Anda di halaman 1dari 8

BAB III

MENGANALISIS PELAKSANAAN PEMERINTAH

SESUAI KARAKTEK GOOD GOVERNANCE

Hakikat Good Governance

Menurut Koiman (2009) governance adalah aktivitas interaksi sosial politik antara penguasa dengan
masyarakat luas yang berhubungan mengenai berbagai bidang yang berhubungan dengan keperluan
masyarakat dan menuntut pemerintah atas keperluan-keperluan tersebut.

Dalam mereka daya publik menggunakan hak dan kewajiban dan menjamin merupakan proses
merupakan proses-proses dan lembaga-lembaga pelayanan, asasi manusia. Penyalahgunaan institusi-
institusi realita serta legal mereka. Konteks good governance hakikat memiliki ini yaitu bebas dari sesuai
yang kepentingan-kepentingan mereka, memediasi mengelola sumber hak perbedaan-perbedaan
governance melalui warga negara mengartikulasi mekanisme-mekanisme kepentingan, korupsi dengan
pengakuan hak yang berjalan pada pemerintahan.
Pinto dalam Nisjar (1997:119) mengatakan bahwa governance adalah praktek penyelenggaraan
kekuasaan dan kewenangan oleh pemerintah dalam pengelolaan urusan pemerintahan secara umum
dan pembangunan ekonomi pada khususnya. Sementara itu, Hughes dan Ferlie, dkk dalam Osborne dan
Gaebler, (1992) berpendapat bahwa good governance, memiliki kriteria yang berkemampuan untuk
memacu kompetisi, akuntabilitas, responsif terhadap perubahan, transparan, berpegang pada aturan
hukum, mendorong adanya partisipasi pengguna jasa, mementingkan kualitas, efektif dan efisien,
mempertimbangkan rasa keadilan bagi seluruh pengguna jasa, dan terbangunnya suatu orientasi pada
nilai-nilai.

Sedangkan Lembaga Administrasi Negara (2000, 1) mengartikan governance sebagai proses


penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public goods dan services. Lebih
lanjut ditegaskan bahwa apabila dilihat dari segi aspek fungsional, governance dapat ditinjau dari
apakah pemerintah telah berfungsi secara efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan yang telah
digariskan atau sebaliknya.

Menurut World Bank, good governance didefinisikan sebagai berikut: Good governance adalah suatu
penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan
korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal
and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

Good governance pada umumnya diartikan sebagai pengelolaan pemerintahan yang baik. Kata ‘baik’
disini dimaksudkan sebagai mengikuti kaidah-kaidah tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good
governance.

Good governance, adalah suatu proses pengambilan keputusan yang taat dengan aturan-aturan
sehingga dalam proses pengambilan keputusan tersebut dapat dihindari adanya usaha untuk korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Good governance (tata kelola yang baik) merupakan sekumpulan aturan yang
menjelaskan hubungan antara seluruh pihak yang mempengaruhi suatu organisasi baik internal ataupun
eksternal. Aturan ini menetapkan apa yang menjadi hak dan kewajiban dari pihak tersebut atau sistem
yang mengarahkan dan mengawasi jalannya kegiatan organisasi untuk menciptakan nilai tambah bagi
organisasi tersebut. Ada empat unsur utama dan satu unsur tambahan dari good governance yaitu
tranparansi, integritas, akuntabilitas, tanggung jawab dan satu unsur tambahan yaitu partisipasi yang
kesemuanya.

Good governance sebagai kinerja suatu lembaga, misalnya kinerja pemerintahan suatu negara,
perusahaan atau organisasial masyarakat yang memenuhi prasyarat-prasyarat tertentu. Sebagian
kalangan lain ada yang mengartikan good governance sebagai penerjemahan konkret demokrasi dengan
meniscayakan adanya civic culture sebagai penopang sustainabilitas demokrasi itu sendiri.

Dalam kamus, istilah “government” dan “governance” seringkali dianggap memiliki arti yang sama yaitu
cara menerapkan otoritas dalam suatu organisasi, lembaga atau negara. Government atau pemerintah
juga adalah nama yang diberikan kepada entitas yang menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan
dalam suatu negara.

Implementasi Tata Kelola Pemerintah Yang Baik

Delapan (8) Karakteristik Good Governance menurut United Nations Development Programme (UNDP),
sebagai berikut :
Participation; ketertiban masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut
dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.

Rule of Law; kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.

Transparency; transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang berkaitan
dengan kepentingan publik secara langsung yang dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.

Responsiveness; lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani stakeholder.

Consensus orientation; berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.

Equity; setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kesetaraan dan keadilan.

Efficiency and effectiveness; pengelola sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna (efisien) dan
berhasil guna (efektif).

Accountability; pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan.

Sedang prinsip-prinsip Good Governance bahwa Kunci utama memahami good governance adalah
pemahaman atas prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak
ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan
dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance.

Menyadari pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip good governance diurai satu persatu sebagaimana
tertera di bawah ini:

Partisipasi Masyarakat (Participation)

Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung
maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi
menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta
kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.
Tegaknya Supremasi Hukum (Rule of Law)

Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan kebijakan publik memerlukan
sistem dan aturan-aturan hukum. Sehubungan dengan itu, dalam proses mewujudkan cita good
governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk menegakkan rule of law dengan karakter-karakter
antara lain sebagai berikut: supremasi hukum (the supremacy of law), kepastian hukum (legal certainty),
hukum yang responsip, penegakkan hukum yang konsisten dan non-diskriminatif, indepedensi
peradilan.

Transparansi (Transparency)

Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai.

Peduli pada Stakeholder / Dunia Usaha

Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang
berkepentingan. Dalam konteks praktek lapangan dunia usaha, pihak koorporasi mempunyai
tanggungjawab moral untuk mendukung bagaimana good governance dapat berjalan dengan baik di
masing-masing lembaganya.

Berorientasi pada Konsensus (Consensus)


Menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses musyawarah melalui konsesus.
Model pengambilan keputusan tersebut, selain dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar
pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik bersama, sehingga ia akan mempunyai
kekuatan memaksa (coercive power) bagi semua komponen yang terlibat untuk melaksanakan
keputusan tersebut.

Kesetaraan (Equity)

Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Semua warga masyarakat mempunyai
kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan
menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi
dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Informasi adalah
suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan
hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan
layanan yang disediakannya kepada masyarakat.

Efektifitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency)

Untuk menunjang prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas, pemerintahan yang baik dan bersih juga
harus memenuhi kriteria efektif dan efisien yakni berdaya guna dan berhasil-guna. Kriteria efektif
biasanya di ukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan
masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan sosial.

Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang memberinya


kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor
swasta dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun
kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan.
Visi Strategis (Strategic Vision)

Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan datang. Para
pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang
baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan
perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas
kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.

Penerapan Good Governance di Indonesia

Good Governance diIndonesia sendiri mulai benar-benar dirintis dan diterapkan sejak meletusnya era
Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan sistem pemerintahan yang
menuntut proses demokrasi yang bersih sehingga Good Governance merupakan salah satu alat
Reformasi yang mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru.

Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 12 tahun ini,
penerapan Good Governance diIndonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai dengan
cita-cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran dalam
pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama Good Governance.
Akan tetapi, Hal tersebut tidak berarti gagal untuk diterapkan, banyak upaya yang dilakukan pemerintah
dalam menciptaka iklim Good Governance yang baik, diantaranya ialah mulai diupayakannya
transparansi informasi terhadap publik mengenai APBN sehingga memudahkan masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam menciptakan kebijakan dan dalam proses pengawasan pengelolaan APBN dan
BUMN. Oleh karena itu, hal tersebut dapat terus menjadi acuan terhadap akuntabilitas manajerial dari
sektor publik tersebut agar kelak lebih baik dan kredibel kedepannya.

Undang-undang, peraturan dan lembaga-lembaga penunjang pelaksanaan Good governance pun banyak
yang dibentuk. Hal ini sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan sektor publik pada era Orde Lama
yang banyak dipolitisir pengelolaannya dan juga pada era Orde Baru dimana sektor publik di tempatkan
sebagai agent of development bukannya sebagai entitas bisnis sehingga masih kental dengan rezim yang
sangat menghambat terlahirnya pemerintahan berbasis Good Governance.

Diterapkannya Good Governance diIndonesia tidak hanya membawa dampak positif dalam sistem
pemerintahan saja akan tetapi hal tersebut mampu membawa dampak positif terhadap badan usaha
non-pemerintah yaitu dengan lahirnya Good Corporate Governance. Dengan landasan yang kuat
diharapkan akan membawa bangsa Indonesia kedalam suatu pemerintahan yang bersih dan amanah.

Anda mungkin juga menyukai