
15. Alat-alat di bereskan
16. Cuci tangan
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat pada klien
3. Identifikasi klien
4. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5. Priksa thermometer apakah air raksa tepat pada angka < 35°C.
6. Atur posisi klien
7. Minta klien untuk mengangkat lidah ke atas
8. Letakkan dengan hati-hati thermometer oral dibawah lidah dibagian tengah
9. Instruksikan klien untuk menutup mulut dan menjepit thermometer dengan bibirnya dan
tidak berbicara selama thermometer berada pada mulutnya
10. Setelah 3-5 menit thermometer diambil perlahan kemudian dilap dengan tisu dan dibaca,
kemudian di catat.
11. Bersihkan thermometer
e. Celupkan thermometer pada botol yang berisi savlon atau cairan disinfektan lainnya.
f. Celupkan thermometer pada botol yang berisi sabun
g. Masukkan pada botol berisi air bersih
h. Keringkan dengan tisu
12. Air raksa diturunkan kembali dan thermometer diletakkan pada tempatnya.
13. Pasien di kembalikan pada posisi semula
14. Alat-alat di bereskan
15. Cuci tangan
Respirasi adalah mekanisme yang dilakukan tubuh untuk mengeluarkan karbon dioksida
ke udara dan mendapatkan oksigen dari udara untuk dibawa ke sel tubuh (Crisp ddk, 2003).
Proses respirasi terdiri atas empat mekanisme fungsional yang utama.
1. Ventilasi paru : masuk dan keluarnya oksigen antara atmosfer dan alveoli paru
2. Difusi : peredaran oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah
3. Transpor oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel.
4. Pengaturan ventilasi dan hal-hal lain dari pernapasan
a) Fisiologi Pernapasan
Pernapasan dilakukan secara tidak sadar dan spontan. Pengaturan nafas dilakukan oleh
batang otak. Saluran pernapasan terdiri atas hidung, laring, faring, trakea, dan paru-paru. Paru-
paru terdiri atas bronkus, bronkeolus, dan alveolus. Ada 3 macam respirasi yaitu :
1. Respirasi eksternal : pertukaran gas dari udara bebas dengan darah. Terdiri atas 2 tahap :
a. Inspirasi : proses menghirup napas, berguna untuk mengambil oksigen dari udara
b. Ekspirasi : proses menghembuskan napas, berguna untuk mengeluarkan
karbondioksida ke udara.
Satu kali proses respirasi adalah satu inspirasi dan satu ekspirasi
2. Respirasi internal : pertukaran gas dari darah ke dalam atau keluar sel
3. Respirasi sel : proses penggunaan oksigen untuk metabolism dalam sel dan dihasilkannya
co2 sebagai hasil sampingan
Ventilasi pulmonal dihasilkan oleh gerakan paru-paru yang bisa meluas dan
berkontraksi dengan cara sebagai berikut :
Saat rongga toraks bergerak, paru-paru juga ikut mengembang. Paru-paru tidak
melekat pada rongga toraks karena dilapisi oleh selaput. Selaput yang melekat pada paru-
paru disebut pleuora viselaris, sedangkan selaput yang melekat pada rongga toraks
disebut sebagai pleura parietalis. Saat paru-paru mengembang diafragma turun. Rongga
toraks bertekanan negative sehingga udara luar bertekan positif masuk kedalam paru-
paru. Proses sebaliknya terjadi saat ekspirasi. Rongga toraks akan menyempit,
menyebabkan diafragma naik dan mendorong udara untuk keluar dari paru-paru.
1. Fisik, misal ada kelainan bentuk dada, penyakit pernapasan yang sudah menahun, serta
adanya gangguan pada fungsi dan struktur pernapasan.
2. Psikologis : stress dan cemas
3. Sosiokultural : merokok
4. Lingkungan : adanya alergi dan polusi
Persiapan alat :
1. Tangan perawat
2. Sarung tangan bersih
3. Jam tangan
4. Buku catatan
5. Kom untuk tempat sarung tangan
6. Baki
7. Alas baki
Persiapan lingkungan : Jelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
Prosedur tindakan :
1. Letakkan tangan klien diatas perut, pegang dengan tangan dominan anda untuk
memeriksa
2. Perhatikan gerakan dinding dada dan diafragma klien. Satu kali respirasi adalah satu
inspirasi dan satu ekspirasi. Hitung frekuensi pernapasan klien selama satu menit.
3. Catat hasil penghitungan pada buku catatan tanda-tanda vital dan catatan perkembangan
keperawatan serta beritahukan hasilnya pada klien. Bila ada kelainan segera laporkan
kepada penanggung jawab ruangan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan adalah suatu hal yang sangat penting bagi tubuh kita, salah satu
menjaga agar badan kita tetap sehat adalah dengan menjaga kesehatan organ vital kita
yang terdiri dari tekanan darah,nadi,suhu dan juga pernapasan.
3.2 Saran
Jagalah selalu kesehatan, salah satunya dengan menjaga kesehatan vital, dan
untuk para perawat tentu harus teliti dalam melakukan pemeriksaan tanda vital pasien
karena itu berpengaruh besar bagi kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA